Anda di halaman 1dari 4

Obesitas patofisiologi Obesitas didefinisikan sebagai kelebihan kandungan lemak di jaringan adipose; batas untuk obesitas umumnya adalah

h kelebihan berat badan lebih dari 20% berat standar normal. Obesitas terjadi jika dalam suatu periode waktu, lebih banyak kilokalori yang masuk melalui makanan daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energy tubuh, dengan kelebihan energy tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak. Pada awal pembentukan obesitas, sel-sel lemak yang sudah ada membesar. Seorang dewasa rata-rata memiliki sekitar 40 milyar sampai 50 milyar adiposit. Setiap sel lemak dapat menyimpan maksimal sekitar 1,2 g trigliserida. Jika sel-sel lemak yang sudah ada terisi penuh, maka jika yang bersangkutan terus mengonsumsi lebih banyak kalori daripada yang dikeluarkan, maka akan terbentuk lebih banyak adiposit. Ada banyak penyebab obesitas dan sebagian masih belum jelas. Beberapa factor yang mungkin terlibat adalah sebagai berikut: a. Gangguan jalur sinyal leptin. Sebagian kasus obesitas dilaporkan berkaitan dengan resistensi leptin. Bagi banyak orang dengan kelebihan berat, asupan energy yang berlebihan hanya berlangsung selama periode terjadinya obesitas. b. Kurang olahraga. c. Perbedaan fidget factor. d. Perbedaan dalam mengekstraksi energy dari makanan. e. Kecenderungan herediter. f. Keberadaan penyakit endokrin tertentu misalnya hipotiroidisme g. Ketersediaan makanan yang melimpah, lezat, padat energy, dan relative murah h. Gangguan emosi di mana makan berlebihan menggantikan kepuasan yang lain i. Kemungkinan keterkaitan dengan virus Sumber : Sherwood L. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem 6th ed. Yesdelita N. Ed. Jakarta : EGC; 2009. p. 708-10 Cara mengukur obesitas Obesitas dapat dinilai memakai beberapa cara. Cara yang paling baik adalah memakai computed tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI), tetapi kedua cara ini mahal harganya dan jarang digunakan untuk menilai keadaan ini. Lingkar perut atau rasio antara lingkar perut dan lingkar pinggul (WHR, Waist-Hip-Ratio) merupakan alternative klinis yang lebih praktis. Lingkar perut dan rasio lingkar perut dengan lingkar pinggul berhubungan dengan besarnya risiko untuk terjadinya gangguan kesehatan. WHO menganjurkan agar lingkar perut sebaiknya diukur pada pertengahan antara batas bawah iga dan Krista iliaka, dengan menggunakan ukuran pita secara horizontal pada saat akhir ekspirasi dengan kedua tungkai dilebarkan 20-30 cm. Subyek diminta untuk tidak menahan perutnya dan diukur memakai pita dengan tegangan pegas yang konstan.

Lingkar perut menggambarkan lemak tubuh dan di antaranya tidak termasuk sebagian besar berat tulang (kecuali tulang belakang) atau massa otot yang besar yang mungkin akan bervariasi dan mempengaruhi hasil pengukuran. Ukuran lingkar perut ini berkorelasi baik dengan rasio lingkar perut dan pinggul baik pada laki-laki maupun perempuan serta dapat memperkirakan luasnya obesitas abdominal yang tampaknya sudah mendekati deposisi lemak abdominal bagian visceral. Lingkar perut juga berkorelasi baik dengan IMT. Pada tahun 1995 penelitian di Belanda mendapatkan bahwa lingkar perut >102 cm pada laki-laki dan >88 cm pada perempuan, berhubungan dengan peningkatan substansial risiko obesitas dan komplikasi metabolic. Sedangkan Asia Pasifik memakai ukuran lingkar pinggang laki-laki: 90 cm dan perempuan 80 cm sebagai batasan. Walaupun IMT <25 kg/m2, obesitas sentral dapat saja terjadi, sehingga penyesuaian IMT pada keadaan obesitas sentral perlu diperhatikan, terutama bila IMT di antara 22-29 kg/m2. Lingkar perut dikatakan mempunyai korelasi yang tinggi dengan jumlah lemak intraabdominal dan lemak total dan telah digunakan baik secara mandiri atau bersama-sama tebal kulit subkutan untuk mengembangkan suatu korelasi regresi untuk mengoreksi massa lemak intra abdominal. Ekuasi ini telah divalidasi dalam sebuah penelitian yang besar jumlahnya di negeri Belanda. Ekuasi dengan menggunakan lingkar perut saja disesuaikan untuk umur, menunjukkan prediksi lemak tubuh yang baik pada specimen subyek orang Belanda dengan kesalahan yang sama dalam prediksi seperti penelitian lainnya. Terapi yang tepat untuk Ny. A Ada beberapa strategi penurunan dan pemeliharaan berat badan yang dapat dilakukan: a. Terapi diet b. Peningkatan aktivitas fisik c. Terapi perilaku, meliputi pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan aktivitas fisik, manajemen stress, stimulus control, pemecahan masalah, contingency management, cognitive restructuring, dan dukungan social. d. Farmakoterapi, meliputi sibutramine dan orlistat. e. Terapi bedah, hanya diberikan kepada obesitas berat secara klinis dengan BMI 40 atau 35 dengan kondisi komorbid. Terapi bedah ini harus dilakukan sebagai alternative terakhir untuk pasien yang gagal dengan farmakoterapi dan menderita komplikasi obesitas yang ekstrem. Sumber : Sugondo S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. 5th ed. Sudoyo AW et al. Ed. Jakarta: Internal Publishing; 2009. p. 1979-82 Komplikasi obesitas Komplikasi kardiovaskular : 1. Aterosklerosis koroner 2. Gagal jantung kongestif 3. Hipertensi

4. Tromboemboli vena 5. Kejadian serebrovaskular 6. Penyakit jantung iskemik Komplikasi respirasi: 1. Sleep apnoea Komplikasi metabolic : 1. 2. 3. 4. 5. Diabetes tipe 2 Peningkatan trigliserida serum Penurunan HDL Hiperinsulinemia dan resistensi insulin Peningkatan kadar fibrinogen plasma

Sumber : Greenstein B & Wood D. The Endocrine System at a Glance 2nd ed. Yasmine E & Rachmawati AD, translator, Safitri A, Ed. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2010. p.98-101.

Sumber : Sherwood

Anda mungkin juga menyukai