Anda di halaman 1dari 12

1.

Definisi penyakit jantung koroner


Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Bilamana penyempitan ini menjadi parah maka dapat terjadi serangan jantung. Adapun penyempitan pembuluh arteri ke otak dapat menimbulkan stroke. Otot jantung diberi oksigen dan nutrisi yang diangkut oleh darah melalui arteri-arteri koroner utama yang bercabang menjadi sebuah jaringan pembuluh lebih kecil yang efisien. Sedangkan arteri ke otak yang mengangkut subtansi yang sama. Penyempitan Pada Areteri Koroner Seperti telah disebutkan, untuk berfungsi dengan baik dan memompa darah ke seluruh tubuh, otot jantung membutuhkan penyedian darah yang cukup untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari seperti berjalan kaki dan gerak badan. Dengan tubuh yang semakin tua dan memburuk oleh bermacam-macam factor risiko seperi tekanan darah, tinggi, merokok dan konsentrasi kolesterol darah yang abnormal, pembuluh menjadi using, dan pembuluh arteri koroner menjadi sempit dan tersumbat persis seperti karatan pada korosi pipa air.

Gambar 2.1 Arteri Koroner Jantung Mengeras dan menyempitnya pembuluh darah oleh pengendapan kolesterol, kalsium, dan endapan lemak berwarna kuning dikenal sebagai aterosklerosis (atherosclerosis). Bila terdapat kekurangan aliran darah ke otot jantung karena penyempitan, maka kondisi ini dikenal sebagai iskemik (ischaemia). Proses ini mulai sewaktu usia muda dan berkembang pada tingkat individual yang berbeda-beda sesuai dengan hadirnya factor-faktor risiko. Penyakit jantung iskemik biasanya mulai nampak pada umur setengah tua ketika urat nadi koroner mulai tersumbat sehingga suplai darah tidak cukup untuk memenuhi keperluan otot jantung.

Di samping itu, dinding pembuluh arteri koroner oleh sesuatu sebab dapat berkerut (spasm) dengan akibat menyempitnya saluran pembuluh secara tiba-tiba, sehingga penderita merasakan nyeri dada, bahkan sampai terjadi serangan jantung mendadak. Jantung berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Untuk itu otot jantung memerlukan oksigen dan nutrisi yang cukup. Oksigen dan nutrisi diangkut oleh darah melalui pembuluh darah khusus yang disebut arteri koroner. Persoalan akan timbul bila oleh sesuatu sebab terdapat halangan atau kelainan di arteri koroner, sehingga tidak cukup suplai darah, yang berarti juga kurangnya suplai oksigen dan nutrisi untuk menggerakkan jantung secara normal. Keadaan di atas dikenal sebagai penyakit jantung koroner (PJK). Apabila aliran darah terhalang di arteri yang menuju ke otak, akan terjadi stroke. Dengan tubuh semakin tua dan memburuk oleh bermacam-macam faktor risiko seperti te kanan darah tinggi, merokok, kadar kolesterol darah yang abnormalpembuluh menjadi usang, dan pembuluh arteri menjadi sempit, kaku, tidak elastis dan tersumbat, persis seperti karatan pada korosi pipa air. Inilah yang menyebabkan PJK.

2. Etiologi Penyakit Jantung Koroner


Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Penyakit jantung koroner adalah ketidak seimbangan antara demand dan supplay atau kebutuhan dan penyediaan oksigen otot jantung dimana terjadi kebutuhan yang meningkat atau penyediaan yang menurun, atau bahkan gabungan diantara keduanya itu, penyebabnya adalah berbagai faktor. Denyut jantung yang meningkat, kekuatan berkontraksi yang meninggi, tegangan ventrikel yang meningkat, merupakan beberapa factor yang dapat meningkatkan kebutuhan dari otot-otot jantung. Sedangkan faktor yang mengganggu penyediaan oksigen antara lain, tekanan darah koroner meningkat, yang salah satunya disebabkan oleh artheroskerosis yang mempersempit saluran sehingga meningkatkan tekanan, kemudian gangguan pada otot regulasi jantung dan lain sebagainya. Manifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard akut, gagal jantung disritmia atau gangguan irama jantung dan mati mendadak (Margaton, 1996).

3.

Klasifikasi penyakit jantung koroner


Terdapat 4 klasifikasi penyakit jantung koroner (Juwono, 2005): Asimtomatik (Silent Myocardial Ischemia) Penderita Silent Myocardial Ischemia tidak pernah mngeluh adanya nyeri dada (angina) baik saat istirahat maupun beraktivitas. Ketika menjlani EKG akan menunjukkan depresi segmen ST, pemeriksaan pemeriksaan fisik dan vital sign dalam batas normal Angina pectoris o Angina Pektoris Stabil (STEMI) Terdapat nyeri dada saat melakukan aktivitas berlangsung selama 1-5 menit dan hilang saat istirahat. Nyeri dada bersifat kronik (>2 bulan). Nyeri terutama di daereah retrosternal, terasa seperti tertekan benda berat atau terasa panas dan menjalar ke lengan kiri, leher, maksila, dagu, punggung dan jarang menjalar pada lengan kanan. Pada pemeriksaan Ekg biasanya didapatkan depresi segmen ST o Angina Pektoris tidak stabil (NSTEMI) Secara keseluruhan sama dengan penderita angina stabil. Tapi nyeri lebih bersifat progresif dengan frekuensi yang mningkat dan sring terjadi saat istirahat. Pada pemeriksaan EKG biasanya didapatkan deviasi segmen ST o Infark Miokard Akut Sering didahului dada terasa tidak enak. Nyeri dada seperti ditekan, teramas, tercekik, berat, tajam dan terasa panas, brelangsung >30 menit bahkan berjam jam. Pemeriksaaan fisik didapatkan pasien tampak keetakutan, glisah, tegang, nadi seering menurun dan elektrokardiograf. Menunjukkan elevasi segmn ST

4. Patofisiologi
Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar, jaringan akan berkurang

oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukkan gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti angina pectori. Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan menurut densitasnya. Lipoprotein dalam urutan densitas yang meningkat adalah kilomikron. VLDL (Very Low Density Lopoprotein). LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein) membawa hampir seluruh kolesterol dan merupakan yang paling aterojenik. HDL menurunkan resiko penyakit jantung ke hati, tempat kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan. Orang dewasa dapat diklasifikasikan sebagai beresiko penyakit jantung koroner berdasarkan jumlah total dan kadar kolesterol LDL-nya (Moore, 1997).

5. Faktor Risiko PJK


Pola timbulnya PJK menarik para ahli peneliti medis. Di antaranya dari Framingham Heart Study-USA, yang telah menekuni bidang tersebut lebih dari setengah abad. Mereka berpendapat bahwa PJK bukanlah penyakit manusia lanjut usia (manula) atau nasib buruk yang tidak dapat dihindari. Pola hidup atau tingkah laku seseorang (personal behavior) memegang peran yang amat penting. Dalam hubungan ini dikenal adanya Faktor Risiko PJK yaitu kondisi yang berkaitan dengan meningkatnya risiko timbulnya PJK. Menurut American Heart Asosiation, faktor risiko dapat dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu: a. Faktor Risiko Utama (major risk factor), yaitu factor risiko yang diyakini secara langsung meningkatkan risiko timbulnya PJK, seperti kadar kolesterol darah yang abnormal, tekanan darah tinggi atau hipertensi dan merokok.

b. Faktor Risiko Tidak Langsung (contributing risk factor), yaitu faktor risiko yang dapat di asosiasikan dengan timbulnya PJK. Hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan PJK sering kali bersifat tidak langsung. Termasuk dalam golongan ini adalah Diabetes Melitus, kegemukan, tidak aktif dan stress

c. Faktor Risiko Alami, Jenis ini terdiri dari keturunan, jender, dan usia.

Faktor risiko dapat pula digolongkan menjadi factor risiko yang dapat diperbaiki atau bahkan dihilangkan, yaitu yang tersebut pada butir a dan b. sedangkan golongan lain yaitu faktor risiko yang tidak dapat diperbaiki atau diubah, yaitu faktor risiko tersebut pada butir c. A. Kolesterol Kolesterol merupakan salah satu kata yang sering diucapkan oleh masyarakat umum terutama bila menyangkut masalah kesehatan, biasanya dengan konotasi negative. Sesungguhnya kolesterol tidaklah selalu jelek. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks yang dihasilkan oleh tubuh untuk bermacam-macam fungsi kolesterol maka tubuh membuatnya sendiri di dalam hati (liver). Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Sejauh pemasukan ini masih seimbang dengan kebutuhan, tubuh kita akan tetap sehat. Tetapi sangat disayangkan kebanyakan dari kita memasukkan kolesterol lebih dari apa yang diperlukan, yaitu dengan makan makanan yang mengandung lemak yang kaya akan koelsterol dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini dapat dimengerti karena hidangan yang lezat umumnya mengandung banyak lemak. Hasilnya mudah diterka, yaitu kadar kolesterol darah meningkat sampai di atas angka normal yang diinginkan. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di dalam pembuluh darah arteri, yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang dikenal sebagai atherosclerosis. Seperti telah disebutkan di muka, bila penyempitan dan pengerasan ini cukup berat, sehingga menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak cukup jumlahnya, maka timbul sakit atau nyeri dada yang disebut angina, bahkan dapat menjurus ke serangan jantung. Di sinilah kolesterol tersebut berperan negative terhadap kesehatan. Karena alasan tersebut di atas, maka kadar kolesterol yang abnormal menjadi factor risiko utama PJK. Memperlihatkan arteri normal dan yang telah terjadi pengendapan dan penyempitan. B. Tekanan Darah Tinggi atau Hipertensi Bila seseorang melakukan aktivitas, excited atau sedang stress, maka tekanan darah akan meningkat. Peningkatan ini penting karena aktivitas dan emosi memerlukan ekstra energy dan oksigen yang disuplai dari darah, dengan jalan menaikkan tekanan dan mempercepat sirkulasinya. Segerasetelah aktivitas berhenti/berkurang dan relaks, tekanan darah kembali menjadi normal. Kenaikan sementara di atas merupakan kejadian yang normal, tetapi bila

tekanan darah naik dan bertahan pada tekanan tersebut meskipun sudah relaks, maka yang bersangkutan dikatakan memiliki hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu factor resiko PJK. Jika dibiarkan tanpa perawatan yang tepat maka dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Penderita sering tidak menyadari selama bertahun-tahun sampai terjadi komplikasi besar seperti stroke, serangan jantung, atau kegagalan ginjal. Akibat Hipertensi

Hipertensi berpengaruh terhadap hampir semua bagian tubuh, yang terpenting adalah jantung, pembuluh darah, otak, ginjal, dan mata. Komplikasi yang mungkin timbul tergantung kepada berapa tinggi tekanan darah, berapa lama telah diderita, adanya faktor-faktor risiko yang lain, dan bagaimana keadaan tersebut dikelola atau ditangani. Akibat hipertensi pada sistem jantung dan pembuluh darah yang terpenting adalah: Kerusakan Pembuluh Darah

Tekanan darah yang tinggi secara terus-menerus menambah beban pembuluh arteri secara perlahan-lahan. Arteri mengalami proses pengerasan, menjadi tebal dan kaku, sehingga mengurangi elastisitasnya. Hipertensi juga mendorong proses terbentuknya pengendapan plak pada arteri koroner (artherosclerosis). Hal ini meningkatkan resistensi pada aliran darah yang pada gilirannya menambah naiknya tekanan darah. Dengan demikian, hipertensi jelas menjadi salah satu risiko PJK, makin berat kondisi hipertensi, makin besar pula faktor risiko yang ditimbulkan. - Pembesaran dan Kegagalan Jantung Kalau tekanan darah tinggi dibiarkan tanpa perawatan tepat, jantung harus memompa dengan sangat kuat untuk mendorong darah ke dalam arteri, lama-kelamaan dinding otot jantung akan menjadi semakin tebal. Sebuah jantung yang membesar abnormal adalah jantung yang tidak sehat karena ia menjadi kaku dan irama denyutnya cenderung tidak teratur. Hal ini akan menjadikan pemompaan kurang efektif dan akhirnya akan menyebabkan kegagalan jantung. Kegagalan jantung adalah suatu kondisi dimana jantung tidak mampu memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sehingga mengakibatkan akumulasi jumlah zat cair dan gas itu berakumulasi dalam paru-paru, hati, perut, dan kaki. Si pasien menjadi lemah sekali dan kehabisan tenaga pada waktu melakukan kegiatan fisik.

Akhirnya kongesti cairan dalam paru-paru menjadi lebih buruk dan pasien kehabisan napas sekalipun istirahat. C. Merokok Keaadaan jantung dan paru-paru mereka yang merokok tidak akan dapat bekerja secara efisien. Mereka mempunyai risiko yang tinggi terhadap PJK, stroke, bronchitis yang kronis bahkan juga kanker. Karena itu bila anda merokok, anda mengeluarkan uang jauh lebih banyak daripada harga rokok itu, karena sesungguhnya anda akan mengeluarkan biaya perawatan kesehatan sepanjang perjalanan hidup anda. Peranan merokok terhadap PJK dan penyakit kardiovaskuler yang lain dapat ditelusuri dari kenyataan-kenyataan sebagai berikut: Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat seperti adrenalin. Zat ini merangsang denyutan jantung dan tekanan darah. Asap rokok mengandung karbon mono-oksida (co) yang memiliki kemampuan jauh lebih kuat daripada sel darah merah (haemoglobin) dalam hal menarik atau menyera oksigen, sehingga menurunkan kapasitas darah merah tersebut untuk membawa oksigen ke jaringan-jaringan termasuk jantung. Hal ini perlu diperhatikan terutama bagi penderita PJK, karena daerah arteri yang sudah ada plak, aliran darahnya sudah berkurang dari yang sebenarnya. Merokok dapat menyembunyikan angina, yaitu sakit di dada yang dapat member signal adanya sakit jantung. Tanpa adanya signal tersebut, penderita tidak sadar bahwa ada penyakit berbahaya yang sedang menyerangnya, sehingga ia tidak mengambil tindakan yng diperlukan. Perokok, dua atau tiga kali lebih mungkin terkena stroke dibandingkan mereka yang tidak merokok. Terlepas dari berapa banyak rokok yang dihisap per hari, merokok terus-menerus dalam jangka panjang berpeluang besar untuk menderita penyumbata arteri di leher. Perokok mudah mengalami kejang kaki pada waktu olahraga, karena penyumbatan pada pembuluh arteri di kaki. Merokok menempatkan seseorang lebih beresiko terhadap penyakit degenerative yang lain, termasuk kanker paru-paru.

D. Diabetes Melitus Insulin adalah salah satu jenis hormone yang dihasilkan oleh sel beta di dalam pancreas, yaitu sebuah kelenjar yang terletak dekat lambung. Dari sinilah dialirkan ke dalam aluran darah. Insulin ini memiliki dua fungsi sebagai berikut : Untuk mendorong glucose dari darah ke sel tertentu dari tubuh, kemudian dibakar menjadi energy. Untuk mengubah kelebihan glucose dalam darah menjadi glikogen yang disimpan di dalam hati dan otot sebagai timbunan energy. Dengan demikian insulin membantu mempertahankan kadar glucose darah dalam batas batas normal. Bilamana insulin tersebut tidak cukup jumlahnya atau tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya, maka tubuh kehilangan kemampuan untuk memprooses glucose atau tubuh tidak mampu melakukan metabolism karbohidrat secara normal. Akibatnya glukosa berkumpul didalam darah sampai melewati ambang batas dan keluar bersama urine. Ini merupakan tanda yang jelas akan adanya penyakit diabetes mellitus atau juga disebut penyakit kencing manis. Karena dari glucose, dan juga tidak dapat menyimpannya dalam lemak untuk mensuplai energy yang diperlukan. Dan ini dapat menimbulkan bermacam akibat yang tidak diinginkan bagi kesehatan. Diabetes menyebabkan factor risiko terhadap PJK yaitu bila kadar glucose darah naik terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga gula darah (glukoosa) tersebut dapat menjadi pekat, dan ini mendorong terjadinya pengendapan atherosclerosis pada arteri koroner. Pasien dengan diabetes cenderung mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. Diabetes yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa yang tinggi dalam darah cenderung menaikan kadar kolesterol.

E. Kegemukan dan Kurang Aktivitas Seperti telah diuraikan di muka, kegemukan atau obesitas dan kurang aktivitas merupakan salah satu factor risiko PJK. Namun demikian kegemukan berada dengan factor yang lain, artinya bila dibandingkan dengan kolesterol atau merokok yang secara langsung memicu timbulnya PJK. Kegemukan mendorong timbulnya factor risiko yang lain seperti diabetes mellitus, hipertensi, yang pada taraf selanjutnya meningkatkan risiko PJK. Kegemukan dalam

arti kurangnya tenaga yang dikeluarkan sehingga zat makanan yang dimakan akan tersimpan akan tersimpan dan tertumpuk dalam tubuh sebagai lemak.

F. Stres Stres dianggap merupakan salah satu faktor risiko dari PJK meskipun belum dapat diukur berapa besar pengaruh tersebut memicu timbulnya PJK. Demikian juga, amat sulit untuk memberikan definisi stress secara cepat. Mungkin deskripsi yang paling mendekati ialah suatu keadaan mental yang Nampak sebagai kegelisahaan, kekhawatiran, tensi tinggi, keasyikan yang abnormal dengan suatu dorongan atau sebab dari lingkungan yang tidak menyenangkan. Jadi seorang yang mengalami tres dapat mengeluh karena merasa tidak sehat, sakit kepala, berdebar (palpitasi), sakit lambung atau susah tidur, tidak bahagia, atau bahkan depresi. Tidak semua simtom tersebut hadir bersama sama. Stres dapat memicu pengeluaran hormone andrenalin dan katekolamin yang tinggi dapat berakibat mempercepat kekejangan (spam) arteri koroner, sehingga suplai darah ke otot jantung terganggu.

G. Faktor Risiko Alami Seperti telah disebutkan di muka, ada beberapa factor risiko yang tidak dapat dicegah atau bersifat alami, seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur. Meskipun factor risiko tersebut tidak dapat diubah, kita perlu mengetahui pengertian masalah tersebut, karena ini akan memberikan pengertian lebih lengkap mengenai total risiko PJK dan cara menghadapinya agar dampaknya tidak menjadi lebih parah. Factor risiko alami akan dibahas dalam Bab 7 dan Bab 8, terutama terkaitannya dengan kadar kolesterol dalam darah.

6. TATA LAKSANA
Tatalaksana untuk penyakit jantung koroner bersifat umum dan khusus. Untuk tatalaksana umum yang terpenting adalah perubahan gaya hidup yang dapat mengendalikan faktor-faktor risiko yang dapat memperberat penyakit. Pemeriksaan jantung berkala sangat

penting dilakukan untuk pasien yang berisiko maupun tidak. Tatalaksana khusus diberikan untuk pasien yang sudah mengalami gejala PJK. Pemberian obatobatan vasodilator dan trombolitik sangat penting dalam jangka waktu yang cepat setelah mengalami serangan. Untuk mengatasi nyeri dapat diberikan obat-obatan seperti nitrat sublingual (diberikan dibawah lidah), nitrogliserin atau morfin. Secara umum tatalakasana nya adalah sebagai berikut; A. Medikamentosa

Nitrat Beta blocker Antagonis kalsium

B. Revaskularisasi

Trombolitik. Efektif diberikan dalam waktu < 12 jam setelah keluhan nyeri dada dan usia paien < 75 tahun.

Prosedur invasif non operatif. Dapat dilakukan intervensi koroner perkutan primer jika dilakukan < 6 jam setelah mengalami serangan. Selain itu PCI dilakukan bila terapi trombolitik gagal.

Operasi (arteri koroner Bypass (CABG).

7. Diagnosa
Dokter akan bertanya tentang riwayat kesehatan anda, melakukan pemeriksaan fisik dan tes darah rutin. Ia mungkin menyarankan satu atau lebih tes diagnostik juga, termasuk: 1. Elektrokardiogram (EKG). Elektrokardiogram mencatat sinyal listrik ketika mereka bergerak melalui jantung Anda. EKG sering mengungkapkan bukti dari serangan jantung sebelumnya atau dalam perkembangan. Dalam kasus lain, Holter monitoring

mungkin disarankan. Dengan EKG jenis ini , Anda memakai monitor portabel selama 24 jam saat Anda menjalani aktivitas normal. Kelainan tertentu mungkin menunjukkan aliran darah tidak memadai untuk jantung Anda. 2. Echocardiogram. Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar jantung Anda. Selama ekokardiogram, dokter anda dapat menentukan apakah semua bagian dari dinding jantung berkontribusi biasa dalam aktivitas memompa jantung. Bagian yang bergerak lemah mungkin telah rusak selama serangan jantung atau menerima terlalu sedikit oksigen. Ini mungkin menandakan penyakit arteri koroner atau berbagai kondisi lain. 3. Tes stres. Jika tanda-tanda dan gejala paling sering terjadi selama oalh raga, dokter mungkin meminta Anda untuk berjalan di atas treadmill atau naik sepeda statis selama EKG. Hal ini dikenal sebagai olah raga tes stres. Dalam kasus lain, obat untuk merangsang jantung Anda dapat digunakan sebagai pengganti olah raga. Beberapa tes stres dilakukan dengan menggunakan ekokardiogram. Ini dikenal sebagai stres echos. Sebagai contoh, dokter Anda mungkin melakukan USG sebelum dan setelah olah raga di atas treadmill atau sepeda. Atau dokter Anda dapat menggunakan obat untuk merangsang jantung Anda selama ekokardiogram. Tes stres lain dikenal sebagai tes stres nuklir membantu mengukur aliran darah ke otot jantung Anda saat istirahat dan selama stres. Hal ini mirip dengan tes tekanan olahraga rutin tetapi dengan gambar di samping EKG. Jejak jumlah bahan radioaktif - seperti talium atau suatu senyawa yang dikenal sebagai sestamibi (Cardiolite) - yang disuntikkan ke dalam aliran darah. Kamera khusus dapat mendeteksi daerah-daerah dalam jantung yang menerima kurang aliran darah. 4. Koroner kateterisasi. Untuk melihat aliran darah melalui jantung Anda, dokter Anda mungkin menyuntikkan cairan khusus ke dalam pembuluh darah (intravena). Hal ini dikenal sebagai angiogram. Cairan disuntikkan ke dalam arteri jantung melalui pipa panjang, tipis, fleksibel (kateter) yang dilewati melalui arteri, biasanya di kaki, ke arteri jantung. Prosedur ini dinamakan kateterisasi jantung. SPewarna menandai bintik-bintik penyempitan dan penyumbatan pada gambar sinar-X. Jika Anda memiliki penyumbatan yang membutuhkan perawatan, balon dapat didorong melalui kateter dan ditiup untuk

meningkatkan aliran darah dalam jantung. Sebuah pipa kemudian dapat digunakan untuk menjaga arteri melebar terbuka. 5. Teteknologi CT scan. Computerized tomography (CT) , seperti berkas elektron computerized tomography (EBCT) atau CT angiogram koroner, dapat membantu dokter Anda memvisualisasikan arteri Anda. EBCT, juga disebut sebagai ultrafast CT scan, dapat mendeteksi kalsium dalam lemak yang sempit arteri koroner. Jika sejumlah besar kalsium ditemukan, penyakit arteri koroner mungkin terjadi. CT angiogram koroner, di mana Anda menerima pewarna kontras yang disuntikkan secara intravena selama CT scan, juga dapat menghasilkan gambar dari arteri jantung Anda. 6. Magnetic Resonance angiogram (MRA). Prosedur ini menggunakan teknologi MRI, sering digabungkan dengan menyuntikkan zat warna kontras, untuk memeriksa area penyempitan atau penyumbatan - meskipun rincian mungkin tidak sejelas yang disediakan oleh kateterisasi koroner.

Anda mungkin juga menyukai