Anda di halaman 1dari 19

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus Judul

Demam Berdarah Dengue dan Malaria vivak

Oleh: Gema Putra Lesmana (G1A106038)

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Univesitas Jambi Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi.

Palembang,

April 2011

dr. Nadrizal, SpPD

BAB I PENDAHULUAN
Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan utama termasuk di Indonesia dimana demam adalah salah satu keluhannya. Keadaan demam sejak zaman hipocrates sudah diketahui sebagai pertanda penyakit. Demam pada umumnya dapat dartikan suhu tubuh diatas 37,2C dan hiperpireksia jika suhu tubuh sampai setinggi 41,2C atau lebih. Beberapa tipe demam yang dijumpai antara lain demam septik, demam remitten, demam intermitten, demam kontinyu dan demam siklik. Suatu tipe demam kadang-kadang dapat dihubungkan dengan suatu penyakit tertentu, misalnya tipe demam intermitten untuk malaria. Keluhan demam mungkin dapat dihubungkan dengan suatu sebab yang jelas, seperti misalnya: abses, pneumoni, infeksi saluran kemih atau malaria, tetapi kadangkadang sama sekali tidak dapat dihubungkan dengan suatu sebab yang jelas. Kausa demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, karena keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat. Juga gangguan pada pusat regulasi suhu sentral dapat menyebabkan peninggian temperature seperti heat stroke, perdarahan otak, koma atau gangguan sentral lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut dalam upaya penegakkan diagnosis penyebab demam.1 Salah satu penyebab demam yaitu malaria yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan. Sekitar 100 juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya dan sekitar 1 persen diantaranya fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang. Penyakit malaria memiliki 4 jenis, dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala-gejala ini muncul kembali secara periodik. Jenis malaria paling ringan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi).

malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau, serta kematian. Malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari. Jenis ke empat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan, disebabkan oleh Plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana. Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati; beberapa hari sebelum gejala pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah sejalan dengan perkembangan mereka, sehingga menyebabkan demam. Penyebab demam lainnya adalah Demam berdarah dengue yang disebabkan virus Dengue. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia, dan 200 kota telah melaporkan adanya kejadian luar biasa. Incidence rate meningkat dari 0,005 per 100,000 penduduk pada tahun 1968 menjadi berkisar antara 6-27 per 100,000 penduduk. Bentuk klasik dari DBD ditandai dengan demam tinggi, mendadak 2-7 hari, disertai dengan muka kemerahan. Keluhan seperti anoreksia, sakit kepala, nyeri otot, tulang, sendi, mual, dan muntah sering ditemukan. Beberapa penderita mengeluh nyeri menelan dengan farings hiperemis ditemukan pada pemeriksaan, namun jarang ditemukan batuk pilek. Biasanya ditemukan juga nyeri perut dirasakan di epigastrium dan dibawah tulang iga. Demam tinggi dapat menimbulkan kejang demam terutama pada bayi. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa uji tourniquet positif, petekia, ekimosis, atau purpura, Perdarahan mukosa, saluran cerna, dan tempat bekas suntikan, Hematemesis atau melena positif, kulit mudah memar dan perdarahan pada bekas suntikan intravena atau pada bekas pengambilan darah. Trombositopeni dan hemokonsentrasi merupakan kelainan yang selalu ditemukan pada DBD.2

Banyak penyakit-penyakit yang diderita menimbulkan demam sebagai keluhan utama. Oleh karena itu diperlukan ketelitian dalam menganamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik pun penting dilakukan dalam upaya penegakan diagnosis penyebab demam. Observasi perjalanan penyakit serta evaluasi hasil pemeriksaan laboratorium sangat menunjang guna penegakkan diagnosis yang akurat. Hal itu sangat menentukan dalam hal pemberian terapi yang tepat dan efektif sesuai dengan etiologi penyakit penyebab demam.

BAB II LAPORAN KASUS


IDENTIFIKASI Nama Jenis kelamin Usia Alamat Pekerjaan Status perkawinan Agama MRS ANAMNESIS Keluhan Utama Demam tinggi sejak + 3 hari sebelum masuk rumah sakit Riwayat Perjalanan Penyakit Sekitar 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh demam, demam terus menerus, berkeringat (+), menggigil (+) , sakit kepala (+), nyeri belakang mata (-), nyeri pada otot (+), nyeri sendi (+), badan terasa lesu (+), mimisan (-), gusi berdarah (-), timbul bintik kemerahan (-), mual (+), muntah (+), frekuensi 4-5x sehari, isi berupa makanan yang dimakan, jumlahnya + gelas setiap muntah, batuk (-), sakit tenggorokan (-) BAB normal, warna kuning, konsistensi padat dan BAK normal, warna kuning biasa, nyeri saat kencing (-), banyaknya biasa. Sekitar 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh demam sudah agak turun, berkeringat banyak (-), menggigil (-) , sakit kepala (-),nyeri belakang mata (-), nyeri sendi (-), nyeri otot (-), badan terasa lesu (-), mimisan (-), nafsu makan baik, gusi berdarah (-), timbul bintik kemerahan (-). Mual (-), muntah (-) , batuk (-), BAB (+), warna kuning dan BAK (+), warna kuning, nyeri saat kencing (-), : Eka : Perempuan : 18 tahun : kumpe : Pelajar : Belum Kawin : Islam : 10 april 2011

Pada sore hari SMRS os mengeluh demam (+), berkeringat (+), menggigil (-) , sakit kepala (+),nyeri belakang mata (-), nyeri sendi (+), nyeri otot (+), badan terasa lesu (+), mimisan (-), nafsu makan berkurang, gusi berdarah (+), timbul bintik kemerahan (+). Mual (+), muntah (+), 1 kali, warna bening , batuk (-), BAB (-), dan BAK (+), warna kuning, nyeri saat kencing (-), karena demam semakin meningkat os berobat ke rumah sakit RSUD Raden Mattaher. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat sakit malaria disangkal Riwayat sakit thypus disangkal Riwayat sakit demam berdarah ada sewaktu umur 13 tahun

Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal Riwayat tempat tinggal Ada tetangga os dan masyarakat sekitar yang mengeluh keluhan yang sama dengan os.

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum Keadaan umum Keadaan sakit Kesadaran Gizi Kesan Tekanan darah Nadi Pernapasan Temperatur Keadaan Spesifik : tampak sakit : tampak sakit sedang : compos mentis : (BB: 45 kg,TB: 148 cm) : gizi cukup : 100/70 mmHg : 95 x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup : 22 x/ menit : 39,3 celcius

Kulit Warna sawo matang, efloresensi (+) petechie pada lengan dan tungkai , scar (-), pigmentasi normal, ikterus (-), sianosis (-), spider nevi (-), temperatur kulit (+) panas, pertumbuhan rambut normal, telapak tangan dan kaki pucat (-) KGB Kelenjar getah bening di submandibula, leher, axila, inguinal tidak teraba Kepala Bentuk oval, simetris, ekspresi tampak sakit, warna rambut hitam, rambut mudah rontok (-), deformitas (-) Mata Eksophtalmus (-), endophtalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek cahaya (-), pergerakan mata ke segala arah baik. Hidung Bagian luar hidung tak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan baik, selaput lendir dalam batas normal, epistaksis (-) Telinga Kedua meatus acusticus eksternus normal, pendengaran baik Mulut Sariawan (-), pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), lidah pucat (-), lidah kotor (-), atrofi papil (-), stomatitis (-), rhagaden (-), bau pernapasan khas (-) Leher Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar thyroid (-), JVP (5-2) cmH2O, hipertrofi musculus sternocleidomastoideus (-), kaku kuduk (-)

Dada Bentuk dada normal, retraksi (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-) Paru: Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : ictus cordis tidak terlihat : ictus cordis teraba ICS VI linea mid klavikularis : batas atas ICS II, batas kanan linea sternalis dextra, batas kiri lnea mid clavicula sinistra : HR 95 x/ menit, BJ I, II reguller murmur (-), gallop (-) : statis-dinamis simetris kanan dan kiri : stemfremitus kanan sama dengan kiri : sonor pada kedua lapangan paru : vesikuler (+) N, ronchi (-), wheezing (-)

Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Genital Ekstremitas : tidak membesar dbn : lemas, nyeri tekan (+) epigastrium, hepar/lien tidak teraba : thympani : bising usus (+) normal : tidak diperiksa : :nyeri sendi (-), gerakan bebas, edema (-), jaringan parut

Ekstremitas atas

(-), pigmentasi normal, telapak tangan pucat (-), jari tabuh (-), turgor kembali lambat (-), Rumple leed test (+)

Ekstremitas bawah : nyeri sendi (-), gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi normal, telapak kaki pucat (-), jari tabuh (-), turgor kembali lambat (-) PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium (10 April 2011) Pemeriksaan pukul 14.00 WIB Hematologi No. Pemeriksaan 1. Hemoglobin 2. Hematokrit 3. Leukosit 5. Trombosit

Hasil 14,6 g/dl 44,7 vol % 6300/l 25.000/ mm3

Nilai Normal L: 14-18 g/dl; P: 12-16 g/dl L:40-48 vol%, P:37-43 vol% 5.000-10.000/l 200000-500000 mm3

DIAGNOSA KERJA DBD Grade II DIAGNOSA BANDING DBD Grade I I Demam Typhoid Malaria PENATALAKSANAAN Non farmakologis: Istirahat Banyak minum Diet NB :

Farmakologi: IVFD RL gtt XL/menit Paracetamol 500 mg tab 3X1 Vit. B1, B6, B12 3x1 tab Domperidon tab 3x1 tab Trolit 3x1 sachet

RENCANA PEMERIKSAAN: - Darah Rutin, DDR (termasuk pemeriksaan malaria), urin rutin - Darah Rutin (Hb,Ht, Trombosit tiap 8 jam) - Dengue Antigen - Ig M Salmonella PROGNOSIS Quo ad vitam Quo ad functionam : Bonam : Bonam

Follow Up:
Tanggal 11 April 2011 S : Demam, muntah (-) nyeri epigastrium O : TD : 100/70 Nadi : 84x /menit RR : 20x/menit T : 37,6 Abdomen : NT epigastrium Laboratorium ( pukul 00.00) (3,5-10) (3,8-5,8) (11,0-16,5) (35-50) (150-390) (3,5-10) (3,8-5,8) (11,0-16,5) (35-50) (150-390) WBC 6,4 103/mm3 RBC 4,57 L 106/mm3 HGB 11,7 L g/dl HCT 36,3 L % PLT 42 L 103/mm3 Laboratorium ( pukul 09.30) WBC 5,8 103/mm3 RBC 5,19 L 106/mm3 HGB 13,0 L g/dl HCT 39,2L % PLT 40 L 103/mm3 DDR : + vivak Laboratorium ( pukul 16.30) WBC 5,4 103/mm3 RBC 4,59 L 106/mm3 (3,5-10) (3,8-5,8)

10

HGB 11,5 L g/dl HCT 34,5L % PLT 34 L 103/mm3 DDR : + vivak

(11,0-16,5) (35-50) (150-390)

A : DBD Grade II + malaria vivak P : IVFD RL gtt XXX/menit Ranitidin inj 3X1 Paracetamol 500 mg (prorenata) Vit. B1, B6, B12 3x1 tab Domperidon tab 3x1 tab Amodiakuin 200 mgtab 1 x 3 tab Artesunat 50 mg tab2 x 2 tab

Tanggal 12 April 2011 S : Demam, muntah (-) nyeri epigastrium O : TD : 100/60 Nadi : 80x /menit RR : 18x/menit T : 36,5 Abdomen : NT epigastrium Laboratorium ( pukul 00.00) (3,5-10) (3,8-5,8) (11,0-16,5) (35-50) (150-390) (3,5-10) (3,8-5,8) (11,0-16,5) (35-50) (150-390) WBC 4,4 103/mm3 RBC 4,61 L 106/mm3 HGB 12,2 L g/dl HCT 36,9 L % PLT 48 L 103/mm3 Laboratorium ( pukul 09.30) WBC 3,2 103/mm3 RBC 4,26 L 106/mm3 HGB 11,4 L g/dl HCT 34,0L % PLT 45 L 103/mm3

11

Laboratorium ( pukul 16.30) WBC 4,9 103/mm3 RBC 4,53 L 106/mm3 HGB 11,6 L g/dl HCT 34,1L % PLT 73 L 103/mm3 DDR : + vivak A : DBD Grade II + malaria vivak P : IVFD RL gtt XXX/menit Paracetamol 500 mg Antasid syirup 3x1 C Vit. B1, B6, B12 3x1 tab Domperidon tab 3x1 tab Trolit 3x1 sachet Amodiakuin 1 x 3 tab Artesunat 1 x 2 tab (3,5-10) (3,8-5,8) (11,0-16,5) (35-50) (150-390)

Tanggal 13 April 2011 S : Demam, muntah (-) nyeri epigastrium sudak agak berkurang, BAB (-) O : TD : 100/70 Nadi : 80x /menit RR : 18x/menit T : 37 Abdomen : NT epigastrium Laboratorium ( pukul 00.00) (3,5-10) (3,8-5,8) (11,0-16,5) (35-50) (150-390) (3,5-10) (3,8-5,8) WBC 4,3 103/mm3 RBC 4,48 L 106/mm3 HGB 11,6 L g/dl HCT 35,3 L % PLT 103 L 103/mm3 Laboratorium ( pukul 10.00) WBC 4,4 103/mm3 RBC 4,58 L 106/mm3

12

HGB 11,9 L g/dl HCT 36,8L % PLT 138 L 103/mm3 Laboratorium ( pukul 16.00) WBC 5,7 103/mm3 RBC 4,28 L 106/mm3 HGB 11,2 L g/dl HCT 33,7L % PLT 82 L 103/mm3 DDR : + vivak A : DBD Grade II + malaria vivak P : IVFD RL gtt XXX/menit Paracetamol 500 mg Antasid syirup 3x1C Vit. B1, B6, B12 3x1 tab Trolit 3x1 Sachet Amodiakuin 1 x 1,1/2 tab Artesunat 1 x 2 tab

(11,0-16,5) (35-50) (150-390) (3,5-10) (3,8-5,8) (11,0-16,5) (35-50) (150-390)

Tanggal 14 April 2011 S : Demam, muntah (-) nyeri epigastrium sudak agak berkurang, BAB (-) O : TD : 100/70 Nadi : 80x /menit RR : 18x/menit T : 37 Abdomen : NT epigastrium Laboratorium ( pukul 00.05) (3,5-10) (3,8-5,8) (11,0-16,5) (35-50) (150-390) WBC 5,1 103/mm3 RBC 4,48 L 106/mm3 HGB 11,4 L g/dl HCT 34,3 L % PLT 187 L 103/mm3 Laboratorium ( pukul 15.50)

13

WBC 6,3 103/mm3 RBC 4,49 L 106/mm3 HGB 11,7 L g/dl HCT 34,2L % PLT 259 L 103/mm3 Laboratorium ( pukul 23.00) WBC 7,4 103/mm3 RBC 4,47 L 106/mm3 HGB 11,7 L g/dl HCT 34,1L % PLT 326 L 103/mm3 A : DBD Grade II + malaria vivak P : IVFD RL gtt XXX/menit Paracetamol 500 mg Antasid syrup 3x1 C Vit. B1, B6, B12 3x1 tab Trolit 3x1 sachet Amodiakuin 2 x 2 tab Artesunat 2 x 2 tab

(3,5-10) (3,8-5,8) (11,0-16,5) (35-50) (150-390) (3,5-10) (3,8-5,8) (11,0-16,5) (35-50) (150-390)

14

ANALISIS KASUS
Demam merupakan manifestasi respon tubuh dalam menjaga keutuhan tubuh ( homeostasis ) terhadap benda asing ( mikroba, debu anorganik, zat-zat kimia ) atau yang dianggap beanda asing ( auto antigen/ autoantibodi ). Dalam menegakkan diagnosis dengan gejala demam perlu mengetahui riwayat perjalan penyakit, epidemiologi, mengidentifikasi tipe demam dan didukung pemeriksaan fisik & laboratorium penunjang. Pada kasus DBD, virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vector ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali dapat member gejala sebagai demam dengue. Apabila orang itu mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan timbul reaksi yang berbeda. DBD dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Virus akan bereplikasi di nodus limpatikus regional dan menyebar ke jaringan lain, terutama ke sistem retikuloendotelial dan kulit secara bronkogen dan hematogen. Tubuh akan membentuk komplek virus-antibodi dalam sirkulasi darah sehingga akan mengaktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a sehingga permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat. Akan terjadi juga agregasi trombosit yang melepaskan ADP, trombosit melepaskan vasoaktif yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor 3 yang merangsang koagulasi intravaskular. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) akan menyebabkan pembekuan intravaskular yang meluas dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah.3 Gejala klinis demam dengue amat bervariasi, dari yang ringan, sedang seperti DD, sampai ke DBD dengan manifestasi demam akut, perdarahan, serta kecenderungan terjadi renjatan yang dapat berakibat fatal. Masa inkubasi dengue 15

antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Gejala prodromal meliputi nyeri kepala, nyeri berbagai bagian tubuh, anoreksia, menggigil dan malaise. Pada umumnya ditemukan sindroma trias, yaitu demam tinggi, nyeri pada anggota badan dan timbulnya ruam. Ruam biasanya timbul 5-12 hari sebelum naiknya suhu pertama kali, yaitu pada hari ketiga samapi hari kelima dan biasanya berlangsung selama 3-4 hari. Ruam bersifat makulopapular yang menghilang pada tekanan. Ruam mula-mula dilihat di dada, tubuh serta abdomen dan menyebar ke anggota gerak dan muka. Pada lebih dari separuh penderita gejala klinis timbul mendadak, disertai kenaikan suhu, nyeri kepala hebat, nyeri di belakang bola mata, punggung, otot dan sendi disertai rasa menggigil. Pada beberapa penderita dapat dilihat kurva yang menyerupai pelana kuda atau bifasik, tetepi pada penelitian selanjutnya bentuk kurva ini tidak ditemukan pada semua penderita sehingga tidak dianggap patognomonik. Anoreksia dan obstipasi sering dilaporkan; di samping perasaan tidak nyaman di daerah epigastrium disertai nyeri kolik dan perut lembek sering ditemukan. Pada stadium dini penyakit sering timbul perubahan dalam indra pengecap. Gejala klinis yang lain adalah fotofobia, keringat yang bercucuran, suara serak, batuk, epistaksis dan diuria. Demam menghilang secara lisis, disertai keluarnya banyak keringat. Lama demam berkisar 3,9 hari dan 4,8 hari. Kelenjar getah bening servikal dilaporkan membesar pada penderita, beberapa sarjana menyebutnya tanda Castelani, sangat patognomonik dan merupakan patokan berguna untuk membuat diagnosis banding.3,4 Untuk dapat menegakkan diagnosis demam dengue (DD), kriteria berikut harus dapat terpenuh dua atau lebih yaitu: nyeri kepala, nyeri retrorbital, mialgia/atralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan (petikie dan uji bendung positif), leukopenia dan pemeriksaan serologi positif. Sedangkan untuk diagnosis DBD ditegakkan bila semua kriteria berikut terpenuhi yaitu: 1. 2. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik. Terdapat minimal satu manifestasi perdarahan berikut: uji bending positif; petikie, ekimosis, purpura; perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi); hematemesis atau melena. 3. Trombositpenia (trombosit < 100.000/ul)

16

4.

Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) berikut: peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin; penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya; tanda kebocoran plasma seperti efusi plura, asites atau hipoproteinemia. 3,5 Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium

yang menyerang eritrosit yang ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam , menggigil, anemia, dan splenomegali. Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat. Malaria mempunyai karakteristik gambaran demam periodik, anemia dan splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium. Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit belakang, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadangkadang dingin. Keluhan prodromal sering terjadi pada P.vivax dan P.ovale. Pada P.Falciparum dan P. Malariaekeluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.6 Pada pasien ini gejala yang ditemukan adalah demam yang tinggi sejak 2 hari SMRS, disertai sakit kepada dan nyeri belakang mata, mual dan muntah. Pada tes Rumple Leed bernilai positif, perdarahan spontan baru terjadi pada demam hari ke-5 (perawatan di rumah sakit hari ke-3), juga terjadi penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) dan leukopenia relatif. Kami berkesimpulan bahwa pada hari pasien masuk rumah sakit sampai heri ke-2 perawatan, pasien masih dalam DBD grade I, akan tetapi pada hari ke-3 perawatan di rumah sakit terjadi perdarahan spontan yang ditandai dengan adanya ptechiae di lengan dan tungkai pasien sehingga kami menyimpulkan bahwa pasien ini berada di DBD grade II. Selain gejala-gejala DBD di atas, pada pasien ini juga terdapat trias malaria, dari hasil pemeriksaan malaria, didapatkan adanya parasit plasmodium

17

vivax. Sehingga kami juga mendiagnosa penyakit pasien ini juga disertai Malaria Vivax. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini kami berkesimpulan diagnosis pasien ini adalah DBD grade II + Malaria Vivax. Tatalaksana pada pasien ini terdiri dari tindakan suportif dengan cara memperbaiki kedaan umum penderita (kebutuhan cairan dan perawatan umum), pengobatan simptomatik yaitu dengan pemberian antipiretik untuk mencegah hipertermia (paracetamol), pemberian obat anti mual dan pemberian obat anti malaria (amodiakuin dan artesunat). Prognosis vitam et functionam pada pasien ini adalah bonam, karena pada penderita ini tidak dijumpai adanya tanda-tanda penyulit atau komplikasi.

18

DAFTAR PUSTAKA
1. Nelwan,R.H.H. Demam: Tipe dan Pendekatan. Dalam: buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 3, edisi 4, Jakarta:2007. 2. Anonim. Tatalaksana DBD. Depkes RI. 3. Mansjoer, A. dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I, edisi III, Jakarta, 1999. 4. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jilid II, edisi XI, Jakarta: Bag. IKA FKUI. 2005. 5. Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: Pusat Penerbitan FKUI; 2007. 6. Harijanto, P. Malaria. Dalam: buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 3, edisi 4, Jakarta:2007. 7. Suhendro dkk. Demam Berdarah Dengue. Dalam: buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 3, edisi 4, Jakarta:2007.

19

Anda mungkin juga menyukai