Anda di halaman 1dari 14

Pengelolaan Obat ARV (Anti Retroviral)

Oleh : Kasubdit AIDS dan PMS Hotel Kawanua Aerotel 9 Oktober 2012

SISTEMATIKA
Sekilas tentang ARV Mekanisme pengadaan ARV Alur pelaporan dan distribusi ARV Proses pelaporan dan permintaan obat di rumah sakit Proses persetujuan permintaan dan pembuatan DO di Subdit AIDS dan PMS Isu penatausahaan pengelolaan ARV

Sekilas Tentang ARV


Saat ini jumlah rumah sakit rujukan yang aktif melayani pasien dengan ARV sejumlah 245 RS dengan 87 layanan satelitnya (data Agustus 2012) Dari 245 rumah sakit tersebut, terdapat sekitar 28.383 orang pasien ODHA yang menerima obat ARV, dengan pasien dewasa 27.155 orang dan pasien anak 1.228 Obat-obatan ARV saat ini dikelola oleh Subdit AIDS dan PMS dengan PT.Kimia Farma untuk proses pendistribusiannya

cont
Obat ARV dibeli dengan dana APBN dan GF AIDS. Obat ARV yang dibeli menggunakan dana APBN menggunakan ARV yang diproduksi oleh PT Kimia Farma, sedangkan yang dibeli dengan menggunakan dana GF dibeli dari produksi luar negeri yang telah masuk dalam list GF (product yang masuk list GF adalah product ARV yang telah lolos prequalifikasi WHO dan masuk dalam list NDRA) Produk PT Kimia Farma belum bisa dibeli dari dana Global Fund karena produk PT Kimia Farma belum memenuhi persyaratan prequalifikasi dari WHO PT Kimia Farma sudah dapat memproduksi ARV yaitu : Duviral (Zidovudine 300mg+Lamivudine 150mg), Reviral (Zidovudine 100mg), Hiviral (Lamivudine 150mg), Staviral (Stavudine 30mg) dan Neviral (Nevirapine 200mg)

cont
Dalam sistem supply chain ARV yang dikelola oleh Subdit AIDS dan PMS, terutama dalam sistem forecastingnya, telah dilakukan penghitungannya sehingga dapat dipilah mana obat yang dibeli dari KF dan mana yang dibeli dari APBN. Untuk obat ARV yang dibeli dari GF adalah obat obatan ARV yang tidak diproduksi oleh PT KF, namun sangat diperlukan dalam pengobatan ARV. Obat ARV yang dibeli dari PT KF yaitu:
Duviral (Zidovudine 300mg+Lamivudine 150mg) Neviral (Nevirapine 200mg) Hiviral (Lamivudine 150mg) Staviral (Stavudine 30mg) Efavirenz 600mg Didanosine 100mg Lopinavir 200mg+ritonavir 50mg

Obat ARV yang dibeli dari dari dana GF yaitu: Stavudine 30mg+Lamivudine 150mg, Efavirenz 200mg, Efavirenz 600mg, Didanosine 125mg, Tenofovir 300mg+Emtricitabine 200mg, Lopinavir 200mg+ritonavir 50mg, Lamivudine 60mg+Stavudine 12mg (Pediatric dual), Lamivudine 60mg+Stavudine 12mg+Nevirapine 100mg (Pediatric triple). Dalam melakukan pengobatan ARV, ada beberapa jenis lini obat ARV yi: ARV Lini I: Golongan Nucleoside Reverse Transcripse Inhibitor (NRTI), terdiri dari: Lamivudine (3TC) , Emtricitabine (FTC), Zidovudine (AZT), Tenofovir (TDF), Stavudine (d4T), dan Golongan Non-Nucleoside Reverse Transcripse Inhibitor (NNRTI) Efavirenz (EFV), Nevirapine

Cont

cont
ARV Lini II (diberikan bila terjadi kegagalan pengobatan dengan ARV Lini I) ARV yang termasuk Lini II adalah : - Golongan Protease Inhibitor ( PI ) yaitu Lopinavir/ritonavir (LPV/r) - Golongan Nucleoside Reverse Transcripse Inhibitor (NRTI), terdiri dari: Abacavir (ABC) Didanosine (ddI) Dalam penggunaannya ARV diberikan dalam bentuk kombinasi 3 obat yang disebut dengan Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART). Kombinasi yang dianjurkan untuk lini I adalah 2 obat dari golongan NRTI ditambah dengan 1 obat dari golongan NNRTI. Sedangkan untuk lini II dianjurkan menggunakan 2 obat dari golongan NRTI ditambah dengan 1 obat golongan PI. Untuk obat yang dibeli dari dana GF maka kita melakukan impor, karena belum teregistrasi di Badan POM maka memerlukan prosedur administratif yang cukup panjang, dengan rata-rata waktu sejak pemesanan sampai di gudang Ditjen PP dan PL adalah 6-8 bulan

Mekanisme Pengadaan
Alur Proses Pengadaan ARV
Global Fund Voluntary Pooled Procurement ARV Global Manufacturers

Ministry of Health
Purchase Order

Sub directorate AIDS

LOCAL IMPORT

SAS Waiver Processes, Tax and Duty Exemption & Custom Clearance

Pharmaceutical Directorate
Bidding Processes

National Drug Manufacturer

National Central Warehouse 8

Alur permintaan dan distribusi ARV


Sentralisasi

Rumah Sakit

Subdit AIDS dan PMS -Melakukan validasi -perhitungan kebutuhan obat untuk stok 3 bulan -membuatkan DO untuk KF ULS (sentral) -DO utk KFTD / Gudang Prov
Dinas Kesehatan Provinsi

KF ULS
Mengirimkan obat ARV sesuai dengan DO dari Subdit AIDS / Dinkes dengan menyertakan : - Surat Kirim Barang (SKB) - Amplop Kiriman Balik (Kirbal)

Mengirimkan laporan pemakaian obat di setiap bulan ke Subdit AIDS atau Dinkes Provinsi Desentralisasi

Rumah Sakit

KFTD/ Gudang Obat Provinsi

Proses pelaporan dan permintaan obat dari rumah sakit


Rumah sakit rujukan ARV membuat laporan bulanan perawatan HIV dan ART (LBPHA) setiap bulan ke Subdit AIDS atau Dinkes Provinsi. LBPHA berisi mengenai laporan perawatan medis dan laporan pemakaian obat ARV (informasi stok diterima, stok dikeluarkan dan stok yang dibutuhkan). Adapun stok yang dibutuhkan adalah sebanyak 3 bulan pemakaian, dengan asumsi 1 bulan untuk diberikan ke pasien dan 2 bulan untuk buffer. Laporan dikirim ke Subdit AIDS melalui web, email, fax, atau pos

Proses persetujuan permintaan dan pembuatan DO di Subdit AIDS dan PMS


Laporan yang diterima dari rumah sakit kemudian dilakukan validasi; - Lembar perawatan medis - Lembar farmasi dan stok obat (yang diterima, dikeluarkan dan stok yang dibutuhkan) - Membuat DO melalui sistem web base IOMS (Inventory and Order Management System) - Mengirim DO melalui sistem IOMS

Proses Order - Sentralisasi

12

Proses Order - Desentralisasi

13

Isu yang diangkat


Bagaimana pengelolaan obat ARV yang sesuai dengan penatausahaan barang milik negara. Karakteristik pendistribusian ARV (untuk bahan diskusi)
Pendistribusian dilakukan oleh KF (Pihak ketiga) untuk sentralisasi dan beberapa provinsi Desentralisasi. Barang yang dikirim langsung di gunakan untuk konsumsi di rumah sakit bukan untuk buffer stock sehingga diperlukan kecepatan pengiriman ke rumah sakit. Pengiriman dilakukan setiap bulan ke rumah sakit dan tiap 3 bulan ke Gudang Provinsi Desentralisasi.

Siapakah yang berwenang menandatangani BAST dan SBBK di Subdit AIDS & PMS , Dinas Kesehatan Provinsi dan di rumah sakit. Apakah memungkinkan jika kita melakukan modifikasi penatausahaan administrasi disesuaikan dengan karakteristik pendistribusian ARV

Anda mungkin juga menyukai