Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

LATAR BELAKANG

Dalam dunia otomotif saat ini banyak kendaraan yang sudah dijadikan kebutuhan primer akan satu perusahaan atau individu. Sehingga faktor pendukung yang dapat menyempurnakan kendaraan tersebut haruslah dipersiapkan dan sudah pada kondisi yang siap digunakan. Untuk itu, Salah satu yang dapat mendukung berjalannya suatu kendaraan adalah poros pada roda kendaraan. Poros ini berfungsi sebagai dudukan antara roda dan swing arm itu pun perlu diberikan bos pada teromol tersebut gunanya untuk menstabilkan putaran roda kendaraan. Dengan begitu kondisi poros yang akan digunakan harus dalam keadaan yang siap dipakai. Sehingga kondisi poros tersebut baik dari segi material maupun ukurannya haruslah dalam kondisi yang siap dipergunakan. Jika terjadi kekurangan atau cacat pada poros tersebut, maka akan terjadi penggantian dengan poros yang sudah sempurna. Untuk itu maka dalam pembuatan poros tersebut harus benar-benar menggunakan perhitungan dengan ketelitian yang tinggi. Dengan demikian haruslah diketahui tingkat kekuatan, ketahanan dalam tumpuan beban dari poros tersebut. Untuk keseimbangan yang akan terjadi pada poros tersebut dapat dilakukan dengan menghitung dari tegangan yang ada berdasarkan gaya-gaya yang diberikan oleh beban-beban yang ada.

1.2.PERMASALAHAN

1. Gaya atau Momen apa yang terjadi pada poros roda belakang motor Yamaha Jupiter Z ? 2. Faktor apa yang mempengaruhi gaya atau momen tersebut ? 3. Berapa Tegangan yang dihasilkan berdasarkan faktor-faktor yang

mempengaruhinya terutama gaya atau momen yang diberikan? 4. Berapa diameter poros yang dapat direncanakan agar perputaran poros mengalami kestabilan ?

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. DEFINISI POROS

Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya. (Josep Edward Shigley, 1983)

2.2. MACAM-MACAM POROS

1. Berdasarkan Pembebanannya A. Poros Transmisi (Transmission Shafts) Poros transmisi lebih dikenal dengan sebutan shaft. Shaft akan mengalami beban puntir berulang, beban lentur berganti ataupun kedua-duanya. Pada shaft, daya dapat ditransmisikan melalui gear, belt pulley, sprocket rantai, dll. B. Gandar Poros gandar merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda kereta barang. Poros gandar tidak menerima beban puntir dan hanya mendapat beban lentur. C. Poros Spindle Poros spindle merupakan poros transmisi yang relatip pendek, misalnya pada poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya berupa beban puntiran. Selain beban puntiran, poros spindle juga menerima beban lentur (axial load). Poros spindle dapat digunakan secara efektip apabila deformasi yang terjadi pada poros tersebut kecil. 2. Berdasar Bentuknya A. Poros Lurus B. Poros Engkol sebagai penggerak utama pada silinder mesin Ditinjau dari segi besarnya transmisi daya yang mampu ditransmisikan, poros merupakan elemen mesin yang cocok untuk mentransmisikan daya yang kecil hal ini

dimaksudkan agar terdapat kebebasan bagi perubahan arah (arah momen putar).

2.3. PERENCANAAN POROS

1. Kekuatan Poros Poros transmisi akan menerima beban puntir (twisting moment), beban lentur (bending moment) ataupun gabungan antara beban puntir dan lentur. Dalam perancangan poros perlu memperhatikan beberapa faktor, misalnya : kelelahan, tumbukan dan pengaruh konsentrasi tegangan bila menggunakan poros bertangga ataupun penggunaan alur pasak pada poros tersebut. Poros yang dirancang tersebut harus cukup aman untuk menahan beban-beban tersebut. 2. Kekakuan Poros Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup aman dalam menahan pembebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi yang terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas), getaran mesin (vibration) dan suara (noise). Oleh karena itu disamping memperhatikan kekuatan poros, kekakuan poros juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan ditransmisikan dayanya dengan poros tersebut. 3. Putaran Kritis Bila putaran mesin dinaikan maka akan menimbulkan getaran (vibration) pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah putaran normal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar, motor listrik, dll. Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan poros perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari putaran kritisnya, 4. Korosi Apabila terjadi kontak langsung antara poros dengan fluida korosif maka dapat mengakibatkan korosi pada poros tersebut, misalnya propeller shaft pada pompa air. Oleh karena itu pemilihan bahan-bahan poros (plastik) dari bahan yang tahan korosi perlu mendapat prioritas utama.

5. Material Poros Poros yang biasa digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang berat pada umumnya dibuat dari baja paduan (alloy steel) dengan proses pengerasan kulit (case hardening) sehingga tahan terhadap keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khrom nikel, baja khrom nikel molebdenum, baja khrom, baja khrom molibden, dll. Sekalipun demikian, baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya hanya karena putaran tinggi dan pembebanan yang berat saja. Dengan demikian perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis proses heat treatment yang tepat sehingga akan diperoleh kekuatan yang sesuai.

BAB III ANALISA KASUS MELALUI PERHITUNGAN MATEMATIS

Analisa Kasus Melalui Perhitungan Matematis

Data-data yang dapat diketahui adalah sebagai berikut : Kecepatan Putaran Berat Poros Berat Bantalan Diameter Poros Diameter Bantalan Lebar Bantalan Panjang Poros Daya Maksimal Bahan Poros Berat Penumpang Berat Motor Berat Total : 80 km/jam = 22,22 m/detik : 7500 rpm : 190 gr = 0,19 kg : 80 gr = 0,08 kg : 12 mm = 0,012 m : 30 mm = 0,03 m : 12 mm = 0,012 m : 220 mm = 0,22 m : 9,3 PS = 9,3 x 0,735 = 6,84 kW : Baja Karbon S55C JIS 4501 : 100 kg : 98,6 kg : 198,6 kg

BAB III ANALISA KASUS MELALUI PERHITUNGAN MATEMATIS

Analisa Kasus Melalui Perhitungan Matematis

BAB III ANALISA KASUS MELALUI PERHITUNGAN MATEMATIS

Analisa Kasus Melalui Perhitungan Matematis

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian terhadap poros roda belakang motor Yamaha Jupiter Z adalah sebagai berikut : 1. Gaya atau Momen yang terjadi pada poros roda belakang motor Yamaha Jupiter Z adalah Momen Lentur. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Momen Lentur adalah Gaya Radial dan Jarak sedangkan Tegangan Lentur dipengaruhi oleh Momen Lentur, Jarak, dan Momen Inersia Penampang. 3. Poros roda belakang motor Yamaha Jupiter Z menghasilkan Tegangan Lentur yang diizinkan sebesar 7,33 kg/m2 berdasarkan Analisa Kasus Melalui Perhitungan Matematis. 4. Berdasarkan Analisa Kasus Melalui Perhitungan Matematis dengan asumsi berat beban pada poros roda belakang motor Yamaha Jupiter Z sebesar 100 kg menghasilkan diameter poros yang direncanakan sebesar 11,79 m atau setara dengan 12 mm.

B. Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut : 1. Sesuaikan diameter poros yang sudah direncanakan dengan kenyataan di lapangan. Sedikit saja kekurangan atau kelebihan pada diameter poros akan mengakibatkan ketidakstabilan perputaran poros. 2. Batasi beban yang diberikan pada poros itu mengakibatkan putaran poros semakin berat dan tidak stabil.

Anda mungkin juga menyukai