Anda di halaman 1dari 24

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

BAB III PEMERIKSAAN GERONTOLOGI


TUJUAN BELAJAR TUJUAN KOGNITIF Setelah membaca bab ini dengan seksama, maka anda sudah akan dapat : 1. Memahami pemeriksaan gerontologi medik dalam berbagai aspek 2. Mengetahui persiapan yang diperlukan sebelum melakukan wawancara atau pemeriksaan pasien, melakukan pemeriksaan dengan teknik yang tepat dan pendekatan yang maksimal pada pasien sehingga mendapatkan hasil yang maksimal 3. Mengetahui pemeriksaan gerontologi medik dalam berbagai aspek 4. Mengetahui pemeriksaan penunjang gerontologi medik dalam berbagai aspek untuk membantu diagnosa TUJUAN AFEKTIF Setelah membaca bab ini dengan penuh perhatian, maka penulis mengharapkan anda sudah akan dapat ; 1. Menunjukkan perhatian terhadap pemeriksaan gerontologi medik dalam berbagai aspek ; 2. Mempersiapkan diri dengan baik sebelum wawancara atau pemeriksaan pasien untuk mendapatkan hasil maksimal 3. Membaca lebih lanjut tentang pemeriksaan gerontologi medik dalam berbagai aspek 4. Mengetahui cara-cara pemeriksaan gerontologi medik dalam berbagai aspek 5. Dapat memberikan pengetahuan tentang pemeriksaan gerontologi medik dalam berbagai aspek kepada rekan sejawat

Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

1.

PENDAHULUAN

Sebagai seorang dokter, anda telah memutuskan untuk menjadi seorang pelayan masyarakat meliputi semua lapisan masyarakat dengan beraneka ragam latar belakang , termasuk diantaranya usia. Masyarakat termasuk didalamnya para Lanjut Usia, mencari anda untuk mendapatkan pelayanan yang anda berikan. Pada mulanya,mungkin pasien hanya memiliki sedikit pilihan dan terpaksa menerima begitu saja kehadiran kita disamping sisi tempat tidurnya. Kemudian mereka dapat memilih, dan akan memilih dokter tempat mereka dapat mencurahkan perasaan, mendengarkan mereka dan yang membuat mereka merasa lebih baik dengan kehadirannya. Mengingat hal-hal yang telah dipaparkan diatas,maka tindak tanduk dan sikap yang akan memperbesar atau mengurangi kesempatan kita untuk menjadi seorang dokter yang berhasil. Setelah memahami kenyataan ini, kita semestinya dapat bertindak dan bersikap dengan bijaksana terhadap pasien terutama para Lanjut Usia sehingga hubungan baik Dokter-Pasien akan terbina sehingga usaha medis akan maksimal. Adapun kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pemeriksaan serta menegakkan diagnosa dan prognosa dalam penanganan kasus geriatri telah menjadi suatu problem klinis yang sangat kompleks, karena ini menjadi modal awal bagi manajemen terapi bagi seorang dokter dalam kasus geriatri. Penurunan fungsi organ yang terjadi baik sebagai proses fisiologis yang senilis maupun akibat dari suatu penyakit degeneratif yang diderita oleh lansia perlu diketahui secara baik agar dalam melakukan pemeriksaan terjadi suatu interaksi yang harmonis antara pemeriksa dan pasien. Pemeriksa juga dituntut menerapkan pendekatan biopsikososial, memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemauan untuk mengevaluasi setiap individu dengan seksama serta menyusun rencana pelaksanaan yang bersifat individual serta dirancang khusus. Tiga hal yang mempengaruhi penampilan klinis pada lansia adalah pertama, acapkali lansia tidak mengeluh tentang rasa sakit yang dideritanya atau tidak adequate dalam mengekspresikan rasa sakitnya. Kedua, adanya perubahan pola penyakit. Ketiga, perubahan respon terhadap penyakit. Untuk meyajikan sebuah pendekatan sistematis pada penanganan pasien lanjut usia itu berbeda dari pemeriksaan pasien muda. Formulir dan catatan medis sebelumnya harus diperoleh sejalan dengan banyaknya pasien lain yang telah di evaluasi dan dirawat dimasa lalu yang selalu berharga untuk diperoleh. Instrumen pemeriksaan klinis pada lansia tidak jauh berbeda pada pemeriksaan pada orang dewasa., namun yang berbeda adalah pendekatan dan interpretasi apakah suatu tanda ( sign) yang ditemukan adalah proses fisiologis atau patologis. Tekhnik anamnesa khusus yang diterapkan harus memperhatikan aspek perubahan yang terjadi, apakah pasien mengalami gangguan pendengaran, gangguan penglihatan atau gangguan memori yang dapat mengubah suatu pendekatan anamnestik. Sehingga dalam melakukan anamnesa pemeriksa disarankan untuk mengutarakan pertanyaan dengan suara yang lebih keras namun dengan nada yang rendah, juga menatap pasien secara berkelanjutan. Tema pertanyaan diharapkan tidak cepat berubah sebelum suatu tema
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

selesai secara menyeluruh, mengingat gangguan kognitif yang mungkin terdapat pada seorang lansia. Identifikasi kondisi yang reversible maupun ireversibel pada pasien lansia dengan penyakit kronik seyogyanya dilakukan. Namun perlu diingat bahwa tujuan pengobatan bukan semata-mata menyembuhkan penyakit akut namun memberikan perhatian yang luas pada penyakit kronik. Perhatian terhadap penyakit yang mendasari kondisi kronik lansia seringkali membuat seorang dokter lupa akan tujuan pengelolaan pasien lansia. Tujuan pengobatan seharusnya berorientasi kepada peningkatan kualitas hidup seperti optimalisasi status fungsional, keadaan umum, memulihkan produktivitas, kreativitas dan perasaan bahagia seorang lansia. Untuk mengetahui adanya kelemahan organik pada seorang lansia diperlukan waktu pemeriksaan yang lebih lama akibat penurunan fungsi dalam berkomunikasi. Setiap gejala (symptom) yang muncul pada pasien baik itu dengan atau tanpa keluhan harus dipertimbangkan sebagai suatu proses yang harus di evaluasi, apakah merupakan tanda-tanda penyakit degeneratif atau merupakan suatu akibat komplikasi. Pemeriksaan internis harus lebih ditujukan kepada evaluasi tanda vital. Banyak pasien lansia menderita hipertensi sehingga evaluasi tekanan darah merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan dan membutuhkan evaluasi terhadap perubahan tekanan darah, pengobatan serta komplikasinya. 2. PERUBAHAN FISIOLOGIS PENUAAN Perubahan perubahan pada fungsi faali Lanjut Usia adalah peristiwa yang tidak terhindarkan seiring dengan meningkatnya usia , dan hal ini mesti diketahui oleh kita sehingga kita mampu memahami dengan mendalam kondisi fisik dari pasien yang akan kita hadapi. A. Perubahan pada sistem musculoskeletal antara lain: Perubahan pada kolagen merupakan penyebab turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot, kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok, dan berjalan, dan hambatan dalam melakukan aktivitas sehari - hari. Pada kartilago mengalami kalsifikasi dibeberapa tempat, seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif, tidak hanya sebagai peredam kejut, tetapi juga sebagai permukaan sendi yang berpelumas. Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat badan. Akibat perubahan itu sendi mudah mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak, dan terganggunya aktivitas sehari-hari. Pada tulang, berkurangnya kepadatan tulang setelah diobservasi, adalah bagian dari penuaan fisiologis. Dampak berkurangnya kepadatan akan mengakibatkan osteoporosis. Osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas, dan fraktur. Pada otot dampak perubahan morfologis adalah penurunan kekuatan, penurunan fleksibilitas, peningkatan waktu reaksi, dan penurunan kemampuan fungsional otot.
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

Dan pada sendi terjadi degenerasi, erosi, dan kalsifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi kehilangan fleksibilitasnya sehingga terjadi penurunan luas gerak sendi. Kelainan akibat perubahan pada sendi yang banyak terjadi pada lansia antara lain osteoarthritis, arthritis rheumatoid, gout, dan pseudogout. Kelainan tersebut dapat menimbulkan gangguan berupa bengkak, nyeri, kekakuan sendi, keterbatasan luas gerak sendi, gangguan jalan dan aktivitas keseharian lainnya. B. Pada sistem saraf Penuaan menyebabkan penurunan persepsi sensorik dan respon motorik pada susunan saraf pusat dan penurunan reseptor proprioseptif. Hal ini terjadi karena susunan saraf pusat pada lansia mengalami perubahan morfologis dan biokimia. Berat otak pada lansia berkurang berkaitan dengan berkurangnya kandungan protein dan lemak pada otak sehingga otak menjadi lebih ringan. Perubahan tersebut mengakibatkan penurunan fungsi kognitif, koordinasi, keseimbangan, kekuatan otot, refleks, proprioseptif, perubahan postur, dan peningkatan waktu reaksi. Sistem kardiovaskuler dan respirasi Perubahan fungsi kardiovaskuler berkaitan dengan meningkatnya usia. Respon terhadap latihan jasmani berubah bersamaan dengan usia, meliputi denyut jantung menurun, volume ventrikel kiri meningkat, dan berkurangnya isi sekuncup. Namun perubahan itu tampaknya berhubungan dengan perubahan gaya hidup (lansia jadi malas bergerak) atau karena proses aterosklerosis. Tekanan darah sistolik dapat meningkat bersamaan dengan bertambahnya umur, karena kelenturan dinding pembuluh darah besar berkurang dengan penambahan usia. Meningkatnya tekanan darah sistolik berakibat meningkatnya beban kerja jantung dan menghasilkan hipertrofi ventrikel kiri sesuai usia. Pada sistem pernafasan terjadi perubahan jaringan ikat paru. D. Sistem indera Sistem penglihatan erat kaitannya pada presbiopia (old sight). Lensa kehilangan elastisitas dan kaku. Otot penyangga lensa lemah dan kehilangan tonus. Ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang.

C.

Gangguan pendengaran pada lansia umumnya disebabkan koagulasi cairan yang terjadi selama otitis media atau tumor seperti kolesteatoma. Gangguan ini dapat di atasi dengan operasi. Hilangnya sel-sel rambut koklear, reseptor sensorik primer sistem pendengaran atau sel saraf koklear ganglion, brain stem trucks dikenal dengan sensoric neural hearing loss. Penyebab ganguan pendengaran yang lain, seperti sindrom Meniere dengan gejala seperti vertigo, mual, muntah, telinga terasa penuh, tinitus, dan hilangnya daya pendengaran dan aquostik neuroma. Hal ini sering terjadi pada lansia adalah hilangnya high pitch terutama konsonan. Apabila berbicara pada Kepaniteraan Gerontologi Medik 4
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

lansia sebaiknya jelas, pelan, selalu memelihara kontak mata, dan berhadapan sehingga lansia dapat melihat gerak bibir sewaktu kita berbicara. 3. Hubungan yang baik antara dokter dan pasien Sebelum kita memulai kepada pemeriksaan klinis yang akan kita lakukan kepada pasien, terutama para Lanjut Usia maka ada hal-hal tertentu yang mesti kita perhatikan dan pahami sehingga akan terjalin hubungan yang baik antara DokterPasien yang tentunya nanti akan sangat mendukung keberhasilan dan kelancaran tindakan pemeriksaan klinis kita. A. Persiapan untuk pemeriksaan 1. Tunjukkan perhatian anda, kunci untuk menjalin hubungan. Perhatian kita kepada pasien akan segera diketahui jika melakukan kebiasan baik yakni mencurahkan perhatian sepenuhnya kepada pasien mulai kita memasuki kamarnya sampai kita meninggalkan kamarnya setelah pemeriksaan. 2. Pelajari teknik melakukan anamnesa Teknik anamnesa yang baik mestilah kita kuasai ,hal ini dapat dipelajari dengan banyak membaca, menyaksikan dengan seksama cara wawancara yang baik dari dokter pembimbing dan teknik ini akan terus berkembang dengan meningkatnya jam kontak kita dengan pasien. 3. Pelajarilah rekaman medis dan persiapkan peralatan. Periksalah semua catatan dan informasi sebelum anda mendatangi pasien, dan bawalah perlengkapan yang anda butuhkan. 4. Jangan mengizinkan terjadinya interupsi Jika perlu bersikaplah tegas dan sopan untuk mendapatkan wawancara yang efisien. Jangan biarkan terjadinya interupsi yang mengganggu hubungan anda dengan pasien. 5. Dengarkan pasien dengan seksama Dengarkanlah setiap respon dari pasien, pikirkanlah dan bersiaplah untuk mengikuti petunjuk pasien tentang keprihatinan mereka dan prioritas mereka. B. Perkenalan dengan pasien Perkenalan diri anda mempunyai banyak arti, Anda menjelaskan peranan Anda, meminta ijin untuk berpartisipasi dalam perawatan pasien, mengadakan sutu suasana emosional, menyatakan peranan profesioanal anda, dan ingatlah bahwa hubungan anda dengan pasien adalah hubungan yang tidak seimbang yang menguntungkan anda serta menimbulkan stress pada pasien. Sehingga ada beberapa hal yang mesti anda lakukan yaitu bersikaplah peka terhadap penderitaan pasien, masuklah dengan tenang dan tersenyum, Jabatan tangan yang erat, kontak mata yang segera, perkenalkan diri anda dan orang-orang lain, Jelaskanlah peran dan tunjuan anda. C.Meningkatkan hubungan dengan bertindak secara profesional. Anda telah memulai suatu hubungan profesional dan mengadakan suatu hubungan emosional yang baik , perhatikanlah hal-hal berikut ;
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

1. Pasien diberi waktu untuk berpakaian secara pantas. Wawancara atau pemeriksaan dilakukan hanya setelahpasien diberi waktu untuk berpakaian secara pantas sesuai dengan kondisi penyakit pasien tentunya. 2. Duduklah tepat diluar wilayah pribadi pasien Duduklah kira-kira 1 meter dari pasien dan mintalah ijin untuk memasuki wilayah ini nanti pada akhir wawancara untuk melalukukan pemeriksaan. Berhati-hatilah untuk tidak menyentuh barang-barang pribadi pasien , dengan melakukan ini , anda menunjukkan penghargaan terhadap integritas pasien. 3. Nilailah tempat duduk dan kenyamanan Anda. Pastikanlah bahwa pencahayaan, tempat menulis dan tempat duduk anda memadai untuk melakukan wawancara yang santai dan nyaman , jika anda perlu mengubah posisi tempat duduk anda, mintalah ijin terlebih dahulu kepada pasien. 4. Ketinggian mata sama atau dibawah ketinggianmata pasien. Kalau mungkin, duduklah sedemikian rupa sehingga ketinggian mata anda sejajar atau dibawah ketinggian mata pasien. Jika memungkinkan mina pasien untuk duduk dengan tegak. D.Mengadakan Wawancara 1. Perhatikanlah petunjuk verbal maupun non verbal Anda sekarang siap untuk mewawancarai pasien. Perhatikanlah petunjukpetunjuk verbal dan non verbal, beritahukanlah kepada pasien bahwa anda akan mencatat bagian-bagian yang penting sementara pasien menceritakan secara merinci riwayat penyakitnya. 2. Semua komunikasi harus dijaga kerahasiaannya Kondisi kesehatan pasien merupakan suatu komunikasi yang memiliki hak istimewa. Pasien berharap dan hukum mengharuskannya bahwa setiap dialog harus dijaga kerahasiaanya. Rekaman medis adalah suatu dokumen rahasia dan mempunyai status hukum. Kalau dibicarakan dengan orang lain maka identitas pasien harus dirahasiakan. Jika ingin membicarakan perawatan dengan keluarga pasien maka harus meminta ijin pasien terlebih dahulu. Pasien akan menjadi berterus terang jika kita menghargai informasi yang mereka berikan. 3. Jangan memberikan pertimbangan moral Pertimbangan moral terhadap perilaku pasien tidak mempunyai tempat dalam dunia kedokteran. Tidak ada penyakit, pola tingkah laku maupun gaya hidup yang perlu mendapat komentar benar atau salah, Anda harus dapat memisahkan perasaan anda terhadap tingkah laku pasien dari hubungan anda dengannya. Pertanyaan tentang moralitas mengganggu penilaian medis yang logis. 4. Bersikaplah jujur dan bertindaklah sebagaimana mestinya Kejujuran dalam dunia kedokteran harus menang, meskipun kita tergoda untuk melakukan pengecualiaan, Penyimpangan terhadap kebenaran sering kali terlihat tepat dengan berkedok Untuk kebaikan pasien. Anggota keluarga seringkali menganjurkan kebohongan atau menyembunyikan
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

penyakit yang diderita pasien dalam usaha melindungi pasien dari persoalan yang sulit. Hal ini jarang sekali baik dan efektif. Kita tidak boleh menghindari untuk memberikan informasi yangsebenarnya hanya untuk menghndarkan diri kita dari situasi sulit untuk menghadapi pasien. 5. Hargailah sikap pasien terhadap penyakit Tidak ada gunanya memperlihatkan optimisme yang berlebihan dalam menghadapi bencana yang akan datang atau menyembunyikan keadaan sulit. Bersikapalah untuk selalu siap membantu pasien, tanyakan kebutuhankebutuhannya dan bersikaplah positif dalam melakukan tindakan-tindakan yang sering meringankan penderitaan mereka. E. Pengendalian Diri Pasien 1. Keinginan pasien menentukan tujuan terapi Sampai batas tertentu, pasien mengatur perawatannya dan besarnya rahasia yang akan diceritakan selama wawancara. Nanti, ia mungkin melarang halhal yang dianggapnya merugikannya. Akhirnya mungkin ia memutuskan untuk tidak mengkonsumsi obat atau tidak melakukan operasi. Anda juga mungkin menentang suatu cara pengobatan kalau terlihat ada pengobatan yang lebih baik. Pasien dapat menerima, menolak atau merundingkannya selama perawatan. Anda dapat mempengaruhi pengendalian diri pasien selama wawancara dengan memperlihatkan sikap menerima dan memahami. Kalau pasien melihat bahwa ceritanya dirahasiakan, bebas dari pertimbangan moral didengarkan dengan penuh simpatik, sikap membungkamnya biasanya hilang. 2. Hindarilah kesembronoaan tentang penyakit Pasien seringkali menghubungkan penyakit dideritanya sebagai ganjaran atas apa yang telah dilakukan olehnya dimasa muda, oleh keluarganya atau oleh bisnianya. Sikap sembrono terdapat penyakit tidak dapat diteriama dan menganggap remeh usaha pasien untuk menjelaskan penyakitnya tidak dapat dtolerir. Usaha yang dilakukan haruslah dengan hati-hati memberikan wawasan mendalam kepada pasien tentang penyakitnya, dihargai pasien yang mungkin menjadi berkurang rasa takutnya , kurang mencela diri dan biasanya menjadi lebih kooperatif. 3. Berikanlah penjelasan sebelum anda bertindak Pasien mungkin melarang untuk dilakukan suatu pemeriksaan fisik, keberhasilan atau ketidakberhasilan untuk mendapatkan riwayat penyakit menentukan kemudahan untuk dilakukannya pemeriksaan fisik. Kontak fisik menakutkan untuk sebagian pasien terlebih dengan orang asing. Penjelasan yang cukup tentang apa yang akan anda lakukan akan mengurangi ketakutan mereka dan mengajak mereka untuk melihat tindakan pemeriksaan yang akan dilakukan akan menghilangkan keengganan mereka. 4. Beresponlah terhadap emosi pasien Emosi yang kuat pada dokter dapat segera dirasakan oleh pasien dan diinterpelasikan secara negatif. Jika anda menjadi marah dan banyak menuntut pasien akan menarik diri atau memberikan respon dengan cara yang sama. Jika pasien menangis ,anggaplah itu respon yang dapat diterima.
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

Jika pasien marah carilah penyebabnya. Emosi merupakan bagian dari penyakit. F. Pengendalian diri dokter Sebagian besar faktor penentu hubungan antara Dokter-Pasien berada di pihak anda. Ini sudah jelas dan tidak terbantahkan lagi. Sebagian pengendalian diri dokter perlu diberi komentar; sebagian sulit dipelajari. Pasien berharap pertanyaan anda hanya dipusatkan pada perawatan mereka. Hindarilah pembicaraan lama tentang persoalan yang kurang penting dan topik-topik lain yang dapat mengurangi perhatian terhadap rincian perawatan pasien. Kadangkadang pasien mengingatkan anda tentang besarnya pengendalian yang diperlukan. Secara ringkas dapat diberikan pertimbangan-pertimbangan untuk meningkatkan pengendalian diri dokter untuk mencapai wawancara yang maksimal dengan pasien berupa; Hindarilah percakapan yang kurang penting dan menyimpang Kendalikan pertanyaan dan jawaban Mulailah dengan pertanyaan yang terbuka dan singkat Perjelaslah rincian spesifik dengan pertanyaan yang tertutup dan terarah Batasilah jumlah pertanyaan langsung Pakailah lebih banyak pertanyaan tidak langsung Perhatikanlah respons yang tegas dan sering-seringlah memeakai pertanyaan terbuka. G. Mengendalikan suatu wawancara 1. Pakailah pernyataan-penyataan peralihan untuk mengendalikan pasienpasien yang berbicara bertele-tele Pasien-pasien yang memberikan terlalu banyak keterangan rinci dan terlalu sedikit informasi dapat dikendalikan dengan pernyataan-pernyataan peralihan. Pernyataan-pernyataan ini mencakup interupsi yang diberikan dengan hati-hati dan tepat pada waktunya, pernyataan yang memperjelas dan suatu pertanyaan terarah yang mengbah topik pembicaraan dan menunjukkan perhatian pewawancara. 2. Mintalah ijin pasien untuk menyelidikan persoalan sensitif. Hal seperti riwayat seksual, masalah percecokkan pribadi, perlu dimintakan ijin sebelum kita menyelidiki mendalam. Perlihatkanlah perhatian anda dan jelaskanlah pentingnya informasi ini agar anda dapat memahami masalah yang ada. 3. Berikanlah Respon singkat jika pasien mengungkapkan emosinya Pasien berespon terhadap penyakit dengan emosi-emosi seperti takut, penyangkalan, depresi, gelisah atau bahkan panik. Jangan biarkan pasien menunjukkan emosi yang tidak terarah. Anda harus menentukan keseimbangan antara mempertahankan jarak yang tepat dan menghindari perangkap moral, ketidakpekaan, atau menjauhi pasien. 4. Hindarilah memberikan pertanyaan yang bertubi-tubi Berikanlah kesempatan kepada pasien untuk menjawab pertanyaan yang anda berikan dalam suasana yang santai . Janganlah memberikan tekanan
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

mental kepada pasien dengan pertanyaan bertubi-tubi yangseringkali menyebabkan pasien kewalahan untuk menjawab dan merasa tersudutkan. 5. Selidikilah semua petunjuk Semua petunjuk yang mampu kita peroleh dari pasien harus kita analisa secara mendalam , Seperti Emosi pasien, haruslah anda tentukan apakah anda menghadapi sikap watak tertentu ataukah ungkapan perasaan yang kuat tapi bersifat sementara waktu saja. Jika timbul kemarahan pasien, haruslah dihadapi segera karena bisa mengganggu hubungan Dokter-Pasien, Tanyakanlah mengapa pasien marah dan doronglah pasien untuk mengungkapkannya melalui kata-kata. 3. PEMERIKSAAN KLINIS Setelah kita memahami bagaimana untuk mempersiapkan diri kita untuk membentuk hubungan Dokter-Pasien yang baik, untuk mencapai Pemeriksaan klinik yang maksimal yang bermuara pada hasil perawatan yang maksimal pula. Maka perlulah kita memahami jenis-jenis pemeriksaan yang dikenal dalam Gerontologi klinik ; A. Riwayat Karena banyak pasien tua menjadi tua mempunyai riwayat yang panjang dan rumit, dokter memerlukan teknik- teknik khusus untuk memperoleh semua informasi yang sesuai. Bila catatan medik sebelumnya tersedia pada saat kunjungan pertama, keseluruhannya dapat meningkatkan evaluasinya. Keluhan Utama Keluhan utama pada pasienpasien geriatri adalah bagian utama daripada wawancara seperti pada setiap pasien lain. Dengan pasien geriatri, ada sejumlah kompleksitas tambahan. Pertama harus ditentukan siapa yang mempunyai keluhan utama, pasien atau pemberi perawatan. Sebuah sasaran penting kedua adalah menetapkan secara tepat mengapa pasien datang pada waktu khusus ini. Keluhan-keluhan utama dapat diperoleh dari pasien maupun keluarga. Riwayat Medis Masa Lalu Beberapa aspek riwayat medis masa lalu mempunyai kepentingan khusus bagi lansia. Penyakit masa kanak-kanak mempunyai hubungan seperti riwayat cacar ( herpes zoster) dan penyakit jantung rematik. Riwayat makan harus mencakup kelompok-kelompok makanan, asupan kalori, konsumsi garam, kalsium dan kolesterol. Selain itu, pola-pola makan harus diketahui , sejalan banyak orang tua tidak makan tiga kali sehari. Sebuah riwayat pengobatan yang baik merupakan salah satu bagian terpenting dalam sebuah penilaian geriatri. Banyak orang tua tidak hanya mempunyai banyak resep obat, tetapi juga sekumpulan obat yang sebelumnya diresepkan yang sebetulnya tidak diperlukan.

B.

C.

Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

D.

Riwayat Penyakit Sekarang Bila riwayat penyakit masa lalu diperoleh, riwayat penyakit sekarang yang membingungkan seringkali keluhan pasien dapat diperjelas. Sesak napas dengan satu riwayat miokard infark dan terapi betabloker dapat membantu memfokuskan pertanyaan-pertanyaan tambahan. Ada banyak kelemahan umum dalam mewawancarai seorang pasien geriatri. Banyak dokter memulai wawancara dengan pendapat sebelumnya bahwa mereka tidak akan mampu memperoleh sebuah riwayat yang jelas. Bila pasien dapat mendengar dan memahami pertanyaan-pertanyaan, dan diberikan waktu untuk mejawab, dan informasinya dapat dibenarkan oleh seorang anggota keluarga, sebuah riwayat akurat biasanya dapat diperoleh. Kelemahan lainnya terjadi ketika dokter mencoba untuk menghubungkan gejalagejala dengan sebuah proses penyakit tunggal. Banyak masalah geriatri adalah masalah yang multifaktorial.

E.

Riwayat Keluarga Riwayat keluarga penting dalam wawancara geriatri. Dalam banyak keadaan, informasi ini memberikan data tentang status kesehatan saudara- saudara kandung dan anak-anak yang kemungkinan merupakan orang-orang pendukung potensial. Ini juga memberikan informasi tentang riwayat penyakit sebelumnya. Sejumlah penyakit dimana riwayat keluarga bisa jadi berguna meliputi penyakit dementia, depresi, atau alkoholisme, kanker, diabetes, dan osteoporosis. Bila ada riwayat dementia dalam keluarga itu, banyak pasien akan memperhatikan peluangpeluang mereka menyangkut berkembangnya penyakit ini.

F.

Riwayat Sosial Pengetahuan tentang lingkungan sosial dan fisik pasien-pasien tua adalah penting dalam menetapkan tingkat kemandirian mereka. Sebuah penilaian latar belakang harus menyatakan tempat kelahiran, pendidikan, riwayat pekerjaan, riwayat perkawinan, dan anak-anak. Kelompok terkini lansia tidak selalu mempunyai pendidikan wajib dan banyak orangtua tidak dapat membaca atau menulis. Mereka akan enggan untuk menyebutkan hal ini bila tidak ditanya. Seorang dokter juga seringkali salah mengasumsikan bahwa sebuah perkawinan panjang merupakan perkawinan yang bahagia, atau anak- anak yang hidup disekitar memperhatikan kesejahteraan orangtua mereka. Orang-orang yang mendukung adalah penting untuk dikenali, dan informasi tentang kesehatan mereka adalah juga penting, utamanya pada kasus pasangan atau saudara kandung. Meskipun anggota keluarga biasanya memberikan perawatan yang baik, penyalahgunaan fisik, finansial, atau psikologis dapat terjadi. Terakhir, sebuah penilaian tentang aktivitas-aktivitas adalah penting. Apakah pasien pergi keluar untuk berjalan-jalan, menuju sebuah panti jompo, gereja, atau restoran? Memiliki teman-teman untuk diajak bicara lewat telepon? Menonton TV atau surat kabar atau buku-buku? Menikmati aktivitas - aktivitas lain misalnya berkebun, bermain golf, atau bertukang kayu? 10

Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

G.

Riwayat Seksual Perlu ditanyakan karena sebagian besar impotensi disebabkan bukan karena efek psikologis melainkan karena penyakit organik. Pengumpulan data yang akurat dapat menyediakan informasi penting untuk diagnosa dan penatalaksanaan. Keinginan untuk mendapatkan informasi secara lengkap merupakan ciri ahli geriatri yang baik. PEMERIKSAAN FISIK Dengan banyaknya penyakit yang diderita lansia maka dengan sendirinya akan diperlukan banyak waktu untuk melakukan pemeriksaan fisik yang adekuat, namun seringkali hanya sedikit waktu yang disediakan dokter untuk melayani lansia. Ada beberapa aspek dalam pemeriksaan fisik yang membutuhkan perhatian khusus pada lansia, tapi prinsip pemeriksaan tetap sama pada setiap individu muda dari berbagai usia. Hanya beberapa manuver yang memerlukan perhatian khusus dan beberapa penemuan penting yang dianggap cukup berharga untuk menilai kondisi lansia. Perhatian lebih harus ditujukan pada evaluasi tanda vital. Misalnya pada pengukuran tekanan darah, sebaiknya dilakukan pada saat pasien berbaring tenang selama kurang lebih 10 menit, dan pada saat berdiri selama kurang lebih 3 menit, hal ini bertujuan untuk menyingkirkan adanya hipotensi postural. Catatan harus dibuat, baik pada saat pasien mengalami gejala atau tidak selama berdiri, dan setiap perubahan tekanan darah dan nadi sebaiknya dicatat pula. Denyut nadi secara rutin dicatat pada setiap individu tapi kelemahan baroreflek pada lansia bermanfaat untuk mengetahui adanya takikardi dan tingkatannya pada saat tekanan darah jatuh bila pasien berdiri. Pengukuran tinggi badan penting dilakukan untuk mengukur Indeks Massa Tubuh, tapi lansia harus tetap ditimbang setiap kali akan melakukan evaluasi medik pada berbagai kondisi. Pengukuran berat badan penting dalam menentukan status gizi dan menghitung angka kebutuhan cairan, selain itu kehilangan berat badan pada lansia tanpa disadari merupakan hal yang berbahaya. Kulit pada lansia seringkali menampilkan banyak abnormalitas. Penilaian turgor kulit cenderung sulit dilakukan karena dengan bertambahnya usia terjadi pengurangan jumlah lemak subkutan dan kulit lansia menjadi keriput. Maka untuk menilai turgor sebaiknya dilakukan di daerah pipi. Beberapa area kulit yang mengalami ruam akibat penekanan perlu juga dievaluasi, termasuk adanya hiperpigmentasi dan hyperkeratosis. Area penekanan yang kecil sekalipun dapat mencetuskan timbulnya luka dan harus mendapat perhatian untuk 2 alasan. Pertama, adanya satu luka kecil akibat penekanan akan memicu timbulnya luka baru di tempat lainnya dan kedua, kebanyakan luka akibat penekanan berbentuk kerucut dengan puncak di kulit dan melebar pada bagian dalamnya hingga mengenai jaringan subkutan bahkan otot. Beberapa aspek dari leher dan kepala juga mendapat perhatian lebih pada lansia. Dahulu adanya arcus senilis pada mata dikatakan merupakan tanda dari 11

4.

Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

penyakit kardiovaskular yang dini, akan tetapi untuk saat ini depigmentasi pada iris dikatakan hanya sebagai akibat proses penuaan saja. Walaupun glaucoma merupakan kebutaan yang cukup banyak dan cenderung jumlahnya meningkat seiring pertambahan usia, hasil pengukuran tekanan intraokuler yang normal dari Tonometer Schiotz belum tentu menyingkirkan diagnosa glaucoma karena bisa saja pengukuran terjadi pada saat variasi diurnal. Oleh karena itu untuk screening sebaiknya dilakukan funduskopi dan uji lapangan pandang secara sederhana dengan memakai tes konfrontasi, terutama pada pasien yang beresiko tinggi. Palpasi arteri temporalis harus dilakukan untuk mengetahui apakah telah terjadi penebalan maupun penipisan arteri pada pasien walaupun tidak memberikan gejala, karena artritis temporalis biasanya memberi gejala yang tersamar bahkan tidak lazim. Demikian hal dengan bising Arteri Karotis yang harus dicatat dan diikuti setiap saat, karena bila bising ini terdengar keras maka telah terjadi proses arterosklerosis yang bersifat menyeluruh yang dapat berakibat insufisiensi koroner dan juga gejala cerebrovaskuler. Penilaian terhadap rongga mulut tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan penilaian yang lain. Harus diperiksa adanya lesi kanker rongga mulut atau gigi yang berlubang, serta kecukupan saliva karena berhubungan status gizi lansia. Pemeriksaan terhadap cor dan pulmo sama halnya dengan pemeriksaan pada individu muda lainnya. Tapi beberapa penemuan klinis memiliki makna yang berbeda dan membutuhkan interpretasi yang berbeda pula. Misalnya murmur sistolik sering terjadi pada usia lebih dari 70 tahun dan merupakan tanda dari sclerosis katup aorta. Murmur ini bersifat crescendo dan decrescendo dalam grade 2 dari 6. Murmur dengan grade 3 atau lebih bahkan dengan adanya gejala pingsan setelah beraktivitas atau serangan angina memerlukan pemeriksaan pada dokter Spesialis Jantung. Sebaliknya tanda penting pada aorta stenosis yaitu absennya suara 2 jantung dikatakan sebagai hal yang normal pada lansia karena terjadi peningkatan tekanan darah arteri yang kaku. Pemeriksaan mamae dan pelvis pada lansia wanita perlu dilakukan secara rutin. Karena seringkali keganasan timbul dikedua tempat ini. Ovarium yang teraba 10 tahun setelah menopause harus dicurigai sebagai tumor. Pemeriksaan daerah genital dan rectal baik pada lansia wanita maupun pria membuka kesempatan untuk menilai fungsi berkemih dan fungsi dari usus besar serta lesi yang terdapat didaerah anus. Vaginitis atroficans, uretritis, rectocele, prolaps uteri dan adanya inkontinensia dapat dideteksi secara mudah. Pemeriksaan neurologis harus dilakukan secara teliti, karena pada lansia sering terjadi kelainan neurologis secara primer dan sekunder sebagai manifestasi dari penyakit lainnya yang mengakibatkan disfungsi pada sistem saraf. Demikian halnya pada status mental pasien lansia sebagai alat screening standard dan sensitive dalam menilai lansia baik dengan keluhan maupun tanpa keluhan, keduanya diperlukan untuk menentukan standar keperawatan dan mengetahui adanya abnormalitas yang membutuhkan penangganan lebih lanjut.

Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

12

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

Berikut adalah beberapa contoh untuk menilai status mental lansia : 1. DETEKSI TERHADAP DEPRESI Setiap Sering Saat A. Seberapa sering dalam 1 bulan terkhir anda merasa sangat cemas dan gelisah B. Seberapa sering dalam 1 bulan terakhir anda merasa tenang dan damai C. Seberapa sering dalam 1 bulan terakhir anda merasa sedih D. Seberapa sering dalam 1 bulan terakhir anda merasa bahagia E. Seberapa sering dalam 1 bulan terakhir anda merasa rendah diri dan tidak ada yang dapat menghibur anda F. Seberapa sering dalam 1 bulan terakhir anda merasa hidup ini tidak berarti lagi Jawaban jawaban seperti setiap saat atau sering mengindikasikan kecurigaan adanya depresi ( Kecuali untuk pertanyaan B dan D ) Kadang -kadang Jarang Tidak Pernah

2.

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESIONER ( SPMSQ ) Tanggal berapa hari ini ?

Apa nama tempat ini ? Berapa umur anda ? Kapan anda lahir ? Di mana tempat anda lahir ? Berapa saudara yang anda miliki ? Hari apa sekarang ? Kapan anda masuk tempat ini ? Apa pekerjaan anda sebelumnya ? Kurangi 1 dari 10 seterusnya ?
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

13

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

Interpretasi hasil : Salah 0 3 Salah 4 5 Salah 6 8 Salah 9 10

: : : :

Fungsi intelektual utuh Kerusakan intelektual ringan Kerusakan intelektual sedang Kerusakan intelektual berat

3.

ASPEK KEJIWAAN

Penilaian secara sederhana dapat dilakukan untuk menilai alam pikiran, perasaan dan perilaku secara umum. NPI ( NEURO PSYCHIATRY INVENTORY ) SYMPTOM 1. Delusi 2. Halusinasi 3. Agitasi 4. Depresi 5. Ansietas 6. Euforia 7. Apatis 8. Disinhibisi 9. Iritabilitas 10. Perilaku motorik menyimpang 11. Perilaku di malam hari 12. Gangguan makan dan selera makan FREKUENSI KEPARAHAN TOTAL (F) (K) ( FX ) DISTRESS

Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

14

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL MINI ( MMSE ) Item Tes ORIENTASI Sekarang ( tahun ), (musim),(bulan),(tanggal ), (hari ) apa ? Kita berada di mana ? ( Negara ), (provinsi ), (kota), (rumah sakit ), ( lantai/kamar) REGISTRASI 3 3. Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin) tiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tersebut dengan benar dan catat jumlah pengulangan ATENSI DAN KALKULASI Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata WAHYU (nilai diberikan pada huruf yang benar sebelum kesalahan ; misalnya nyahw = 2 nilai. MENGINGAT KEMBALI (RECALL) Pasien disuruh mengingat kembali 3 nama benda diatas. BAHASA Pasien disuruh meyebutkan nama benda ditunjukkan (pensil, buku) Pasien disuruh mengulang kata-kata : namun, tanpa, bila Pasien disuruh melakukan perintah : Ambil kertas ini dengan tangan anda, Lipatlah menjadi dua dan letakkan dilantai. Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah pejamkan mata anda Pasien disuruh menulis dengan spontan. Pasien disuruh menggambarkan bentuk dibawah ini Nilai Max 5 5 2. Nilai

4.

3 2 1 3 1 1 1

5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

15

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

TOTAL

30

Skor : Nilai 24-30 : Normal Nilai 17-23 : Probable gangguan kognitif Nilai 0-16 : Definite gangguan kognitif Pengkajian fungsi mental kognitif merupakan hal yang menyokong dalam mengevaluasi kesehatan lansia. Banyak bukti menunjukan bahwa ganggun mental kognitif seringkali tidak dikenali professional di bidang kedokteran. Hal ini disebabkan tidak dilakukannya pengujian status mental secara rutin. Diperkirakan 30% sampai 80% lansia yang mengalami demensia tidak terdiagnosis oleh dokter, melainkan teridentifikasi melalui pemeriksaan skrining status mental. Komponen MMSE yang dipengaruhi usia adalah orientasi, recall dan bahasa sedangkan komponen MMSE yang dipengaruhi tingkat pendidikan adalah orientasi, atensi-kalkulasi, registrasi dan bahasa. MMSE yang diperkenalkan oleh Folstein sebagai instrument klinik digunakan sebagai alat untuk mendeteksi adanya gangguan kognitif, mengevaluasi perjalanan penyakit, dan memonitor respon pengobatan, sedangkan sebagai instrument penelitian MMSE berfungsi sebagai alat screening. Pemeriksaan ini terbagi dalam 2 tahap. Tahap pertama hanya membutuhkan respon verbal, termasuk orientasi waktu dan tempat, memori dan atensi, serta kelancaran berbahasa. Tahap kedua melihat kemampuan berbahasa dan visuospasial, yaitu kemampuan untuk menamakan, mengikuti tulisan dan perintah verbal, menulis kalimat secara spontan dan menggambar bentuk poligon. 4. CLOCK DRAWING TASK (CDT) Komponen yang dinilai Menggambar lingkaran tertutup Meletakan angka-angka dalam posisi yang benar Ke 12 angka komplit Meletakkan jarum-jarum jam pada posisi yang tepat Total nilai Nilai

Penilaian fungsi otak dengan memakai Clock Drawing Test. Untuk menilai ada tidaknya gangguan hemispasial dan hemianopsi, digunakan test yaitu Clock Drawing Test/CDT. Pasien kita minta menggambar sebuah jam dengan sebuah lingkaran lengkap dengan ke 12 angka jam serta jarum penunjuk jam tersebut. Lalu pasien diminta menggambarkan jam 12.00 atau sebagainya lengkap dengan jarum penunjuk jam dan menit. Dari situ dapat terlihat bagaimana koordinasi dan fungsi otak kiri dan kanan pasien saat ini. Skor yang diberikan adalah 0 dan 1. Nilai 0, jika pasien tidak dapat dengan tepat melakukan apa yang diinstruksikan. Dan nilai 1 jika pasien dengan tepat dan benar
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

16

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

melakukan apa yang diinstruksikan. Lalu nilai tersebut dijumlahkan untuk menilai ada tidaknya gangguan hemispasial dan hemianopsi. Akan tetapi hasilnya menjadi tidak akurat apabila pasien yang dites ternyata menderita katarak atau gangguan penglihatan lainnya. Maka untuk menilai status mental, fungsi intelegensi, fungsi kognitif, mood dan aspek kejiwaan dibutuhkan berbagai macam tes dan penilaiannya secara akurat harus dilakukan oleh profesional yang komponen di bidangnya. Tapi sebagai dokter umum, kita perlu melakukan berbagai alat tes ini untuk screening dan mengevaluasi pasien secara holistic demi tercapainya pelayaan kesehatan yang bersifat paripurna. 5. KEHILANGAN FUNGSI PADA LANSIA

Kehilangan fungsi pada lansia merupakan tahapan akhir dari berbagai penyakit yang dialami lansia. Kemunduran fungsional berarti menurunnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan hal ini dapat diukur dengan menilai ADL (Activity Daily Life), termasuk didalamnya mobility, eating, toileting, dressing, grooming. Hal ini dapat pula dilanjutkan dengan memeriksa aktivitas tambahan sehari-hari IADL seperti berbelanja, pergi ke bank, memasak, menyetir, membersihkan rumah atau menggunakan fasilitas kendaraan umum. Sebagai tambahan, pemeriksaan objektif dari fungsi kognitif dan perilaku serta ekonomi, sosial, emosional juga dibutuhkan untuk memperoleh data yang lengkap mengenai fungsi tubuh yang berhubungan dengan kesehatan pada lansia. Tidak seperti individu muda, ketika lansia jatuh sakit, gejala awal dari penyakit yang baru atau eksaserbasi akut dari penyakit kronisnya sering kali tidak berupa satu keluhan yang spesifik pada sistim organ yang terkena. Sebaliknya lansia yang mengalami sakit akan memperlihatkan keluhan yang nonspesifik, bahkan tidak jarang merupakan manifestasi dari kemunduran fungsi.
Beberapa gangguan fungsi yang dapat diamati berupa : 1. berhenti makan atau minum 2. jatuh 3. inkontinensia urin 4. pusing 5. kebingungan tiba-tiba 6. demensia 7. kehilangan berat badan 8. kegagalan berkembang

Bila timbul pertanyaan kenapa penyakit pada lansia bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi pada sistim organ yang tidak berkaitan dengan lokalisasi kelainan, mungkin saja hal ini disebabkan karena terganggunya sistim homeostasis tubuh.
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

17

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

Penyakit pada lansia seringkali mencetuskan problem bagi lansia untuk menjalani kehidupan sehari-hari (ADL dan IADL) dari pada gejala penyakitnya sendiri. Jadi, immobilitas, gangguan kognitif, inkontinesia, serta nutrisi yang jelek sering kali merupakan manifestasi awal dari penyakit. Penyakit yang mengakibatkan kemunduran fungsi pada lansia biasanya dapat dirawat bahkan diperbaiki tapi deteksi dini melalui evaluasi klinis merupakan langkah penting yang harus diambil dahulu. Beberapa contoh kriteria yang dapat dipakai untuk menilai ADL atau IADL A. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari / Indeks Katz 1. Bathing 2. 3. 4. 5. 6. Dressing Toiletting Transfering Continence Feeding

Indeks KATZ pada aktivitas kehidupan sehari-hari memfokuskan pada 6 aktivitas sehari-hari seperti yang tertera diatas. Selain ke 6 aktivitas tersebut indeks ini mengkaji kemampuan individu untuk melakukan secara mandiri. Misalnya pada individu yang ditempatkan pada posisi indeks seperti membutuhkan bantuan untuk berpindah. Posisi ini nmemberikan gambaran definitive pada individu, apakah mereka dapat menggambarkan kemampuannya, seperti kemampuan untuk makan dan mempertahankan kontinensia tapi mengalami kesulitan dalam bergerak. Penilaian didasarkan pada kemampuan pasien untuk melakukan ke 6 hal yang dikriteriakan diatas namun pada pelaksanaannya perlu beberapa modifikasi penilaian untuk memastikan status fungsional lansia. Indeks KATZ A untuk lansia mandiri KATZ B untuk lansia dengan ketergantungan bila mandi KATZ C untuk lansia dengan ketergantungan bila mandi dan berpakaian KATZ D dengan ketergantungan bila mandi, berpakaian, dan ditoilet KATZ E dengan ketergantungan bila mandi, berpakaian, ditoilet dan transfer KATZ F ketergantungan bila mandi, berpakaian, ditoilet, transfer, BAB,BAK KATZ G ketergantungan pada ke 6 komponen sekaligus Pembagian skala ini didasarkan pada keterampilan dalam menjalankan fungsi biologis, yang memerlukan bekerjanya system saraf dan anggota gerakan dari lansia. B. Aktivitas Tambahan Sehari-hari Mandiri Mandi Transfer Berpakaian Kebersihan
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

Memerlukan bantuan orang lain

Bergantung pada orang lain

18

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

Ke toilet Makan Menyiapkan makanan Mengatur keuangan Mengatur pengobatan Menggunakan telpon Namun penilaian dengan hanya menggunakan ke 6 komponem dasar saja dirasakan kurang memadai untuk menggambarkan status fungsional lansia, untuk itu di pergunakan skala IADL (Instrument Activity of Daily Living). Skala ini dapat mengukur ketidakmampuan atau penyakit yang dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam melakukan tugas praktis, seperti menggunakan telepon atau menyiapkan makanan. Hal yang menarik adalah bahwa tabel ini dapat menunjukkan adanya perbedaan beban tugas yang biasa mereka lakukan . akan lebih menarik lagi bila beban tugas disesuaikan dengan perkembangan jaman. Jadi agar didapatkan penilaian seakurat mungkin tentang status fungsional dari seorang lansia dapat dipakai berbagai kriteria acuan. Kriteria yang terbaik tentunya adalah kriteria yang dapat merinci kemampuan seorang individu lansia dalam menjalani kehidupan sehari-hari, dalam hal ini berupa Indeks ADL dari Barthel yang telah dimodifikasi. C. Indeks Barthel yang Dimodifikasi Dengan bantuan 1. Makan 5 2. Minum 5 3. Berpindah dari kursi ke tempat tidur 5-10 4. Personal toilet 0 5. Keluar masuk toilet 5 6. Mandi 5 7. Jalan di permukaan datar 0 8. Naik turun tangga 5 9. Mengenakan pakaian 5 10.Kontrol bowel (BAB) 5 11.Kontrol Bladder (BAK) 5 12.OR / latihan 5 13.Rekreasi 5 Penilaian 130 : mandiri 65.125 : ketergantungan sebagian 60 : ketergantungan total Mandiri 10 10 15 5 10 15 5 10 10 10 10 10 10

Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

19

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

D.

Indeks ADL Barthel Nilai Keterangan

Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

20

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

1. Mengontrol BAB 2. Mengontrol BAK 3. Membersihkan diri (lap muka, sisir rambut, sikat gigi) 4. Toileting

0 1 2 0 1 2 0 1 0 1

Incontinence Kadang-kadang incontinence Continence teratur Incontinence Kadang-kadang incontinence Continence teratur Butuh pertolongan orang lain Mandiri Tergantung pertolonhan orang lain Perlu pertolongan pada beberapa aktivitas, tetapi beberapa aktivitas masih dapat dikerjakan sendiri Mandiri Tidak mampu Butuh pertolongan orang lain Bantuan minimal 2 orang Mandiri Tidak mampu Perlu pertolongan untuk bias duduk Bantuan minimal 2 orang Mandiri (kadang dibantu) Tidak mampu Bias berjalan dengan kursi roda Berjalan dengan bantuan orang lain Mandiri (kadang dibantu) Tergantung pertolongan orang lain Sebagaian dibantu Mandiri Tidak mampu Butuh pertolongan Mandiri Tergantung pertolongan orang lain Mandiri

5. Makan

6. berpindah tempat dari kursi ke tempat tidur

2 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 0 1 2 0 1

7. Mobilisasi / berjalan

8. Berpakaian

9. Naik turun tangga 10. Mandi

Total nilai Nilai ADL :

20 : Mandiri 12.19 : Ketergantungan ringan 9.11 : Ketergantungan sedang 5.8 : Ketergantungan berat 0.4 : Ketergantungan total 21

Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

Evaluasi dari status fungsional ini bermanfaat untuk menentukan kualitas hidup pasien geriatri, bahkan dapat memperpanjang usia harapan hidup dari lansia itu sendiri sebagai bagian proses rehabilitasi. E. KUESIONAL AKTIVITAS FUNGSIONAL ( FAQ ) Cara penilaian : Pilihlah salah satu di antara 4 kategori di bawah ini yang menggambarkan keaadaan pasien saat ini untuk setiap pertanyaan di atas : 1 Nilai 3 : Ketergantungan penuh 2 Nilai 2 : Memerlukan bantuan 3 Nilai 1 : Dapat melakukan sendiri tapi dengan kesulitan atau tidak pernah melakukan dan akan mengalami kesulitan saat ini 4 Nilai 0 : Dapat melakukan sendiri tanpa kesulitan atau tidak pernah melakukan tetapi dapat melakukannya Kegiatan 1 Menulis cek, membayar tagihan, dan melakukan pembukuan buku cek 2 Mengumpulkan dan mengurus catatan pajak atau surat menyurat bisnis 3 Berbelanja sedikit pakaian, keperluan rumah tangga dan bahan makanan 4 Melakukan hobi atau permainan yang memerlukan keterampilan 5 Memasak air, membuat kopi,dan mematikan kompor 6 Menyiapkan makanan 7 Dapat mengikuti peristiwa peristiwa yang baru terjadi 8 Dapat memperhatikan, mengerti dan mediskusikan acara TV, buku, artikel majalah 9 Dapat mengingat janji, hari libur, dan kegiatan kegiatan keluarga dan waktu minum obat 10 Berjalan jalan di lingkungan sekitar rumah, membawa kendaraan, bepergian dengan kendaraan umum ( Adaptasi dari Pfeffer,Kurosaki TT,Harrah CH,et al,Measurement of functional activities of older adults in the community .J.Gerontol 1982;37(3);323-9 )
Penilaiaan : Skor total antara 0 ( mandiri ) sampai 30 ( ketergantungan total) Skor total lebih dari 9 atau kesulitan > aktivitas di atas mengindikasikan adanya gangguan aktivitas fungsional yang signifikan

Skor

6.

KESIMPULAN Pendekatan holistic dalam memebrikan pelayanan kepada para Lanjut Usia adalah hal yang mutlak. Semua pasien memerlukan sekedar perawatan medis tetapi
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

22

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

lebih dari itu yang pengkajian yang paripurna yang mencakup biopsikososial terutama pada pada pengelolaan para Lanjut Usia agar dapat menangkap berbagai masalah penting yang seringkali tersembunyi atau tidak khas manifestasi klinisnya. Melalui pengkajian yang holistik akan dapat ditetapkan berbagai faktor predisposisi dan pencetus serta hendaya yang dapat merupakan masalah utama atau pemberat yang harus segara diselesaikan karena dapat menimbulkan komplikasi serius dan fatal pada lansia. Dalam pengelolaan pasien lansia, perlu diingat bahwa kemampuan individu lansia untuk berfungsi tergantung pada kombinasi karakteristik lansia (misalnya motivasi, toleransi terhadap nyeri) dan tempat dimana lansia diharapkan untuk berfungsi. Individu yang sama mungkain dapat berfungsi dengan baik disuatu tempat (mandiri) tetapi menjadi tergantung ditempat lain. Peran seorang dokter adalah mengobati masalah atau penyakit yang dapat diobati atau diatasi dan selanjutnya memperbaiki kemampuan fisiologis dan psikologis semaksimal mungkin serta mengoptimalkan lingkungan hidup agar lansia memiliki status fungsional yang baik. Karena mengingat setiap pasien geriatri memiliki masalah yang khas untuk individu yang bersangkutan. Aspek penting proses menua adalah penurunan faal organ atau sistem organ dengan akibat berkurangnya daya cadangan faali; perubahan komposisi tubuh dan pajanan terhadap lingkungan atau gaya hidup yang salah. Bagi pasien geriatri, dukungan sosial juga merupakan aspek penting. Perbedaan penampilan klinis pasien geriatri dipengaruhi oleh ekspresi gejala yang tidak adekuat, perubahan pola penyakit, dan perubahan respon terhadap penyakit. Dalam pengelolaan Lanjut Usia disamping menggunakan Ilmu Pengetahuan yang kita dapatkan dari membaca ataupun selama masa kuliah, lebih dari itu adalah suatu seni yang mesti dikembangkan oleh individu-individu yang terlibat dalam pengelolaan Lanjut usia ini termasuk didalamnya adalah para dokter.Supaya pelayanan yang kita berikan dapat mencapai sasaran yang kita inginkan.

DAFTAR PUSTAKA
Burnside-Mc Glynn, Physical Diagnosis edisi ke 17 . EGC.1995. Jakarta. Darmojo, Boedhi; Martono, Hadi. Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) edisi ke 2. FKUI. 1995. Jakarta
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

23

Pemeriksaan Gerontologi

Hariandy, S.Ked (406057125)

Hazzard, William. Principles of Geriatric Medicine and Gerontology ( st. edition, Webster Publicity.2000. United Kingdom Mader, L Scott; Amasa B Ford; William, T Franclin. Practice of Geriatrics second edition. W.B Saunders Company. 1992. USA. Noer, Sjaifoellah, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi ketiga. FKUI. 1996. Jakarta. Setiabudhi, Tony; Hardywinoto. Panduan Gerontologi ( Tinjauan Dari Berbagai Aspek). Gramedia. 1999. Jakarta. Pudjiastuti, Surini. Sri; Utomo, Budi. Fisioterapi Pada Lansia. WWW.emedicine.com

Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur Periode 10 September 2007 13 Oktober 2007

24

Anda mungkin juga menyukai