Anda di halaman 1dari 5

Surveilans dan Kejadian Luar Biasa 1.

Defenisi Surveilans berasal dari bahasa Prancis, yaitu surveillance, yang berarti mengamati tentang sesuatu. Meskipun konsep surveilans telah berkembang cukup lama, tetapi seringkali timbul kerancuan dengan kata surveillance dalam bahasa inggris, yang berarti mengawasi perorangan yang sedang dicurigai. Kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. -Sistem Surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan Surveilans epidemiologi yang terintegrasi anatara unit unit penyelenggara surveilans dengan laboratorium, sumber sumber data, pusat penelitian, pusat pengkajian dan penyelenggara program kesehatan yang meliputi tata hubungan Surveilans epidemiologi antar wilayah kabupaten / kota, propinsi, dan pusat. Berkaitan dengan epidemiologi kebidanan, maka Surveilans epidemiologi kebidanan, yang difokuskan kepada pelayanan kesehatan ibu dan anak atau KIA, maka kegiatan akan dibatasi pada semua kegiatan epidemiologi yang erat kaitannya dengan ibu hamil, masa nifas, dan anak balita. Kejadian Luar Biasa Wabah atau kejadian luar biasa adalah kejadian yang melebihi keadaan biasa pada satu/sekelompok masyarakat tertentu, atau lebih sederhana peningkatan frekuensi penderita penyakit, pada populasi tertentu, pada tempat dan musim atau tahun yang sama. adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989). KLB penyakit menular merupakan indikasi ditetapkannya suatu daerah menjadi suatu wabah, atau dapat berkembang menjadi suatu wabah.

2. Penanggulangan KLB 1. Garis besar pelacakan wabah / Kejadian Luar Biasa Pengumpulan data dan informasi secara saksama langsung di lapangan / tempat kejadian, yang disusul dengan analisis data yang teliti dengan ketajaman pemikiran merupakan landasan dari suatu keberhasilan pelacakan. Dengan demikian maka dalam usaha pelacakan suatu peristiwa luar biasa atau wabah, diperluakan adanya suatu garis besar tentang sistematika langkah langkah yang pada dasarnya harus ditempuh dan dikembangkan dalam setiap usaha pelacakan. Langkah langkah ini hanya merupakan pedoman dasar yang kemudian harus dikembangkan sendiri oleh setiap investigator (pelacak) dalam menjawab setiap pertanyaan yang mungkin timbul dalam kegiatan

pelacakan tersebut. Walaupun penentuan langkah langkah tersebut sangat bergantung pada tim pelacak, namun beberapa hal yang bersifat prinsip dasar seperti penentuan diagnosis serta penentuan adanya wabah harus mendapatkan perhatian lebih awal dan harus ditetapkan sedini mungkin. 2. Analisis situasi awal Pada tahap awal pelacakan suatu situasi yang diperkirakan bersifat wabah atau situasi luar biasa, diperlukan sekurang kurangnya empat kegiatan awal yang bersifat dasar dari pelacakan. a. Penentuan / penegakan diagnosis Untuk kepentingan diagnosis maka diperlukan penelitian/ pengamatan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Harus diamati secara tuntas apakah laporan awal yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (perhatikan tingkat kebenarannya). Umumnya wabah penyakit demam berdarah harus jelas secara klinis maupun laboratorium. Hal ini mengingat bahwa gejala demam berdarah dapat didiagnosis secara tidak tepat, di samping itu pemeriksaan laboratorium kadang kadang harus dilakukan lebih dari satu kali. b. Penentuan adanya wabah Sesuai dengan definisi wabah atau kejadian luar biasa (KLB) maka untuk menentukan apakah situasi yang sedang dihadapi adalah wabah atau tidak, perlu diusahakan untuk melakukan perbandingan keadaan jumlah kasus sebelumnya untuk melihat apakah terjadi kenaikan frekuensi yang istimewa atau tidak. Artinya apakah jumlah kasus yang dihadapi jauh lebih banyak dari sebelumnya, atau apakah jumlah kasus lebih tinggi dari yang diperkirakan (estimated) sebelumnya. c. Uraian keadaan wabah Bila keadaan dinyatakan wabah ,segera melakukan uraian keadaan wabah berdasarkan tiga unsur utama yakni waktu, tempat dan orang. Membuat kurva epidemic dengan menggambarkan penyebaran kasus menurut waktu mulainya timbul gejala penyakit. Di samping itu, gambarkan penyebaran sifat epidemic berdasarkan penyebaran kasus menurut tempat/ secara geografis (spot map epidemi). 3. Analisis lanjutan Setelah melakukan analisis awal dan menetapkan adanya situasi wabah maka selain tindak pemadaman wabah, perlu dilakukan pelacakan lanjut serta analisis situasi secara berkesinambungan. Ada beberapa hal pokok yang perlu mendapatkan perhatian pada tindak lanjut tersebut. a. Usaha penemuan kasus tambahan Untuk usaha penemuan kasus tambahan, harus ditelusuri kemungkinan dengan menggunakan berbagai cara, antara lain :

Adakan pelacakan ke rumah sakit dan ke dokter praktik umum setempat untuk mencari kemungkinan mereka menemukan penderita penyakit yang sedang diteliti dan belum termasuk dalam laporan yang ada. Adakan pelacakan dan pengawasan yang intensif terhadap mereka yang tanpa gejala atau mereka dengan gejala ringan/ tidak spesifik, tetapi mempunyai potensi menderita atau termasuk kontak dengan penderita. Keadaan ini sering dijumpai pada beberapa penyakit tertentu yang selain penderita dengan klinis jelas, juga kemungkinan adanya penderita dengan gejala ringan dan tanpa gejala kunig, di mana diagnosis pastinya hanya mungkin ditegakkan dengan melalui pemeriksaan laboratorium b. Analisis data Lakukan analisis data secara berkesinambunagn sesuai dengan tambahan informasi yang didapatkan dan laporkan hasil interpretasi data tersebut. c. Menegakkan hipotesis Berdasarkan hasil analisis dari seluruh kegiatan, dibuatlah keputusan hasil analisis yang bersifat hipotesis tentang keadaan yang diperkirakan. Dalam hal ini harus diperhatikan bahwa kesimpulan dari semua fakta yang ditemukan dan diketahui harus sesuai dengan apa yang tercantum dalam hipotesis t ersebut. d. Tindakan pemadaman wabah dan tindak lanjut Tindakan pemadaman suatu wabah diambil berdasarkan hasil analisis dan sesuai denga keadaan wabah yang terjadi. Harus diperhatikan bahwa setiap tindakan pemadaman wabah disertai dengan berbagai kegiatan tindak lanjut ( follow up) sampai keadaan sudah normal kembali. Biasanya kegiatan tindak lanjut dan pengamatan dilakukan sekurang kurangnya dua kali masa tunas penyakit yang mewabah. Setelah keadaan normal, maka untuk beberapa penyekit tertentu yang mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah (keadaan luar biasa) susulan, harus disusunkan suatu program pengamatan yang berkesinambungan dalam bentuk surveilans epidemiologi, terutama pada kelompok dengan resiko tinggi. Pada akhir setiap pelacakan wabah, harus dibuat laporan lengkap yang kemudian dikirim kepada semua instansi terkait. Laporan tersebut meliputi berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya wabah, analisis dan evaluasi upaya yang telah dilakukan serta saran saran untuk mencegah berulangnya kejadian luar biasa untuk masa yang akan datang.

Di Indonesia dengan tujuan mempermudah petugas lapangan dalam mengenali adanya KLB telah disusun petunjuk penetapan KLB, sebagai berikut : 1. Angka kesakitan/kematian suatu penyakit menular di suatu kecamatan menunjukkan kenaikan 3 kali atau lebih selama tiga minggu berturut-turut atau lebih. 2. Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit menular di suatu Kecamatan,

menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih, bila dibandingkan dengan angka rata-rata sebulan dalam setahun sebelumnya dari penyakit menular yang sama di kecamatan tersebut itu. 3. Angka rata-rata bulanan selama satu tahun dari penderita-penderita baru dari suatu penyakit menular di suatu kecamatan, menjukkan kenaikan dua kali atau lebih, bila dibandingkan dengan angka rata-rata bulanan dalam tahun sebelumnya dari penyakit yang sama di kecamatan yang sama pula. 4. Case Fatality Rate (CFR) suatu penyakit menular tertentu dalam satu bulan di suatu kecamatan, menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, bila dibandingkan CFR penyakit yang sama dalam bulan yang lalu di kecamatan tersebut. 5. Proportional rate penderita baru dari suatu penyakit menular dalam waktu satu bulan, dibandingkan dengan proportional rate penderita baru dari penyakit menular yang sama selama periode waktu yang sama dari tahun yang lalu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih. 6. Khusus untuk penyakit-penyakit Kholera, Cacar, Pes, DHF/DSS : Setiap peningkatan jumlah penderita-penderita penyakit tersebut di atas, di suatu daerah endemis yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan di atas. Terdapatnya satu atau lebih penderita/kematian karena penyakit tersebut di atas. Di suatu kecamatan yang telah bebas dari penyakit-penyakit tersebut, paling sedikit bebas selama 4 minggu berturut-turut. 7. Apabila kesakitan/kematian oleh keracunan yang timbul di suatu kelompok masyarakat. 8. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/dikenal. Tahapan surveilans
Diseminasi adalah proses salah satu cara melalui informasi yang disampaikan dari satu titik ke titik lain.

Untuk menyampaikan informasi dibutuhkan komunikasi yang baik atara si pemberi informasi dan si penerima informasi. Tahap - tahap diseminasi data antara lain: 1. Menetapkan yang hendak dikomunikasikan -7 dengan tujuan untuk menentukan etiologi dan riwayat aiamiah penyakit serta untuk mendeteksi dan mengendalikan epidemic. Mengevaluasi ukuran pengendalian. 2. Menentukan audiens kepada siapa infomasi harus disampaikan : praktisi kesehatan masyarakat, penyedia yankes, organisasi profesi dan organisasi sukarela, pembuat kebijakan, media, public, pendidik. 3. Memilih sarana melalui apa publikasi ( nerbitan) elektronik, media massa,) 4. Memasarkan pesan bagaimana pesan seharusnya dinyatakan : dengan menggunakan format grafik dan peragaan visual lainnya (harus jelas dan sederhana), pertimbangan satu penolakan tujuan komunikasi (apa yang baru ? ; siapa yang dipengaruhi ? ; apa pekerjaan yang terbaik ? ) 5. Menilai dampak apa dampak dari pesan yang dibuat : apakah informasi surveilans telah dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi (evaluasi proses) dan apakah informasi itu mempunyai efek yang menguntungkan atas masalah kesmas atau kondisi yang menjadi perhatian (evaluasi dampak). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam diseminasi data kita mempunyai komponen kunci antara lain: Media Audiens

Respon Penilaian proses.


Modul kuliah surveilans, FKM UI http://ppmplp.depkes.go.id/detail.asp?m=4&s=3&i=70 http://id.wikipedia.org/wiki/Chikungunya http://www.depkes.go.id Chikunya,Tidak Menyebabkan Kematian atau Kelumpuhan, http://www.kompas.com http://www.geocities.com http://digilib.litbang.depkes.go.id

Anda mungkin juga menyukai