Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Profesi tenaga kesehatan ada karena keluhan masyarakat yang memerlukan perawatan kesehatan. Pasien membutuhkan tenaga kesehatan agar dapat mencapai kesembuhan atau meningkatkan derajat kesehatannya. Posisi antara memberi jasa layanan kesehatan dan konsumen kesehatan harusnya setara bukan sebaliknya. Sehingga perlunya kita lebih memahami interaksi sosial antara tenaga kesehatan dan pasien.

1.2 Rumusan Masalah Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah: 1. Apa pengertian interaksi sosial antara perawat dan pasien? 2. Apa saja karakteristik hubungan antara perawat dan pasien? 3. Bagaimana model hubungan antara perawat dan pasien? 4. Apa saja tahap hubungan antara perawat dan pasien? 5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pasien dalam berhubungan? 6. Apa saja tindakan yang dapat dilakukan perawat pada pasien? 7. Apa saja hambatan kemajuan hubungan perawat dan pasien?

1.3 Tujuan Penulisan Beberapa tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Mengetahui tentang interaksi antara perawat dan pasien. 2. Mengetahui tentang tahap-tahap hubungan antara perawat dan pasien. 3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pasien dalam berhubungan. 4. Menjadi bahan wacana bagi pembaca. 5. Memenuhi tugas makalah yang telah diberikan.

1.4 Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu menggunakan internet sebagai landasan teoritis mengenai masalah yang akan diselesaikan yang acuannya literatur-literatur yang berkaitan dengan judul makalah guna menunjang penyusunan makalah ini.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Interaksi Sosial Antara Perawat dan Pasien Kata interaksi (interaction) mengacu pada banyak hubungan selama dua individu yang dapat berpengaruh timbal balik antara sesama dan dapat berkomunikasi secara verbal ataupun nonverbal. Kata interaksi antara perawat dan pasien mengacu pada hubungan antara perawat dan seseorang yang menderita sakit dan dikarakteristikkan oleh fakta bahwa antara kedua individu merasa

dipenanggulangan klise yang lain. Hubungan perawat-pasien adalah suatu wahana untuk mengaplikasikan proses keperawatan. Pada saat perawat-pasien berinteraksi adanya kesediaan untuk terlibat guna mencapai tujuan asuhan keperawatan. Hubungan perawat-pasien adalah hubungan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk pencapaian tujuan klien. Nurse-clien Interation Therapeutik relationship Nurse-clien relationship Interpesonal- relationship
Hubungan Antara Perawat dan Pasien

Dalam hubungan itu perawat menggunakan pengetahuan komunikasi guna memfasilitasi hubungan yang efektif. Pada dasarnya hubungan perawat-pasien bersifat profesional yang diarahkan pada pencapaian tujuan. Hubungan perawatpasien merupakan hubungan interpersonal yang titik tolak saling memberi pengertian. Persoalan mendasar adanya saling membutuhkan dimana terjadi komunikasi pribadi antara perawat-pasien, perawat membantu dan klien menerima bantuan. Dalam hubungan perawat-pasien menggunakan pengalaman hidupnya,

intelegensia, nilai-nilai, keyakinan dan motivasi untuk melakukan perubahan. 3

Perawat-klien merupakan sistem unik yang bertemu menjalin hubungan. Hubungan perawat-pasien bukan hubungan sosial tetapi hubungan terapeutik, bersifat personal, berfokus pada klien dan mempunyai tujuan.

2.2 Karakteristik Hubungan antara Perawat dan Pasien Karakteristik hubungan antara perawat-klien adalah berupa perilaku, pikiran dan perasaan. Juga penting untuk membedakan antara dukungan sosial dan dukungan profesional (Hupcey & Morse, 1997). Dukungan sosial terdiri dari 2 bagian yaitu bagian dari jaringan umum sosial dan hubungan yang merupakan dasar dari dimulainya hubungan saling percaya dan kesempatan melakukan kegiatan.

2.3 Model Hubungan Perawat Pasien Hubungan perawat - pasien tergantung pada intensitas harmoni atau adanya konfliks antara kedua belah pihak. Hubungan perawat-pasien juga cenderung bersifat asimetris. Skema Model Hubungan Nakes-Pasien (Schepers & Nievaard, 1990)
Model Hubungan Peran Nakes Peran Pasien Pasrah menerima (tidak bisa bereaksi) Bekerja sama (patuh) Turut berperan sebagai patner Keadaan Klinis Pasien Koma, terbius, delirium Sifat Hubungan

Aktif-pasif

Melakukan tindakan terhadap pasien Menyuruh pasien melakukan sesuatu Membantu pasien menolong diri sendiri

Orang tua-anak kecil Orang tua-anak (remaja)

Pemimpinpengikut Hubungan setara

Infeksi akut

Penyakit kronis, psiko-analisis

Dewasa-dewasa

2.4 Tahap Interaksi antara Perawat dan Pasien Dalam membina hubungan terapeutik (berinteraksi) perawat mempunyai 4 tahap yang pada setiap tahapnya mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh perawat (Stuart dan Sundeen, dalam Cristina, dkk., 2003) 4

a. Fase Prainteraksi Prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan klien. Anda perlu mengevaluasi diri tentang kemampuan yang anda miliki. 1) Evaluasi diri Coba pertanyaan berikut : Pengetahuan yang saya miliki tentang keperawatan jiwa? Yang akan saya ucapkan saat bertemu dengan klien? Bagaimana respon selanjutnya jika klien diam, menolak, marah atau inkoheren? Pengalaman interaksi dengan klien yang negatif/buruk/ tidak

menyenangkan? Jika ada, lakukan dengan koreksi dengan cara membaca cara-cara berhubungan dengan klien. Konsultasi dengan pembimbing klinik, diskusi dengan teman sekelompok. Bagaimana tingkat kecemasan saya? Jika cemas ringan , lakukan interaksi. Jika cemas sedang, usahakan sampai anda dapat mengatasi kecemasan. 2) Penetapan tahapan hubungan /interaksi Berikutnya perlu ditetapkan tahapan hubungan anda berikutnya: Apakah pertemuan/kontak pertama? Apakah pertemuan lanjutan? Apakah tujuan pertemuan? Pengkajian/observasi/pemantauan/tindakan keperawatan terminasi? Apa tindakan yang saya akan lakukan? Bagaimana cara melakukannya? 3) Rencana interaksi Siapkan secara tertulis rencana percakapan yang akan anda lakukan pada saat berhubungan dengan berkomunikasi bersama klien. Teknik komunikasi apa yang anda akan terapkan, kaitkan dengan tujuan anda melakukan hubungan dengan klien. Hal ini berhubungan dengan tahapan hubungan yang akan dilakukan. Teknik observasi apa yang perlu saudara lakukan selama berhubungan dengan klien. Setelah anda belajar membuat 5

rencana interaksi berarti anda sudah siap bertemu dan berkomunikasi dengan klien.

b. Fase Perkenalan/Orientasi 1) Fase perkenalan Perkenalan merupakan kegiatan yang anda lakukan saat pertama kali bertemu dengan klien. Hal- hal yang perlu dilakukan adalah : a) Memberi salam; Assalamualaikum/selamat pagi/siang/sore/malam atau sesuai dengan latar belakang sosial budaya yang disertai dengan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. b) Memperkenalkan diri perawat; Nama saya Isara, saya senang dipanggil Isara c) Menanyakan nama klien; Nama Bapak/ibu/Saudara siapa, apa panggilan kesayangannya d) Menyepakati pertemuan (kontrak); Bunyi kesepakatan tentang pertemuan terkait dengan kebersediaan klien untuk bercakap-cakap (tempat bercakap-cakap dan lama percakapan) Contoh komunikasi : Bagaimana kalau kita kita bercakap-cakap Ayo kita bercakap-cakap Di mana kita duduk? (Sebutkan) Ayo kita duduk di sana. (Sebutkan) Jika di klinik atau rumah sakit langsung katakan silahkan duduk!. Jika di kamar klien, saudara langsung duduk disamping klien. e) Menghadapi kontrak; Pada pertemuan awal saudara perlu melengkapi penjelasan identitas saudara sehingga saat interaksi klien percaya pada saudara. Contoh komunikasi : Saya perawat yang bekerja di., saya yang akan merawat Yanti selama 3 hari.(Contoh jika panggilan kesayangannya Yanti) Dimulai saat ini s.d , saya datang jam 07.00 dan pulang jam 14.00. 6

Klien menyepakati tujuan interaksi : Saya akan membantu Yanti untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Kita bersama-sama menyelesaikan masalah yang Yanti hadapi. f) Memulai percakapan awal; Pada awalnya fokus percakapan adalah pengkajian keluhan utama atau alasan masuk rumah sakit. Kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan keluhan utama. Jika mungkin melengkapi format pengkajian proses keperawatan. Contoh komunikasi untuk mengkaji keluhan utama. Untuk melengkapi identitas saudara : Apa yang terjadi di rumah sampai Yanti dibawa kemari Apa yang Yanti rasakan sampai datang kemari? Apa yang Yanti susahkan saat ini? Apa masalah yang Yanti rasakan? Jika klien tidak menjawab : Saya tidak dapat membantu jika Yanti tidak mau menceritakan hal yang Yanti hadapi. Tampaknya Yanti belum mau cerita, kita duduk saj bersama. (10 menit). g) Menyepakati masalah klien; Setelah pengkajian, jika mungkin pada akhir wawancara sepakati masalah atau kebutuhan klien. Contoh komunikasi : Dari percakapan kita tadi tampaknya Yanti. (Sesuai dengan kesimpulan masalah/kebutuhan yang dimiliki klien). Gunakan bahasa yang dimengerti klien, misalnya : Tampaknya Yanti tidak nafsu makankarena merasa nyeri pada ulu hati (untuk masalah Gastritis); Tampaknya Yanti kelihatan sesak nafas (untuk masalah asma) h) Mengakhiri perkenalan 2) Fase Orientasi Fase orientasi dilaksanakan pada awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya. Tujuan fase orientasi adalah memvalidasi kekurangan data, rencana yang telah 7

dibuat dengan keadaan klien saat ini dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama klien. a) Memberi salam; Sama dengan fase perkenalan. b) Memvalidasi keadaan klien; Bagaimana perasaan Yanti hari ini? Coba Yanti ceritakan perasaannya hari ini! Adakah hal yang terjadi selam kita tidak bertemu? Coba ceritakan! c) Mengingat kontrak; Setiap berinteraksi dengan klien dikaitkan dengan kontrak yang pertemuan sebelumnya. Yanti masih ingat jam berapa kita bertemu hari ini/pagi ini/siang ini/sore ini? Sesuai dengan janji kita yang lalu kita akan bertemu jam. (sebutkan sesuai perjanjian) Yanti masih ingat apa yang akan kita bicarakan/lakukan sekarang? Sesuai dengan janji kita yang lalu sekarang saya akan memberikansuntikan lagi. Sesuai dengan penjelasan saya tadi, sekarang ibu akan saya bantu latihan batuk efektif. Jika klien dapat menyebutkan waktu,tempat,topic pembicaraan, anda wajib memberikan pujian (reinforcement). Fase orientasi selalu diikuti oleh fase kerja dan terminasi sementara. Oleh karena itu komunikasinya dapat berupa kalimat berikut : Baiklah sekarang kita akan bicarakan tentang cara mengatasi tidak nafsu makan/cara mengelola nyeri yang ibu rasakan (dan lain-lain dengan masalah klien).

c. Fase kerja Fase kerja merupakan inti hubungan perawatan klien yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. 8

Tujuan tindakan keperawatan adalah : 1) Meningkatkan pengertian dan pengenalan klien akan dirinya , perilakunya, perasaanya, pikirannya. Tujuan ini sering disebut tujuan kognitif. Contoh : Apa yang menyebabkan Yanti cemas? Apa tanda/gejala yang Yanti rasakan saat cemas? Kapan saja Yanti merasakan cemas? Apa yang Yanti rasakan saat merasa cemas?

2) Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien secara mandiri menyelesaikan masalah yang dihadapi. Tujuan ini sering disebut tujuan efektif dan psikomotor. Contoh : Apa yang Yanti Lakukan saat cemas? Apa yang Yanti lakukan saat jantung berdebar-debar? Apa dengan cara itu masalah Yanti selesai? Apa dengan cara itu debar jantung hilang? Apa kira-kira cara lain yang lebih baik? Bagaimana kalau kita bicarakan beberapa cara baru? Jelaskan! Yanti ingin mencoba cara yang mana? Baik saya akan beri contoh (lakukan demonstrasi). Coba Yanti tiru cara tadi. Bagus, Yanti dapat melakukan dengan baik. Bagaimana kalau Yanti coba sendiri. 3) Melaksanakan terapi/teknikal keperawatan. Contoh : Bagaimana rasa nyeri ibu? Saya bantu untuk mencoba cara mengurangi rasa nyeri. Pertama : ibu dapat mengalihkan pikiran pada pengalaman yang menyenangkan, atau membaca, atau mendengar musik, atau bercaapcakap. Kedua : latihan nafas dalam-dalam. (beri contoh) Ketiga : mengusap daerah tertentu. (beri contoh) Mari kita coba. (Bantu klien melakukannya, beri pujian jika dapat melakukan) Bagaimana perasaan ibu? 9

Nah, ibu dapat mencobanya pada saat nyeri, namun jika tidak berhasil panggil perawat.

4) Melaksanakan pendidikan kesehatan. Contoh : Sesuai dengan janji kita tadi pagi, saya akan memberi penjelasan tentang cara merawat tali pusat bayi baru lahir. Jelaskan tentang merawat tali pusat bayi baru lahir (jelaskan dengan alat bantu). Ada pertanyaan Bu? Ada yang kurang jelas? Ibu dan keluarga boleh mencoba melakukanya di rumah. Terima kasih.

5) Melaksanakan kolaborasi. Contoh : Bu, sekarang sudah pukul 12.00, saatnya ibu mendapat suntikan. Ibu,miring kesebelah kiri. Sedikit sakit Bu (katakan pada saat akan menyuntik), tarik napas dalam Bu,ya,sudah. Bagaimana Bu? Bu, sesuai dengan keadaan suhu Ibu yang tinggi maka setiap dua jam saya akan mengukur suhu,nadi, dan pernafasan ibu. Sekarang saya akan ukur suhu ibu di ketiak. Kemudian perawat meletakkan thermometer di ketiak klien, dan katakan pada klien : dijepit ya Bu! Saya ambil ya Bu, sekarang Ibu istirahat lagi,nanti dua jam lagi saya datang.

6) Melaksanakan observasi dan monitoring.

d. Fase terminasi Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat dan klien. Terminasi dibagi dua, yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. 1) Terminasi sementara; Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien. Pada terminasi sementara, perawat akan bertemu lagi dengan pasien pada

10

waktuyang telah ditentukan, misalnya : 1 (satu) atau 2 (dua) jam pada hari berikutnya. Isi percakapan: a) Evaluasi hasil; Coba Yanti sebutkan hal-hal yang sudah kita bicarakan. Apa saja yang telah Yanti dapat dari percakapan tadi? b) Tindak lanjut; Bagaimana kalau Yanti coba lakukan nanti di ruangan? Yang mana yang ingin Yanti coba? c) Kontrak yang akan datang Waktu : Kapan kita ketemu lagi? Bagaimana kalau nanti jam kita bertemu lagi? Kita akan bertemu lagi besok pagi. Topik : Apa saja yang akan kita bicarakan nanti/besok. Bagaimana kalau kita bicara (sebutkan) 2) Terminasi akhir Terminasi akhir terjadi jika klien akan pulang dari rumah sakit atau saudara selesai praktek dirumah sakit. Isi percakapan : a) Evaluasi hasil Coba sebutkan kemampuan yang didapat setelah dirawat disini Apa saja yang sudah Yanti ketahui selama dirawat disini Saya melihat Yanti sudah dapat melakukan (Sebutkan sesuai hasil observasi pada tiap diagnosa keperawatan ) b) Tindak lanjut Apa rencana kegiatan Yanti dirumah Apa gejala dan tanda yang perlu diperhatikan dirumah (c) Kontrak yang akan datang

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Pasien dalam Melakukan Interaksi 1. Perbedaan perkembangan 2. Perbedaan budaya 11

3. Perbedaan gender 4. Gangguan pendengaran 5. Gangguan penglihatan

2.6 Tindakan yang Dilakukan Perawat pada Pasien 1. Konfrontasi Pengertian konfrontasi : proses interpersonalyang digunakan oleh perawat untuk memfasilitasi, memodifikasi dan perluasan dari gambaran diri orang lain (Smith [1992] dikutip Intan [2005]). Tujuan dari konfrontasi yang dilakukan adalah : agar orang lain sadar adanya ketidaksesuaiaan pada dirinya dalam hal perasaan, tingkah laku, dan kepercayaan (Stuart dan Sundeen, 1995) Dua bagian konfrontasi (Smith [1992] dikutip Intan[2005]) a. Membuat orang lain sadar terhadap perilaku yang tidak produktif atau merusak. b. Membuat pertimbangan tentang bagaimana dia bertingkah laku yang produktif dengan jelas dan konstruktif. 2. Kesegeraan Kesegaraan mempunyai konotasi sebagai sensivitas perawat pada perasaan klien dan kesediaan untuk mengatasi perasaan dari pada mengacuhkannya (Stuart dan Sundeen, 1995). Contoh : Pasien : Staf disini tidak peduli pada kliennya, mereka menangani kita seperti anak-anak dan buka orang dewasa. Perawat : Saya heran mengapa atau kamu merasa kami bahwa yang kami tidak

memperdulikan pendapatmu?. 3. Membuka diri

mungkin

tidak

mengerti

Membuka diri adalah membuat orang lain tahutentang pikiran, perasaan, dan pengalaman pribadi kita (Smith, 1992). Membuka diri dapat dilakukan dengan: a. Mendengar Mendengar yang dilakukan disini dimaksudkan mengerti dan bukan untuk menjawab. 12

b. Empati c. Membuka diri d. Mengecek 4. Emosional Katartis Pemaksaan emosional katarsis yang dilakukan akan menyebabkan klien akan menjadi panik dimana klien bertahan dan tidak mempunyai alternatif mekanisme koping yang cukup. Di sini perlu pengkajian dan kesiapan klien untuk mendiskusikan masalahnya. Jika klien sulit mengungkapkan perasaannya, perawat perlu membantu mengekspresikan perasaan klien. Misalnya dengan cara : hal itu membuatmu merasa bagaimana? Contoh dialog : Perawat : Apa yang dulu kamu rasakan saat bosmu mengoreksi di depan banyak orang? Klien : Ya, aku mengerti bahwa dia perlu meluruskanku, dan dia orang dengan tipe pemarah Perawat : Sepertinya kamu bertahan terhadap perilakunya, saya takjub dengan apa yang kamu rasakan saat itu. Klien : Uhsebel. Saya kira . (diam) : Ya, saya juga. Tapi kamu tidak dapat membiarkan hal ini, kamu tahu. Kamu harus merahasiakan semu ini karena ada orang banyak. Tapi dia dapat membiarkan ini terjadi. Oh, . Tentu dia dapat membicarakan aku semaunya, dan aku ingin dia tahu apa yang aku rasakan. 5. Bermain peran Bermain peran adalah tindakan untuk membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan penghayatan klien ke dalam hubungan manusia dan memperdalam kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut pandang lain dan juga memperkenankan klien untuk mencoba situasi baru dalam lingkungan yang aman (Stuart dan Sundeen , 1995) Bermain peran terdiri dari beberapa tahap (Stuart dan Sundeen , 1995) Mendefenisikan masalah 13 Perawat : Hal itu mebuatku marah jika trjadi padaku Klien

Menciptakan kesiapan untuk bermain peran Menciptakan situasi Membuat karakter Penjelasan dan pemanasan Pelaksanaan memerankan suatu peran Berhenti Analisis dan diskusi Evaluasi

2.7 Hambatan Kemajuan Hubungan Perawat dan Pasien Kebuntuan terapeutik adalah hambatan kemajuan hubungan antara perawat dan klien dimana hambatan itu terjadi baik dari klien maupun dari perawat sendiri. 1. Resistens Resistens merupakan upaya klien untuk tidak menyadari aspek dari penyebab cemas atau kegelisahan yang dialami. Beberapa bentuk resistensi (Stuart dan Sundeen , 1995) a. Supresi dan represi informasi yang terkait. b. Intensifikasi gejala. c. Devaluasi diri serta pandangan dan keputusasaan tentang masa depan. d. Dorongan untuk sehat, yang terjadi secara tiba-tiba tetapi hanya kesembuhan yang bersifat sementara. e. Hambatan intelektual yang mungkin tampak ketika klien mengatakan ia tidak mempunyai pikiran apapun atau tidak mampu memikirkan masalahnya, saat ia tidak memenuhi janji untuk pertemuan atau tiba terlambat untuk suatu sesi, lupa, diam, atau mengantuk. f. Pembicaraan yang bersifat permukaan dangkal. g. Penghayatan intelektual dimana klien memverbalisasi pemahaman dirinya dengan menggunakan istilah yang tepat namun tetap berprilaku maladaptive, atau menggunakan mekanisme pertahanan intelektualisasi tanpa diikuti penghayatan.

14

h. Muak terhadap normalitas yang terlihat ketika klien telah mempunyai penghayatan tetap menolak memikul tanggung jawab untuk berubah dengan alasan bahwa normalitas adalah hal yang tidak penting. i. Reaksi transference (respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sakit terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dengan kehidupan yang dulu). j. Perilaku amuk atau tidak rasional. 2. Transference Transference merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku terhadap perawat yang sebetulnya berawal dari berhubungan dengan orang-orang tertentu yang bermakna baginya pada waktu dia masih kecil (Stuart dan Sundeen , 1995) 3. Coutertransference Coutertrasference merupakan kebutuhan terapeutik yang di buat oleh perawat dan bukan oleh klien. Hal ini dapat mempengaruhi hubungan perawat-klien. Beberapa bentuk countransference ( Stuart dan Sundeen dalam Intan, 2005): a. Ketidakmampuan berempati terhadap klien dalam masalah tertentu. b. Menekan perasaan selama atau sesudah sesi. c. Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontrak dengan datang terlambat, atau melampaui waktu yang telah ditentukan. d. Mengantuk selama sesi. e. Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidak inginan klien untuk berubah. f. Dorongan terhadap ketergantungan, pujian atau efeksi klien. g. Berdebat dengan klien atau kecendrungan untuk memaksa klien sebelum ia siap. h. Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal tidak berhubungan dengan tujuan keperawatan yang telah diidentifikasi. i. j. Keterlibatan dengan klien dalam tingkat personal dan sosial. Melamunkan atau memikirkan klien.

k. Fantasi seksual atau agresi yang diarahkan kepada klien. l. Perasaan cemas, gelisah atau persaan bersalah terhadap klien.

m. Kecendrungan untuk memusatkan secara berulang hanya pada satu aspek atau cara memandang pada informasi yang di berikan klien. 15

n. Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan dengan klien. 4. Bondari Violation Perawat perlu membatasi hubungannya dengan klien. Batas hubungan perawatklien adalah bahwa hubungan yang dibina adalah hubungan terapeutik, dalam hubungan ini perawat berperan sebagai penolong dan klien berperan sebagai yang ditolong. Baik perawat maupun klien harus menyadari batas tersebut (Suryani, 2006). Pelanggaran batas terjadi jika perawat melampaui batas hubungan yang terapeutik dan membina hubungan sosial, ekonomi, atau personal dengan klien. Beberapa batas hubungan perawat dan klien (stuart dan sundeen, dalam Intan, 2005) a. Batas peran Masalah batas peran ini memerlukan wawasan dan pengetahuan yang luas dari perawat serta penentuan secara tegas mengenai batas-batas terapeutik perawat dan klien. b. Batas waktu Penetapan waktu perlu dilakukan dimana perawat mengadakan hubungan terapeutiknya dengan klien. Waktu pengobatan atau hubungan terapeutik yang tidak wajar dan tidak mempunyai tujuan terapeutik harus dievaluasi kembali untuk mencegah terjadinya pelanggaran batas. c. Batas tempat dan ruang Misalnya wawancara dimana? Kapan dan berapa lama? Batas ini biasanya berhubungan dengan perawatan yang dilakukan . Pemanfaatan terapeutik diluar kebiasaan misalnya dimobil atau dirumah klien, harus dengan tindakan terapeutik yang rasional dan mempunyai tujuan yang jelas. Perawat tidak di perbolehkan t dalam melakukan tindakan dikamar klien kadang perlu menghormati batas-batas tertentu misanya pintu terbuka atau ada pegawai yang lain. d. Batas uang Batas ini berhubungan dengan penghargaan klien dengan perawat berupa uang. Disini juga perluadanya perhatian mengenai tawar-menawar terhadap klien miskin tentang biaya pengobatan untuk mencegah timbulnya pelanggaran batas. 16

e. Batas pemberian hadiah dan pelayanan Masalah ini kontroversial dalam keperawatan, namun yang pasti hal ini melanggar batas. f. Batas pakaian Batas ini berhubungan dengan kebutuhan perawat dalam berpakaian secara tepat dalam hubungan terapeutik perawat dank lien. Dimana perawat tidak diperbolehkan memakai pakaian yang tidak sopan. g. Batas bahasa Perawat perlu memperhatikan nada bicara dan pilihan kata ketika komunikasi dengan klien. Tidak terlalu akrab, mengarah sikap seksual dan memberikan pendapat dengan nada menggurui merupakan pelanggaran batas. h. Batas pengungkapan diri secara personal Mengungkapkan diri secara personal dari perawat yang tidak berhubungan dengan tujuan terapeutik dapat mengarah kepada pelanggaran batas. i. Batas kontak fisik Semua kontak fisik dengan klien harus dievaluasi untuk melihat apakah melanggar batas atau tidak. Beberapa jenis kontak fisik/ seksual terhadap kien yang tidak pernah tercangkup dalam hubungan terpeutik antara perawat dengan klien.

Untuk mencegah terjadinya pelanggaran batas dalam berhubungan dengan klien, perawat sejak awal interaksi perlu menjelaskan atau membuat kesepakatan bersama klien tentang hubungan yang mereka jalin. Kemudian selama berinteraksi perawat harus berhati-hati dalam berbicara agar tidak banyak terlibat dalam komunikasi sosial. Dengan selalu berfokus pada tujuan interaksi, perawat bisa terhindar dari pelanggaran terhadap batas-batas dalam berhubungan dengan klien. Selalu mengingatkan kontrak dan tujuan interaksi setiap kali bertemu dengan klien juga dapat menghindari pelanggaran batas ini.(Suryani 2006) 5. Mengatasi hubungan terapeutik Perawat harus mengetahui pengetahuan tentang kebutuhan terapeutik dan mengenali perilaku tersebut. Klarifikasi dan refleksi perasaan. 17

Gali latar belakang perawat-klien. Bertanggung jawab terhadap kebuntuhan terapeutik dan dampak negatif proses terapeutik. Tinjau kembali hubungan, area kebutuhan, dan masalah klien. Bina kembali keja sama perawat-klien yang konsisten.

18

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Kewajiban perawat memberikan asuhan keperawatan dengan mengembangkan hubungan saling percaya yang dibentuk dalam interaksi perawat-pasien. Hubungan dibentuk bersifat terapeutik dan bukan hubungan sosial. Hubungan perawat-pasien sengaja dijalain, terfokus pada klien, bertujuan menyelesaikan masalah klien. Ada empat tahap interaksi yang dilalui perawat dalam melakukan hubungan dengan pasien. Dalam berhubungan banyak faktor yang perlu diperhatikan baik pada klien maupun perawat. Perawat profesional mampu menciptakan hubungan terapeutik dengan klien. Keikhlasan, empati dan kehangatan diciptakan dalam berhubungan dengan klien.

3.2 Saran Sebagai seorang perawat harus mengutamakan pelayanan paripurna terhadap pasien, terutama dalam memenuhi kebutuhan pasien. Hubungan yang baik ini akan lebih baik bila perawat dapat meningkatkan pengetahuannya dalam komunikasi khususnya komunikasi terapeutik yang sesuai dengan tuntutan jaman.

19

DAFTAR PUSTAKA

http://alam414m.blogspot.com/2011/06/hubungankomunikasi-terapeutik-perawat.html bab7-pola-hubungan-sosial-pasien-perawat.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai