Pertama, dalam sistem pemerintahan presidensial, presiden dan wakil presiden merupakan penyelenggara kekuasaan eksekutif negara yang tertinggi di bawah Undang Undang Dasar. Dalam menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan tanggung jawab politik berada di tangan presiden. Kedua, presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat, sehingga tidak bertanggung jawab kepada parlemen melainkan langsung kepada rakyat karena yang telah memilihnya. Ketiga, apabila presiden dan wakil presiden melakukan pelanggaran hukum dan konstitusi, maka parlemen dapat melakukan tuntutan secara hukum dan melakukan sidang. Keempat, apabila terjadi kekosongan jabatan presiden dan wakil presiden, pengisiannya dapat dilakukan melalui pemilihan dalam sidang parlemen senat. Kelima, para menteri merupakan pembantu presiden dan wakil presiden yang diangkat oleh presiden. Dalam mengangkat menteri, presiden tetap memerhatikan pendapat parlemen. Pendapat parlemen diperlukan karena jumlah menteri yang diangkat memengaruhi anggaran APBN . Oleh karena itu, presiden tidak dapat mengangkat dan memberhentikan menteri dengan seenaknya. Keenam, masa jabatan Presiden tidak tak terbatas. Seperti halnya di Indonesia, jabatan presiden tidak boleh dijabat oleh orang yang sama lebih darin dua masa jabatan. Berikut ini adalah negara yang menerapkan sistem pemerintahan presidensial: 1. Amerika Serikat 2. Swiss
b. Ciri Ciri sistem pemerintahan parlementer Secara ringkas, sistem pemerintahan parlementer merupakan sistem pemerintahan yang dipimpin oleh seorang perdana menteri. Sistem pemerintahan perlementer ditandai oleh adanya suatu hubungan yang erat antara Eksekutif dan sama lain. Eksekutif dan parlemen saling bergantung satu sama lain. Eksekutif yang dipimpin oleh perdana menteri dibentuk oleh parlmenen dar partai/ organisasi mayoritas di parlemen. Rakyat tidak memilih langsung perdana menteri dan kabinetnya, melainkan hanya memilih anggota parlemen. Berikut ciri sistem pemerintahan parlementer adalah sebagai berikut: 1. Kabinet yang dipimpin oleh perdana menteri dibentuk oleh kekuatan yang menguasai parlemen. 2. Kabinet dan perdana menteri bentanggung jawab kepada parlemen. Apabila kabinet atau anggotanya mendapat mosi tidak percaya dari parlemen, maka kabinet atau orang yang bersangkutan harus mengundurkan diri. 3. Sebagai imbangan, apabila kabinet dijatuhkan, kepala negara (presiden raja/ratu) melalui saran atau nasihat dari perdana menteri dapat membubarkan parlemen.
Berikut adalah negara yang menerapkan sistem pemerintahan parlementer: 1. Inggris 2. Republik Rakyat Cina c. Perbedaan sistem parlementer dan presidensial Sebelumnya telah dibahas mengenai sistem pemerintahan presidensial dan parlementer pada beberapa negara. Untuk mempermudah perbedaan antara kedua sistem tersebut, perhatikan tabel berikut: Sistem Pemerintah Parlementer Kedudukan kepala negara (raja, ratu, pangeran, kaisar) hanya berfungsi simbolis, dan tidak dapat di ganggu gugat oleh kekuasaan legislatif. Kekuasaan legislatif lebih kuat daripada kekuasaan eksekutif (presiden/perdana menteri). Menteri-menteri (kabinet) diangkat, diberhentikan, dan harus mempertanggung jawabkan semua tindakannya kepada legislatif. Program-program kebijakan kabinet harus disesuaikan dengan tujuan poliltik sebagian besar anggota parlemen. Apabila kabinet melakuakn penyimpangan program-program yang dibuat, maka anggota parlemen dapat menjatuhkan kabinet dengan menyatakan mosi tidak percaya kepada pemerintah Sistem Pemerintah Presidensial Dikepalai oleh seorang presiden selaku pemegang kekuasaan eksekutif (kepala negara sekaligus kepala pemerintahan). Kekuasaan eksekutif lebih kuat dibandingkan kekuasaan legislatif. Meteri-menteri (kabinet) diangkat, diberhentikan, dan hanya bertanggung jawab kepada presiden. Ekskutif presiden diajalankan berdasarkan kedaulatan rakyat. Presiden dipilih langsung oleh rakyat.
Presiden tidak bertanggung jawab kepada badan legislatif. Oleh karena itu, presiden dan badan legislatif tidak dapat saling menjatuhkan atau mebubarkan.
Ada sembilan prinsip pokok yang mendasari penyusunan sistem sistem penyelenggaraan Negara Indonesia berdasarkan hasil pemikiran para ahli. Kesembilan prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1. Prinsip ketuhanan Yang Maha Esa Prinsip ini merupakan pandangan dasar dan bersifat primer, yang secara substansial menjiwai keseluruhan wawasan kenegaraan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, nilai-nilai luhur keberagaman menjadi jiwa dalam kesadaran, kepribadian, dan kebudayaan bangsa Indonesia sehari-hari. Dlama kehidupan bernegara, prinsip ke-Mahakuasa-an Tuhan YME diwujudkan dalam paham kedaulatan rakyat dan kedaulatan hukum. 2. Cita Negara Hukum dan The Rule Of Law Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik. Dalam konstitusi ditegaskan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum, bukan negara kekuasaan, Dalama paham negara hukum, hukumlah yang memegang komando tertinggi dalam penyelenggaraan negara. Sebenarnya, yang memimpin penyelenggaraan negara adalah hukum itu sendiri sesuai dengan prinsip The Rule Of Law, yang sejalan dengan pengertian nomocratie, yaitu kekuasaan yang dijalankan oleh hukum. 3. Paham Kedaulatan rakyat dan Demokrasi Negara Indonesia menganut paham kedaulatan rakyat, artinya pemilik kekuasaan tertinggi yang sesungguhnya dalam negara Indonesia adalah rakyat. Kekuasaan itu harus disadari berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Bahkan, kekuasaan hendaknya diseleggarakan bersama rakyat. Oleh karena itu, prinsip kedaultan rakyat dan kedaulatan hukum hendaklah diseleggarakan secara beriringan bagaikan dua sisi sebuah mata uang. 4. Demokrasi Langsung dan Demokrasi Perwakilan Kedaulatan rakyat Indonesia diselenggarakan secara langsung dan melalui sistem perwakilan. Kedaulatan rakyat diwujudkan dalam tiga cabang kekuasaan yang tercermin dalam MPR yang teri dari DPR dan DPD sebagai pemegang kewenangan legislatif; dan Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi sebagai pelaksana kekusaan yudikatif. 5. Pemisahan Kekuasaan dan Prinsip Checks And Balance Kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif bersifat sama dan sederajat serta saling mengontrol satu sama lain sesuai dengan prinsip checks and balance. Dengan demikian, kekuasaan negara dapat diatur, dibatasi, dan dikontrol dengan sebaik-baiknya, sehingga penyalahgunaan kekuasaan dapat dicegah dan ditanggulangi dengan sebaik-baiknya. 6. Sistem Pemerintahan Presdiensial. Sesuai dengan UUD 1945, Indonesia adalah negara yang menganut sistem presidensial. Namun, dalam sejarah bangsa, sistem pemerintahan Indonesia juga pernah mengalami perubahan. 7. Persatuan Dan Keberagaman
Keragaman merupakan merupakan kekayaan yang harus dipersatukan, teapi tidak boleh disatukan atau diseragamkan. Oleh karena itu, prinsip persatuan Indonesia tidak boleh didentikkan dengan kesatuan. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara persatuan, dalam arti negara dan warga negaranya erat bersatu, yang menjamin setiap warga negara bersamaan kedudukannya di hadapan hukum dan pemerintahan dengan tanpa kecuali. 8. Paham Demokrasi Ekonomi dan Ekomoni Pasar Sosial Dalam paham demokrasi ekonomi, negara berfungsi sebagai alat kesejahteraan. Walaupun arus kapitalisme senantiasa mendera sebagai dampak globalisasi yang kia merebak, arah menuju sosialisme juga berkembang sebagai penyeimbang. 9. Cita Masyarakat Madani Maksudnya cita-cita setiap negara, untuk membentuk, masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. 1. Sistem Pemerintahan Indonesia Ada Awal Kemerdekaan Sistem pemerintahan yang berlaku di Indonesia sejak awal kemerdekaan mengacu pada isi UUD 1945. Menurut ketentuan UUD 1945, sistem pemerintahan Indonesia bersifat presidensial, yaitu para menteri tidak bertanggung jawab kepada badan legislatif. Para menteri hanya bertindak sebagai pembantu presiden. Sejak berlakunya sistem kabinet Parlementer (14 November 1945) sampai dengan keluarnya Dekrit Presiden (5 Juli 1959), tercatat beberapa kali pergantian kabinet yang urutannya sebagai berikut: a.Kabinet Sutan Syahrir b.Kabinet Amir Syarifuddin c.Kabinet Natsir e.Kabinet Sukiman f.Kabinet Wilopo g.Kabinet Ali Sastroamiwijoyo I h.Kabinet Burhanuddin Harahap i.Kabinet Ali Sastroamiwijoyo II j.Kabinet Djuanda 2. Sistem Pemerintahan Indonesia Setelah Adanya Perubahan UUD 1945 UUD 1945 telah mengalami empat kali perubaha, yaitu Perubahan Pertama tahun 1999, Perubahan Kedua tahun 2000, Perubahan Ketiga 2001, dan Perubahan keempat 2002. Dalam
empat kali Perubahan itu, UUD 1945 yang asli telah mengalami perubahan materi yang sangat mendasar. a. MPR setelah Amandemen UUD 1945 MPR diharapkan menjadi penjelmaan seluruh rakyat Yang sering dipersoalkan dan diperdebatkan adalah sejauh mana hakikat ekstensinya, apakah MPR merupakan sebuah lembaga (institusi) atau sekedar forum majelis belaka. Dalam desain UUD 1945, MPR memiliki lima fungsi penting, yaitu; (1) menetapkan UUD; (2) mengubah UUD; (3) menetapkan GHBN; (4) memilih presiden dan wakilnya; (5) meminta pertanggungjawaban presiden. b. Mahkamah Konstitusi Komisi Yudisial Keberadaan lembaga mahkamah merupakan fenomena baru dalam dunia ketatanegaraan. Sampai saat ini, baru ada 78 negara yang mebentuk mahkamah ini secara tersendiri. Negaranegara tersebut antara lain Amerika Serikat, Afrika Selatan , Keroa Selatan, Thailand, Lituania, dan Republik Ceska.
c. Pemilihan Presiden Secara Langsung Di dalam sistem pemerintahan presidensial, presiden lazimnya dipilih secara langsung oleh rakyat atau mekanisme perantara yang bukan berfungsi permanen dan bersifat parlemen. d. Adanya Mekanisme Checks And Balance Sebelum adanya amandemen terhadap UUD 1945, MPR merupakan penjelmaan seluruh rakyat, pelaku kedaulatan rakyat sepenuhnya, dan yang diakui sebagai lembaga tertinggi dengan kekuasaan yang tidak terbatas . Namun, pasca amandemen, kedaulatan rakyat tersebut dibagikan secara horizontal dengan cara memisahkannya menjadi kekuasaan-kekuasaan dalam fungsi lembaga-lembaga negara yang sederajat dan saling mengendalikan satu sama lain berdasarkan prinsip Checks And Balance.