Anda di halaman 1dari 4

Globalisasi dan Pendidikan di Indonesia

Dewasa ini, globalisasi adalah suatu fenomena internasional yang tidak dapat di hindari oleh Negara manapun di dunia termasuk Negara dunia ketiga, yang meliputi di dalamnya Indonesia. Globalisasi sendiri dapat diartikan sebagai the extension of social relations over the globe.atau hilangnya batas Negara dalam suatu hubungan internasional. Semenjak pe ahnya reformasi di tahun !""#, Indonesia menjadi Negara yang sangat rentan terhadap perubahan dari luar sehingga mengakibatkan ekspansi budaya barat ke Indonesia. Salah satu aspek yang mendapat imbas dari globalisasi ini di antaranya adalah di bidang pendidikan. Seperti yang telah kita ketahui, pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam kelangsungan suatu Negara karena generasi muda adalah masa depan bangsa. $ika mutu pendidikan bagi generasi muda minim, maka dapat dipastikan Negara tersebut akan mengalami krisis dalam berbagai bidang di kemudian hari. Sedangkan Globalisasi di bidang pendidikan dapat di artikan sebagai usaha%usaha dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan memasukkan nilai%nilai yang dibutuhkan oleh dunia internasional. Indonesia sebagai sebuah Negara yang memiliki potensi SD& tinggi dari segi kuantitas seharusnya memiliki sistem pendidikan yang mumpuni dan berdaya saing tinggi. Namun kenyataannya, dari sebuah sur'ey yang dilakukan oleh (N)S*+ di sebutkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke%,- dari .# negara dari tingkat pendidikannya. /egitu juga dengan sur'ey yang dilakukan 0orld *ompetiti'eness yearbook, disebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke !1 dari !2 negara berkembang yang ada di kawasan 3sia Pasifik. $auh dibawah 4hailand dan &alaysia. 3ngka yang begitu memprihatinkan mengingat Indonesia memiliki semua kekayaan yang tidak dimiliki oleh Negara lain. 3da beberapa faktor yang menyebabkan lemahnya pendidikan Indonesia saat ini. Diantaranya adalah kurangnya infrastruktur sekolah dan mutu pengajar serta kurang terdistribusinya pendidikan kepada seluruh kalangan masyarakat. Pesimisme terhadap masa

depan juga dapat menjadi faktor mengapa kebanyakan dari orang tak berpendidikan di Indonesia justru berasal dari kaum miskin disamping faktor utama yaitu ekonomi. &enghadapi globalisasi, pemerintah seolah dibangunkan dari tidur panjangnya dan dipaksa untuk membenahi diri terutama di dalam sektor pendidikan. 5al ini menjadi darurat ketika Indonesia teran am menjadi bangsa yang tertinggal dibanding bangsa%bangsa lain di dunia. &elalui teknologi informasi, globalisasi menjadi sangat epat berkembang dan memaksa tiap%tiap Negara menjadi begitu kompetitif dan memiliki daya saing tinggi. Di Indonesia sendiri, pendidikan mendapat perhatian lebih bila di bandingkan dengan sektor%sektor lain seperti pertahanan atau pariwisata. 5al ini dapat dilihat dari meningkatnya 3P/N di bidang pendidikan hingga men apai -16. 7esungguhan ini ter ermin dari mun ulnya beberapa kebijakan seperti sekolah gratis, diklat teknologi informasi bagi tenaga pengajar dan peningkatan mutu S&7 sebagai alternatif dari S&(. Pembangunan ini diharapkan mampu menambal kekurangan%kekurangan seperti rendahnya mutu pengajar dan agar pendidikan dapat di ke ap tidak hanya oleh kaum berada namun juga oleh kaum miskin yang menjadi mayoritas di Negara ini. Namun begitu, seiring makin epatnya arus globalisasi maka makin tinggi pula mutu yang harus ditingkatkan agar dapat tetap bersaing. Indonesia sebagai Negara berkembang harus lebih ermat dalam membidik pasar internasional. SD& seperti apa yang dunia butuhkan saat ini, hingga seorang warga Indonesia bisa berkiprah di dalam dunia Internasional, tidak melulu menjadi pembantu rumah tangga 8P94: seperti yang kebanyakan terjadi sekarang ini. Salah satu iri dari globalisasi pendidikan yang tengah marak adalah digunakannya bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di beberapa sekolah maupun perguruan tinggi. Sebagai bahasa Internasional, bahasa Inggris memang harus diperkenalkan sejak dini. /ahkan beberapa Negara di 3S)3N seperti ;ilipina dan Singapura telah menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa nasionalnya. Di Indonesia sendiri, penggunaan bahasa Inggris masih sangat minim dan terbatas hanya pada lingkungan akademik. Namun begitu, kemun ulan sekolah%sekolah bertaraf Internasional yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar bisa jadi jawaban atas tantangan global terhadap Indonesia.

Sekolah%sekolah ini memiliki kualitas pendidikan yang mumpuni, di dukung dengan seleksi masuk yang ketat, fasilitas yang lengkap dan pengajar%pengajar handal yang didatangkan langsung dari luar negeri. 5al ini menjadikan sekolah internasional memiliki kualitas yang jauh di atas sekolah negeri. Namun seiring dengan menjamurnya sekolah Internasional, mun ul beberapa masalah baru. <ang pertama, sekolah%sekolah ini kebanyakan didirikan oleh pihak asing yang menggunakan kurikulum yang digunakan di Negara asal yang berbeda dengan kurikulum yang telah ditetapkan D)PDI7N3S. 5al ini menyebabkan kekhawatiran akan adanya beberapa pelajaran yang wajib di ajarkan di sekolah negeri menjadi tidak ada di sekolah internasional. *ontohnya seperti pelajaran agama dan pendidikan pan asila. Padahal keduanya merupakan iri khas bangsa yang harus ditanamkan sejak dini kepada generasi muda. +leh sebab itu, diperlukan adanya aturan hukum yang mengatur penggunaan kurikulum sehingga generasi muda Indonesia tidak kehilangan jati dirinya dengan tetap mengenal dasar%dasar falsafah hidup kepan asilaan. <ang kedua, keberadaan sekolah internasional dapat memperlebar jurang pemisah antara orang kaya dan orang miskin. Seperti yang kita ketahui, sekolah internasional menerapkan biaya yang tidak murah, sebagai ontoh, di (ni'ersitas Indonesia biaya pendidikan di program Internasional men apai dua kali lipat dibandingkan dengan program reguler. /egitu juga dengan sekolah Internasional setingkat S&P dan S&3. 5al ini tentu saja mengindikasikan bahwa orang% orang yang dapat menge ap pendidikan berkualitas seperti ini hanyalah yang berasal dari keluarga berada. Padahal, dalam era globalisasi seperti ini seharusnya pendidikan sudah tidak menjadi barang mahal lagi. ketimpangan sosial juga makin tampak ketika sekolah%sekolah ini hanya mun ul di ibu kota dan sekitarnya, sedangkan daerah lain yang terpen il dan jauh dari ibu kota enderung memiliki mutu dan infrastruktur yang memprihatinkan. +leh karena itu, seperti yang telah di sebutkan diatas maka diperlukan adanya distribusi pendidikan yang merata hingga ke pelosok. &engingat begitu besarnya wilayah Indonesia, maka dibutuhkan waktu yang ukup panjang hingga seluruh generasi muda Indonesia dapat menge ap pendidikan. Globalisasi, dengan segala efek baik maupun buruknya tetap dapat menjadi suatu pemi u bagi Indonesia untuk segera bangkit dari ketertinggalan dan ikut bersaing dengan Negara lain untuk menjadi yang terbaik. Di bidang pendidikan sendiri, globalisasi dibutuhkan agar SD& Indonesia dapat meningkatkan mutunya dan siap memenuhi tantangan dari dunia global namun

dengan tetap menerapkan pan asila dan norma agama sebagai iri jati diri seorang Indonesia. Dengan begitu, globalisasi dan nasionalisme dapat berjalan beriringan tanpa adanya benturan% benturan yang dapat merusak pribadi seorang indi'idu. Pemerintah, sebagai agen 'ital dalam peningkatan mutu pendidikan memiliki tanggung jawab yang begitu besar dalam menjawab tantangan ini. Namun bukan mustahil, jika pendidikan Indonesia di atur dan dikembangkan sesuai dengan porsinya dan terus menerus mengalami peningkatan, maka dalam beberapa puluh tahun kedepan Indonesia dapat menjadi pionir dalam per aturan dunia Internasional. 5al ini mungkin terjadi mengingat Indonesia memiliki SD& yang begitu besar, yaitu men apai -,1 juta jiwa, ketiga di bawah *hina dan India. /ukan sebagai gesekan maupun penghambat, globalisasi justru harus menjadi ambuk pele ut bagi bangsa Indonesia untuk meningkatkan kualitasnya dan mulai bersaing se ara sehat dengan dunia internasional.

Anda mungkin juga menyukai