Terapi Cairanm
Terapi Cairanm
PROBLEM CAIRAN
Perlukah terapi cairan? Kapan diberikan infus? Tujuan infus? Lewat mana pemberian cairan? Macam cairan infus? Berapa banyak? Sampai kapan?
PENILAIAN VOLUME INTRAVASKULER PENILAIAN SANGAT DIANDALKAN (KLINIS) KARENA PENGUKURAN VOLUME KOMPARTEMEN CAIRAN TIDAK TERSEDIA DENGAN MUDAH
PENILAIAN SECARA FISIK PEMERIKSAAN LABORATORIUM TEHNIK MONITORING HEMODINAMIK EVALUAISI SERIAL
Tanda-tanda kehilangan cairan (dewasa) Tanda Laju nadi Takanan darah Laju nafas produksi urin (ml/jam) Capillary return (detik) Membran mukosa Kehilangan cairan (berdasarkan presentasi berat badan) 5% 10 % 15 % normal Meningkat Meningkat normal normal normal <2 Lembab normal normal Menurun 3-4 Kering Menurun Cepat Tidak ada >5 Sangat kering
Kesadaran
normal
mengantuk
Letargik/ koma
Tanda-tanda kehilangan cairan (anak) Tanda Dehidrasi <5% Dehidrasi 5-10% Dehidrasi10-15%
Consolable
Normal
Irritable
Normal
Lesu koma
Penurunan tekanan darah dan pengisian kapiler
EVALUASI LABORATORIUM
TANDA HIPOVOLEMIA
HEMATOKRIT ASIDOSIS GRAVITY > 1.010 NATRIUM URIN < 10 mEq/L OSMOLALITAS URIN > 450 mOSM BUN CREATININ RATIO > 10 : 1
TANDA HIPERVOLEMIA TANDA PENINGKATAN VASKULER PULMONER
PENGUKURAN HEMODYNAMIK
CVP (central venous pressure ) STATUS VOLUME CAIRAN SULIT DINILAI PERKIRAAN CEPAT DAN BANYAK VOLUME CAIRAN NILAI < 5 mmHg MENDUKUNG HIPOVOLEMIA KOREKSI RL / RA 250 CC Bila : PENINGKATAN 1-2 mmHg PERLU RL / RA LEBIH BANYAK PENINGKATAN > 5 mmHg KURANGI RL / RA DAN EVALUASI ULANG STATUS VOLUME PENINGKATAN > 12 mmHg OVER LOAD (HIPERVOLEMIA)
PAOP (PULMONARY ARTERY OCCLUSION PRESSURE ) DIBUTUHKAN JIKA CVP TIDAK BERKORELASI DENGAN ASSESMENT KLINIK ATAU DISFUNGSI VENTRIKEL KANAN SEKUNDER PAOP < 8 mmHg HIPOVOLEMIA
CAIRAN INTRAVENA
1. KRISTALOID
2. KOLOID
KRISTALOID HIPOTONUS 5% DEXTROSE NORMAL SALINE KRISTALOID ISOTONUS NORMAL SALINE D5 NS RINGER LAKTAT ( RL ) RINGER ASERING ( RA ) PLASMALITE KAEN 1B, 3A, 3B
KRISTALOID HIPERTONUS D5 NS D5 NORMAL SALINE D5 RINGER LAKTAT 3% SALINE 5% SALINE 7,5% NaHCO3
CAIRAN YANG DIPILIH SESUAI DENGAN TIPE KEHILANGAN CAIRAN KEHILANGAN AIR : DIPILIH CAIRAN HIPOTONUS KEHILANGAN AIR DAN ELEKTROLIT : DIPILIH CAIRAN ISOTONUS (CAIRAN PENGGANTI) INTRA OPERATIF ; KEHILANGAN CAIRAN ISOTONUS SERING DIPAKAI RINGER LAKTAT / RINGER ASETAT KOLOID CAIRAN BM TINGGI
KELAINAN AKIBAT GANGGUAN CAIRAN SERING TERJADI SELAMA PERIODE PERIOPERATIF GANGGUAN TERBESAR PADA BALANS CAIRAN DAN ELEKTROLIT KARDIOVASKULER NEUROLOGI FUNGSI NEUROMUSKULER
< 10 kg 10-20 kg
4 mL/kg
100 mL/kg
>20 kg
Terapi cairan pada saat preoperatif dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan cairan untuk : Rumatan defisit cairan
4. Untuk mengkompensasi perubahan akut dari fungsi otonom karena pengaruh obat anestesi
24 mL/kg
48 mL/kg
TRANSFUSI DARAH
Tranfusi darah adalah proses pemindahan darah atau produk darah dari orang sehat dan memenuhi syarat kepada orang sakit Tujuan untuk: memperbaiki daya angkut oksigen menambah volume sirkulasi menambah komponen-komponen memperbaiki fungsi dari komponen-komponen darah.
Kebutuhan transfusi dapat ditetapkan pada saat prabedah berdasarkan nilai hematokrit dan EBV (Estimated Blood Volume).
EBV pada neonatus prematur 95 ml/kg BB, fullterm 85 ml/kg BB, bayi 80 ml/kg BB dan dewasa laki-laki 75 ml/kg BB, perempuan 65 ml/kg BB.
Pergantian cairan akibat berat-ringannya perdarahan adalah sebagai berikut: Perdarahan ringan, perdarahan sampai 10% EBV, 10 15%, cukup diganti dengan cairan elektrolit. Perdarahan sedang, perdarahan 10 20% EBV, 15 30%, dapat diganti dengan cairan kristaloid dan koloid. Perdarahan berat, perdarahan 20 50% EBV, > 30%, harus diganti dengan transfusi darah
INDIKASI TRANFUSI DARAH DAN KOMPONEN DARAH 1. Darah Utuh (Whole Blood) Indikasi: Darah utuh diberikan sebagai pengganti perdarahan yang meliputi 25% volume darah dalam 24 jam. Meskipun jumlah atau volume yang hilang sukar ditentukan secara langsung, tetapi secara tidak langsung dapat diperkirakan dengan melihat tanda-tandanya.
4. TROMBOSIT
Indikasi: Perdarahan karena trombositopenia yang bukan karena proses imunologis. Misalnya pada tranfusi masif. Perdarahan karena trombositopati (functional defect). Leukemia dan anemia aplastik dengan perdarahan hebat Diberikan sampai perdarahan berhenti atau pemeriksaan masa perdarahan (bleeding time) 2x normal
5. PLASMA
Indikasi : Koreksi defisiensi faktor pembekuan Koreksi defisiensi imunoglobulin yang herediter Koreksi hipovolemia karena plasma leakage seperti pada demam hemoragik dengue.
Indikasi: Defisiensi faktor VIIIc hemofilia A penyakit von Willebrand afibrinogenemia (yang congenital dan yang acquired/DIC).
Albumin
Informasi produk : . Tersedia dalam konsentrasi 5%, 20% dan 25% . Tidak mengandung faktor pembekuan . Berfungsi mempertahankan tekanan osmotik
Indikasi :
. Hipovolumia o.k burns . Plasma leakage pada sepsis/infesi berat . Sirosis hati . Sindroma nefrotik
REAKSI TRANFUSI
Kejadian yang timbul selama atau setelah tranfusi dan memang ada hubungannya dengan tranfusi tersebut meliputi : 1.Resiko tranfusi cepat, yang timbul selama tranfusi sampai 48 jam sesudahnya. 2.Reaksi tranfusi lambat, yang timbul > 48 jam 3. Circulatory overload 4. Penularan penyakit
1.
PENGELOLAAN : 1. Segera hentikan tranfusi dan diganti infus NaCI O,9%. 2. Antipiretika 3. Setelah demam mereda dan terbukti bukan reaksi hemolitik atau reaksi septik, darah tersebut dapat dilanjutkan. Jika ragu. dilanjutkan dengan unit darah yang lain.
PENGELOLAAN
1. Tranfusi dihentikan dan diganti infus NaCI 0,9% 2. Antihistamin (im atau iv)
c. Reaksi Anafilaktik
Geiala yang timbul :
Yang menonjol adalah shock Bronkospasme/laryngospasme.
Pengelolaan : 1. Tinggikan tungkai untuk memperbaiki venous return 2. Hentikan tranfusi dan diganti infus NaCl 0.9% 3. Adrenalin 0,1 - 0,2 mg iv, diulang tiap 5 - 15 menit sampai sirkulasi membaik. 4. Berikan, antihistamin (im atau iv) 5. Steroid (hidrokortison 100 mg iv, deksamethason 4-5 mg iv) 6. Aminophilin 5 mg/kgBB setelah TD membaik 7. Oksigenasi 8. Jika terjadi kardiak arest nadi arteria carotis tidak teraba segera lakukan RKP.
Pengelolaan
1. Hentikan tranfusi, ganti infus NaCI 0,9%. 2. Atasi shock dengan dopamine drip intravena 5-10 mcg/kgBB/menit sampai TD sistolik > 100 mmHg 3. Vasopresor selain dopamin jangan digunakan karena jika terjadi vasokonstriksi, aliran darah ke ginjal menurun dan akan memperberat resiko gagal ginjal. 4. Bila urine < 1 cc/kgBB/jam, berikan furosemid 1-2 mg/kgBB untuk mempertahankan urine 100 cc/j am . 5. Atasi demam dengan antipiretika. 6. Periksa faal hemostasis untuk mengawasi kemungkinan DIC.
PENGELOLAAN 1. Hentikan tranfusi segera dan diganti NaCI 0.9%. 2. Shock diatasi dengan dopamin drip dan tambahan cairan. 3. Antibiotika spektrum luas dan dosis tinggi . 4. Kortikosteroid perlu dipertimbangkan. 5. Pencegahan sangat penting. Periksa plasma dalam kantong darah sebelum tranfusi, jika raguragu, unit tersebut jangan diberikan.
2. RESIKO TRANFUSI LAMBAT Hemolisis yang lambat dapat terjadi 3-21 hari setelah tranfusi. Penyebabnya adalah antibodi yang terbentuk oleh rangsangan berulang. Umumnya penderita sebelumnya pernah kontak dengan antigen karena kehamilan atau tranfusi. Gejala berupa demam, badan terasa sakit, ikterus dan anemia. Bilirubin serum naik dan urobilinogen urine ++. Kelainan ini biasanya sembuh dengan sendirinya.
3. CIRCULATORY OVERLOAD Terjadi bila pemberian tranfusi terlalu cepat atau terlalu banyak jumlahnya, lebih-Iebih jika jantung sebelumnya sudah tidak baik kemampuan untuk memompa darah Gejala meliputi : sesak nafas, batuk-batuk, CVP meningkat.
PENGELOLAAN 1. Hentikan tranfusi 2. Posisi setengah duduk dan berikan oksigen 3. Furosemid 1-2 mg/kgBB, iv, digitalisasi cepat 4. Pertimbangkan phlebotomi, darah dikeluarkan 500 cc. 5. Pada edema paru berat (pink frothy sputum), perlu diberikan morfin iv dengan titrasi pelan 1 mg pelanpelan, diulang tiap 10 menit sampai sesak mereda.