Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pasar modal merupakan satu lembaga yang memobilisasi dana masyarakat dengan menyediakan sarana atau tempat untuk

mempertemukan penjual dan pembeli dana-dana jangka panjang yang disebut Efek. Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.1 Pasar modal dikatakan efisien berkenaan dengan informasi mengenai harga saham yang tersedia di lantai bursa. Hal tersebut berarti bahwa seluruh strategi perdagangan di bursa berdasarkan informasi yang tersedia, sehingga dapat diperkirakan mengenai keuntungan serta resiko yang terdapat di dalamnya. Pelanggaran terhadap aturan main dalam transaksi efek sering disebabkan karena lemahnya sistem pengawasan yang dilakukan oleh pihak pengelola bursa maupun pengawas bursa, sehingga apabila terjadi pelanggaran transaksi efek baik karena manipulasi, informasi yang menyesatkan maupun insider trading sulit terdeksi secara dini.

Pasal 1 Angka 13 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Permasalahan yang timbul adalah menjaga keseimbangan antara kepentingan perusahaan untuk menjaga rahasia perusahaan di satu pihak dan hak-hak pemegang saham untuk melindungi investasi mereka di pihak lain, sehingga hal tersebut merupakan suatu dilema. Hukum di satu pihak terus mengejar dengan memerinci sedetil-detilnya tentang hal-hal apa saja yang mesti didisclose oleh pihak-pihak penyandang kewajiban disclosure. Di pihak lain, hukum juga harus memproteksi kepentingankepentingan tertentu dari pihak yang diwajibkan membuka informasi tersebut. Keselarasan di antara dua kepentingan yang kontradiktif tersebut tercemin dalam prinsip yuridis yang menyatakan bahwa suatu disclosure di pasar modal tidaklah semata-mata full tetapi juga fair, seperti yang tersimpul dalam istilah full and fair disclosure.2 Praktek perdagangan yang menggunakan informasi yang belum terbuka untuk umum ternyata banyak yang tidak dapat terjaring dengan ketentuan insider trading dalam transaksi efek. Insider trading merupakan istilah teknis yang hanya dikenal dalam pasar modal. Istilah tersebut mengacu kepada praktek dimana orang dalam (corporate insider), melakukan transaksi sekuritas dengan menggunakan informasi ekslusif yang mereka miliki yang belum tersedia di masyarakat. Insider trading merupakan suatu kejahatan yang seringkali dilakukan dalam pasar modal, sehingga peraturan pasar modal selalu menempatkan ketentuan hukum yang melarang kegiatan tersebut.
2

Munir Fuady, Pasar Modal Modern: Tinjauan Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995, hlm. 78

Perdagangan saham yang dilakukan dengan menggunakan informasi yang sifatnya non public material, dapat dilakukan oleh orang dalam (insider) atau pihak lain yang menerima, mendapatkan atau mendengar informasi tersebut. Pengertian insider trading secara bebas dapat diterjemahkan sebagia kegiatan atas efek yang dilakukan oleh pihak tertentu berdasarkan unpublished inside information.3 Bila terdapat pelanggaran, konsekuensinya akan berhadapan dengan sanksi hukum sesuai dengan jenis dan kualitas pelanggaran. 4 Upaya untuk melakukan penegakan hukum harus berlangsung secara konsisten dengan tetap memperhatikan kepentingan perkembangan Pasar Modal itu sendiri. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)5 berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memiliki kewenangan yang sangat besar untuk melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan kepada industri pasar modal diharapkan mampu menjalankan fungsinya sesuai dengan yang diamanatkan UU tersebut. Disamping itu, untuk untuk menjalankan pengawasan secara represif, Bapepam (sekarang OJK) diberi kewenangan melakukan pemeriksaan, penyelidikan dan penyidikan seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang tata cara pemeriksaan di Pasar Modal. Dalam rangka itulah maka sesuai dengan amanah yang

Asep N. Mulyana, Fungsionalisasi Hukum Pidana Dalam Aktivitas Pasar Modal Di Indonesia, Semarang: Aneka Ilmu, 2010, hlm. 70-71 Marzuki Usman dkk., ABC Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Institut Bisnis Indonesia, 1994, hlm. 26 Sekarang digantikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

digariskan dalam Undang-Undang Pasar Modal, bahwa dalam rangka menyempurnakan pengaturan pasar modal telah dikeluarkan serangkaian peraturan yang memberikan kepastian dan jaminan hukum bagi para pelaku pasar modal. Tujuan utama dari pelaku insider trading adalah untuk memperoleh keuntungan melalui pemanfaatan informasi yang belum ter-publish kepada publik, sehingga pelaku-pelaku dapat dikenakan sanksi berupa ganti rugi, memang dalam hukum pidana dapat terlaksana dengan alat bukti sebagaimana disebut dalam Pasal 184 yang berbunyi: 6 alat bukti yang sah meliputi keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan tersangka. Namun hal ini sangat sulit dibuktikan dan alat bukti sebagaimana disebut dalam Pasal 184 ini tidak cukup untuk memenuhi pembuktian insider trading. Menurut undang-undang, ada lima macam alat pembuktian yang sah yaitu; surat-surat, kesaksian, persangkaan, pengakuan dan sumpah
22

Jika ditelaah, alat bukti yang dimaksud dalam pasal tersebut maka insider trading tidak dapat dibuktikan karena bukti transaksi yang dilakukan di bursa merupakan hasil elektronik yaitu berupa print out dan bukan termasuk kategori surat sebagaimana disebutkan dalam undang-undang.

UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

B. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah: 1. Bagaimana pembuktian dan kendala-kendalanya dalam

pelanggaran hukum pasar modal yaitu perdagangan orang dalam (insider trading) menurut hukum pembuktian? 2. Bagaimana perlindungan hukum bagi investor yang dirugikan akibat terjadinya pelanggaran dalam hukum pasar modal yaitu

perdagangan orang dalam (insider trading) berdasarkan hukum pasar modal?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dari skripsi ini adalah : 1. Untuk memperoleh informasi dalam mengenai hukum kendala-kendala modal yaitu

pembuktian

pelanggaran

pasar

perdagangan orang dalam (insider trading) dan menentukan pembuktian dalam perdagangan orang dalam (insider trading). 2. Untuk memperoleh informasi perlindungan hukum bagi investor yang dirugikan akibat terjadinya pelanggaran dalam hukum pasar modal yaitu perdagangan orang dalam (insider trading)

berdasarkan hukum pasar modal.

D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki nilai kegunaan baik secara

teoritis dan praktis, yaitu sebagai berikut : 1. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan rangka dapat memberikan sumbangann Hukum pada

pemikiran dalam

perkembangan Ilmu

umumnya dan perkembangan Hukum Ekonomi pada khususnya mengenai perdagangan orang dalam (insider trading) pada kegiatan pasar modal di Indonesia. 2. Secara praktis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi masyarakat pada umumnya dan bagi para pihak yang terkait dengan masalah hukum pasar modal pada khususnya.

E. Kerangka Penelitian Mochtar Kusumaatmadja mendifinisikan hukum sebagai

seperangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan masyarakat termasuk di dalamnya lembaga-lembaga dan proses-proses yang mewujudkan hukum itu dalam kenyataan.7 Melalui definisi tersebut, Mochtar Kusumaatmadja memandang tujuan dibentuknya hukum adalah sebagai sarana pembangunan (law as a tool of social engineering).8

7 8

Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Ilmu Hukum, Bandung: PT Alumni, 2000, hlm. 1 Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan, Bandung: PT Alumni, 2006, hlm. 44

Tujuan pembangunan Indonesia terdapat dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945), yakni : Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdakaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Demi tercapainya tujuan pembangunan tersebut, dibutuhkan suatu pembangunan nasional termasuk diantaranya pembangunan di bidang ekonomi yang mandiri dan andal. Pelaksanaan pembangunan tersebut membutuhkan suatu pengaturan agar proses pembangunan dapat diarahkan kepada pencapaian tujuan bangsa dan negara, maka dibentuklah Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (selanjutnya disebut UUSPPN) yang diharapkan dapat menjadi alat kebangkitan bangsa. Dalam Pasal 1 angka 4, angka 5, dan angka 8 UUSPPN dijelaskan lebih lanjut bahwa perencanaan pembangunan nasional terbagi ke dalam tiga rencana, yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang, Rencana Pembangunan Jangka Menengah, dan Rencana Pembangunan Tahunan. Agenda pertama RPJMN tahun 2010-2014 adalah pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Pasar modal mempunyai peranan yang strategis dalam

pembangunan ekonomi nasional yakni sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan sebagai wahana investasi masyarakat. Hal ini juga terdapat dalam penjelasan UUPM yang menjelaskan bahwa kegiatan pasar modal mempunyai tujuan menunjang pelaksanaan

pembangunan

nasional

dalam

rangka

meningkatkan

pemerataan,

pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi nasional ke arah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengertian pasar modal dapat ditemukan dalam Pasal 1 angka 13 UUPM, yakni : Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan degan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Perkembangan pasar modal yang dilandaskan pada kebijakan pembangunan nasional melahirkan pembentukan pasar modal dengan jangkauan yang lebih luas dibandingkan di negara lain. Jangkauan tersebut mencakup proses perluasan keikutsertaan masyarakat dalam kepemilikan saham perusahaan dan penghimpunan dana masyarakat untuk dapat digunakan secara lebih produktif. Jangkauan tersebut mempunyai misi yang sejalan dengan isi yang terkandung dalam Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 yang menyebutkan bahwa perekonomian Indonesia dijalankan berdasarkan usaha bersama dan atas dasar kekeluargaan. Atas dasar itu, maka pasar modal Indonesia mempunyai landasan idiil dan konstitusional yang sesuai degan norma yang terdapat dalam falsafah Pancasila dan UUD 1945.9

Umaran Mansyur, Teknik Perdagangan Efek di Bursa efek Indonesia, Jakarta: Aksara Kencana, 1986, hlm. 7

Informasi yang harus disampaikan kepada publik adalah informasi yang akurat dan lengkap sesuai dengan keadaan perusahaan. 10 Pemberian informasi ini berdasarkan pada prinsip keterbukaan, karena prinsip keterbukaan adalah jiwa dari pasar modal. Keterbukaan

merupakan suatu kewajiban bagi setiap perusahaan yang menjual sahamnya melalui lantai bursa. Prinsip keterbukaan (disclosure principle) merupakan suatu yang harus ada, baik untuk kepentingan perusahaan bursa seperti PT Bursa Efek Jakarta dan PT Bursa Efek Surabaya, Bapepam (sekarang OJK) selaku pengawas maupun calon investor. Keterbukaan dalam transaksi efek adalah seluruh informasi mengenai keadaan usahanya yang meliputi aspek keuangan, hukum, manajemen dan harta kekayaan perusahaan kepada masyarakat.11 Keterbukaan terhadap kondisi perusahaan yang akan melakukan emisi saham menyebabkan calon investor dapat memahami dan memutuskan

kebijakan untuk investasinya.12 Tujuan dari prinsip keterbukaan tersebut adalah untuk terciptanya efisiensi dalam transaksi efek. Perdagangan yang efisien adalah dimana para pihak yang berkepentingan dengan oerdagangan efek tersebut dapat melakukan perdagangan dengan murah, cepat, dan dengan biaya yang relatif murah, termasuk di dalamnya adanya penyelesaian transaksi yang
10

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 230 11 I Nyoman Tjager, Pokok-pokok Materi Undang-undang Pasar Modal, makalah seminar Potensi-potensi Kejahatan di Bursa Efek, Senat Mahasiswa Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 28 September 1996, hlm 3 sebagaimana dikutip dari Najib A. Gisyamar, Insider Trading Dalam Transaksi Efek, Bandung: Citra Adutya Bakti, 1999, hlm. 2 12 Najib A. Gisymar, loc. cit

10

cepat dan murah. Efesiensi dalam arti luas tersebut akan memberikan perlindungan bagi investor pada akhirnya akan menimbulkan kepercayaan bagi Pasar Modal itu sendiri.13 Keberadaan pasar modal tidak hanya memberikan keuntungan dalam aktivitas ekonomi karena memungkinkan pihak yang membutuhkan dan untuk mendapatkan dana yang relatif mudah dan cepat serta memberikan alternatif untuk berinvestasi bagi masyarakat. Akan tetapi pasar modal juga mempunyai sisi negatif dengan munculnya kejahatan kerah putih (white collar crime) yang sangat merugikan masyarakat. Di dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, disebutkan beberapa pokok-pokok kejahatan yang biasanya menjadi pilar modus yang selanjutnya dikembangkan dan dikombinasikan dalam bentuk-bentuk yang lain. hal yang diharamkan oleh undang-undang, diantaranya menyangkut tentang manipulasi pasar (market manipulation), penipuan (fraud), dan perdagangan orang dalam (insider trading), dengan berbagai unsur yang dapat menjerat siapa saja yang melanggar ketentuan tersebut. Namun dalam praktiknya, sangat sulit untuk mengungkap berbagai pelanggaran dan kejahatan pasar modal, serta menangkap pelakunya. Tindak pidana di bidang pasar modal mempunyai karakteristik yang khas, yaitu antara lain adalah barang yang menjadi objek dari tindak pidana adalah informasi, selain itu pelaku tindak pidana tersebut bukanlah

13

Ibid.

10

11

mengandalkan kemampuan fisik, akan tetapi lebih mengandalkan pada kemampuan untuk membaca situasi pasar serta memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Selain kedua karakteristik tersebut, masih terdapat karakteristik lain yang membedakan dari tindak pidana lainnya, yaitu pembuktiannya yang cenderung sulit dan dampak pelanggaran dapat berakibat fatal dan luas.14 Salah satu jenis pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan adalah praktek atau kegiatan insider trading, yaitu tindakan yang melibatkan sekelompok orang dalam yang dengan sengaja memanfaatkan informasi untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya melalui

perdagangan saham di bursa.15 Terdapat tiga hal pokok dalam melengkapi proses terjadinya insider trading yaitu adanya orang dalam, informasi perusahaan yang masih rahasia dan bersifat materiel (belum terbuka untuk umum), serta adanya perdagangan saham oleh pihak orang dalam.16 Pengertian tentang insider trading menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal terdapat dalam Pasal 95 yaitu, Orang dalam dari Emiten atau Perusahaan Publik yang mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan pembelian atau penjualan atas Efek: a) Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud; atau b) Perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan.

14 15

M. Irsan Nasarudin dkk, op. cit, hlm. 260 Iman Sjahputra Tunggal, Tanya-Jawab Aspek Hukum Pasar Modal di Indonesia, Harvarindo, Jakarta, 2000, hlm. 111 16 Ibid.

11

12

Praktek Insider trading mungkin dapat dideteksi dengan cukup mudah yaitu dengan cara mendeteksi dari beberapa fakta-fakta yang ada ketika praktek tersebut terjadi. Diantaranya ada atau tidaknya orang dalam yang melakukan transaksi atas Efek perusahaan dimana yang

bersangkutan menjadi orang dalam. Selain itu, dapat pula dideteksi dari adanya peningkatan harga dan volume perdagangan Efek sebelum diumumkannya informasi materiel kepada publik dan terjadinya

peningkatan atau penurunan harga dan volume perdagangan yang tidak wajar. Tetapi dalam kenyataannya pembuktiaan insider trading tidaklah mudah. Kesulitan yang dihadapi dalam pembuktian insider trading adalah perangkat hukum yang ada tidak berkembang secepat pasar modal, sehingga otoritas kesulitan dalam mencari alat bukti yang dapat diterima secara hukum. Insider trading itu memang transaksi yang dilarang. Namun, pembuktiannya sangat sulit, karena harus membuktikan apakah benar ada infomasi orang dalam yang dipakai pihak tertentu untuk melakukan transaksi yang kemudian merugikan pihak lain atau memberikan keuntungan berlebih. Menurut Nurhaida, kesulitan pembuktiannya karena informasi orang dalam yang dilarang bisa saja diberikan secara lisan.

12

13

Akhirnya tidak ada bukti fisik yang menunjukkan terjadinya penerusan informasi dari orang dalam kepada pihak lain.17 Bila terjadi pelanggaran atas larangan insider trading, Bapepam sebagai penyidik akan melakukan pemeriksaan terhadap pihak terkait yang melakukan pelanggaran tersebut. Insider trading termasuk kejahatan yang sulit dibuktikan karena semua transaksi dilakukan secara scriptless dan menggunakan komunikasi telpon. Ketua Bapepam LK pernah mengeluh ketika menangani kasus Insider Trading PT. Perusahaan Gas Negara akhir tahun 2006, dimana menurutnya pencatatan transaksi digital tidak bisa diterima di Pengadilan. Perintah untuk melakukan transaksi lewat telepon juga bukan alat bukti. Pengadilan butuh surat perintah transaksi. Pengamat Hukum Pasar Modal, Indra Safitri berpendapat senada dengan mengatakan berdasarkan pengalaman selama ini, insider trading terbilang kasus yang sulit dibuktikan oleh otoritas, tingkat keuwetan kasus ini terbilang tinggi. Diperlukan suatu pembuktian terbalik. I.B. Aditya Jayaantara mengatakan dalam pemenuhan alat bukti dipergunakan pendekatan scientific crime investigation yang artinya tidak dibutuhan pengakuan tetapi yang diandalkan adalah bukti, namun bukti itu pun sangat sulit untuk didapat.18

17

Bapepam Akui Sulit Buktikan Insider Trading, 7 Mei 2011, diakses http://www.hukumonline.com, pada 3 Juni 2013 pukul 20.34 WIB 18 Mahmud Sebayang, Larangan Insider Trading, 18 April 2009, diakses http://mahmudsebayang.wordpress.com, pada 9 Juni 2013 pukul 22.14 WIB

di di

13

14

F. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan untuk penelitian ini adalah yuridis normatif. Yuridis normatif dimaksudkan sebagai penelitian yang bertitik tolak dari peraturan-peraturan yang berlaku sebagai hukum positif.19 Kemudian data yang diperoleh dari hasil penelitian disusun secara sistematis dan lengkap sehingga diperoleh suatu gambaran yang menyeluruh tentang permasalahan yang akan diteliti. 2. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian deskriptifanalitis yakni dengan menganalisa kaitan antara peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan teori-teori hukum dan praktik hukum positif yang menyangkut yang akan dibahas.20 Penelitian ini menggambarkan fakta-fakta hukum yang berkaitan dengan pembuktian dalam penegakan hukum atas kasus-kasus perdagangan orang dalam (insider trading) serta perlindungan hukum terhadap investor yang dirugikan berdasarkan hukum pasar modal di Indonesia. 3. Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui 2 (dua) tahapan, yaitu penelitian kepustakaan terhadap sumber data sekunder serta penelitian
19

dengan permasalahan

Ronny Hanitjo Soemitro, Metode Penulisan Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Cetakan ke4 Ghalia Indonesia, 1990, hlm 100 20 Idem, hlm. 97-98

14

15

lapangan untuk memperoleh fakta-fakta di lapangan melalui wawancara yang menunjang hasil penelitian kepustakaan. Sumber data sekunder yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan antara lain : a. Bahan-bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan yang mengikat,21 meliputi : 1) Undang-undang Dasar 1945 Amandemen ke-IV 2) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana 3) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal 4) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 5) Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan 6) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal dan Perubahannya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 7) Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal b. Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer,
21

Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 13

15

16

antara lain buku-buku, karya ilmiah, serta tulisan para ahli hukum,22 khususnya yang berkaitan dengan pasar modal dan perdagangan orang dalam (insider trading). c. Bahan-bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, antara lain kamus,

ensiklopedia, indeks kumulatif, dan sebagainya.23 4. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan

(bibliography study) dengan cara mengumpulkan, mempelajari serta mengkaji bahan-bahan hukum serta peraturan perundangundangan yang berhubungan dengan masalah penelitian. 5. Teknik Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan analisa normatif kualitatif. Normatif dimaksudkan sebagai penelitian yang bertitik tolak dari peraturaden-peraturan yang ada sebagai norma hukum positif.24 Kemudian data yang diperoleh dari hasil penelitian disusun secara sistematis dan lengkap untuk kemudian dianalisa secara kualitatif sehingga akan memperoleh suatu gambaran yang menyeluruh mengenai permasalahan yang akan dibahas.

22 23

Ibid. Idem, hlm. 14 24 Idem, hlm. 98

16

17

DAFTAR PUSTAKA

Buku : Asep N. Mulyana, Fungsionalisasi Hukum Pidana Dalam Aktivitas Pasar Modal Di Indonesia, Semarang: Aneka Ilmu, 2010. Iman Sjahputra Tunggal, Tanya-Jawab Aspek Hukum Pasar Modal di Indonesia, Harvarindo, Jakarta, 2000. M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Kencana, 2010. Marzuki Usman dkk., ABC Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Institut Bisnis Indonesia, 1994. Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Ilmu Hukum, Bandung: PT Alumni, 2000. ____________________, Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan, Bandung: PT Alumni, 2006. Munir Fuady, Pasar Modal Modern: Tinjauan Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995. Najib A. Gisyamar, Insider Trading Dalam Transaksi Efek, Bandung: Citra Adutya Bakti, 1999. Ronny Hanitjo Soemitro, Metode Penulisan Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Cetakan ke-4 Ghalia Indonesia, 1990. Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

17

18

Umaran Mansyur, Teknik Perdagangan Efek di Bursa efek Indonesia, Jakarta: Aksara Kencana, 1986.

Peraturan Perundang-undangan : Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen Ke-IV Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal dan Perubahannya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal

Sumber Lain : Bapepam Akui Sulit Buktikan Insider Trading, 7 Mei 2011, diakses di http://www.hukumonline.com, pada 3 Juni 2013 pukul 20.34 WIB Mahmud Sebayang, Larangan Insider Trading, 18 April 2009, diakses di http://mahmudsebayang.wordpress.com, pada 9 Juni 2013 pukul 22.14 WIB

18

Anda mungkin juga menyukai