Anda di halaman 1dari 23

Guillain Barre Syndrome (GBS)

KELOMPOK 2

Page 1

KONSEP DASAR MEDIK

Page 2

Definisi
Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah sindrom klinis yang ditunjukkan oleh onset akut dari gejala-gejala mengenai saraf perifer dan cranial. Proses penyakit mencakup demielinasi dan degenerasi selaput miellin dari saraf perifer dan cranial (Price dan Willson,1995 ).

Syndrom

Guillain-Barre

adalah

didefinisikan

sebagai

sebuah

penyakit

demyelinisasi neurologist. Terjadi secara akut, berkembang dengan cepat.

Biasanya mengikuti pola ascending (merambat ke atas) mengenai akar sarafsaraf spinal dan perifer. Terkadang mengenai saraf-saraf cranial. Memiliki rangkaian klinis dengan variabel yang tinggi (Symposium Guillain BarreSyndrom, 1973).

Page 3

Klasifikasi
1. Neuropati aksonal motorik akut (AMAN) atau sindroma paralitik Cina 2. Sindroma Miller Fisher (MFS), 3. Radang polineuropati demyelinasi akut (AIDP), 4. Neuropati aksonal sensorimotor akut (AMSAN), 5. Neuropati panautonomik akut, 6. Ensefalitis batang otak Bickerstaffs (BBE)

Page 4

Etiologi
Faktor Predisposisi : Faktor Presipitasi :

1. Umur ( Lansia )
2. Imunisasi 3. Pembedahan

Bakteri / Virus
(Ex : Jejuni, Influenza virus, CMV, HIV,dll)

Page 5

patofisiologi
Limphosit bermigrasi & bertransformasi ke dlm serabut saraf, myelin & axon belum rusak.

Sel limphosit & sel makrofag >>, mulai terjadi segmental demyelinisasi, axon belum rusak.

kerusakan selubung myelin & axon, Terjadi kromatolisis sentral inti sel saraf atropi & denervasi.

PATHWAY

Kerusakan axon >> proximal, kerusakan irreversible regenerasi sel saraf (-)

Page 6

Manifestasi Klinik
Perjalanan penyakit GBS dapat dibagi menjadi 3 fase:
Fase progresif Umumnya berlangsung 2-3 minggu, sejak timbulnya gejala awal sampai gejala menetap, dikenal sebagai titik nadir. Pada fase ini akan timbul nyeri, kelemahan progresif dan gangguan sensorik; derajat keparahan gejala bervariasi tergantung seberapa berat serangan pada penderita Fase plateau Fase infeksi akan diikuti oleh fase plateau yang stabil, dimana tidak didapati baik perburukan

ataupun perbaikan gejala. Serangan telah berhenti, namun derajat kelemahan tetap ada sampai
dimulai fase penyembuhan. Fase penyembuhan Akhirnya, fase penyembuhan yang ditunggu terjadi, dengan perbaikan dan penyembuhan spontan.

Sistem imun berhenti memproduksi antibody yang menghancurkan myelin, dan gejala berangsur-angsur
menghilang, penyembuhan saraf mulai terjadi. Lama fase ini juga bervariasi, dan dapat muncul relaps. Kebanyakan penderita mampu bekerja kembali dalam 3-6 bulan, namun pasien lainnya tetap menunjukkan gejala ringan samapi waktu yang lama setelah penyembuhan. Derajat penyembuhan tergantung dari derajat kerusakan saraf yang terjadi pada fase infeksi.

Page 7

Pemeriksaan Diagnostik
1. Cairan serebrospinal (CSS)

2. Pemeriksaan kecepatan hantar saraf (KHS) dan elektromiografi (EMG)

3. Pemeriksaan darah

4. Elektrokardiografi (EKG)

5. Tes fungsi respirasi (pengukuran kapasitas vital paru)

6. Pemeriksaan patologi anatomi

Page 8

Penatalaksanaan Medis
1. Pengaturan jalan napas

2. Pemantauan EKG dan tekanan darah


3. Plasmaparesis 4. Pengobatan imunosupresan

Page 9

Lanjutan
5. Perawatan umum : Perawatan immobilisasi : Mencegah timbulnya luka baring/bed sores dengan perubahan posisi tidur. 6. Fisioterapi yang teratur dan baik juga penting. Fisioterapi dada secara teratur untuk mencegah retensi sputum dan kolaps paru. Segera setelah penyembuhan mulai fase rekonvalesen) maka fisioterapi aktif dimulai untuk melatih dan meningkatkan kekuatan otot. 7.Spint mungkin diperlukan untuk mempertahakan posisi anggota gerak yang lumpuh. 8.Kekakuan sendi dicegah dengan gerakan pasif. Gerakan pasti pada kaki yang lumpuh mencegah deep voin thrombosis. 9. Perawatan kulit, kandung kemih, saluran pencernaan, mulut, faring dan trakhea.
10. Bila ada nyeri otot dapat diberikan analgetik.

Page 10

Komplikasi
1. Kolaps pernafasan dan kardiovaskular yang dapat menyebabkan
kematian. kegagalan pernapasan merupakan komplikasi utama yang dapat berakibat fatal bila tidak di tangani dengan baik. Kegagalan pernapasan ini di sebabkan paralisis pernapasan dan kelumpuhan otot-otot pernapasan, yang di jumpai pada 10-33% penderita.

2. Kelemahan beberapa otot dapat menetap

Page 11

Page 12

Pengkajian
1. Pengkajian
Keluhan utama : biasanya pasien masuk dengan keluhan yang berhubungan dengan proses demielinisasi yang di tandai dengan parestesia, kelemahan ekstermitas kaki dan dapat berkembang ke ekstermitas atas batang tubuh dan otot wajah. Keluhan yang paling sering timbul akibat komplikasi GBS adalah gagal napas. Riwayat penyakit terdahulu Tanyakan apakah pasien penah mengalami riwayat ISPA, infeksi ganstrointestinal, atau tindakan bedah saraf. Pengkajian pola Gordon : 1. 2. 3. Pola Mekanisme Koping dan Tioleransi Terhadap Stres Pola persepsi dan kognitif diri Pola persepsi sensori dan kognitif

4.
5. 6. 7. 8.

Pola tidur dan istirahat


Pola aktivitas dan latihan Pola eliminasi Pola nutrisi dan metabolic Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Page 13

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen cedera ( biologis ) 2. Ketidakefektifan pola napas b/d kelemahan atau paralisis otot pernapasan 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kerusakan neuromuskuler yang mempenagaruhi ketidakmampuan menelan. 4. Ketidakefektifan perfusi jaringan b/d disfungsi sistem saraf autonomic yang

menyebabkan penumpukan vaskuler dengan penurunan aliran balik vena 5. Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler 6. Konstipasi b/d kerusakan neurologis 7. Ansietas b/d krisis situasional

Page 14

Intervensi
1.Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen penyebab cedera (biologis) NIOC: Menunjukan tingkatan nyeri, yang dibuktikan oleh indicator 1-5 (sangat berat, berat, sedang, ringan, atau tidak ada) dengan melihat ekspresi wajah, gelisah atau ketegangan otot, durasi episode nyeri, merintih dan menangis, dan gelisah. NIC : 1. Lakukan teknik manajemen nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan factor presipitasinya.

2.

Berikan informasi mengenai nyeri yang dialami pasien, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur.

3.

Ajarkan teknik nonfarmakologi kepada pasien dan keluarganya seperti teknik distraksi, kompres hangat atau dingin, dan masase saat terjadinya nyeri.

4.

Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian obat anti nyeri

Page 15

Lanjutan
2.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
NOC : adekuat. Dapat memperlihatkan status gizi seperti asupan makanan dan cairan yang

NIC :
1. Lakukan teknik manajemen nutrisi 2. Kaji dan dokumentasikan derajat kesulitan mengunyah dan menelan

3. Konsultasikan dengan ahli terapi okupasi


4. Berikan lingkungan yang tenang selama pasien makan 5. Siapkan kateter pengisap di samping tempat tidur dan alat pengisap selama makan

6. Ubah posisi pasien semi-fowler atau fowler yang tinggi untuk memudahkan menelan,
biarkan pasien pada posisi ini selama 30 menit setelah makan untuk mencegah aspirasi.

Page 16

Lanjutan
3.Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan disfungsi sistem saraf autonomik yang menyebabkan penumpukan vaskuler dengan penurunan aliran balik vena

NOC : Dapat menunjukan keefektifan perfusi jaringan perifer


NIC : 1. Kaji ulkus statis dan gejala selulitis 2. Lakukan tindakan manajemen sensasi perifer dengan cara memantau parestesia

dengan melihat ada tidaknya kebas, kesemutan, hiperestesia, dan hipoestesia.


3. Pantau pembedaan ketajaman atau ketumpulan atau dingin pada perifer. 4. Ajarkan kepada pasien bahwa betapa pentingnnya program diet dan program pengobatan.

5. Dorong latihan rentang pergerakan sendi pasif atau aktif, terutama pada ekstermitas
bawah, saat tirah baring.

Page 17

Lanjutan
4.Hanbatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular NOC : Dapat memperlihatkan mobilitas yang baik melalui buktikan oleh indikator-

indikator (keseimbangan, koordinasi, performa posisi tubuh, pergerakan sendi dan otot, berjalan, bergerak dengan mudah). NIC : Proses intervensi pada diagnose ini bersifat kontinu untuk menentukan performa

hambatan mobilitas pasien a. Aktivitas keperawatan tingkat 1 Kaji kebutuhan dan bantuan pelayana kesehatan di rumah dan kebutuhan terhadap peralatan pengobatan yang tahan lama.

Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas ( misalnya, tongkat,
walker, kruk, atau kursi roda) Ajarkan pengaturan posisi yang baik kepada pasien dan keluarganya Rujuk ke ahli terapi fisik untuk program latihan

Page 18

Lanjutan
b. Aktivitas keperawatan tingkat 2 Kaji kebutuhan belajar pasien Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif attif atau pasif untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot. Ajarkan teknik ambulasi dan berpindah yang aman. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik dan okupasi sebagai sutu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan atau meningkatkan mobilitas. Awasi dan berikan penguatan positif selama aktifitas

c. Aktivitas keperawatan tingkat 3 dan 4 Kaji tingkat motivasi pasien untuk mempertahankan atau mengembalikan mobilitas sendi dan otot Kolaborasi dengan ahli terapi fisik dan okupasi sebagai sumber dan perencanaan aktivitas perawaratan pasien. Berikan pemahaman kepada pasien dan keluarga untuk memandang keterbatasan sebagai realistis. Lakukan pengaturan posisi, dengan cara : -Ubah posisi pasien yang imobilisasi minimal setiap 2 jam, berdasarkan jadwal spesifik. -Dukung latihan ROM aktif atau pasif, jika diperlukan.

Page 19

Lanjutan
5. Konstipasi berhubungan dengan kerusakan neurologis NOC : Konstipasi dapat menurun, yang di buktikan oleh pola eliminasi dalam

rentang yang diharapkan,feses lunak dan berbentuk, serta mengeluarkan feses tanpa bantuan. NIC : Kaji dan dokumentasikan warrna dan konstipasi feses, frekuensi, dan pola kebiasaan defekasi pasien. Ajarkan kepada pasien mengenai bantuan eliminasi defekasi yang dapat meningkatkan pola eliminasi pasien yang optimal. Beritahukan pada pasien bahwa menghindari mengejan selama defekasi untuk mencegah perubahan pada tanda-tanda vital, limbung, atau perdarahan. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan serat dan cairan dalam diet. Kolaborasid dengan dokter untuk memberikan bantuan eliminasi, seperti, diet tinggi serat, pelunak feses, enema, dan laksatif.

Page 20

Lanjutan
6..Ansietas berhubungan dengan krisis situasional NOC : Ansietas berkurang, yang dibuktikan oleh bukti tingkat ansietas hanya ringan sampai sedang, dan selalu menunjukan pengendalian diri terhadap ansietas, konsistensi, dan koping. NIC : 1. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan klien, termasuk reaksi fisik, pada setiap kegiatan yang dilakukan pada pasien. 2. Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak menurunkan ansietas di masa lalu. 3. Berikan informasi factual menyangkut diagnosis, terapi, dan prognosis. 4. Ejarkan kepada pasien mengenai penggunaan teknik relaksasi 5. Dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan berikan ketenangan serta rasa nyaman. 6. Sediakan pengalihan melalui televise, radio, permainan, serta terapi okupasi untuk menurunkan ansietas dan memperluas focus.

Page 21

Discharge Planning
1. 2. 3. Penderita harus dapat diyakinkan cuci tangan dengan sabun setelah defekasi Penderita memerlukan istirahat Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak 4. 5. Jelaskan terapi yang diberikan: dosis, dan efek samping Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk

mengatasi gejala tersebut


6. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan.

Page 22

THANK YOU
Page 23

Anda mungkin juga menyukai