Anda di halaman 1dari 5

NAMA:MUHAMMAD RIZKY NIM:1203101010064 PENJELASAN TENTANG AL-QURAN Pengertian Al-Quran Menurut bahasa, kata Al-Quran adalah bentuk msadar

dari kata kerja iqro yang berarti bacaan. "Quran" menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakaan Dr. Subhi Al Salih berarti "bacaan", asal kata qaraa. Kata AlQuran itu berbentuk masdar dengan arti isim maful yaitu maqru (dibaca). Karena Al-Quran bukan saja harus di baca oleh manusia, tetapi juga karena dalam kenyataannya selalu dibaca oleh yang mencintainya. Baik pada waktu shalat maupun di luar shalat. Di dalam Al Quran sendiri ada pemakaian kata "Quran" dalam arti demikian sebagal tersebut dalam ayat 17, 18 surah (75) Al Qiyaamah Artinya: Sesungguhnya mengumpulkan Al Quran (didalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggunggan kami. k arena itu jika kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikut bacaannya". Kemudian dipakai kata "Quran" itu untuk Al Quran yang dikenal sekarang ini. Adapun definisi Al Quran menurut istilah ialah: "Kalam Allah S.W.T. yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan ) kepada Nabi Muhammad dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah" Dengan definisi ini, kalam Allah yang diturunkan kepada nabi -nabi selain Nabi Muhammad S.A.W. tidak dinamakan Al Quran seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s. atau Injil yang diturun kepada Nabi Isa a.s. Dengan demikian pula Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W, seperti Hadis Qudsi, tidak pula dinamakan Al Quran. Menurut Syaikh Muhammad Khudlari Beik, Al-uran ialah firman Allah yang berbahasa arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk difahami isinya dan diingat selalu, yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, yang sudah ditulis dalam mushaf, dimulai dengan surat Al -Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas. Dalam definisi tersebut di atas bahwa Al -Quran mengandung unsur -unsur sbb: a. lafadz-lafadznya berbahasa arab b. diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW c. disampaikan secara mutawatir d. ditulis dalam mushaf, dimulai dengan surat Al -Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas. Dr. Subhi Al-Shalih dalam Mabahits fi Ulum Al -Quran merumuskan definisi Al-Quran yang dipandang dapat diterima oleh mayoritas ulama terutama ahli bahasa, ahli fiqih dan ahli ushul fiqih, sebagai berikut: Al -Quran adalah firman Allah yang bersifat/berfungsi mujizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang ditulis dalam mushaf -mushaf yang diriwayatkan dengan jalan mutawatir dan yang dipandang beribadah membacanya. Dari definisi yang dikemukanan di atas, bahwa pada intinya Al -Quran itu adalah merupakan firman Allah.

Sejarah Turunnya Al-Quran Nabi Muhammad saw. menerima wahyunya yang pertama ketika Nabi sedang bertahannuts/berkhalawat di Gua Hira. Gua tersebut terletak di pegunungan sekitar 3 mil kearah utara Kota Mekah. Wahyu yang pertama kali beliau terima adalah lima ayat pertama surat Al-Alaq. Peristiwa tersebut terjadi pada malam Jumat tanggal 17 Ramadhan (6Agustus 610), yaitu ketika Nabi Muhammad SAW. berusia 40 tahun bersamaan dengan diangkatnya beliau sebagai Rosul. Malam itu disebut malam Lailatul Qodr, yakni malam yang sangat mulia, karena pada malam itu Al-Quran diturunkan untuk pertama kalinya. Tanggal 17 Ramadhan dikenal sebagai malam Nuzulul Quran. Ayat yang berkaitan dengan Nuzulul Quran tersebut dapat dilihat dalam: surat Al-Qodr ayat 1, AlDukhan ayat 3, Al-Anfal ayat 41 dan Al-Baqoroh ayat 185. Sebenarnya, malaikat Jibril telah menyampaikan fi rman-firman Allah atau Al Quran kepada Nabi Muhammad dengan beberapa cara. Nabi Muhammad s.a.w. dalam hal menerima wahyu mengalami bermacam -macam cara dan keadaan. di antaranya: a. Malaikat Jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW. tanpa memperlihatkan wujud aslinya. Rasulullah tiba -tiba saja merasakan wahyu itu telah berada di dalam hatinya. Mengenai hal ini, lihat surah (42) Asy Syuura ayat (51). b. Suatu ketika, malaikat Jibril juga pernah menampakkan dirinya sebagai seorang laki-laki dan mengucapkan kata-kata di hadapan Nabi SAW. Itulah salah satu metode lain yang digunakan malaikat Jibril untuk menyampaikan Al Quran kepada Nabi Muhammad SAW. c. Yang selanjutnya, wahyu juga turun kepada Nabi Muhammad saw. Seperti bunyi gemerincing lonceng. Menurut Rasulullah, cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-sampai beliau mencucurkan keringat meskipun wahyu itu turun di musim yang sangat dingin. Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid binTsabit: "Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya wahyu, barulah beliau kembali seperti biasa" d. Cara yang lain adalah malaikat Jibril turun membawa wahyu kepada Nabi Muhammad saw. dengan menampakkan wujudnya yang asli tidak berupa seorang laki-laki seperti keadaan no. 2, tetapi benar benar seperti rupanya yang asli. Hal ini tersebut dalam Al Quran surah (53) An Najm ayat 13 dan 14. Artinya: Sesungguhnya Muhammad telah melihatnya pada kali yang lain (kedua). Ketika ia berada di Sidratulmuntah.

Kodifikasi Al-Quran Kodifikasi atau pengumpulan Al -Quran sudah dimulai sejak zaman Rasulullah SAW, bahkan sejak Al -Quran diturunkan. Setiap kali menerima wahyu, Nabi SAW membacakannya d i hadapan para sahabat karena ia memang diperintahkan untuk mengajarkan Al -Quran kepada mereka. Disamping menyuruh mereka untuk menghafalkan ayat -ayat yang diajarkannya, Nabi SAW juga memerintahkan para sahabat untuk menuliskannya di atas pelepah-pelepah kurma, lempengan-lempengan batu, dan kepingan -kepingan tulang. Setelah ayat-ayat yang diturunkan cukup satu surat, Nabi SAW memberi nama surat tsb untuk membedakannya dari yang lain. Nabi SAW juga memberi petunjuk tentang penempatan surat di dalam Al -Quran. Penyusunan ayat-ayat dan penempatannya di dalam susunan Al -Quran juga dilakukan berdasarkan petunjuk Nabi SAW. Cara pengumpulan Al -Quran yang dilakukan di masa Nabi SAW tsb berlangsung sampai Al-Quran sempurna diturunkan dalam masa kurang lebih 22 tahun 2 bulan 22 hari. Untuk menjaga kemurnian Al-Quran, setiap tahun Jibril datang kepada

Nabi SAW untuk memeriksa bacaannya. Malaikat Jibril mengontrol bacaan Nabi SAW dengan cara menyuruhnya mengulangi bacaan ayat -ayat yang telah diwahyukan. Kemudian Nabi SAW sendiri juga melakukan hal yang sama dengan mengontrol bacaan sahabat -sahabatnya. Dengan demikian terpeliharalah Al -Quran dari kesalahan dan kekeliruan. Para Hafidz dan Juru Tulis Al-Quran Pada masa Rasulullah SAW sudah banyak sahabat yang menjadi hafidz (penghafal Al-Quran), baik hafal sebagian saja atau seluruhnya. Di antara yang menghafal seluruh isinya adalah Abu Bakaras-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Talhah,Saad, Huzaifah, Abu Hurairah, Abdullah bin Masud, A bdullah bin Umar bin Khatab, Abdullah bin Abbas, Amr bin As, Muawiyah bin Abu Sofyan, Abdullah bin Zubair, Aisyah binti Abu Bakar, Hafsah binti Umar, Ummu Salamah, Ubay bin Kab, Muaz bin Jabal, Zaid bin Tsabit, Abu Darba, dan Anas bin Malik. Adapun sahabat-sahabat yang menjadi juru tulis wahyu antara lain adalah Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Amir bin Fuhairah, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Kab, Muawiyah bin Abu Sofyan, Zubair bin Awwam, Khalid bin Walid, dan Amr bin As. Tulisan ayat-ayat Al-Quran yang ditulis oleh mereka disimpan di rumah Rasulullah, mereka juga menulis untuk disimpan sendiri. Saat itu tulisan tulisan tsb belum terkumpul dalam satu mushaf seperti yang dijumpai sekarang. Pengumpulan Al-Quran menjadi satu mushaf baru dilakukan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, setelah Rasulullah SAW wafat. Periode diturunkannya Al Quran Periode pertama dinamakan Periode Mekah. Turunnya Al Quran pada periode pertama ini terjadi ketika Nabi SAW. bermukim di Mekah (610 622 M) sebelum Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah. Ayat -ayat yang diturunkan pada masa itu, kemudian disebut dengan ayat -ayat Makiyah, yang berjumlah 4.726 ayat dan terdiri atas 89 surat atau 19/30 dari Al-Quran. Ciri-ciri ayat Makiyah yaitu: a. Surat dan ayat-ayatnya pendek-pendek b. Diawali dengan y ayyuhan-ns (wahai manusia) c. Kebanyakan mengandung masalah tauhid, iman kepada Allah SWT masalah surga dan neraka, dan masalah-masalah yang menyangkut kehidupan akhirat (ukhrawi) dan juga tentang pembinaan akhlak. d. Gaya bahasanya singkat padat (ijaz), karena sasaran yang pertama dan utama adalah orang-orang arab asli yang sudah faham benar dengan bahasa arab. Periode yang kedua adalah Periode Madinah. Sebuah periode yang terjadi pada masa setelah Nabi Muhammad SAW. hijrah ke Madinah (622 632M). Ayat-ayat yang turun dalam periode ini kemudian dinamakan ayat ayat Madaniyah, meliputi 1.510 ayat dan mencakup 25 surat atau 11/30 dari Al-Quran. Ciri-ciri ayat Madaniyah: 10 a. Ayat-ayatnya panjang b. Diawali dengan y ayyuhalladzna man (wahai orang -orang yang beriman) c. Kebanyakan tentang norma/hukum-hukum agama (syariat), orang-orang yang berhijrah (muhajirin) dan kaum penolong (anshar), kaum munafik, serta ahli kitab d. Gaya bahasanya panjang lebar dan jelas (ithnab), karena sasarannya bukan hanya orang arab, melainkan juga non arab dari berbagai bangsa yang telah mulai banyak masuk isalm. Rasulullah SAW. menyampaikan Al Quran secara langsung kepada para sahabatnya orang-orang Arab asli sehingga mereka dapat memahaminya berdasarkan naluri mereka. Jika mereka mengalami ketidakjelasan dalam memahami suatu ayat, mereka menanyakan langsung kepada Rasulullah SAW. Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah riwayat dari Ibnu Masud.

Ketika ayat ini turun (surat Al Anm, ayat 82) yang artinya, Orang -orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik .... Para sahabat gelisah dan khawatir kemudian bertanya kepada Rasulullah, Ya, Rasulullah siapakah di antara kita yang tidak berbuat zalim pada diri nya sendiri? Nabi menjawab, Kezaliman di sini tidak seperti yang kamu pahami. Tidakkah kamu pernah mendengar apa yang dikatakan oleh seorang hamba yang soleh, ... Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar -benar kezaliman yang besar. (QS Luqman, 31:3.) Jadi, yang dimaksud kezaliman adalah kemusyrikan. Ini adalah salah satu cara menafsirkan ayat yang diajarkan oleh Rasulullah, yakni menafsirkan satu ayat dengan ayat yang lain. Rasulullah saw. juga pernah menafsirkan kepada para sahabat beberapa ayat, seperti disampaikan Muslim dari Uqbah bin Amir Al Juhani. Dia berkata sebagai berikut. Aku pernah mendengar Rasulullah saw.bersabda di atas mimbar, Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki ... A l Anfl, 8: 60). Lalu beliau bersabda, Ingatlah bahwa kekuatan yang dimaksud di sini adalah memanah. Inilah yang menjadi dasar salah satu ilmu tafsir ayat ditafsirkan dengan hadits. Para sahabat, pada masa itu, sangat antusias untuk menerima Al Quran, menghafal, dan memahaminya. Amalan tersebut merupakan kehormatan bagi mereka. Dikatakan oleh Annas r.a., Seseorang di antara kami telah membaca dan menghafal surat Al Baqarah dan li Imrn. Orang itu menjadi besar menurut pandangan kami. Diriwayatkan dar i Abu Abdurrahman As Sulami sebagai berikut. Mereka yang membacakan Al Quran kepa da kami, seperti Utsman bin Affan, Abdullah bin Masud, serta yang lain menceritakan bahwa mereka bila belajar dari Nabi SAW. sepuluh ayat, tidak akan melanjutkannya lagi sebelum mengamalkan ilmu dan amal yang ada di dalamnya. Mereka berkata, Kami mempelajari Al Quran berikut ilmu dan amalnya sekaligus.Dari riwayat riwayat ini, terlihat bahwa menghafal Al Quran dan mempelajarinya tidak akan efektif jika tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Al Quran tidak akan memberikan manfaat optimal dalam meraih ridha -Nya jika hanya dihafal ditenggorokan saja. Adapun ayat yang terakhir turun kepada Nabi Muhammad SAW, terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama. Manna Al -Qathan menyebutkan ada 9 pendapat namun berdasarkan pendapat yang mutabar sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Nasai daru Ibnu Abas dan Said bin Jubair adalah surat Al Baqoroh ayat 281 sebagai berikut: Artinya: Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing -masing diri diberi balasan yang Sempurna terhadap apa y ang Telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). Adapun mengenai surat Al Maidah ayat 3, yaitu: Artinya: Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu Ayat tersebut turun pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 hijriyah,bertepatan dengan bulan Maret 632 M, yaitu ketika Nabi seda ng melaksanakan wukuf di padang Arafah, waktu beliau melaksanakan haji. Ibadah haji ini bagi beliau disebut dengan Haji Wada, karena merupakan ibadah haji yang penghabisan.Ayat ini pada lahirnya menunjukan kesempurnaan kewajiban dan hokum tetapi bukan merupakan ayat yang terakhir turun, karena setelah menerima ayat tersebut Rosulullah masih hidup selama 81 hari. Mengomentari perbedaan pendapat ini Qadi Abu Bakar Al -Baqilani dalam kitab Al-intishar menyebutkan bahwa pendapat -pendapat tersebut sama sekali tidak disandarkan kepada Nabi, tetapi lebih cenderung sebagai hasil ijtihad masing-masing. Mungkin masing-masing memberitahukan mengenai apa yang terakhir kali didengarnya dari Nabi, lalu dikiranya ayat itulah yang terakhir diturunkan.

Hikmah Diturunkannya Al-Quran Secara Berangsur -angsur Al Quran diturunkan secara beransur -ansur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari atau 23 tahun, 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Hikmah Al Quran diturunkan secara beransur -ansur itu ialah: 1. Untuk meneguhkan hati Nabi dalam melaksanakan tugasnya, karena banyak sekali hambatan dan tantangan yang dihadapi Nabi dalam mengemban tugas tersebut.Juga untuk menghibur beliau pada saat menghadapi kesulitan, kesedihan atau perlawanan dari orang kafir. Setiap kali Nabi sedih (sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia), ayat -ayat penghiburpun datang berulang kali sehingga beliau berketetapan hati untuk melanjutkan dakwah dan merasa tentram dengan pertolongan Allah.Dengan hikmah yang demikian Allah menjawab pertanyaan orang-orang kafir musyrikin yang telah menanyakan mengapa Al Quran tidak diturunkan sekaligus. sebagaimana tersebut dalam Al Quran ayat (25) Al Furqaan ayat 32, yaitu: Artinya: Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara tart il (teratur dan benar). 2. Agar lebih mudah difahami dan dilaksanakan. Sebab memahami dan melaksanakan tuntutan AlQuran secara berangsur-angsur akan lebih mudah, sebaliknya orang tidak akan melaksanakan suruhan, dan larangan sekiranya suruhan dan larangan itu diturunkan sekaligus banyak. Hal ini disebutkan oleh Bukhari dan riwayat Aisyah r.a . 3. Di antara ayat-ayat itu (dalam arti tertentu) ada yang nasikh dan ada yang mansukh,sesuai dengan permasalahan pada waktu itu. Ini tidak dapat dilakukan sekiranya Al Quran diturunkan sekaligus. (ini menurut pendapat yang mengatakan adanya nasikh dan man sukh). 4. Turunnya sesuatu ayat sesuai dengan peristiwa -peristiwa yang terjadi akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh di hati. 5. Memudahkan Nabi dalam penghafalan. Mendiktekannya kepada para penulis wahyu dan mengajarkannya kepada umatnya. 6. Di antara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban dari pada pertanyaanpertannyaan yang diajukan kepada Nabi atau penolakan suatu pendapat yang berkembang atau perbuatan yang dilakukan ada keselarasan dengan peristiwa yang terjadi, sehingga ajaran Al-Quran lebih berkesan dan berpengaruh dalam jiwa yang menerimanya . 7. Untuk memberi kesempatan sebaik -baiknya kepada umat Islam untuk meninggalkan sikap mental dan tradisi sebelum islam yang negatif secara berangsur-angsur, dengan menghayati dan melaksanakan ajaran Al -Quran dan ajaran Nabi. Sekiranya ayat -ayat Al-Quran (terutama yang menyangkut hukum) diturunkan sekaligus tentu akan mendapatkan perlawanan hebat. 8. Sebagai bukti nyata bahwa Al -Quran diturunkan dari sisi Yang Maha Bijaksana, sebagaimana firmannya dalam surat Hud : 1 Artinya: Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat -ayatNya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu 9. Untuk memberi kesempatan berfikir dalam rangkan menerima kesempatan Al -Quran sebagai petunjuk dalam kehidupan umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai