Anda di halaman 1dari 43

KEPANITERAAN KLINIK ILMU FORENSIK RS BHAYANGKARA SEMARANG PERIODE 30.09.13 26.10.

13 FK UNTAR 2013

Pembimbing: dr. Ratna Relawati, Sp.F

Disusun oleh :

Nidia L.

DEFINISI
Thanatos

Thanatology

Logos
(Dahlan, 2000)

MANFAAT
Menentukan seseorang benar-benar telah meninggal.

Menentukan kapan seseorang telah meninggal.

Membedakan perubahan-perubahan post mortal dengan kelainan yang terjadi pada waktu korban masih hidup.

KLASIFIKASI
Klinis/somatik Seluler Serebral Mati Batang Otak
Terhentinya ketiga fungsi sistem penunjang kehidupan Tidak ada tanda-tanda klinis kehidupan Kematian jaringan yang timbul setelah kematian somatis Penting untuk transplantasi organ Kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible kecuali batang otak dan serebelum. Kerusakan seluruh isi neuronal intracranial yang irreversible, termasuk batang otak dan serebelum. Terhentinya ketiga sistem kehidupan yang ditentukan dengan alat kedokteran sederhana. hanya

Mati suri

(Arif Budiyanto, Wibisana W, Siswandi S, T.W.A. Mun'im, Swasti H, dkk., 1992)

DIAGNOSIS
permanent cessation of heart beating and respiration is death

brain stem death is death

(Dahlan, 2000)

Hilangnya semua respon terhadap sekitarnya. Tidak ada gerakan otot serta postur. Tidak ada reflek pupil. Tidak ada reflek kornea. Tidak ada respon motorik dari saraf cranial terhadap rangsangan. Tidak ada reflek menelan atau batuk ketika tuba endotrakeal didorong kedalam. Tidak ada reflek vestibule-okularis terhadap rangsangan air es kedalam lubang telinga. Tidak ada napas spontan ketika respirator dilepas.

(Dahlan, 2000)

BERHENTINYA PERNAPASAN
Auskultasi
Tes ini perlu dilakukan secara hati hati dan lama. Kalau perlu dilakukan juga auskultasi pada daerah laring.

Tes winslow
Dengan meletakan gelas berisi air di atas perut atau dadanya. Bila permukaan air bergoyang berarti masih ada gerakan nafas.

Tes cermin
Dengan meletakan kaca cermin di depan mulut dan hidung. Bila basah berarti masih bernapas.
(Dahlan, 2000)

BERHENTINYA JANTUNG
Auskultasi
Dilakukan di daerah prekardial selama 10 menit terus menerus.

Tes Magnus
Dengan mengikat jari tangan sedemikian rupa sehingga hanya aliran darah vena saja yang terhenti. Bila terjadi bendungan berwarna sianotik berarti masih ada sirkulasi.

Tes Iscard
Dengan cara menyuntikan larutan dari campuran 1 gram zat fluorescein dan 1 gram natrium bicarbonas didalam 8ml air secara subkutan. Bila terjadi perubahan warna kuning kehijauan berarti masih ada sirkulasi darah.

Incise arteria radialis


Bila terpaksa dapat dilakukan pengirisan pada arteria radialis. Bila keluar darah secara pulsasif berarti masih ada sirkulasi darah.
(Dahlan, 2000)

TANDA KEMATIAN

TANDA TIDAK PASTI


(Arif Budiyanto, Wibisana W, Siswandi S, T.W.A. Mun'im, Swasti H, dkk., 1992)

TANDA PASTI
Setelah mati sistem homeostatis rusak tubuh yang lebih panas dari sekelilingnya akan memberikan kelebihan panasnya kepada sekelilingnya melalui induksi, konveksi, radiasi dan evaporasi. Penurunan suhu dipengaruhi oleh:
Suhu sekeliling
Adanya ventilasi Bentuk tubuh (anak dan orang tua lebih cepat) Keadaan fisik (gemuk/kurus) Penutup tubuh (pakaian, selimut)

Benda di dekatnya (A.C., kompor)


Suhu tubuh pada waktu mati (demam)

(Tjondroputranto, 1999)

Setelah mati, eritrosit mengendap dan membentuk bercakbercak merah tua pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian yang menempel pada alas keras. Pada keracunan, warna lebam mayat berubah dan memberi petunjuk tentang keracunannya:
Merah muda pada keracunan CO atau Cyanide. Kehitaman pada keracunan nitrit atau nitrat.

Lebam mayat mulai terbentuk - 1 jam setelah kematian somatic dan menjadi lengkap setelah 6 10 jam.

(Tjondroputranto, 1999)

LEBAM MAYAT
Terdapat di bagian terbawah Rata/datar Pada irisan terdapat darah intravaskuler

LUKA MEMAR
Terdapat di sembarang tempat

Membengkak/tegang
Pada irisan terdapat darah ekstravaskuler

(Tjondroputranto, 1999)

Lebam Mayat

Setelah meninggal, metabolisme ATP tidak dibentuk kembali dan terbentuk banyak asam laktat. Proses inilah yang menyebabkan otototot menjadi kaku dan terjadi 13 jam setelah kematian somatik. Pembentukannya di mulai pada bagian atas tubuh. Jika kaku mayat dilawan (dilemaskan), maka tidak akan terbentuk lagi. Setelah 12 jam kaku mayat lengkap. Keadaan ini dipertahankan selama 12 jam dan kemudian mulai hilang dengan urutan yang sama, yaitu dari bagian atas tubuh ke bagian bawah.
Sampai 12 jam bagian atas kaku, bagian bawah sebagian. 12 24 jam semua bagian kaku. 24 36 jam bagian atas mulai lemas, bagian bawah masih kaku.

(Tjondroputranto, 1999)

Cadaveric spasm terbentuk segera setelah orangnya mati:

Adanya psychical stress yang hebat. Sedang melakukan physical exercise yang berat.
Kejadian ini tampak pada: Orang yang bunuh diri dengan masih menggenggam pistol. Orang yang tenggelam dengan menggenggam rumput. Orang yang dibunuh dengan menggenggam rambut si pembunuh.

(Tjondroputranto, 1999)

Heat stiffening mayat terbakar protein dalam otot berkoagulasi.

Cold stiffening mayat mati kedinginan cairan dalam sendi menjadi beku.

Keracunan strychnine atau cyanide otot menjadi kaku oleh racunnya.

(Tjondroputranto, 1999)

Pembusukan pada mayat mulai terjadi antara 36 48 jam. Selain tercium bau busuk, pada bagian luar mayat akan tampak:
Dinding perut di bagian bawah kanan mulai terjadi kehijauan Pembuluh balik (vena) melebar karena terisi gas pembusukan serta menjadi hitam, di dalamnya terbentuk FeS. Timbul sikap petinju (pugilistic attitude)

Mata melotot dan lidah menjulur


Perut dan kandung buah pelir (pada laki laki) menggembung. Dibagian dalam tampak jaringan tubuh mulai mencair / membubur.

Perbandingan kecepatan pembusukan dalam tanah : air : diatas tanah = 1 : 2 : 6

(Tjondroputranto, 1999)

Yang menghambat terjadinya pembusukan:


Jaringan lemak di bawah kulit diubah menjadi zat seperti lilin (wax like), dengan syarat:
Terdapat banyak lemak di bawah kulit (gemuk) Sekelilingnya cukup lembab.

Adipocere tampak setelah 3 bulan, walaupun prosesnya sudah dimulai beberapa hari setelah kematian. Adipocere mempunyai bau asam yang khas (rancid odour).

Terjadi dehidrasi sehingga kulit menjadi kering dan kuman tidak dapat masuk. Proses ini memerlukan syarat:
Udara panas Udara kering (tidak lembab) Ada angin
(Tjondroputranto, 1999)

adipocere

Mumifikasi

PERKIRAAN WAKTU KEMATIAN


Perubahan pada mata Perubahan dalam lambung Dalam cairan vitreus Perubahan rambut Kadar komponen darah Pertumbuhan kuku

Perubahan dalam CSF

Reaksi supravital

(Arif Budiyanto, Wibisana W, Siswandi S, T.W.A. Mun'im, Swasti H, dkk., 1992)

Mata yang terbuka pada atmosfer yang kering, pada sklerea akan berwarna kecoklatan. Kekeruhan kornea terjadi lapis demi lapis dan menetap sejak 6 jam setelah mati. Perubahan pada retina dapat menunjukan saat kematian hingga 15 jam paska mati.
30 menit kekeruhan macula, mulai memucatnya diskus optikus. 1 jam macula lebih pucat dan tepinya tidak tajam. 2 jam retina pucat dan daerah sekitar diskus menjadi kuning. 6 jam batas diskus kabur. 710 jam tepi retina dan batas diskus akan sangat kabur. 12 jam diskus hanya dapat dikenali dengan adanya konvergensi beberapa segmen pembuluh darah yang tersisa. 15 jam tidak ditemukan lagi gambaran pembuluh darah retina dan diskus, hanya macula saja yang tampak berwarna coklat gelap.

(Arif Budiyanto, Wibisana W, Siswandi S, T.W.A. Mun'im, Swasti H, dkk., 1992)

Kecepatan pengosongan lambung sangat bervariasi tidak dapat digunakan sebagai petunjuk pasti waktu antara makan terakhir dan saat mati.

Kecepatan tumbuh rambut ratarata 0,4 mm/hari, panjang rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat kematian. Cara ini hanya dapat diggunakan bagi pria yang mempunyai kebiasaan mencukur kumis atau jenggotnya dan diketahui saat terakhir yang bersangkutan mencukur.

(Arif Budiyanto, Wibisana W, Siswandi S, T.W.A. Mun'im, Swasti H, dkk., 1992)

Pertumbuhan kuku yang diperkirakan sekitar 0,1 mm/hari dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian bila dapat diketahui saat terakhir yang bersangkutan memotong kuku.

Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14mg% menunjukan kematian belum lewat 10 jam, kadar nitrogen nonprotein kurang dari 80mg% menunjukan belum 24 jam, kadar keratin kurang dari 5 mg% dan 10mg% masingmasing menunjukan kematian belum mencapai 10 jam dan 30 jam.

Terjadi peningkatan kadar kalium yang cukup akurat untuk memperkirakan saat kematian antara 24 hingga 100 jam paska mati.
(Arif Budiyanto, Wibisana W, Siswandi S, T.W.A. Mun'im, Swasti H, dkk., 1992)

Hingga saat ini belum ditemukan perubahan dalam darah yang dapat digunakan untuk memperkirakan saat mati dengan lebih tepat.

Yaitu reaksi jaringan tubuh sesaat paska mati klinis yang masi sama seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup. Beberapa uji dapat dilakukan terhadap mayat yang masi segar, misalnya rangsang listrik masih dapat menimbulkan kontraksi otot mayat hingga 90120 menit paska mati dan mengakibatkan sekresi kelenjar keringat 6090 menit paska mati, sedangkan trauma masih dapat menimbulkan pendarahan bawah kulit sampai 1 jam paska mati.

(Arif Budiyanto, Wibisana W, Siswandi S, T.W.A. Mun'im, Swasti H, dkk., 1992)

Entomon + Logos

Entomologi

Entomologi Forensik

POIN-POIN PENTING
Serangga yang digunakan sebagai sebagai entomologi forensik dapat berbeda spesies,. Serangga pada entomologi forensik digunakan untuk mengetahui lama waktu kematian mayat.

Serangga yang datang ke mayat adalah serangga betina.

PEMBAGIAN SERANGGA PADA ENTOMOLOGI FORENSIK


Nekrofagus
Serangga yang memakan jaringan tubuh mayat.

Predator-parasit
Serangga yang memakan serangga nekrofagus.

Omnivor
Serangga yang memakan jaringan tubuh mayat dan serangga lain.

TUJUAN ENTOMOLOGI FORENSIK


Menentukan waktu dan lama kematian
Menentukan apakah mayat telah dipindahkan dari lokasi pembunuhan Menentukan keterlibatan obat atau bahan toksik dalam kematian

MENENTUKAN WAKTU DAN LAMA KEMATIAN

Using successional waves of insects


Melihat lama waktu kematian dengan mengidentifikasi serangga yang ada pada mayat tersebut.

Using maggot age and development


Dengan adanya telur, larva, pupa, maupun imago pada mayat tersebut, dapat diketahui berapa lama waktu meninggal pada mayat tersebut.

Gelombang serangga akan datang pada mayat sesuai kronologis sesuai reaksi enzimatis.

Tiap perubahan dari satu fase ke fase lain mempunyai waktu-waktu tertentu yang pasti.

MENENTUKAN APAKAH MAYAT TELAH DIPINDAHKAN DARI LOKASI PEMBUNUHAN

Identifikasi serangga yang terdapat pada mayat dan dibandingkan dengan serangga serupa yang terdapat di sekitarnya.

Serangga yang sejenis dapat memiliki variasi genetik yang berbeda antara lokasi satu dengan yang lain.

MENENTUKAN KETERLIBATAN OBAT ATAU BAHAN TOKSIK TERHADAP KEMATIAN


Pada mayat terjadi dekomposisi jaringan lunak dan setiap bukti toksikologi hilang bersama jaringan lunak tersebut.

Serangga yang didapat pada mayat mungkin mengandung bahan toksikologi yang diperlukan.

SIKLUS HIDUP SERANGGA


Dua jenis serangga yang pertama mendatangi mayat adalah Blow flies (Calliphoridae) dan flesh flies (Sarcophagidae). Blow flies mendatangi mayat dengan hanya melalui bau walaupun dari jarak jauh sekitar beberapa menit sehingga beberapa jam setelah kematian. Blow flies tidak dan pengeringan. mendatangi mayat yang sudah mengalami mumifikasi

23 jam telur menetas menjadi larva berupa belatung

Kepompong lalat 273 jam

27 jam belatung tahapan kedua

72 jam tahapan ketiga kepompong

SIKLUS
HIDUP SERANGGA

emphysematic

liquefaction

discoloration

Muncul serangga semut (Camponotus sp.), lalat muscoid, lalat sarcophagid, lalat drosophilid, dan banyak lalat calliphorid (Phaenicia eximia).

Muncul serangga P. eximia dalam jumlah besar, kumbang histerid, Euspilotus aenicollis, beberapa kumbang scarabid, dan beberapa lalat muscoid.

Paling banyak dari spesies lalat calliphorid; P. eximia dan Hemilucilia segmentaria, lalat piophilid, kumbang staphylinid, histerid, Dermaptera, tawon ichneumonid, lipas, lebah (genus Trigona) dan dua family ngengat (pyralid dan noctuid).

mummified

3-4 hari

Hari ke-4 sampai ke8

Hari ke-8 sampai ke28.

Didominasi oleh kumbang dermestid.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan kerusakan tubuh mayat dan tipe serta jumlah serangga yang mendatangi mayat:
Suhu
Penguburan mayat Adanya air Proses mummifikasi Kondisi geografi

CARA PENGUMPULAN BAHAN ENTOMOLOGI


Pengamatan visual terhadap lokasi kematian (habitat, kondisi cuaca, lokasi dan orientasi tubuh) Data meteorologi pada adegan kematian (suhu sekitar, kelembaban, dan paparan sinar matahari. Koleksi spesimen dari tubuh. Mencakup 2 sampel dari setiap lokasi kolonisasi.

Spesimen dari lingkungan sekitar 20-30 kaki dari tubuh mayat. Mencakup 2 sampel dari setiap area aktivitas serangga.

Spesimen dari daerah langsung di bawah tubuh setelah mayat dipindahkan. Mencakup 3 sampel tanah dari bawah kepala, dada, dan daerah panggul.

Koleksi spesimen selama otopsi pada pemeriksaan medis atau kantor koroner.

Anda mungkin juga menyukai