Anda di halaman 1dari 19

Kata pengantar Bnvnbsvchjzcjkas Hajhhbcjks Ndjkjkahjsa Bcjhajkd

Daftar isi

Contents
Kata pengantar......................................................................................................................................... i Daftar isi .................................................................................................................................................. ii BAB I........................................................................................................................................................ 1 I.1 Latar belakang ............................................................................................................................... 1 BAB II..................................................................................................................................................... 3 DASAR TEORI ...................................................................................................................................... 3 1. 2. 3. 4. Apotek ........................................................................................................................................ 3 Pelayanan Prima ....................................................................................................................... 3 Resep .......................................................................................................................................... 5 Bentuk-Bentuk sediaan ............................................................................................................ 6

Macam-macam kapsul berdasarkan ukuran ................................................................................. 9 BAB III................................................................................................................................................. 12 PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 12 3.1 Bentuk Bentuk Pelayanan Prima di Apotek..................................................................... 12 Menjaga kebersihan.................................................................................................... 12

3.1.1

3.1.2 Memperhatikan ketepatan dalam meracik obat.................................................................... 12

ii

iii

Tema: PENYELENGGARAAN PELAYANAN KEFARMASIAN YANG PRIMA DARI SISI PENGOLAHAN SEDIAAN OBAT DI APOTIK YANG DI PERUNTUKKAN BAGI MASYARAKAT Judul:

BAB I
I.1 Latar belakang Secara sederhana, pelayanan prima (service excellence) adalah suatu pelayanan yang terbaik dalam memenuhi harapan, kebutuhan, dan kepuasan pelanggan. Dengan kata lain, pelayanan prima merupakan suatu pelayanan yang memenuhi standar kualitas. Dalam pelayanan prima terdapat dua elemen yang saling berkaitan, yaitu pelayanan dan kualitas. Kedua elemen tersebut sangat penting untuk diperhatikan oleh tenaga pelayanan (penjual, pedagang, pelayan, atau salesman). Konsep pelayanan prima dapat diterapkan pada berbagai organisasi, instansi, pemerintah, ataupun perusahaan bisnis, termasuk juga dalam dunia kefarmasian seperti apotek. Pemberian pelayanan yang prima di apotek dapat dilakukan dengan banyak cara, misalnya dari segi pelayanan seoraang Asisten Apoteker bekerja dengan cepat dan tepat ketika meracik obat, sehingga pasien tidak lama menunggu, harus teliti dalam menimbang bahan sediaan obat agar tidak melebihi dosis maksimalnya, sedangkan dari segi kualitas obat hasil racikan, seorang AA harus terampil meracik obat sesuai FI. Tetapi, pada kenyataannya Asisten Apoteker terkadang melakukan kesalahan. Kesalahan yang sering di lakukan oleh Asisten apoteker ketika akan meracik obat adalah lupa melihat stok atau sediaan obat ketika akan meracik obat. Ketika dilihat ternyata sediaan obat tersebut habis, selain itu Asisten apoteker ketika akan meracik obat kadangkala memakan waktu yang lama sehingga membuat pasien atau masyarakat menjadi bosan menunggu, ketika meracik obat AA kadang tidak memperhatikan kebersihan sehingga obat terkena kontaminan. Hal tersebut tentunya akan mengurangi standard pelayanan terhadap masyarakat sehingga pelayanannya kurang prima. Oleh karena itu, seorang Asisten Apoteker perlu menguasai ilmu racik meracik obat dengan baik supaya ketika akan meracik obat ia sudah faham betul cara membaca resep,

analisa resep, macam-macam bentuk sediaan obat, bagaimana sifat-sifat bahan obat tersebut, mulai dari sifat fisiknya, sifat kimia, interaksi antar bahan dalam obat, efek samping, dosis, bahan tersebut, dan evaluasi hasil akhir racikan obat. Bentuk- bentuk sediaan obat di apotek sangat beragam macamnya, tetapi yang banyak beredar di masyarakat adalah kapsul, serbuk, dan salep. Karenanya, Asisten Apoteker harus menguasai ilmu tentang berbagai macam bentuk sediaan tersebut dengan baik. Tujuan Untuk memberikan informasi mengenai bentuk- bentuk pelayanan yang prima di apotek dari sisi peracikan obat Untuk memberikan informasi mengenai tata cara peracikan sesuai dengan CPOB dan FI

Manfaat Dapat mengaplikasikan bentuk pelayanan yang prima di apotek Dapat mengaplikasikan cara peracikan obat yang baik sesuai dengan CPOB dan FI

BAB II DASAR TEORI


1. Apotek
Apotek adalah tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi, dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Bentuk apotek yang pernah ada di Indonesia ada 3 macam yakni: apotek biasa apotek darurat : dipimpin oleh seorang apoteker : dipimpin seorang AA yang sudah sepuluh tahun bekerja kepada pemerintah secara terus menerus. Apotek ini tidak boleh meracik obatobatan yang mengandung narkotika dan obat-obatan steril, tetapi dapat menjual dalam bungkus aslinya. Pada tahun 1963 apotek ini sudah tidak ada lagi. apotek dokter : apotek yang melayani resep dokter yang bersangkutan.

2. Pelayanan Prima
a. Pengertian Pelayanan Prima Pelayanan prima (excellent service) adalah suatu pelayanan yang terbaik dalam memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan. Dengan kata lain, pelayanan prima merupakan suatu pelayanan yang memenuhi standar kualitas. Pelayanan yang memenuhi standar kualitas adalah suatu pelayanan yang sesuai dengan harapan dan kepuasan pelanggan/masyarakat. Sedangkan beberapa definisi lain tentang kualitas pelayanan yang dikemukakan oleh para ahli, dan dari sejumlah definisi tersebut terdapat beberapa kesamaan, yaitu: 1. kualitas merupakan usaha untuk memenuhi harapan pelanggan 2. kualitas merupakan kondisi mutu yang setiap saat mengalami perubahan 3. kualitas itu mencakup proses, produk, barang, jasa, manusia, dan lingkungan 4. kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Dalam pelayanan prima terdapat dua elemen yang saling berkaitan, yaitu pelayanan dan kualitas. Kedua elemen tersebut sangat penting untuk diperhatikan oleh tenaga pelayanan
3

(penjual, pedagang, pelayan, atau salesman). Konsep pelayanan prima dapat diterapkan pada berbagai organisasi, instansi, pemerintah, ataupun perusahaan bisnis. Vincent Gespersz menyatakan bahwa kualitas pelayanan meliputi dimensi-dimensi sebagai berikut: a. Ketepatan waktu pelayanan berkaitan dengan waktu tunggu dan proses. b. Kualitas pelayanan berkaitan dengan akurasi atau kepetatan pelayanan. c. Kualitas pelayanan berkaitan dengan kesopanan dan keramahan pelaku bisnis. d. Kualitas pelayanan berkaitan dengan tanggung jawab dalam penanganan keluhan pelanggan. e. Kualitas pelayanan berkaitan dengan sedikit banyaknya petugas yang melayani serta fasilitas pendukung lainnya. f. Kualitas pelayanan berkaitan dengan lokasi, ruangan tempat pelayanan, tempat parkir, ketersediaan informasi, dan petunujuk/panduan lainnya. g. Kualitas pelayanan berhubungan dengan kondisi lingkungan, kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik, AC, alat komunikasi, dan lain-lain. Tujuan Pelayanan Prima Tujuan pelayanan prima antara lain sebagai berikut: 1. Untuk memberikan pelayanan yang bermutu tinggi kepada pelanggan. 2. Untuk menimbulkan keputusan dari pihak pelanggan agar segera membeli barang/jasa yang ditawarkan pada saat itu juga. 3. Untuk menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap pelanggan terhadap barang/jasa yang ditawarkan. 4. Untuk menghindari terjadinya tuntutan-tuntutan yang tidak perlu dikemudian hari terhadap produsen. 5. Untuk menciptakan kepercayaan dan kepuasan kepada pelanggan. 6. Untuk menjaga agar pelanggan merasa diperhatikan segala kebutuhannya. 7. Untuk mempertahankan pelanggan. Terkait dengan hal di atas, maka pelayanan yang diberikan di apotek harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya: Menjaga kebersihan tempat, bersikap ramah dan sopan, menjaga kesterilan proses pembuatan obat agar tidak terkena kontaminan dan menjaga kebersihan apotek, memberikan pelayanan secara cepat dan tepat agar pasien atau masyarakat merasa puas, dan bersikap hati-hati serta teliti ketika meracik sediaan obat agar tidak terjadi kesalahan.

3. Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari seorangdokter, dokter gigi, dokter hewan yang di beri izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada APA (Apoteker Pengelola Apotek) untuk membuat, menyiapkan, meracik, serta menyerahkan obat kepada pasien. Resep yang lengkap harus memuat: a) Nama, alamat, dan nomor izin praktik dokter, dokter gigi, dan dokter hewan b) Tanggal penulisan resep (inscriptio) c) Tanda R/ pada bagian kiri setiap resep (invocatio) d) Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio/ ordonatio) e) Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura) f) Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep (subscriptio) g) Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan h) Tanda seru dan/ atau paraf dokter untuk resep yang melebihi dosis maksimal Contoh tata letak kelengkapan resep

Untuk resep yang membutuhkan penanganan segera, dokter memberi tanda dibagian kanan atas resepnya dengan kata-kata: cito (segera), statim (penting), urgent (sangat penting), P.I.M atau Periculum In Mora (berbahaya bila di tunda). Jika dokter menghendaki resepnya diulangi maka dalam resep dapat ditulis kata iter/ iteratie dan berapa kali resep itu ingin diulangi. Sedangkan untuk resep yang mengandung narkotik tidak boleh ada tulisan atau tanda iter (iterasi), u.c (usus cognitus) yang berarti
5

pemakaiannya diketahui, m.i (mihi ipsi) yang berarti untuk dipakai sendiri tetapi harus dengan resep yang baru. contoh

4. Bentuk-Bentuk sediaan 4.1 serbuk


Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau za kimia yang di haluskan untuk pemakaian oral/dalam atau untuk pemakaian luar. a. Serbuk terbagi (pulveres) Pulveres adalah serbuk yang di bagi dalam bobot yang lebih kurang sama, di bungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lain yang cocok. Contohnya puyer. b. Serbuk tak terbagi (Pulvis) Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan menjadi jenis, antara lain. Pulvis adspersorius (serbuk tabur/bedak) adalah serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat di kemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit. Umumnya serbuk tabur harus melawiti ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka. Pulvis dentrificius (serbuk gigi) biasanya mengandung cermin sebagai pewarna yang di larutkan lebih dahulu dalam kloroform atau etanol 90%. Pulvis sternutatorius (serbuk gigi) adalah serbuk untuk dihisap hidung, oleh karena itu serbuk harus halus sekali, yakni melewati ayakan 200/300. Pulvis efervesen, serbuk biasa yang sebelum diminum dilarutkan dahulu dalam air dingin atau air hangat, serbuk ini mengeluarkan gas CO2 yang kemudian membentuk larutan yang jernih. Serbuk ini merupakan campuran antara senyawa asam (asam sitrat, asam tartat) dengan basa (Na-karbonat, Na-bikarbonat). Dalam pembuatannya, bagian asam maupun basa harus di keringkan secara terpisah. Gas CO2 (karbondioksida) digunakan untuk pengobatan, mempercepat absorpasi atau untuk menyegarkan rasa larutannya. Derajat Halus Serbuk Yang di maksud dengan derajat halus serbuk adalah : Dinyatakan dengan satu nomor atau dua nomor
6

- serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8) - serbuk kasar - serbuk agak kasar - serbuk agak halus - serbuk halus adalah serbuk (10/40) adalah serbuk (22/60) adalah serbuk (44/85) adalah serbuk (85)

-serbuk sangat halus adalah serbuk (120) -serbuk sangat halus adalah serbuk (200/300) Sebagai contoh serbuk 22/60 dimaksud bahwa serbuk dapat melalui pengayak nomor 22 seluruhnya dan tidak lebih dari 40 % melalui pengayak nomor 60.

Syarat-syarat serbuk 1. Kering. Bentuk sediaan serbuk harus dijaga supaya tetap kering karena dikhawatirkan jika sediaan dalam keadaan lembab akan ditumbuhi jamur. 2. Halus, artinya harus memenuhi uji kehalusan dengan tingkat pengayak tertentu, terutama pada sediaan pulvis yang banyak digunakan pada kulit (topikal) seperti bedak. Jika bedak tersebut kurang halus akan menimbulkan iritasi kepada pemakai 3. Homogen, artinya harus tercampur rata, agar dosis zat aktifnya dapat tercampur rata ketika pembagian. 4. Memenuhi uji keragaman bobot (seragam dalam bobot) atau keseragaman kandungan (seragam dalam zat yang terkandung) yang berlaku untuk serbuk terbagi/pulveres yang mengandung obat keras,narkotik, dan psikotropik. Keuntungan dan kerugian sediaan bentuk serbuk Keuntungan bentuk serbuk, antara lain: 1. Serbuk lemah terdispersi dan lebih larut dari pada sediaan yang dipadatkan. (nggak ngerti, tanya ke dosen) 2. Anak-anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau teblet lebih mudah menggunakan obat dalam beentuk serbuk. 3. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair tidak ditemukan dalam sediaan serbuk. 4. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat dalam bentuk serbuk.
7

5. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul dapat di buat dalam bentuk serbuk. 6. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan penderita. Kerugian bentuk serbuk, antara lain: 1.Tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak (pahit,sepet,lengket di lidah,amis,dan lain-lain). 2. Pada penyimpanan kadang terjadi lembap atau basah. c. Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat juga dari pati atau bahan lain yang sesuai. Kapsul terdiri atas: 1. Kapsul Keras Terdiri atas tutup dan tubuh Tersedia dalam bentuk kosong Isi biasanya padat dapat juga cair Cara pemberian per oral Bentuk hanya satu macam

2. Kapsul Lunak Satu kesatuan Selalu sudah terisi Isi biasanya cair dapat juga padat Cara pemberian oral,vaginal, rectal, atau topical Bentuknya bermacam macam

Syarat-Syarat Kapsul

Keuntungan bentuk sediaan kapsul 1.Bentuk menarik dan praktis 2.Tidak berasa seingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang kurang enak. 3.Mudah ditelan dan cepat hancur/larut di dalam perut, sehingga bahan cepat segera diabsorbsi.
8

4.Dokter dapat memberikan resep kombinasi dari bermacam-macam bahan obat dan dengan dosis yang berbeda-beda menurut kebutuhan seorang pasien. 5.Kapsul dapat diisi dengan cepat tidak memerlukan bahan penolong seperti pada pembuatan pil atau tablet yang mungkin mempengaruhi absorpsi bahan obatnya.

Kerugian bentuk sediaan kapsul 1.Tidak bisa untuk zat-zat mudah menguap sebab pori-pori cangkang tidak menahan penguapan. 2.Tidak untuk zat-zat higroskopis(mudah mencair). Contoh : KI, NaI, NaNO2 3.Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul (contohnya g tau, tanya dosen) 4.Tidak untuk Balita 5.Tidak bisa dibagi (mis kapsul) Macam-macam kapsul berdasarkan ukuran Ukuran kapsul menunjukkan ukuran volume dari kapsul dan dikenal 8 macam ukuran yang dinyatakan dalam nomor kode. 000 ialah ukuran terbesar dan 5 ukuran terkecil. Ukuran kapsul Untuk hewan : 000, 00, 0, 1, 2, 3, 4, 5 : 10 11 12

Umumnya nomor 00 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien. Adapula kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang (dikenal sebagai ukuran OE ) yang memberikan kapasitas isi lebih besar tanpa peningkatan diameter. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu bagi kita untuk mampu memilih ukuran kapsul yang tepat atau memilih ukuran kapsul yang terkecil yang masih dapat menampung bahan obat yang akan dimasukkan. Hal ini penting dalam rangka mempersiapkan resep dokter di apotik. d. Salep Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir (FI ed IV). Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (FI ed III). Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 % ( Anief, 2005).

Fungsi salep adalah : a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit b. Sebagai bahan pelumas pada kulit c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan rangsang kulit ( Anief, 2005). Kualitas dasar salep meliputi: a. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar. b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen. Sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi,inflamasi dan ekskloriasi. c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit. d. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas obatnya pada daerah yang diobati. e. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair pada pengobatan (Anief, 2005). Persyaratan salep menurut FI ed III 1. Pemerian :Tidak boleh berbau tengik 2. Kadar :Kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10 %. 3. Dasar salep 4. Homogenitas :Jika salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen. 5. Penandaan :Pada etiket harus tertera obat luar (Syamsuni, 2005). Salep dapat digolongkan berdasarkan konsistensi, sifat farmakologi, bahan dasarnya dan formularium nasional antara lain:
10

1. Menurut konsistensi salep a) Unguenta Salep yang memiliki konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan b) Krim ( cream ) Salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit, suatu tipe yang dapat dicuci dengan air c) Pasta Salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat ( serbuk) berupa suatu salep tebal karena merupakan penutup/pelindung bagian kulit yang diolesi. d) Cerata Salep berlemak yang mengandung persentase lilin ( wax) yang tinggi sehingga konsistensinya lebih keras ( ceratum labiale ) e) Gelones / spumae/ jelly Salep yang lebih halus, umumnya cair , dan sedikit mengandung atau tidak mengandung mukosa ; sebagai pelicin atau basis, biasanya berupa campuran sederhana yang terdiri dari minyak dan lemak dengan titik lebur rendah. Contoh : starch jelly ( amilum 10% dengan air mendidih). 2. Menurut sifat farmakologi / terapetik dan penetrasinya a) Salep epidermik ( epidermic ointment , salep penutup ) b) Salep diadermik (nggak ngerti, tanyain ke dosen) 3. Menurut dasar salepnya a) Dasar salep hidrofobik Salep yang tidak suka air atau salep yang dasar salepnya berlemak ( greassy bases ) : tidak dapat dicuci dengan air. Misalnya, campuran lemak-lemak , minyak lemak, malam. b) Dasar salep hidrofilik Salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya mempunyai dasar salep tipe o/w. 4. Menurut formularium nasional a) Dasar salep 1 ( dasar salep senyawa hidrokarbon)
11

b) Dasar salep 2 ( dasar salep serap ) c) Dasar salep 3 ( dasar salep yang dapat dicuci dengan air atau dasar salep emulsi o/w) d) Dasar salep 4 ( dasar salep yang larut dalam air )

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Bentuk Bentuk Pelayanan Prima di Apotek Pemberian pelayanan prima di apotek meliputi beberapa aspek, diantaranya menjaga kebersihan dan memperhatikan ketepatan selama peracikan obat. 3.1.1 Menjaga kebersihan Ketika melakukan peracikan terhadap obat, seorang farmasis harus memperhatikan kebersihan. 3.1.2 Memperhatikan ketepatan dalam meracik obat Ketepatan peracikan obat sendiri ialah ketepatan dalam meracik penggunaan obat yang seharusnya/rasional digunakan. Penggunaan obat rasional sendiri adalah pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis mereka, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan individual, untuk jangka waktu yang sesuai dan dalam biaya terapi yang terendah bagi pasien maupun komunitas mereka.penggunaan obat secara tepat atau rasional dikenal dengan istilah RUM. Dalam bahasa Indonesia, RUM dikenal dengan istilah Penggunaan Obat Yang Rasional. Istilah Penggunaan Obat Yang Rasional sendiri dalam bahasa Inggris juga sering disebut Rational Use of Drug (RUD). Sehingga RUD atau RUM sebenarnya memiliki makna yang sama. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan Rational Use of Medicine sebagai berikut : Patients receive medications appropriate to their clinical needs, in doses that meet their own individual requirements, for an adequate period time, and at the lowest cost to them and their community. Definisi WHO di atas jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis mereka, dalam dosis yang

12

sesuai dengan kebutuhan individual, untuk jangka waktu yang sesuai dan dalam biaya terapi yang terendah bagi pasien maupun komunitas mereka. Di Indonesia pemakaian obat oleh masyarakat paling banyak diperoleh dari resep yang ditulis oleh Dokter dan Dokter Gigi. Sedangkan pemberian obat secara langsung biasanya dilakukan oleh Bidan & Mantri di 'ruang prakteknya' ataupun Apoteker melalui Apotek. Karenanya penggunaan obat yang rasional tidak dapat dilepaskan dari peresepan dan pemberian obat yang rasional pula. Macam-macam ketepatan pemberian obat kepada pasien diantaranya: Tepat Pasien Obat hanya diberikan berdasarkan ketepatan tenaga kesehatan dalam menilai kondisi pasien dengan mempertimbangkan : Adanya penyakit yang menyertai, misalnya pasien dengan kelainan ginjal atau

hati tidak boleh mendapatkan obat yang dapat mempengaruhi ginjal (nefrotoksik) atau hati (hepatotoksik) Kondisi khusus : hamil, menyusui, balita, lansia Pasien dengan riwayat alergi Pasien dengan riwayat psikologis.

Tepat Indikasi Apabila ada indikasi yang benar untuk penggunaan obat tersebut sesuai diagnosa dan telah terbukti manfaat terapinya. Prinsip Tepat Indikasi adalah tidak semua pasien memerlukan intervensi obat. Misalnya obat penurun panas pada bayi, seharusnya hanya diberikan jika bayi mengalami demam > 38,5 C. Jika bayi tidak demam, tidak perlu diberikan obat. Tepat Obat Adalah ketepatan pemilihan obat dengan mempertimbangkan: a. Ketepatan kelas terapi dan jenis obat sesuai dengan efek terapi yang diperlukan. b.Kemanfaatan dan keamanan obat sudah terbukti, baik resiko efek sampingnya maupun adanya kontraindikasi. c. Jenis obat paling mudah didapat. d. Sedikit mungkin jumlah jenis obat yang dipakai Pemilihan obat harus disesuaikan dengan efek klinik yang diharapkan.

13

Tepat Pemberian, Dosis dan Lama Pemberian Obat Efek obat yang maksimal diperlukan penentuan dosis, cara dan lama pemberian obat yang tepat. Besarnya dosis, cara dan frekuensi pemberian obat umumnya didasarkan pada sifat farmakokinetik dan farmakodinamik obat serta kondisi pasien. Sedangkan lama pemberian obat berdasarkan pada sifat penyakit, apakah penyakit akut atau kronis, kambuhan berulang, dan sebagainya. Tepat Dosis adalah ketepatan jumlah obat yang diberikan pada pasien, dimana dosis berada dalam range dosis terapi yang direkomendasikan serta disesuaikan dengan usia dan kondisi pasien. Misalnya pasien anak > 60 kg biasanya disarankan menggunakan dosis dewasa. Usia lanjut atau pasien dengan kerusakan ginjal dan hati biasanya memerlukan penyesuaian dosis. Tepat Cara Pemberian Obat adalah ketepatan pemilihan bentuk sediaan obat yang diberikan sesuai dengan diagnosa, kondisi pasien dan sifat obat. Misalnya per oral (melalui mulut), per rektal (melalui dubur), per vaginal (melalui vagina), parenteral (melalui suntikan, bisa intravena, intramuskular, subkutan) atau topikal (dioleskan di kulit, seperti krim, gel, salep). Jika obat masih bisa diberikan melalui oral, hindari pemberian melalui parenteral. Jika terapi cukup secara lokal melalui obat-obat topikal, tidak perlu diberikan melalui oral. Macam- macam cara pemberian obat, ada 2 yaitu : a. Lokal, adalah obat yang bekerjanya pada jaringan setempat, seperti obat-obat yang digunakan secara topical. Macam - macam pemberiaan efek lokal : a.1 Per Vaginal Adalah obat yang diberikan melalui selaput lendir atau mukosa vagina. Misalnya: tablet vaginal, ovula. a.2 Per Rektal Adalah pemberian obat melalui rectal (dubur). Misalnya : suppositoria, clysma. a.3 Intranasal Adalah obat yang diberikan melalui selaput lender hidung, digunakan untuk menciutkan selaput atau mukosa hidung yang membengkak. Misalnya : drop, spray. a.4 Inhalasi Adalah obat yang diberikan untuk disedot melalui hidung atau mulut atau disemprotkan. Misalnya : gas, zat padat.
14

a.5 Kulit (Percutan) Adalah obat yang diberikan dengan mengoleskan pada permukaan kulit. Misalnya : salep, krim.

b. Sistemis, adalah obat yang distribusiannya ke seluruh tubuh. Macam macam pemberian berdasarkan efek sistemis : b.1 Oral Adalah pemberian melalui mulut atau lewat saluran pencernaan. Misalnya : tablet, kapsul, emulsi, obat hisap, sirup, pil, suspensi, eliksir, serbuk, kaplet. b.2 Oromukosal Adalah pemberian yang dilakukan melalui rongga mulut. Misalanya : tablet kecil, spray, tablet, sublingual (obat diletakkan di bawah lidah), bucal ( obat diletakkan di antara pipi dan gusi). b.3 Implantasi Adalah pemberian obat dengan cara dicangkokkan dibawah kulit. Misalnya : implan. b.4 Per Rektal Adalah suatu obat dimasukkan di dalam rectal (dubur) untuk pengobatan maupun membersihakan. Misalnya : suppositoria, proris sub.

Tepat Frekuensi atau Interval Pemberian Obat adalah ketepatan penentuan frekuensi atau interval pemberian obat sesuai dengan sifat obat dan profil farmakokinetiknya, misalnya tiap 4 jam, 6 jam, 8 jam, 12 jam atau 24 jam. Jika obat dalam tubuh akan habis dalam waktu 8 jam, sebaiknya obat diberikan 3 kali sehari. Tepat Lama Pemberian Obat adalah penetapan lama pemberian obat sesuai dengan diagnosa penyakit dan kondisi pasien. Apakah obat cukup diminum hingga gejala hilang saja, atau obat perlu diminum selama 3 hari, 5 hari, 3 bulan, dll. Tepat Saat Pemberian Obat adalah ketepatan menentukan saat terbaik pemberian obat sesuai dengan sifat obat dan kondisi pasien. Apakah obat diberikan sebelum makan, sesudah makan, saat makan, sebelum operasi atau sesudah operasi, dll.

15

Tepat Biaya Biaya terapi (harga obat dan biaya pengobatan) hendaknya dipilih yang paling terjangkau oleh keuangan pasien. Mengutamakan meresepkan obat-obat generik dibandingkan obat paten yang harganya lebih mahal. Tepat Informasi Apabila informasi yang diberikan jelas ,baik tentang obat yang digunakan pasien maupun informasi lainnya yang menunjang perbaikan pengobatan. Misalnya informasi tentang cara pemakaian obat, efek samping, kegagalan terapi bila tidak taat, upaya yang dilakukan bila penyakit makin memburuk, mencegah faktor resiko terjadi penyakit, dll.

16

Anda mungkin juga menyukai