Anda di halaman 1dari 0

6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 KARTU BILANGAN
2.1.1 Pengertian Permainan Kartu Bilangan
Chalidah menyatakan bahwa permainan adalah suatu kegiatan yang
menyenangkan yang dilakukan dengan sukarela dan menggunakan
aktifitas fisik, sensorik, emosi, komunikasi dan pikiran (2005 : 124).
Sadiman (2006 : 76) mengatakan bahwa permainan adalah suatu yang
menyenangkan untuk dilakukan dan sesuatu yang menghibur.
Permainan dalam pembelajaran matematika di sekolah bukan untuk
menerangkan melainkan suatu cara atau teknik untuk mempelajani
atau membina keterampilan dan suatu materi tertentu. Secara umum
permainan cocok untuk membantu mempelajari fakt dan keterampilan
(Sukayati, 2004: 14). Kartu adalah kertas tebal yang segi empat
bangunnya (Kamus Bahasa Indonesia, 1999 : 145). Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kartu adalah kertas tebal
berbentuk persegi panjang (Depdiknas, 2005 : 510).
Secara umum kartu bilangan adalah Kartu yang berisi angka- angka
atau bilangan yang digunakan dalam pelajaran matematika.

2.1.2 Petunjuk Permainan Kartu Bilangan
Pujiati (2003: 19) mengemukakan bahwa bentuk permainan kartu
bilangan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil masing-
masing beranggotakan 2-4 siswa. Setiap putaran permainan diikuti
oleh semua kelompok.
2. Waktu setiap putaran lebih kurang 10 menit.
3. Guru menunjukkan salah satu kartu yang merupakan hasil atau
jawaban dari suatu pertanyaan atau hasil perkalian.
6
7

4. Siswa mencari dan memilih kartu siswa yang berupa jawaban dari
pertanyaan yang sesuai dan cocok dengan kartu guru.

2.1.3 Sarana Permainan Lacak Kartu Bilangan
Sarana permainan lacak kartu bilangan terdiri dari :
1. Kartu untuk guru
Kartu untuk guru dibuat dari kertas cukup tebal, misalnya kertas
duplek atau kertas marga dengan ukuran lebih kurang setengah
folio. Kartu untuk guru bertuliskan pertanyaan bisa berupa gambar
atau hasil perkalian dari fakta dasar yang dipilih. Lomba ini
dilakukan 6 kali permainan dalam satu putaran, maka kartu guru
harus berjumlah enam kartu terdiri atas pertanyaan yang berbeda.
2. Kartu untuk siswa
Kartu untuk siswa dibuat dari kertas manila atau kertas buffalo, dan
untuk setiap kelompok, kartu yang diberikan berbeda warna agar
memudahkan dalam penskoran. Kartu untuk siswa berukuran lebih
kecil dari kartu untuk guru misalnya seperempat kertas folio dan
berisi perkalian dari dua bilangan satu angka. Banyak kartu siswa
lebih kurang 30 kartu yang terdiri dari jawaban yang mungkin dari
kartu guru ditambah beberapa kartu, agar siswa tetap memilih
kartu-kartunya sampai kartu guru yang terakhir dimainkan.
3. Kartu untuk kelompok.
Kartu untuk kelompok dibuat warnanya sama dengan kartu untuk
siswa, berisi nomor 1 sampai dengan 6 ( sesuai banyak kelompok )
dengan ukuran lebih kecil dan berbeda bentuk dengan kartu guru
dan kartu siswa. Kartu ini berguna untuk menandai pengumpulan
kartu oleh tiap kelompok pada tiap putaran.
2.1.4 Cara Berlomba
Cara berlomba dalam permainan lacak kartu bilangan adalah sebagai
berikut :
8
1. Sebelum permainan dimulai, masing-masing kelompok diberi 1 set
kartu.
2. Guru menjelaskan aturan permainan yaitu siswa diminta untuk
mencari sebanyak banyaknya kartu yang merupakan perkalian
dari dua bilangan yang hasilnya ditunjukkan oleh guru dengan
kartu guru. Waktu pencarian kartu siswa dibatasi. Guru memberi
tanda saat pencarian kartu dimulai dan mengatakan stop yang
menandakan waktu pencarian habis, kemudian wakil kelompok
mengumpulkan kartu yang diperolehnya kedepan pada tempat
yang telah ditentukan. Penjelasan ini disertai contoh.
3. Permainan putaran I
4. Guru memberikan pertanyaan. Siswa dibiarkan mencari beberapa
detik untuk mencari kartu. Bila dirasa waktu sudah cukup, guru
mengatakan stop sambil mengetuk Meja sebagai tanda waktu
pencarian kartu berakhir. Wakil kelompok diminta untuk
mengumpulkan kartu pada tempat yang telah disediakan, yaitu
pada kartu lingkaran I (putaran I) dengan warna yang sesuai
dengan kartu siswa pada masingmasing kelompok (ada
kemungkinan banyak kartu yang dikumpulkan berbeda dan belum
tentu semuanya benar).
5. Langkah diulang untuk kartu guru yang lain, misal untuk kartu
guru 24 pada putaran II, kartu guru 36 pada putaran III dan
seterusnya.

2.1.5 Penilaian hasil permainan
Untuk mengetahui hasil, maka permainan perlu diadakan penilaian
sebagai berikut :
1. Setelah permainan selesai, dilakukan penilaian terhadap kartu
yang dikumpulkan oleh setiap kelompok. Kartu yang dinilai adalah
kartu jawaban yang benar. Banyaknya kartu yang benar yang telah
terkumpul kemudian dicatat pada papan penilaian.
9
2. Pemenang permainan didasarkan pada banyaknya kartu jawaban
yang benar yang dikumpulkan. Pemenang I adalah kelompok
pengumpul kartu jawaban benar terbanyak. Pemenang bisa bisa
dicari sampai dua atau tiga pemenang. Dari tiga urutan pemenang,
jika terjadi seri bisa ditambah satu putaran lagi sampai diperoleh
urutan I, II dan III. Para pemenang bisa diberi hadiah ringan,
misalnya permen. Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan
papan penilaian seperti disajikan dalam tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1
Papan Penilaian Hasil Permainan
KELOMPOK
PUTARAN PERMAINAN JUMLAH
NILAI I II III IV V VI
I
II
III
IV

2.2 Metode Demonstrasi
2.2.1. Pengertian Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu penyajian yang dipersiapkan secara
teliti untuk mempertontonkan dan mempertunjukkan yaitu sebuah
tindakan atau posedur yang digunakan. Metode ini disertai dengan
penjelasan, ilustrasi, dan pernyataan lisan (oral) atau peragaan (visual)
secara tepat dalam Canei, 1986:38). Dari batasan ini, nampak bahwa
metode ini ditandai adanya kesengajaan untuk mempertunjukkan
tindakan atau penggunaan prosedur yang disertai penjelasan, ilustrasi,
atau pernyataan secara lisan maupun visual.
Winarno mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah adanya
seorang guru, orang luar yang diminta, atau siswa memperlihatkan
suatu proses kepada seluruh kelas (Winarno, 1980:87). Batasan yang
10
dikemukakan Winarno memberikan kepada kita, bahwa untuk
mendemonstrasikan atau memperagakan tidak harus dilakukan oleh
guru sendiri dan yang didemonstrasikan adalah suatu proses.
Dengan mempedulikan batasan metode demonstrasi seperti
dikemukakan oleh Cardille dan Winarno, maka dapat dikemukakan
bahwa metode demonstrasi merupakan format interaksi belajar-
mengajar yang sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan,
proses, atau prosedur yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada
seluruh siswa atau sebagian siswa. Dengan batasan metode demonstrasi
ini, menunjukkan adanya tuntutan kepada guru untuk merencanakan
penerapannya, memperjelas demonstrasi oral maupun visual, dan
menyediakan peralatan yang diperlukan.

2.2.2 Tujuan Penerapan Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi barangkali lebih sesuai untuk mengajarkaan
keterampilan tangan ini dimana gerakan-gerakan jasmani dan gerakan-
gerakan dalam memegang sesuatu benda akan dipelajari, ataupun
untuk mengajar hal-hal yang bersifat rutin (Staton, 1978:91). Dengan
kata lain, metode demonstrasi bertujuan untuk mengajarkan
keterampilan-keterampilan fisik daripada keterampilan-keterampilan
intelektual. Cardille mengemukakan bahwa metode demonstrasi dapat
dipergunakan untuk:
1. Mengajar siswa tentang bagaimana melakukan sebuah tindakan atau
menggunakan suatu prosedur atau produk baru.
2. Meningkatkan kepercayaan bahwa suatu prosedur memungkinkan
bagi siswa melakukannya.
3. Meningkatkan perhatian dalam belajar dan penggunaan prosedur.
(Canei, 1986:38)
Sedangkan Winarno mengemukakan bahwa tujuan penerapan metode
demonstrasi adalah :
11
1. Mengajarkan suatu proses, misalnya proses pengaturan, proses
pembuatan, proses kerja. Proses mengerjakan dan menggunakan.
2. Menginformasikan tentang bahan yang diperlukan untuk membuat
produk tertentu.
3. Mengetengahkan cara kerja. (Winarno, 1980:87-88)
Berdasarkan pendapat di atas, maka tujuan penerapan metode
demonstrasi yang dikemukakan oleh Staton, Cardille, dan Winarno,
dapat diidentifikasi tujuan penerapan metode demonstrasi yang
mencakup:
1. Mengajar siswa tentang suatu tindakan, proses atau prosedur
keterampilan-keterampilan fisik/motorik.
2. Mengembangkan kemampuan pengamatan pendengaran dan
penglihatan para siswa secara bersama-sama.
3. Mengkonkretkan infomasi yang disajikan kepada para siswa.

2.2.3 Keunggulan Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut:
1. Memperkecil kemungkinan salah bila dibandingkan kalau siswa
hanya membaca atau mendengar penjelasan saja, karena
demonstrasi memberikan gambaran konkret yang memperjelas
perolehan belajar siswa dari hasil pengamatannya.
2. Memungkinkan para siswa terlibat secara langsung dalam kegiatan
demonstrasi, sehingga memberi kemungkinan yang besar bagi para
siswa memperoleh pengalaman-pengalaman langsung. Peluang
keterlibatan siswa memberikan kesempatan siswa mengembangkan
kecakapannya dan memperoleh pengakuan dan penghargaan dari
teman-temannya.
3. Memudahkan pemusatan perhatian siswa kepada hal-hal yang
dianggap penting, sehingga para siswa akan benar-benar
memberikan perhatian khusus kepda hal tersebut. Dengan kata lain,
12
perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar dan
tidak tertuju kepada yang lain.
4. Memungkinkan para siswa mengajukan pertanyaan tentang hal-hal
yang belum mereka ketahui selama demonstrasi berjalan, jawaban
dari pertanyaan dapat disampaikan oleh guru ada saat itu pula.

2.2.4 Penerapan Metode Demonstrasi
Sebelum mengajar atau pembelajaran dilaksanakan, seorang guru
harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menentukan
konsep materi yang akan dipelajari siswa, mencari dan merumuskan
masalah yang sesuai dengan konsep tersebut, serta merencanakan
strategi pembelajaran yang cocok.
Mengacu dari metode yang dipergunakan, maka selama proses
kegiatan belajar mengajar siswa dapat memusatkan perhatiannya pada
pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, siswa memperoleh
pengalaman yang dapat membentuk ingatan yang kuat, siswa terhindar
dari kesalahan dalam mengambil suatu kesimpulan, pertanyaan-
pertanyaan yang timbul dapat dijawab sendiri oleh siswa pada saat
dilaksanakannya demonstrasi, apabila terjadi keraguan siswa dapat
menanyakan secara langsung kepada guru, kesalahan yang terjadi dari
hasil ceramah dapat diperbaiki karena langsung diberikan contoh
konkritnya.
Menurut Basyirudin Usman (2002:46) menyatakan bahwa
keunggulan dari metode demonstrasi adalah perhatian siswa akan dapat
terpusat sepenuhnya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan,
memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang
kuat dan keterampilan dalam berbuat, menghindarkan kesalahan siswa
dalam mengambil suatu kesimpulan, karena siswa mengamati secara
langsung jalannya demonstrasi yang dilakukan.
Adapun menurut Syaiful Bahri Djamara (2000:56) menyatakan
bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah membantu anak didik
13
memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu kegiatan
pembelajaran, memudahkan berbagai jenis penjelasan, kesalahan-
kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui
pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek
sebenarnya.
Berdasarkan uraian di atas maka penggunaan metode
demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada
pokok bahasan nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan. Adapun
prosedur demonstrasi yang harus dilakukan dalam pembelajaran, dalam
hal ini untuk meningkatkan pemahaman pada pelajaran matematika
pada pokok bahasan nilai tempat adalah:
1. Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam
pembelajaran.
2. Memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan.
3. Pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan
dari siswa.
4. Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan latihan) terhadap demonstrasi.
5. Kesimpulan.

2.3 Hakekat Matematika
2.3.1 Latar belakang
Kata matematika merupakan ratu dari ilmu pengetahuan dimana materi
matematika di perlukan di semua jurusan yang di pelajarai oleh semua
orang. Istilah mathematics (Inggris), mathematik (Jerman),
mathematique (Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia),
atau mathematick (Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica,
yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang
berarti relating to learning. Perkataan mathematike berhubungan
sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein
yang mengandung arti belajar (berpikir). Jadi berdasarkan etimologis
14
(Elea Tinggih dalam Erman Suherman, 2003:16), perkataan matematika
berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar.
James dan James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan
bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,
susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan
yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga
bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.
Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa
matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian
yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah
yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya
dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari
pada mengenai bunyi. Sementara Reys, dkk. (1984) mengatakan bahwa
matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau
pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.
Berdasarkan pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa ciri yang
sangat penting dalam matematika adalah disiplin berpikir yang
didasarkan pada berpikir logis, konsisten, inovatif dan kreatif.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin
dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang
teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh
perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis,
teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta
teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat
sejak dini.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta
didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
15
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen
ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan
kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk
mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam
pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan
menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran
matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal,
masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan
berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami
masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan
menafsirkan solusinya.
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai
dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual
problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik
secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk
meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer,
alat peraga, atau media lainnya.

2.3.2 Tujuan Matematika
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
16
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.

2.3.3 Ruang Lingkup Matematika
Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi
aspekaspek sebagai berikut.
1. Bilangan
2. Geometri dan pengukuran
3. Pengolahan data.

2.3.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika
Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi
matematika yang dibukukan dan harus ditunjukkan oleh siswa pada
hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar ini dirinci
dalam komponen kompetensi dasar beserta hasil belajarnya, indikator
dan materi pokok untuk setiap aspeknya. Pengorganisasian dan
pengelompokan materi pada materi didasarkan menurut disiplin
ilmunya atau didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan yang
hendak dicapai. Aspek atau ruang lingkup materi pada standar
kompetensi matematika adalah bilangan, pengukuran dan geometri,
aljabar, trigonometri, peluang dan statistik, dan kalkulus.
17
Kelas II, Semester 1
Standar kompetensi Kompetensi Dasar
Bilangan
1. Melakukan penjumlahan dan
pengurangan bilangan sampai
500

1.1 Membandingkan bilangan sam
pai 500
1.2 Mengurutkan bilangan sampai
500
1.3 Menentukan nilai tempat ra
tusan, puluhan, dan satuan
1.4 Melakukan penjumlahan dan
pengurangan bilangan sampai
500
Geometri dan Pengukuran
2. Menggunakan pengukuran wak
tu, panjang dan berat dalam
pemecahan masalah

2.1 Menggunakan alat ukur waktu
dengan satuan jam
2.2 Menggunakan alat ukur pan jang
tidak baku dan baku (cm, m)
yang sering digunakan
2.3 Menggunakan alat ukur berat
2.4 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan berat benda
2.4 Kerangka Pikir
Pelaksanaan pembelajaran di SD Babalan Kecamatan Gabus
Kabupaten Pati pada untuk peningkatan kemampuan siswa dalam pelajaran
matematika sub bab berhitung. Sebagai guru, guru harus pandai dalam
menyikapi hal ini maka untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti
melakukan tindakan pembelajaran. Adapun kerangka pikirnya dapat
digambarkan dalam skema berikut :









Gambar. 2.1
Hubungan Antara Penggunaan Metode Demonstrasi dan Kemampuan Berhitung
Kondisi Awal
Siswa
Kemampuan
berhitung rendah
Prestasi Kurang
Meningkatkan
kemampuan
berhitung dengan
metodel demonstrasi
kartu bilangan.
1. Alat bantu
2. Topik
3. Demonstrasi
4. Penguatan
Siswa aktif
Kemampuan
berhitung meningkat
18
2.5 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan dalam gambar 2.1,
hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah dengan
menggunakan metode demonstrasi kartu bilangan dapat meningkatkan
kemampuan berhitung siswa kelas II SDN Babalan Kecamatan Gabus
Kabupaten Pati pada semester I Tahun 2011/2012.

Anda mungkin juga menyukai