Anda di halaman 1dari 7

1. Masalah dalam manajemen pendidikan; a. Rendahnya disiplin guru. b. Rendahnya minat belajar siswa 2.

Klasifikasi dalam fungsi manajemen Motivasi. Motivasi adalah dorongan yang timbul dari diri seseorang yang menyebabkan seseorang akan bangkit untuk melakukan kegiatan belajar. Setiap usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai suatu tujuan atau dilatarbelakangi oleh faktor tertentu. Faktor penggerak atau faktor penunjang tersebut disebut motivasi. 3. Berdasarkan teori dalam psikologi sosial pendidikan dijelaskan masalah tersebut. Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari dalam dirinya sendiri maupun yang berasal dari luar dirinya. Menurut Usman (1993), faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah : a) Faktor yang berasal dari dalam diri sendiri (inernal), yaitu : faktor fisik, dan faktor psikologis yang bersifat bawaan, antara lain : (1) faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakupan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki; (2) faktor in intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri. b) Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal) adalah: (1) faktor sosial yang terdiri atas : lingkungan keluarga; lingkungan kelompok, (2) faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, (3) faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar, (4) faktor lingkungan spritual atau keagamaan.

Motivasi untuk berprestasi dapat didefinisikan sebagai dorongan untuk melakukannya dengan baik relatif terhadap beberapa standar keunggulan. Dua kontribusi penting untuk memahami fenomena ini ditemukan dalam karya John W. Atkinson dan David C. McClelland. Atkinson berkaitan dengan tugas ilmiah mengembangkan formulasi sistematis faktor penentu motivasi berprestasi. Ada tiga variabel fundamental dalam skema Atkinson: (1) harapan, antisipasi kognitif atau probabilitas subjektif, biasanya terangsang oleh isyarat dalam situasi, bahwa kinerja dari beberapa-tindakan akan diikuti oleh konsekuensi tertentu, (2) insentif, relatif tarik dari suatu peristiwa yang

mungkin terjadi sebagai akibat dari beberapa tindakan, (3 $ motivasi, disposisi, umum stabil untuk berjuang untuk jenis tertentu kepuasan. Kecenderungan untuk mencapai dalam situasi apapun dikandung oleh Atkinson menjadi fungsi dari dua kecenderungan menentang, kecenderungan untuk mencapai keberhasilan minus kecenderungan untuk menghindari kegagalan. Kecenderungan berorientasi prestasi yang dihasilkan adalah positif ketika disposisi untuk mencapai lebih besar dari disposisi untuk menghindari kegagalan dan negatif ketika sebaliknya adalah benar. Kecenderungan untuk mencapai kesuksesan dianggap fungsi dari motif umum untuk mencapai kesuksesan, probabilitas subjektif bahwa keberhasilan akan menjadi konsekuensi dari suatu aktivitas tertentu, dan nilai insentif keberhasilan. Kecenderungan untuk menghindari kegagalan dikaitkan dengan kecemasan yang ditimbulkan oleh ancaman kegagalan. Kecenderungan ini diasumsikan sebagai fungsi dari motif umum untuk menghindari kegagalan, probabilitas subjektif dari kegagalan, dan nilai insentif negatif. Bagi McClelland motivasi berprestasi dapat ditingkatkan melalui program pelatihan dengan karakteristik sebagai berikut: (1) menciptakan harapan bahwa orang tersebut dapat, akan, dan harus berubah dalam cara yang positif sebagai hasil dari pengalaman pelatihan, (2) memiliki pelatihan mengembangkan konsep yang jelas tentang perilaku atau motif dan belajar persis bagaimana motivasi berprestasi berhubungan dengan kinerja yang sukses, (3) menunjukkan bahwa perubahan yang diinginkan sesuai dengan tuntutan realitas, kejadian sehari-hari, sendiri citra diri, dan budaya nilai, (4) mendapatkan pelatihan untuk melakukan dirinya untuk mencapai tujuan konkrit dalam kehidupan yang berkaitan dengan motif yang baru dibentuk, (5) memiliki peserta pelatihan mencatat kemajuan ke arah pencapaian tujuan yang ia berkomitmen, dan (6) suasana antarpribadi keseluruhan pelatihan harus menjadi salah satu di mana individu merasa hangat tapi jujur didukung dan dihormati oleh instruktur dan anggota kelompok lainnya sebagai orang yang mampu membimbing dan mengarahkan perilaku masa depannya.

4. Solusi dari masalah tersebut Disiplin sekolah perlu diterapkan dalam seluruh komponen-komponen yang ada di sekolah. Seluruh komponen tersebut ikut memberi kontribusi bagi disiplin siswa yang berpengaruh pada perubahan perilaku dan prestasinya. Komponen-komponen sekolah yang utama, menurut Mulyasa, antara lain kurikulum dan program pembelajaran, tenaga pendidikan, kesiswaan, keuangan dan sarana-prasarana lainnya. Komponen tersebut perlu dikelola mengikuti kaidah manajemen. Manajemen sangat penting dalam pengelolaan pendidikan. Manajemen merupakan proses yang terencana untuk mencapai tujuan tertentu. Tanpa manajemen, tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif dan efisien. Jadi manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena itu, untuk peningkatan mutu pendidikan, juga menuntut manajemen pendidikan yang lebih baik Berdasarkan hal itu, penerapan disiplin dalam komponen-komponen sekolah penting dilakukan untuk peningkatan kinerja. Dengan disiplin, pedoman dan tujuan organisasi diperkuat dan diperteguh. Disiplin mendorong orang bertanggung jawab dalam bekerja dan mengikuti aturan yang berlaku. Disiplin menyadarkan orang untuk menghargai dan memelihara aturan yang ada dilingkungannya.) Untuk memperkuat dan memperteguh tujuan dan pedoman organisasi, perlu ada dan dikembangkan disiplin preventif dan korektif. Kedua hal itu dapat dirangkum sebagai berikut: Disiplin preventif, yakni upaya menggerakkan pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja dengan peraturan yang berlaku. Dengan hal itu pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja dan peraturan yang berlaku. Dengan hal itu, pegawai berdisiplin dan memelihara dirinya terhadap pedoman dan peraturan yang ada. Disiplin korektif, yakni upaya mengarahkan pegawai untuk tetap mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang ada. Motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif tanpa dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh: seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku
3

untuk dibacanya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh, seseorang itu belajar karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh temannya. Jadi ia belajar karena ingin mendapat nilai baik bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu. Orang-orang yang mempunyai sesuatu motivasi tinggi ditandai oleh adanya: (1) berusaha untuk melaksanakan kegiatan yang akan meningkatkan prestasi, (2) berusaha untuk menghindari terjadinya kegagalan, (3) bekerja dengan intensitas yang lebih tinggi, serta (4) memilih tugas yang mempunyai tingkat kesulitan.

1. Identifikasi hal-hal yang berkaitan dengan manajemen pendidikan (social & pendidikan) pada sebuah lembaga pendidikan. Gaya kepemimpinan kepala sekolah yang otoriter. 2. Berdasarkan hasil identifikasi, klasifikasikan ke dalam fungsi-fungsi manajemen. Termasuk dalam fungsi manajemen pengorganisasian. 3. Berdasarkan teori dalam psikologi social pendidikan dijelaskan masalah tersebut. Kepemimpinan adalah suatu usaha dengan menggunakan jenis pengaruh, seni, otoritas, pendorong dan mengajak orang-orang untuk bekerja dengan antusias dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepemimpinan pada dasarnya adalah salah satu faktor yang harus ada dalam organisasi. Sebab suatu organisasi terdiri atas kelompok orang yang bekerja di bawah pengarahan kepemimpinan bagi pencapaian tujuan yang pasti. Dari bukti tersebut nampak bahwa kepemimpinan merupakan masalah sentral dalam kepengurusan organisasi. Untuk itu kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi tujuan . Kepemimpinan adalah proses yang digunakan seorang pejabat menggerakkan bawahannya untuk berperilaku mengacu kepada prilaku sesuai dengan cara yang di harapkan, yaitu harus kegiatan-kegiatan kelompok dalam perumusan dan pencapaian

yang ditunjukkan seseorang atau lebih individu dalam

kelompok yang membantu kelompok mencapai tujuannya. Ada dua hal yang dominan yaitu mempengaruhi mengandung kesan searah,

sedangkan saling pengaruh mengandung makna timbal-balik. Apabila dilihat dalam kenyataan bahwa dipengaruhi pastilah mempengaruhi berkesan seolah-olah suatu arah, tetapi yang bereaksi apapun reaksinya. Jadi sebenarnya dalam pengertian

mempengaruhi terkandung pula pengertian timbal balik. Kepemimpinan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karakteristik dari setiap gaya kepemimpinan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a) Gaya direktif. Pemimpin yang direktif pada umumnya membuat keputusan-keputusan penting dan banyak terlibat dalam pelaksanaannya . Semua kegiatan terpusat pada
5

pemimpin,dan sedikit saja kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak yang di izinkan. Pada dasarnya gaya ini adalah otoriter. b) Gaya konsultatif. Gaya ini dibangun diatas gaya direktif kurang otoriter dan lebih

banyak melakukan interaksi dengan para staf dan anggota organisasi. Fungsi pemimpin lebih banyak berkonsultasi, memberikan bimbingan, motifasi, memberi nasihat dalam rangka mencapai tujuan. c) Gaya Partisipatif. Gaya partisipatif bertolak dari gaya saling percaya antara konsultatif yang bias

berkembang kearah

pemimpin dan bawahan. Pemimpin

cenderug memberi kepercayaan pada kemampuan staf untuk menyelesaikan pekerjaan sebagai tanggung jawab mereka. Sementara itu kontak konsultatif tetap berjalan terus. Dalam gaya ini pemimpin lebih banyak mendengar ,menerima, bekerja sama, dan memberi dorongan dalam proses pengambilan keputusan. Perhatian diberikan pada kelompok. d) Gaya Free-rein, atau disebut juga gaya kemampuan staf untuk delegasi ,yaitugaya yang mendorong

mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan kontrol yang staf

dilakukan oleh pemimpin sehingga gaya ini hanya bias berjalan apabila

memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan akan mengejar tujuan dan sasaran organisasi.

4. Dipopulasikan solusi dari teori tersebut. Untuk menjaga stabilitas keefektifan kerja guru, maka seseorang yang menduduki posisi sebagai pimpinan diharapkan menerapkan gaya kepemimpinan otokratis,

demokratis, dan laissez-faire yang serasi dan seimbang sesuai dengan kondisi saat itu.

Tugas Individu Dosen: Dr. Sulaiman Samad, M. Si.

PSIKOLOGI SOSIAL PENDIDIKAN

DI SUSUN OLEH:

MUHAMMAD SAING 12B14024

ADMINISTRASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2012


7

Anda mungkin juga menyukai