5.1
Pendahuluan Dalam bab ini, transistor dimodel-kan dengan menggunakan rangkaian ekivalen sinyal lemah hybrid- . Keuntungannya adalah bahwa model yang sama, dan karenanya metode analisis yang sama pula, dapat digunakan untuk BJT dan FET. Yang penting ialah kemampuan untuk bisa membentuk persamaan rangkaian dari rangkaian ekivalen, dan sejumlah contoh dipergunakan untuk mengilustrasikan cara melakukannya. Sama pentingnya ialah kemampuan untuk bisa menafsirkan persamaan itu, untuk melihat bagaimana berbagai macam komponen yang mungkin mempengaruhi kinerja rangkaian itu. Memecahkan persamaan merupakan persoalan lain lagi, dan metode yang diilustrasikan berkisar dari penggunaan metode pendekatan untuk mengenal kinerja rangkaian, untuk metode solusi yang eksak memerlukan penggunaan personal computer atau kalkulator yang dapat diprogram untuk melaksanakannya. Suatu upaya telah dilakukan untuk menghindari program tertentu, tetapi mathcad telah terbukti sangat cocok bagi penerapan ini dan tersedia dalam edisi mahasiswa. Begitu juga, para mahasiswa yang mempunyai akses terhadap PSspuce atau Microcap boleh memakainya untuk memeriksa kebenaran beberapa contoh solusi yang diberikan. Walaupun simulasi komputer tidak ditekankan dalam bab ini, Microcap khusus dianjurkan sebagai penangkapan rangkaian di layar dan memberikan keluaran grafik yang sangat baik. Beberapa contoh hasil Microcap disajikan di dalam bab ini.
5.2 Rangkaian Ekivalen Hybrid- Untuk BJT Rangkaian ekivalen hybrid- mendapatkan namanya dari kenyataan bahwa konfigurasi rangkaian itu berbentuk , dan unit-unitnya merupakan campuran, atau hybrida, yang mengandung pembangkit arus yang tergantung tegangan. Versi yang disederhanakan mengenai rangkaian
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
ekivalen hybrid- untuk transistor bipolar junction (sambungan dua kutub) ditunjukkan dalam Gambar 5.2.1. Terminal yang ditandai B, E dan C itu adalah terminal eksternal base, emitter, dan collector, yang tersedia bagi pemakai. Terminal B adalah internal bagi transistor dan ditunjukkan karena extrinsic base resistanse rbb itu harus diperhitungkan dalam situasi tertentu pada frekuensi tinggi. Rangkaian yang disederhanakan itu mengandung elemen yang paling banyak pengaruhnya terhadap respons frekuensi tinggi: transkonduktans gm; resistans output rc; resistans input rbe; kolektor output kapasitans Cc; collector to base kapasitans Ccb; base to emitter kapasitans Cbe; dan ekstrinsik base resistans rbb. Rinciannya adalah sebagai berikut : Transkonduktans : Transkonduktans adalah fungsi arus collector, yang diberikan oleh
gm =
IC VT
(5.2.1)
Dimana VT = 26 mV pada temperatur kamar. Jadi transkonduktans dapat diperoleh segera dari informasi arus bias kolektor IC. Resistans output : Resistans output juga merupakan fungsi arus kolektor dan diberikan oleh
rc =
VA IC
(5.2.2)
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
Disini, VA dikenal sebagai tegangan awal, suatu parameter khusus transistor. Sering kali rc cukup besar sehingga mempunyai efek kecil terhadap rangkaian dan dapat diabaikan. Resistans input : Ini langsung bergantung pada gm dan diberikan oleh
rb 'e =
0
gm
(5.2.3)
Disini, 0 adalah frekuensi rendah, penguatan arus hubungan pendek; suatu parameter khusus transistor. Kapasitans output kolektor CC : Dalam rangkaian terpadu (integrated circuits) ini adalah kapasitans deplesi junction isolasi collector-tosubstrate yang bias terbalik (reverse-biased). Nilainya ialah fungsi tegangan terbalik (reverse voltage). Normalnya, nilai itu kecil dibanding dengan kapasitans rangkaian lainnya dan biasanya dirinci untuk kondisi pengoperasian tertentu. Dalam peralatan diskrit, akan mencakup kapasitans stray dari rangkaian kolektor ke bumi. Kapasitans kolektor ke-base Ccb ; Ini adalah kapasitans deplesi sambungan kolektor ke base yang bias terbalik. Ini adalah suatu fungsi tegangan terbalik dan biasanya dispesifikasikan untuk kondisi pengoperasian tertentu. Walaupun nilai pada normalnya kecil dibanding dengan kapasitans rangkaian lainnya, namun efeknya dapat diperbesar dengan cara yang akan diuraikan sebentar lagi (lihat Efek Miller). Kapasitans base-to-base Cbe : Ini adalah kapasitans dari sambungan base-emitter bias ke depan (forward-biased-emitter junction). Ini terdiri atas dua komponen, Cdepl + Cdiff. Kapasitans deplesi Cdepl adalah suatu fungsi bias ke depan pada sambungan dan dapat dispesifikasikan atau diestimasi untuk kondisi pengoperasian tertentu. Kapasitans Difusi Cdiff adalah fungsi transkonduktans dan dimana F adalah waktu transit ke depan untuk gerakan pembawa minoritas melalui base, sebuah parameter tertentu untuk transistor.
C diff = F g m
(5.2.4)
Ekstrinsik resistans base resistans rbb : Ini adalah resistans bulk base material, yang datang secara efektif antara terminal luar dan bagian aktif dari base-emitter junction. Dalam banyak piranti dapat diabaikan, dan lainnya bias setinggi 100 biasanya.
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
Oleh karena itu akan terlihat bahwa untuk memperoleh gambaran yang masuk akal tentang pengoperasian BJT pada frekuensi tinggi, sejumlah parameter harus ditentukan, yang seara singkat adalah I C, 0, VA, Cc, Ccb, Cdepl, rbb, dan F. Latihan 5.2.1 Buatlah gambar rangkaian ekivalen hybrid- dan tunjukkanlah nilai untuk suatu BJT dimana IC = 1 mA, 0 = 200, VA = 600 V, Cc = 0,6 pF, Ccb = 0,6 pF, Cdep = 5 pF, rbb = 30 , dan F = 500 ps. (Jwb. Gm = 38,5 mS; rc = 60 k; rbe = 5200 , Cbe = 24,2 pF). Ciri transistor diskret kadang-kadang ditentukan dengan istilah hybrid atau parameter-h. Istilah hybrid dalam hal ini timbul karena parameter ini merupakan campuran (atau hibrida) dari konduktans dan resistans. Tabel 5.2.1 menunjukkan hubungan antara parameter-h dan model hybrid- : Tabel 5.2.1 Parameter-h hie hfe hoe hfe/hie 5.3 Model Hybrid- rbe
o
1/rc gm
Penguatan Arus Rangkaian Terhubung Pendek untuk BJT Penguatan arus rangkaian terhubung pendek merupakan ukuran yang berguna tentang bagaimana sebuah transistor berperilaku terhadap frekuensi. Mengacu kepada Gambar 5.3.1, yang menunjukkan transistor dihubungkan dalam konfigurasi common-emitter, arus inputnya atau arus base-nya diberikan oleh
1 i c = v b 'e r + j (C b 'e + C b 'c ) b 'e
(5.3.1)
Karena kolektor ke emiter itu terhubung pendek, maka resistans output dan kapasitans rangkaian ekivalen itu tidak ada pengaruhnya dan ini tidak ditunjukkan. Arus kolektor, dengan mengabaikan arus lemah yang mengalir melaluui Ccb, diberikan oleh
i c = g m v b 'e
(5.3.2)
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
Aisc =
ic ib
Gambar 5.3.1 Rangkaian untuk menentukan gain arus terhubung pendek (short-circuit current gain)
gm 1 + j (C b 'e + C bc ) rb 'e
(5.3.3)
Besarnya
Aisc =
gm 1 + 2 (C b 'e + C bc ) 2 2 rb 'e
dengan (5.3.4)
Mengalikannya
rb2 'e ,
dan
mengingat
kembali
Aisc =
gm (1 + r (C b 'e + C bc ) 2 )
2 b' 2
(5.3.5)
Ini diplot dalam Gambar 5.3.2 dan dari kurvanya, dua parameter penting dapat diketahui. Parameter itu adalah frekuensi -3-dB dan frekuensi transisi T dengan gain unit (0 dB).
Frekuensi -3-dB
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
Frekuensi -3-dB adalah frekuensi dimana besarnya gain turun dengan 3 dB dari nilai maksimumnya. Dengan melambangkan -3-dB dengan maka
0
2
0
(1 + r (C b 'e + C b 'c ) 2 )
2 b 'e 2
(5.3.6)
=
=
gm 0 (C b 'e + C b 'c )
(5.3.7)
Gambar 5.3.2 Gain arus rangkaian terhubung pendek sebagai fungsi frekuensi Ini menunjukkan ketergantungan frekuensi -3-dB pada parameter transistor. Harus selalu diingat bahwa ini adalah untuk transistor dalam keadaan output rangkaian hubungan pendek, tetapi walaupun demikian, masih memberikan suatu ukuran berguna tentang bagaimana sebuah amplifier yang menggunakan transistor itu akan berperilaku pada frekuensi tinggi. Frekuensi Transisi Gain Unity
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
Ini adalah frekuensi dimana besarnya penguatan sama dengan unity, atau 0 dB. Sekali lagi, penggunaan persamaan besaran penguatan memberikan
1=
(5.3.8)
0
(1 + r (C b 'e + C b 'c ) 2 )
2 b 'e 2 T
T =
gm C b ' e + C b 'c
(5.3.9)
Frekuensi transisi-nya terlihat tidak bergantung pada 0, dan oleh sebab itu, maka relatif konstan bagi suatu tipe transistor yang diberikan untuk kondisi pengoperasian tertentu. Parameter frekuensi T paling sering ditentukan pada lembaran data transistor untuk sederet kondisi pengoperasian. Untuk modeling komputer, waktu transit ke depan F yang diperkenalkan pada persamaan (5.2.4) biasanya diperlukan. Tidak seperti frekuensi transisi, waktu transit ke depan relatif tidak tergantung pada kondisi pengoperasian. Untuk menentukan waktu transisi ke depan dari persamaan frekuensi transisi, pertama carilah kapasitans diffusinya. Dengan demikian, persamaan (5.3.9) dapat ditulis sebagai
T =
C depl
gm + C diff + C cb '
(5.3.10)
C diff gm
C depl + C cb ' 1 T gm
(5.3.11)
F =
C depl + C cb ' 1 T gm
(5.3.12)
Jika resistans bulk kolektor yang dilambangkan disini dengan r cc penting, artinya, maka pengaruh dari kapasitans base kolektornya diperbesar dengan apa yang disebut Miller effetc (ini diuraikan dalam bagian 5.4), dan persamaan (5.3.12) menjadi
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
F =
(5.3.13)
5.4
Amplifier Common-Emitter (CE) Amplifier CE dengan rangkaian output dan input tertala ditunjukkan dalam Gambar 5.4.1 (a). C3 dan C4 adalah kapasitor pemblokir dc dengan reaktans yang dapat diabaikan pada frekuensi tinggi. Resistor bias R BIAS memasok arus bias ke base, dan ini dapat juga dianggap mempunyai pengaruh yang dapat diabaikan terhadap kinerja pada frekuensi tinggi. Sumber sinyalnya ditunjukkan sebagai pembangkit arus ekivalen is dan Rs. Rangkaian ekivalennya, yang menggunakan rangkaian ekivalen hybrid- untuk transistor, ditunjukkan dalam Gambar 5.4.1 (b), dimana r bb telah dianggap dapat diabaikan. Dari rangkaian ekivalen Gambar 5.4.1 (b) dapat dilihat bahwa resistans output transistor dan resistans bebannya berada dalam keadaan paralel dengan rangkaian tertala output. Kapasitans output transistor, yang ditunjukkan sebagai Cc, paralel dengan kapasitans penala rangkaian C2 dan akan merupakan bagian dari rangkaian resonan. Kalau induktor output mempunyai resistans seri r2 dan induktans L2, maka seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.4.1 (c), komponen pada sisi outputnya dapat dikelompokkan dalam satu bentuk admittans sebagai
Y2 = 1 1 1 + + + j (C c + C 2 ) rc R L r2 + jL2
(5.4.1)
Yang tidak langsung kentara dari rangkaian ekivalen itu ialah pengaruh yang dipunyai oleh umpan balik kapasitans C cb. Untuk melihat pengaruh ini, rangkaian ekivalen dalam Gambar 5.4.1 (c) dapat dianalisa. Admitans Y1 melambangkan admitansnya Rs, rbe, dan Cbe yang paralel dengan rangkaian tertala input, dan Y2 adalah admittans output sebagaimana didefinisikan terdahulu, umpan balik admitansnya adalah
Y f = j C cb ' . Persamaan arus untuk simpul outputnya adalah
0 = g m v i + ( v 0 v i ) Y f + v 0 Y2
(5.4.2)
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
Av =
=
v0 vi
Yf gm Y f + Y2
(5.4.3)
dan T (C b 'e + C cb ' ) . Karena transistor akan dioperasikan pada frekuensi << Ccb, maka gm >> |Yf|, dan ekspresi untuk gain menjadi
Av =
=
gm Y f + Y2
gm Y0
(5.4.4)
Dimana Y0 = Y2 + Yf. Penguatannya maksimum ketika Y0 beresonan, yang berarti bahwa Ccb harus dimasukkan dalam penalaan output (output tuning). Ada juga pergeseran fase 1800 di dalam penguat dalam kondisi ini. Admittans keluarannya dapat ditulis dalam bentuk persamaan (1.4.2).
Y0 = 1 + jyQ 2 eff R D 2 eff
(5.4.5)
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
Gambar 5.4.1 Amplifier CE tertala (a) rangkaian dan (b) rangkaian ekivalen, (c) rangkaian ekivalen untuk analisa simpul (nodal analysis) Term terakhir disisi sebelah kanan adalah kebalikan dari resistans dinamis pada rangkaian tertala saja, tetapi termasuk kapasitans transistornya. Efek redam resistans output dan resistans beban transistor diperhitungkan dalam penghitungan resistans dinamis efektif RD2 eff. Faktor Q efektif rangkaian output adalah
Q 2 eff = 0 (C c + C 2 + C cb ' ) R D 2 eff
(5.4.7)
(5.4.8)
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
10
Hendaknya diperhatikan bahwa penguat tegangan mengacu pada terminal input, dan maka input admittansnya tidak mempengaruhinya. Beralih kini kepada rangkaian input, persamaan simpul inputnya adalah
i s = v1 (Y1 + Y f ) v 2 Y f
Yin =
is v1
(5.4.10)
= Y1 + Yf (1 Av)
Jadi, untuk menala resonans ini, pengaruh umpan baliknya itu diperhitungkan. Dalam praktek interaksi ini dengan rangkaian keluarannya dapat membuat prosedur penalaannya menjadi ruwet. Suku admittans Y f (1 Av) sering kali disebut Miller input admittans, menurut nama J.M Miller, yang namanya juga diberikan kepada suatu dalil yang membahas perihal umpan balik secara umum. Substitusi ekspresi gain memberikan
(5.4.11)
(5.4.12) Jadi, untuk situasi ini, Miller admittance dapat direpresentasikan oleh sebuah kapasitor CM :
C m = (1 + g m R D 2 eff )C cb '
(5.4.13) Kapasitans Miller harus disertakan dalam penalaan rangkaian input agar bisa beresonansi pada frekuensi yang sama seperti rangkaian output. Akan tetapi perhatikan bahwa respons frekuensi rangkaian tertala input itu tidak akan merupakan yang dari rangkaian tertala tunggal, karena Miller admittance adalah suatu fungsi frekuensi secara umum dan, sesungguhnya
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
11
juga memperkenalkan suatu komponen konduktans pada frekuensi di luar resonans. Contoh 5.4.1 Sebuah amplifier CE mempunyai rangkaian tertala dalam kolektor, yang beresonansi pada 5 MHz dengan total tuning capacity 100 pF. Faktor Q yang tak teredam rangkaian tertala itu 150. Amplifiernya mengumpan resistans beban 5 k, dan resistans output transistornya 40 k. Hitunglah gain tegangan yang diacukan kepada terminal input dan Miller capacitance pada input. Transistornya mengoperasikan arus kolektor 500 A, dan collector-to-base capacitance-nya 0,6 pEF. Solusi :
gm =
1c 500 x 10 6 = = 0,019 S VT 26 x 10 3
Q
RD 2 =
0 C
150 = 47,75k 2 x 5 x 10 6 x 10 10
= 246 S
Av =
gm = 78 Y0
CM = (1 + 78) x 0,6 = 47 pF
Oleh karena itu, Dari contoh ini, terlihat bahwa pengaruh kapasitans 0,6 pF itu berubah menjadi kapasitans input Miller 47 pF, dan ini akan merupakan tambahan bagi kapasitans Cbe yang sudah ada. Kembali ke rangkaian masukan, pada keadaan resonans, resistans dinamiknya diperoleh dari
1 R D1 eff = 1 1 1 + + Rs R D1 rb 'e
(5.4.14)
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
12
dimana RD1 merupakan resistans dinamik rangkaian masukan yang tertala sendiri. Begitu juga, dengan anggapan bahwa Miller admittance konstan terhadap jangkauan frekuensi bandwidth -3dB-nya, maka faktor Q rangkaian masukan adalah
Q1 eff = 0 (C1 + C b 'e + C M ) R1 eff
(5.4.15)
Dalam banyak situasi sumber sinyal input itu direpresentasikan oleh generator tegangan ekivalen, dan penguatan tegangan yang mengacu kepada sumber emf penting untuk diperhatikan. Dalam hubungannya, dengan sumber generator arus ekivalen, emf adalah vs = isRs atau is = vsGs. Oleh sebab itu, dari persamaan simpul masukan.
i s = v1Yin
v s G s = v1Yin
v2 Yin Av
Avs = =
v2 vs Gs Av Yin
(5.4.17)
Contoh 5.4.2 Pada amplifier di contoh 5.4.1, rangkaian tertala masukannya mempunyai faktor Q 100 pada frekuensi 5 MHz, dan induktansnya 2 H. Resistans sumber-nya 1000 . Transistor -nya 200, dan Cbe = 10 pF. Hitunglah faktor Q efektif rangkaian masukan dan penguat tegangan yang diacukan kepada sumber emf. Solusi : Dari contoh 5.4.1, Av = -78 dan CM = 47 pF. Resistans dinamis rangkaian tertala itu adalah
R D1 = Q0 L = 4,71 k
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
13
Qeff =
RD1 eff
0 L
Gs Av Yin
R D1 eff Rs
24
Avs =
=
=
Av
78 x 764 1000
-60 Contoh ini menunjukkan bagaimana faktor Q dapat banyak dikurangi. Dalam prakteknya, untuk menghindari ini, sumber dan transistor biasanya dihubungkan ke sisi kapasitif atau induktif pada rangkaian tertala input, sebagaimana yang dibahas dalam Bab 1. Gambar 5.4.2 menunjukkan sumber dihubungkan melalui sisi kapasitif. Ini mengurangi efek redam konduktans sumber pada rangkaian tertala, dan selain itu juga mengadakan penyesuaian. Sebagaimana diuraikan dalam bagian 4.16,
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
14
resistans sumber efektof boleh dioptimumkan untuk faktor noise minimum melalui penggandengan masukan. Kopel Output Hubungan ke pengeluaran rangkaian tertala dapat juga dikopel sedemikian rupa untuk mengurangi redaman. Salah satu metode menggunakan kopel induktif timbul balik seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.4.3 dan seperti yang dibahas Bab 1. Penguatan tegangan dari terminal b e ke output adalah
A' v = g m Z T
(5.4.18) dimana ZT adalah impedans transfer sebagaimana diberikan dalam bagian 1.8. Seperti terdahulu, Av adalah gain yang diacukan pada internal terminal b e, yang juga merupakan gain dari eksternal terminal jika r bb dapat diabaikan. Teknik yang harus diikuti dalam menghitung impedans transfernya untuk mudahnya dapat diringkas sebagai berikut : 1. Hitung impedans transformer Zp, Zs, dan Zm (lih. Persamaan (1.8.1), (1.8.2) dan (1.8.3). 2. Hitung impedans eksternal yang dilekatkan pada primer dan sekunder, Z1 dan Z2 (persamaan (1.8.4), (1.8.5), dan (1.10.6). 3. Hitung sistem determinan (lih. Contoh 1.8.1). 4. Hitung impedans transfer ZT (persamaan 1.8.7). Evaluasi gain dengan menggunakan transfer impedans ditinggalkan untuk soal 5.17. Rangkaiannya dapat dianalisis dengan menggunakan salah satu dari banyak program analisis komputer yang tersedia, dan Gambar 5.4.4 menunjukkanr respons gain untuk rangkaiannya, yang diperoleh dengan menggunakan Microcap. Penggandengan dapat juga diatur dengan sekunder tertala, primer tidak tertala, dan prosedur analisisnya sama dengan yang diuraikan secara garis besar disini. Analisis simpul dapat diterapkan dengan cara lebih formal untuk menganalisis rangkaian yang lengkap. Gambar 5.4.5 menunjukkan rangkaian ekivalen sinyal kecil untuk sebuah amplifier CE yang untuk ini impedans transfernya dianggap sudah diketahui. Rangkaian juga memperhitungkan rbb. Dengan analisis simpul lebih mudah untuk bekerja dengan admitans dibanding dengan impedans dan ini ditetapkan sebagai
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
15
g b 'b =1 / rb 'b
YT = 1 / Z T
G s = 1 / Rs
Gambar 5.4.3 (a) Amplifier CE primer tertala, sekunder tidak tertala (nilai komponen yang dipergunakan untuk mendapatkan kurva respon microcap, dari Gambar 5.4.4 (b) rangkaian ekivalen
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
16
Gambar 5.4.4 Respons frekuensi/gain untuk amplifier Gambar 5.4.3 yang diperoleh dengan menggunakan Microcap
Gambar 5.4.5 Rangkaian ekivalen sinyal-kecil yang dipergunakan dalam analisis simpul Admitans YT meliputi kapasitans keluaran dan konduktans keluaran transistor yang paralel dengan rangkaian kopling keluaran, dan admittans Y1 ditunjukkan dalam Gambar 5.4.5 meliputi konduktans sumber yang paralel dengan rangkaian kopling input. Persamaan simpul untuk rangkaian Gambar 5.4.5 adalah Node B : Node B : Node C :
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
17
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
18
1 V. Gs.
penguatan tegangan antara sembarang simpul dapat ditentukan. Contoh 5.4.3 Parameter berikut ini diterapkan pada amplifier CE : ZT = 600 ; gm = 0.04S; 0 = 200; rbb = 70; cbe = 7pF; Ccb = 1pF; Rs = 50 Input impedans-nya, tidak termasuk sumber, adalah Z1 = 300 . Tentukan penguatan tegangannya, yang mengacu kepada emf sumber, pada frekuensi 5 Mhz. Solusi :
rb 'e = 0 / g m = 5k
g b 'b = 1 / 70 = 14,286 mS
G s = 1 / 50 = 20 mS
YT = 1 / 600 = 1,667 mS
Y1 = 1 / Z '1 +G s = 23,333 mS
Dalam komputasi berikut ini nilainya telah dibulatkan ke posisi desimal yang terdekat. Matrik Y-nya adalah
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
19
41,3 j4,6 .1 + j.8 42,3 j1,7 1 Y = 41,3 j4,6 + j.3 108,9 j12,1 .3 + j2 ohms 989,5 + j129,3 2600 + j340,5 592,4 j60,3
dengan Vs = 1 volt maka arus sumbernya i s = 1Y . Gs = .02A. Oleh karena itu matrik 1-nya adalah
.02 I= 0 0
Solusi matrik (yang diperoleh dalam hal ini dengan menggunakan Matchad) menghasilkan
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
20
Untuk contoh ini, estimasi yang sangat cepat tentang penguatan itu diperoleh sebagai berikut. Sinyal input diatenuasi kira-kira mendekati
Z1 /( Z1 + Rs ) = 0,86. Penguatan tegangan pada tahapan yang mengacu
pada terminal masukan adalah g m Z T = 24. Maka penguatan yang mengacu kepada sumber 0,86 x -24 -21. 5.5 Stabilitas dan Netralisasi Rangkaian tertala paralel bersifat induktif pada frekuensi di bawah frekuensi resonan (lih. Bab 1). Akan ada frekuensi dimana rangkaian masukan dan keluaran amplifier yang tertala masukan dan yang tertala keluaran bersifat induktif, sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar 5.5.1 (a). Dalam rangkaian ekivalen ini, rangkaian inputnya direpresentasikan oleh suatu induktans LB netto yang paralel dengan resistans RB (rbb, dianggap dapat diabaikan), dan rangkaian tertala keluarannya paralel dengan LC, RC dan rc. Jika resistans RB dan RC lebih besar dibanding dengan reaktans induktif yang bersesuaian dengannya, maka rangkaian itu berkurang sampai seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.5.1 (b). Loop yang terdiri atas LB, Lc dan Ccb membentuk suatu rangkaian resonan dimana frekuensi resonannya adalah
1 ( LB + LC ) C cb
0 =
(5.5.1)
Pada frekuensi resonan loop itu sistemnya mengembangkan osilasi yang menopang diri sendiri (self-sustaining), tegangan vbe-nya didapat melalui umpan balik dari tegangan output v0. Pada permulaannya ia hanya memerlukan tegangan acak saja, misalnya noise untuk kick start (memulai) sistem itu memasuki mode osilasi. Analisis terinci tidak akan dilaksanakan disini, tetapi kondisi pendekatan untuk mempertahankan osilasi adalah
g m rc
LC LB
(5.5.2)
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
21
Gambar 5.5.1 (a) Rangkaian ekuivalen untuk amplifier dengan masukan dan keluaran ditala pada frekuensi di bawah resonansi (b) rangkaian (a) digambarkan ulang untuk menekankan loop osilasi Amplifier yang dapat memulai sendiri kedalam osilasi diistilahkan tidak stabil, dan tentu saja ketidakstabilan itu tidak diinginkan. Satu cara untuk mencegah ketidakstabilan adalah memberikan peredaman melalui resistor RB dan RC. Jika ini dibuat cukup kecil dibandingkan dengan reaktans induktif yang bersesuaian dengannya, maka resistor ini akan mengurangi arus induktif, dan osilasi tidak akan mulai. Amplifier dapat dibuat stabil tanpa syarat dengan cara ini, tetapi harga yang harus dibayar untuk itu berupa berkurangnya penguatan amplifier. Stabilitas dapat juga dicapai dengan menetralkan sinyal umpan balik, jadi induktor boleh dihubungkan paralel dengan Ccb agar membentuk rangkaian paralel (impedans tinggi) pada frekuensi osilasi. Ini ditunjukkan dalam Gambar 5.5.2 (a). Kapasitor Cn yang seri dengan Ln adalah kapasitor pemblokir dc, yang dapat disetel agar cabang itu memberikan induktans netto yang diperlukan untuk resonans yang paralel dengan Ccb. Gambar 5.5.2 menunjukkan metode lain untuk menetralkan amplifier. Sinyal umpan balik dari atas rangkaian tertala yang antifase pada
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
22
ujung kolektor, dan Cn dapat disetel untuk membuat kedua sinyal itu sama besarnya.
Gambar 5.5.2 Rangkaian yang menetralkan 5.6 Amplifier Common-base Efek kapasitor umpan balik Ccb dapat dinul-kan sama sekali dengan menghubungkan transistor dalam konfigurasi common-base, rangkaian ekivalen sinyal kecil ditunjukkan dalam Gambar 5.6.1. Dengan ragam pengoperasian ini, Ccb tampak paralel dengan kapasitans output Cc dan karena itu tidak menyumbang kepada kapasitans input. Input resistans-nya
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
23
C eb ' Cb 'e .
Resistans output untuk rangkaian CE timbul diantara kollektor dan emitter. Ini lebih tinggi daripada resistans output CE dan dapat ditunjukkan diberikan oleh
rcCB 0 rcCE .
resistans output dapat diabaikan bagi kebanyakan maksud praktis. Rangkaian ekivalen yang disederhanakan itu ditunjukkan dalam Gambar 5.6.1 (b). Dengan menerapkan hubungan pendek pada terminal output Gambar 5.6.1 (b) dan dengan ditentukannya arus seperti yang ditunjukkan, arus output hubungan pendeknya
ic = g m veb
amplifier CB adalah
Aisc =
ic ib
m 1 + jCeb reb
(5.6.1)
Ini dibiarkan sebagai latihan bagi mahasiswa untuk menunjukkan bahwa ini dapat diekspresikan sebagai
Aisc =
0
1+ j
(5.6.2)
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
24
Gambar 5.6.1 (a) Rangkaian ekivalen untuk transistor common-base; (b) Versi yang disederhanakan dari (a) yang cocok untuk semua maksud praktis dimana frekuensi -3 dB untuk gain rangkaian hubung pendek tahap CB adalah = 1 / reb C eb.
>C cb , dan reb 1 / g m , maka mudah Kini karena C eb = C b 'e dan C b 'e >
menunjukkan bahwa
(5.6.3)
Jadi, frekuensi -3-dB itu hampir (sangat mendekati) sama dengan fT, yaitu gain unity frekuensi transisi. Sebagaimana telah ditunjukkan terdahulu, ini lebih tinggi dari frekuensi -3-dB untuk hubungan CE oleh faktor 0. Suatu rangkaian amplifier CB dasar ditunjukkan dalam Gambar 5.6.2 (a). Dari Gambar 5.6.2 (c) penguatan tegangan yang mengacu kepada terminal e-b terlihat sebagai berikut :
Av = g m Z L
g m RD 1 + jyQ
(5.6.4)
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
25
dimana persamaan (1.4.2) dipergunakan untuk impedans rangkaian tertala paralel. Apabila suatu rangkaian coupled digunakan maka penguatannya diberikan oleh g m Z T seperti sebelumnya.
Gambar 5.6.2 (a) Amplifier CB dengan beban kolektor tertala, (b) rangkaian ekivalen, (c) rangkaian ekivalen yang disederhanakan Akan terlihat bahwa pada resonansi tidak ada penggeseran fase dengan amplifier CB, yang kontras dengan amplifier CE yang menggeser fase 1800. Besarnya gain itu adalah kurang lebih sama bagi kedua konfigurasi. Sebagaimana yang ditunjukkan dalam bagian berikut, penguatan daya tahap CB yang tersedia lebih rendah dari yang untuk tahap CE, yang membatasi kegunaannya sebagai amplifier ujung depan.
Lenni, ST.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
26