Gem Pa
Gem Pa
Modul C-4_1
Bila terjadi Gempa Besar, bangunan boleh mengalami kerusakan baik pada komponen non-struktural maupun komponen strukturalnya, akan tetapi jiwa penghuni bangunan tetap selamat, artinya sebelum bangunan runtuh masih cukup waktu bagi penghuni bangunan untuk keluar/mengungsi ketempat aman. 4. Pembagian Jalur Gempa Bumi di Dunia Di dunia ini, berdasarkan hasil pencatatan tentang gempa-gempa tektonik yang terjadi, terdapat 3 (tiga) Jalur Gempa Bumi, dimana Indonesia dilalui oleh 2 (dua) jalur tersebut. a. Jalur Sirkum Pasific ( Circum Pacific Belt ) Antara lain melalui daerah-daerah Chili, Equador, Caribia, Amerika Tengah, Mexico, California, Columbia, Alaska, Jepang, Taiwan, Philipina, Indonesia (Sulawesi Utara, Irian), Selandia Baru, dan negara-negara Polinesia. b. Jalur Trans Asia ( Trans Asiatic Belt ) Antara lain melalui daerah-daerah Azores, Mediterania, Maroko, Portugal, Italia, Rumania, Turki, Irak, Iran, Afganistan, Himalaya, Myanmar, Indonesia (Bukit Barisan, Lepas pantai selatan P. Jawa, Kep. Sunda Kecil, Maluku). c. Jalur Laut Atlantic ( Mid-Atlantic Oceanic Belt ) Antara lain melalui Splitbergen, Iceland dan Atlantik Selatan. 5.
94 o 10 o 96 o
Pembagian Jalur Gempa Bumi di Indonesia Indonesia dibagi menjadi 6 Wilayah Gempa
98 o 100 o 102 o 104 o 106 o 108 o 110 o 112 o 114 o 116 o 118 o 120 o 122 o 124 o 126 o 128 o 130 o 132 o 134 o 136 o 138 o 140 o 10 o
8o
80
200 Kilometer
400
8o
6o
Banda Aceh 1 2 3
6o
4o
4o
2o
Pekanbaru
Manado Ternate 1 Samarinda Padang 6 2 1 Palembang Bengkulu 3 4 5 5 4 1 3 2 Jambi Palangkaraya Palu Sorong Manokwari Biak 2 3 4 5 6 Banjarmasin 5 Kendari Ambon 4 Bandarlampung 1 Makasar Tual 3 2 1 Jayapura
2o
0o
0o
2o
2o
4o
4o
6o
Jakarta Bandung Semarang Sukabumi Garut Tasikmalaya Solo Jogjakarta Cilacap Surabaya Blitar Malang Banyuwangi
6o
3 Denpasar Mataram 4 5 6
8o
8o
Merauke
10 o
5 4
Kupang 3 2 1
10 o
Wilayah 1
12 o
14 o
12 o
14 o
16 o 100 o 102 o 104 o 106 o 108 o 110 o 112 o 114 o 116 o 118 o 120 o 122 o 124 o 126 o 128 o 130 o 132 o 134 o 136 o 138 o 140 o
16 o
Gambar 1. Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuanulang dasar Gambar 2.1. Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan perioda 500 tahun dengan periode ulang 500 tahun
Modul C-4_1
6.
Pengukuran Kekuatan Gempa Bumi Terdapat 2 (dua) besaran yang biasa dipakai untuk mengukur kekuatan gempa bumi : 1) Magnitude ( M ) Yaitu suatu ukuran dari besarnya energi yang dilepaskan oleh Sumber Gempa (hypocenter). Skala yang biasa dipakai adalah Skala Magnitude dari Richter. 2) Intensitas Gempa ( MMI ) Yaitu besar kecilnya getaran permukaan di tempat bangunan berada. Skala Intensitas dibuat berdasarkan pengamatan manusia terhadap derajat kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa terhadap bangunan. Skala Intensitas yang biasa digunakan adalah Skala Intensitas dari Mercalli yang telah dimodifikasi.
7.
Acuan yang dipergunakan SNI 03 - 1726 - 2002 (revisi) tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung
8.
Pengertian Rumah Sederhana Rumah yang dibangun oleh masyarakat tanpa direncanakan dan dilaksanakan oleh para akhli pembangunan.
9.
Beberapa Batasan dalam Perencanaan dan Pelaksanaan a. Denah Bangunan Denah bangunan sebaiknya sederhana, simetris dan tidak terlalu panjang.
Modul C-4_1
Simetris tetapi terlalu panjang, harus diperhatikan perubahan bentuk pada kedua ujungnya.
Alur pemisah
Tidak Baik
Lebih Baik
Alur pemisa h
Tidak Baik
Lebih Baik
Modul C-4_1
Jendela
Pintu Pintu
Pintu Jendela
Pintu Jendela
Denah baik ditinjau dari rencana struktur maupun sistim aliran udara (ventilasi)
b. Atap Bangunan Konstruksi atap harus menggunakan bahan yang ringan dan sederhana
Tidak Baik
Lebih Baik
c. Pondasi o Sebaiknya tanah dasar pondasi merupakan tanah kering, padat, dan merata kekerasannya. Dasar pondasi sebaiknya lebih dalam dari 45 cm.
Modul C-4_1
Pondasi sebaiknya dibuat menerus keliling bangunan tanpa terputus. Pondasi dinding penyekat juga dibuat menerus. Bila pondasi terdiri dari batukali maka perlu dipasang balok pengikat/sloof sepanjang pondasi tersebut.
Pondasi setempat perlu diikat kuat satu sama lain dengan memakai balok pondasi.
Modul C-4_1
Pondasi Umpak
Modul C-4_1
10.
Modul C-4_1
Modul C-4_1
Modul C-4_1 10
Catatan : Pemakaian bahan bambu untuk bangunan ini sebaiknya diawetkan terlebih dahulu dengan cara diberi bahan pengawet (misalnya garam wolman) atau direndam dalam air. Bambu yang dipakai harus yang tua dan kering.
Modul C-4_1 11
11.
Modul C-4_1 12
Modul C-4_1 13
Modul C-4_1 14
Adukan untuk Tembok Bata Merah atau Batako Untuk Dinding 1 PC : KP : 5 Pasir (baik sekali) 1 Kapur : 1 Semen merah : 3 Pasir 1 Kapur : 5 Trass Pondasi 1 Kapur : 4 trass 1 PC : Kapur : 5 Pasir 1 Kapur : 1 Semen merah : 3 Pasir
Semua kayu yang dipergunakan harus kering dan diawetkan menurut persyaratan pengawetan kayu. Panjang paku yang dipergunakan harus minimum 2.5 kali tebal kayu yang terkecil. Kuda kuda Papan Paku
12.
Bangunan Pasangan Bata (Dinding Tembok) a. Dinding Sistem dinding pemikul a) Bangunan sebaiknya tidak dibuat bertingkat b) Besar lubang pintu dan jendela dibatasi. Jumlah lebar lubanglubang dalam satu bidang dinding tidak melebihi panjang dinding itu. Letak lubang pintu/jendela tidak terlalu dekat dengan sudut-sudut dinding, misalnya minimum 2 kali tebal dinding. Jarak antara dua lubang sebaiknya tidak kurang dari 2 kali tebal dinding. Ukuran bidang dinding juga dibatasi, misalnya tinggi maksimum 12 kali tebal dinding, dan panjangnya diantara dinding-dinding penyekat tidak melebihi 15 kali tebalnya.
Modul C-4_1 15
c) Apabila bidang dinding diantara dinding-dinding penyekat lebih besar daripada itu maka dipasang pilaster / tiang tembok. Balok lintel dibuat menerus keliling bangunan dan sekaligus berfungsi sebagai pengaku horizontal. Balok lintel tersebut perlu diikat kuat dengan pilaster.
d) Pilaster diperkuat dengan jangkar. Janghkar dapat terdiri dari kawat anyaman ataupun seng tebal yang diberi lubang-lubang paku seperti parutan.
Modul C-4_1 16
e) Pada bagian ats dinding dipasang balok pengikat keliling/ring balok. Ring balok dijangkarkan dengan baik kepada pilaster.
f)
Pada sudut-sudut pertemuan dinding, hubungan antara balokbalok pengikat keliling (ring balok) perlu dibuat kokoh.
g) Hubungan antara bidang-bidang dinding pada pertemuan dan sudut-sudut dinding perlu diperkuat dengan jangkar-jangkar. Jangkar dapat berupa seng tebal dengan lubang-lubang bekas paku atau berupa kawat anyaman.
Modul C-4_1 17
Modul C-4_1 18
b. Persyaratan Bahan dan Pengerjaan Bata Merah Ukuran bentuk bata harus benar, tidak mudah patah atau pecah, sudutnya-sudutnya siku-siku, bebas dari debu dan kotoran yang menempel, bila diketuk ringan dengan benda keras berbunyi nyaring. Sesaat sebelum dipakai, bata harus dibasahi dulu dengan air bersih. Hasil produksi bata merah tidak lazim di uji. Kualitas bata merah yang rendah disebut bata rakyat dan kualitas yang menengah dan baik disebut bata pabrik. Semen Portland Harus memenuhi Standar Industri Indonesia (SII) dan dihasilkan dari pabrik yang mempunyai riwayat kualitas yang baik. Tempat penyimpanan semen harus terlindung dari kelembaban atau terlindung dari keadaan cuaca yang merusak, jarak minimal dasar penyimpanan 30 cm dari permukaan tanah.
Modul C-4_1 19
Pasir Tempat penimbunan pasir harus dibersihkan, pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan tanah liat, zat alkali, bahan organik dan kotoran lain yang merusak. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %, apabila kadar lumpur melampaui 5 %, maka pasir tersebut harus dicuci. Adukan pasangan tembok Komposisi campuran untuk adukan yaitu 1 PC : 5 Pasir : dan 1 PC : 6 Pasir memenuhi persyaratan teknis pasangan bata. Bentuk dan ukuran Bentuk bata yang prismatis dan mempunyai sudut siku sangat membantu dalam kemudahan pemasangan dan menambah produktivitas pekerjaan. Penyerapan (absorbsi) Daya serap yang rendah nilainya dapat mengurangi penggunaan air pada adukan yang akan digunakan untuk pemasangan. Kuat tekan Nilai kuat tekan ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : P tk = P = beban tekan (kg) A = luas permukaan yang ditekan (cm2)
(kg/cm ) A
Kuat geser P = A Pekerjaan Pemasangan Adukan diletakan, cukup untuk satu buah, bata diletakkan dengan cara seolah-olah pesawat udara mendarat. Dengan cara ini kita meletakannya pada posisi yang dituju sekaligus ujungnya menggaruk/mendorong sedikit adukan, untuk penyesuaian posisi cukup digeser kedepan dan kebelakang secara mendatar. Pasangan harus tetap datar dan tegak lurus dan gunakan tali pelurus. Tebal adukan siar 1 cm, dengan variasi 3 mm. Sebagai (kg/cm2) P = beban (kg) A = luas bidang geser (cm2)
Modul C-4_1 20
penutup pasangan tembok diberikan plesteran dengan tebal 2 cm, yang gunanya sebagai pelindung dari pengaruh cuaca, mekanik dan untuk meratakan permukaan pasangan. Kecakapan pekerjaan Ketrampilan kerja atau kecakapan tukang yang melaksanakan pekerjaan pasangan adalah sangat penting karena merupakan penentu terhadap kualitas pekerjaan pasangan. 13. Ketentuan untuk Rangka Pemikul Beton Perkuatan dengan Rangka Balok Pondasi, Kolom Praktis dan Balok Pengikat (Ring Balok) Bangunan tembok dengan perkuatan sangat dianjurkan untuk daerah rawan gempa. Untuk dinding tembok sebaiknya memakai kolom praktis, balok pondasi, dan balok pengikat (ring balok) ini biasanya disebut rangka bangunan yang dapat dibuat dari beton bertulang maupun kayu. Ikatan Kolom Struktur dengan Pondasi
Modul C-4_1 21
Modul C-4_1 22
Pemilihan Bahan Semen Portland, Beton, Kerikil Perkuatan dengan rangka beton bertulang boleh dibangun diseluruh wilayah gempa, dengan mutu campuran beton yang dianjurkan yaitu 1 PC : 2 Pasir : 3 Kerikil, bahan pasir dan kerikil harus bersih dari lumpur, pencampuran bahan tersebut menggunakan air setengah (0,5) bagian. Untuk tulangan utama minimum pada kolom 4 buah dengan 12 mm dan tulangan sengkang 8 mm dengan jarak 10 cm, dan untuk balok 4 buah dengan 12 mm dan tulangan sengkang 8 mm dengan jarak 15 cm. pada pertemuan pasangan dinding dibuat kolom praktis dengan tulang utama 4 buah dengan 10 mm dan tulangan sengkang 8 mm dengan jarak 10 cm, serta masing-masing kolom dilengkapi dengan angkur sebagai pengikat.
Daftar Pustaka
1. Ir. Teddy Boen, Manual Bangunan Tahan Gempa , Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung. 2. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Pedoman Teknik Perencanaan dan Pembangunan Perumahan Desa Tahan Gempa , Bandung 1979. 3. Ir. Murdiati Munandar, Dipl.E.Eng., Bangunan Tahan Gempa di Lokasi Mitigasi, Liwa, Lampung Barat , Jurnal Penelitian Puslitbang Permukiman, Bandung, 2000. 4. Ir. Murdiati Munandar, Dipl.E.Eng. Ketentuan Dinding Tembok di Wilayah Gempa , Buletin Pengawasan, LIPI, 2001. 5. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bamboo In Indonesia 6. Yayasan Lembaga Penyelidikan Konstruksi Kayu Indonesia . Masalah Bangunan, Peraturan
7. Standar Nasional Indonesia 03 1726 2002 (revisi), Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Gedung , 2002. 8. Ir. R.B.Tular (alm), Perencanaan Bangunan Tahan Gempa, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung, Agustus, 1984. 9. IAEE Committee, Guidelines for Earthquake Resistant Non-Engineered Construction, Tokyo, Oktober, 1986.
Modul C-4_1 23