Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS FILTRASI GINJAL (Menggunakan Sistem Filtrasi Sederhana)

Oleh : Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten : : : : : Irena Ulva Maharani B1J011040 I 1 Wisiva Tofriska

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2013

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Ginjal berperan penting sebagai organ pengatur keseimbangan tubuh dan organ pembuangan zat-zat yang tidak berguna serta bersifat toksis. Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok dalam homeostatis karena sistem tersebut membuang limbah metabolisme dan merespons terhadap ketidak seimbangan cairan tubuh dengan cara mengeksresikan ion-ion tertentu sesuai kebutuhan. Sistem ekskresi sangat beraneka ragam, tetapi semuanya mempunyai kemiripan fungsional. Secara umum, sistem eksresi menghasilkan urin melalui dua proses utama: filtrasi cairan tubuh dan penyulingan larutan cair yang dihasilkan dari filtrasi itu (Campbell, 2004). Menurut Munisa (2012) bahwa ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi yang terjadi melalui serangkaian proses yaitu : 1. Penyaringan (filtrasi) Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit). 2. Penyerapan kembali (reabsorbsi) Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin primer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. 3. Augmentasi Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Urin dari tubulus-tubulus ginjal akan menuju rongga ginjal, selanjutnya menuju kantong kemih saluran ginjal. melalui

1.2 Tujuan Tujuan praktikum Analisis Filtrasi Ginjal adalah untuk menganalisis senyawa yang dapat melewati filter sebagai gambaran fungsi filtrasi ginjal mamalia.

II. MATERI DAN CARA KERJA

2.1 Materi Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah larutan Biuret, larutan Benecdicts, larutan KI, larutan protein 1%, larutan glukosa 1%, larutan amilum 1% dan akuadest. Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tabung reaksi, mikropipet skala 100-1000 m, kertas filter GF/F, tabung erlenmeyer, corong gelas. 2.2 Cara Kerja 1. Ditambahkan 1 mL larutan uji (protein, glukosa, amilum dan akuades) ke dalam empat tabung reaksi yang telah disiapkan. 2. Tabung reaksi diberi label sesuai dengan isi larutan uji. 3. Ditambahkan 1 mL larutan Biuret ke dalam tabung reaksi berisi larutan protein, diamati dan dicatat perubahan yang terjadi. 4. Ditambahkan 1 tetes larutan Benedicts ke dalam tabung berisi glukosa. Tabung ditempatkan dalam air mendidih (1000C) selama 5 menit lalu dikocok, diamati dan dicatat perubahan yang terjadi. 5. Ditambahkan 1 tetes larutan KI ke dalam tabung reaksi berlabel amilum, diamati dan dicatat perubahan yang terjadi. 6. Ditambahkan 1 mL larutan Biuret ke dalam tabung reaksi berisi akuades, diamati dan dicatat perubahan yang terjadi. 7. Dilakukan persiapan ulang dengan menyiapkan tiga tabung reaksi lalu diisi dengan larutan uji (protein, akuades, glukosa, dan pati) masingmasing sebanyak 2 mL yang telah ditambahkan masing-masing larutan Biuret, Benedicts dan KI. 8. Kertas filter GF/F dipersiapkan dan ditempatkan di atas masingmasing corong gelas dan tabung erlenmeyer kecuali pada akuades. 9. Ketiga larutan uji difilter pada empat tabung erlenmeyer menggunakan corong yang telah dilengkapi dengan kertas filter. 10. Diamati kemudian dicatat perubahan warnanya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Tabel 3.1 Data percobaan uji filtrasi menggunakan kertas saring No. tabung Protein Glukosa Amilum Akuades Intensitas Warna (sebelum filtrasi-tab.reaksi) ++ +++ ++ Intensitas Warna (setelah filtrasi-filtrat) + ++ ++

Keterangan: + ++ +++ : tidak ada perubahan warna : intensitas warna lemah : intensitas warna sedang : intensitas warna kuat

Gambar 3.1

Akuades sebelum difilter.

Akuades setelah difilter.

Amilum sebelum Amilum setelah difilter. difilter.

Glukosa sebelum Glukosa setelah difilter. difilter.

Protein sebelum difilter.

Protein setelah difilter.

3.2 Pembahasan Berdasarkan hasil praktikum analisis filtrasi ginjal, didapatkan hasil bahwa larutan protein yang telah ditambahkan larutan Biuret sebanyak 1 mL berubah warna menjadi biru dengan intensitas warna sedang, sementara pada percobaan kedua setelah diberikan kertas filter GF/F larutan berubah warna menjadi biru dengan intensitas warna lemah. Glukosa yang telah ditambahkan larutan Benedicts 1 mL berubah warna menjadi merah bata dengan intensitas warna kuat, sementara pada percobaan kedua setelah diberikan kertas filter GF/F larutan berubah warna menjadi merah bata dengan intensitas warna sedang. Amilum yang ditambahkan larutan KI 1 mL tidak terjadi perubahan warna begitu juga setelah diberikan kertas filter GF/F, sedangkan pada akuades yang diberikan larutan Biuret 1 mL berubah warna menjadi biru dengan intensitas warna sedang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Samuelson (2007) bahwa beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya. Sementara pada amilum tidak terjadi perubahan warna dikarenakan kesalahan dalam pembuatan larutan KI. Fungsi reagen biuret adalah untuk membentuk kompleks sehingga yang dikandung dapat diidentifikasi. Reaksi biuret ini bersifat spesifik, artinya hanya senyawa yang mengandung ikatan pepetida saja. Benedict adalah reagen untuk menguji kandungan makanan yang mengandung glukosa. Sama seperti pengujian menggunakan Biuret, bahan makanan yang diuji harus berbentuk larutan, kemudian ditambah reagen Benedict (biasanya setengah dari jumlah larutan), setelah itu dipanaskan selama beberapa menit. Bahan makanan yang mengandung glukosa, akan terdapat endapan berwarna hijau sampai merah bata. hijau jika kandungan glukosa sedikit dan

merah bata jika kandungan glukosa banyak. Selain menggunakan Benedict, pengujian glukosa juga menggunakan reagen FehlingA+FehlingB (Machin, 2012). Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya (Samuelson, 2007). Ginjal berbentuk seperti kacang pada beberapa spesies hewan Mamalia seperti: kambing. Ginjal paling luar diselubungi oleh jaringan ikat tipis yang disebut kapsula renalis. Ginjal dapat dibedakan menjadi bagian korteks yakni bagian sebelah luar warnanya coklat agak terang dan medulla yaitu lapisan sebelah dalam warnanya agak gelap. Ginjal mempunyai bagian cekungan yang disebut hilum. Terdapat bundle saraf, arteri renalis, vena renalis, dan ureter pada hilum. Ginjal memperoleh suplai darah dari aorta abdominalis yang bercabang menjdi arteri renalis, arteri interlobaris, arteri arcuata, arteri interlobularis, arteriole aferen, glomerulus, arteriole eferen, kapiler peritubuler, vena interlobularis, vena arcuata, vena interlobularis, vena renalis. Ginjal selain berfungsi sebagai alat ekskresi juga berperan menghasilkan hormone seperti: rennin-angiotensin, erythropoietin, dan mengubah provitamin D menjadi bentuk aktif (vitamin D) (Pearce, 2006). Unit struktural dan fungsional ginjal dalam pembentukan urin adalah nefron. Nefron dapat dibedakan menjadi glomerulus dan tubulus. Nefron

pembuluh yaitu arteriole eferen, glomerulus, arteriole eferen, dan kapiler peritubuler. Nefron epitel yaitu kapsula bowman, tubulus convulatus distal dan tubulus colectivus. Proses pembentukann urin meliputi: filtrasi glomeruler, reabsorbsi tubuler dan sekresi tubuler. Macam-macam penyakit ginjal yang sering menyerang. Ginjal mamalia adalah organ vital dengan kompleksitas dan keragaman seluler yang cukup fungsional. Pengembangan ginjal penting untuk

proses tubulogenic berbeda namun melibatkan sinyal induktif timbal balik antara mesenchymal dan epitel progenitor kompartemen (Melissa, 2012). Macam-macam kelainan pada ginjal manusia diantaranya adalah: 1. Pyelonephritis, infeksi dan peradangan jaringan ginjal dan renal pelvis (ruang yang terbentuk dari perluasan ujung atas ureter tubulus yang menyalurkan urin ke kandung kemih). Infeksi ini biasanya disebabkan karena bakteri. Kelainan ginjal yang paling sering terjadi,

pyelonephritis dapat menjadi kronis dan akut. 2. Glomerulonephritis, ialah penyakit ginjal lain yang ditandai dengan peradangan sebagian glomeruli ginjal. Kondisi ini dapat terjadi ketika sistem imun tubuh lumpuh. 3. Batu ginjal, disebut juga Renal Calculus, plural Renal Calculi, terkumpulnya mineral dan benda organik yang terbentuk dalam ginjal. Membentuk batu yang menjadi demikian besar yang melumpuhkan fungsi ginjal. 4. Gagal ginjal disebut juga Renal Failure, yaitu hilangnya sebagian atau keseluruhan fungsi ginjal. Gagal ginjal digolongkan menjadi akut (ketika serangannya tiba-tiba) atau kronis (Anonim, 2013).

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa: 1. Protein dan glukosa tidak dapat melewati filter ginjal.

2. Akuades dapat melewati filter ginjal. Sementara pada pembahasan dikatakan glukosa dapat melewati filter ginjal dikarenakan pada urin primer manusia sesungguhnya masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya.

DAFTAR REFFERENSI

Anonym. 2013. Kesehatan.us . Diakses pada 26 maret 2013. Campbell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga. Erlangga. Jakarta. Little, Melissa. H and Andrew. P. 2012. Mammalian Kidney Development: Priciples, Progress, and Projections. Cold Spring Harbor Laboratory Press. Machin, Achmad. 2012. Potensi Hidrolisat Tempe Sebagai Penyedap Rasa Melalui Pemanfaatan Ekstrak Buah Nanas. Biosantifika. 4 (2). Munisa, Mushawwir Arsad. 2012. Fisiologi Hewan. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar. Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Semuelson, D.A. 2007. Textbook of Veterinany Histology. Saunders. St.Louis.

Anda mungkin juga menyukai

  • Injeksi KKN
    Injeksi KKN
    Dokumen11 halaman
    Injeksi KKN
    Indrasti Banjaransari
    Belum ada peringkat
  • FISTUM 2 Tumbuhan Dan Lingkungan Edit
    FISTUM 2 Tumbuhan Dan Lingkungan Edit
    Dokumen29 halaman
    FISTUM 2 Tumbuhan Dan Lingkungan Edit
    Irena Ulva Maharani
    Belum ada peringkat
  • Laporan LAMUN
    Laporan LAMUN
    Dokumen13 halaman
    Laporan LAMUN
    Irena Ulva Maharani
    Belum ada peringkat
  • ACARA 8 Fix
    ACARA 8 Fix
    Dokumen11 halaman
    ACARA 8 Fix
    Irena Ulva Maharani
    Belum ada peringkat
  • Hasil Dan Pembahasan Spektro
    Hasil Dan Pembahasan Spektro
    Dokumen6 halaman
    Hasil Dan Pembahasan Spektro
    Irena Ulva Maharani
    Belum ada peringkat
  • ACARA 6 Fix
    ACARA 6 Fix
    Dokumen9 halaman
    ACARA 6 Fix
    Irena Ulva Maharani
    Belum ada peringkat
  • Acara 2
    Acara 2
    Dokumen13 halaman
    Acara 2
    Irena Ulva Maharani
    Belum ada peringkat
  • Cacingg
    Cacingg
    Dokumen7 halaman
    Cacingg
    Irena Ulva Maharani
    Belum ada peringkat
  • Acara 1
    Acara 1
    Dokumen12 halaman
    Acara 1
    Irena Ulva Maharani
    Belum ada peringkat
  • Cacingg
    Cacingg
    Dokumen7 halaman
    Cacingg
    Irena Ulva Maharani
    Belum ada peringkat