Anda di halaman 1dari 15

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

A. Tujuan 1. Mahasiswa dapat memahami apa itu larutan jenuh 2. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap kelarutan asam oksalat 3. Mahasiswa dapat menentukan harga kelarutan asam oksalat pada berbagai suhu, yang kemudian dihitung panas pelarutan asam oksalat tersebut. B. Dasar Teori

Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh. Adapun cara menentukan kelarutan suatu zat ialah dengan mengambil sejumlah tertentu pelarut murni, misalnya 1 liter. Kemudian memperkirakan jumlah zat yang dapat membentuk larutan lewat jenuh, yang ditandai dengan masih terdapatnya zat padat yang tidak larut. Setelah dikocok ataupun diaduk akan terjadi kesetimbangan antara zat yang larut dengan zat yang tidak larut (Atkins, 1994). Yang dimaksud dengan kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut, adalah banyaknya suatu zat dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada kondisi tertentu.Biasanya dinyatakan dalam satuan mol/liter. Jadi, bila batas kelarutan tercapai, maka zat yang dilarutkan itu dalam batas kesetimbangan, artinya bila zat terlarut ditambah, maka akan terjadi larutan jenuh, bila zat yang dilarutkan dikurangi, akan terjadi larutan yang belum jenuh. Dan kesetimbangan tergantung pada suhu pelarutan (sukardjo, 1997). Dua komponen dalam larutan adalah solute dan solvent.Solute adalah substansi yang melarutkan.Contoh sebuah larutan NaCl.NaCl adalah solute dan air adalah solvent. Dari ketiga materi, padat, cair dan gas, sangat dimungkinkan untuk memilki Sembilan tipe larutan yang berbeda: padat dalam padat, padat dalam cairan, padat dalam gas, cair dalam cairan, dan sebagainya. Dari berbagai macam tipe ini, larutan yang lazim kita kenal adalah padatan dalam cairan, cairan dalam cairan, gas dalam cairan serta gas dalam gas (sukardjo, 1997). Jika kelarutan suhu suatu sistem kimia dalam keseimbangan dengan

padatan, cairan atau gas yang lain pada suhu tertentu maka larutan disebut jenuh. Larutan jenuh adalah larutan yang kandungan solutnya sudah mencapai maksimal

sehingga penambahan solut lebih lanjut tidak dapat larut. Konsentrasi solut dalam larutan jenuh disebut kelarutan. Untuk solut padat maka larutan jenuhnya terjadi keseimbangan dimana molekul fase padat meninggalkan fasenya dan masuk ke fase cairan dengan kecepatan sama dengan molekul-molekul ion dari fase cair yang mengkristal menjadi fase padat (sukardjo, 1997). Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh atau larutan yang partikel partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi. Larutan sangat jenuh, yaitu larutan yang mengandung lebih banyak solute dari pada yang diperlukan untuk larutan jenuh atau dengan kata lain larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan didalam larutan. Suatu larutan jenuh merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan tersebut akan bergeser bila suhu dinaikan. Pada umumnya kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikan (syukri,1999).
Dalam larutan jenuh terjadi keseimbangan antara molekul zat yang larut dan yang tidak larut.keseimbangan itu dapat dituliskan sebagai berikut : A(p) Dimana : A (l) : molekul zat terlarut A (p) : molekul zat yang tidak larut Tetapan kesimbangan proses pelarutan tersebut : K= Dimana : az : keaktifan zat yang larut az : keaktifan zat yang tidak larut, yang mengambil harga satu untuk zat padat dalam keadaan standar yz : koefisien keaktifan zat yang larut mz : kemolalan zat yang larut yang karena larutan jenuh disebut kelarutan (Tim Kimia Fisika, 2011) A(l)

Hubungan antara keseimbangan tetap dan temperature subsolut atau kelarutan dengan temperature dirumuskan vant hoff : = ln s = log s = [ ] =

atau ln Dimana :

H = panas pelarutan zat per mol (kal/g mol) R = konstanta gas ideal (1,987 kal/g mol K) T = suhu (K) s = kelarutan per 1000 gr solut Panas pelarutan yang dihitung ini adalah panas yang diserap jika 1 mol padatan dilarutkan dalam larutan yang sudah dalam keadaan jenuh. Hal ini berbeda dengan panas pelarutan untuk larutan encer yang biasa terdapat dalam table panas pelarutan. Pada umumnya panas pelarutan bernilai (+), sehingga menurut vant hoff kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat terlarut (panas pelarutan (+)) = endotermis. Sedangkan untuk zat zat yang panas pelarutannya (-) adalh eksotermis. Kenaikan suhu akan menurunkan jumlah zat yang terlarut (Tim Kimia Fisika, 2011). Proses apa saja yang bersifat endotermis dalam satu arah adalah eksoterm dalam arah yang lain. Karena proses pembentukan larutan dalam proses pengkristalan berlangsung dengan laju dalam proses pengkristalan berlangsung dengan laju yang sama dengan kesetimbangan maka perubahan energy netto adalah nol. Tetapi jika suhu dinaikkan maka proses akan menyerap kalor. Dalam hal ini pembentukan larutan lebih disukai. Segera setelah sushu dinaikkan tidak berada pada kesetimbangan karena ada

lagi zat yang melarut. Suatu zat yang menyerap kalor ketika melarut cenderung lebih mudah larut pada suhu tinggi (Kleinfelter, 1996). Kelarutan zat menurut suhu sangat berbeda beda. Pada suhu tertentu larutan jenuh yang bersentuhan dengan zat terlarut yang tidak larut dalam larutan itu adalh sebuah contoh mengenai kesetimbangan dinamik. Karena dihadapkan dengan sistem kesetimbangn, dapat menggunakan prinsip le chatelier. Untuk menganalisis bagaimana gangguan itu pada sistem akan mempengaruhi kedudukan kesetimbangan. Gangguan ini antara lain perubahan pada suhu ini cenderung menggeser kesetimbangan kea rah penyerap kalor. Jike pelarut dari zat terlarut lebih banyak merupakan peristiwa endoterm, seperti dinyatakan dalam persamaan : Kalor + zat terlarut + larutan (l1) larutan (l2)

Dengan larutan (l2) lebih pekat daripada larutan(l1) maka kenaikan suhu akan meningkatkan kelarutan. Dengan kata lain, kesetimbangan bergeser ke kanan karena meningkatnya suhu. Untuk kebanyakan padatan dan cairan yang dilakukan dalam pelarut cairan, biasaarutannya kelarutan meningkat dengan kenaikan suhu. Untuk gas, pembentukan larutan dalam cairan hapir selalu eksoterm, sehingga ketimbangan dapat dinyatakan dengan : Gas + larutan (1) larutan (2) + kalor

Untuk kesetimabngan ini, peningkatan suhu malah akan mengusir gas dan larutan sebeb pergeseran ini ke kiri adalah endoterm. Karena itu gas hamppir selalu menjadi kurang larut dalam cairan jika suhunya dinaikkan (Atkins, 1994) Pengaruh temperatur dalam kesetimbangan kimia ditentukan dengan persamaan :[ ]
p o

dengan

yang disebut persamaan vant hoff. Pada reaksi endoterm

konstanta kesetimbangan akan naik seiring dengan naiknya termperatur. Pada reaksi eksoterm konstanta kesetimbangan akan turun dengan naiknya temperature (Robert A Alberty Silbey, 1996).

Pada larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat tidak larut. Dalam kesetimbangan ini, kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap. Artinya konsentrasi zat dalam larutan akan selalu sama. C. Alat dan Bahan Alat : 1. Tabung Reaksi Besar 2. Erlenmeyer 3. Termometer 4. Buret 5. Statif 6. Klem 7. Ball Pipet 8. Beker Glass 1000 ml 9. Beker Glass Kecil 10. Pipet Tetes 11. Corong 12. Pengaduk 13. Pipet Volume 10 ml 14. Labu Takar 100 ml 15. Penangas Air D. Cara Kerja Bahan : 1. Asam Oksalat Jenuh 2. Larutan NaOH 0.05 M 3. Indikator PP 4. Aquades

Kristal asam okasalat dilarutkan dalam aquades 50 ml pada suhu 60 OC sampai jenuh

Asam oksalat jenuh dimasukkan dalam beker glass kecil

Beker glass kecil masuk ke beker glass besar yang sudah diisi garam dan es batu

Tambahkan thermometer ke dalam beker glass kecil

Larutan diaduk, bila suhu turun sampai 40 OC larutan diambil 10 ml lalu diencerkan sampai 100 ml

Larutan yang diencerkan diambil 10 ml ditambah indicator pp 3 tetes untuk dititrasi dengan NaOH 0,5 N

Dilakukan hal yang sama untuk penurunan suhu 30,20,10OC

Volume NaOH yang dibutuhkan dicatat dalam tabel pengamatan


Gambar 1. Diagram kerja kelarutan sebagai fungsi suhu E. Tabel Pengamatan Tabel 1. Data pengamatan Titrasi Asam oksalat dan NaOH No T(0C) asam oksalat 1 2 3 4 45 35 25 25 13,5 12,5 10,8 9,8 13,6 12,5 10,6 9,9 13,55 12,55 10,7 9,85 V1 V NaOH 0,05 M (ml) V2 V rata-rata

0.0000 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034 0.00345 0.0035 -0.2000 -0.4000 -0.6000 ln S -0.8000 -1.0000 -1.2000 -1.4000 -1.6000 -1.8000 1/T y = -1023.5x + 1.919 R = 0.9798

Gambar 2. Grafik ln s vs 1/T

F. Pembahasan Suatu larutan jenuh merupakan keseimbangan dinamis. Kesetimbangan tersebut akan dapat bergeser bila suhu dinaikkan. Pada umumnya kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikkan, karena umumnya proses pelarutan bersifat endotermik. Pengaruh kenaikkan suhu pada kelarutan zat berbeda satu dengan yang lainnya. Percobaan ini meiliki tujuan agar mahasiswa dapat menentukan pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat dan menghitung panas pelarutannya. Zat yang digunakan pada praktikum ini adalah asam oksalat. Digunakan asam oksalat karena kelarutannya sangat sensitive terhadap suhu sehingga dengan berubahnya suhu, kelarutan asam oksalat juga akan berubah selain itu asam oksalat memiliki kelarutan yang kecil bila dilarutkan dalam air. Dalam percobaan ini, kristal H2C2O4.2H2O dilarutkan dalam 50 mL aquades yang besuhu sekitar 600C, pelarutan kristal H2C2O4.2H2O dilakukan hingga membentuk larutan jenuh yang ditandai dengan terbentuknya endapan larutan yang dibuat kemudian larutan diperlakukan sehingga suhu larutan sesuai pada kondisi suhu yang telah ditentukan. Untuk dapat menentukan kelarutan kristal H2C2O4.2H2O pada berbagai temperatur dapat dilakukan dengan cara mentitrasi larutan jenuh H2C2O4.2H2O dan kemudian menentukan volume titran yang digunakan dalam titrasi tersebut. Pada percobaan ini digunakan larutan NaOH 0,2N dan 0,5N sebagai titran. Penggunaan larutan NaOH yang berbeda

konsentrasi bertujuan untuk menentukan kelarutan kristal H2C2O4.2H2O pada titrat dengan teliti dan tepat. Reaksi pada saat terjadi kesetimbangan asam oksalat dalam aquades adalah : H2C2O4(S) + H2O(l) H2C2O4 (aq)

Pada saat pembuatan larutan jenuh yang perlu diperhatikan adalah larutan jangan sampai lewat jenuh, sehingga endapat yang dihasilkan tidak terlalu banyak. Untuk larutan jenuh, setelah terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat yang tidak larut maka dalam kesetimbangan tersebut kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap yang artinya konsentrasi zat dalam larutan akan selalu tetap. Tetapi apabila kesetimbangan diganggu misalnya dengan cara suhunya dirubah, maka konsentrasi larutan akan berubah. Setelah larutan jenuh selesai dibuat, langkah selanjutnya yaitu larutan asam oksalat jenuh dimasukkan dalam tabung reaksi besar dengan suhu yang bervariasi yaitu 45oC ; 35oC ; 25oC ; dan 15oC. Selanjutnya dilakukan titrasi pada tiap tiap sampel yang telah diencerkan dengan aquades dengan suhunya masing-masing. Untuk larutan jenuh dengan suhu 450C kemudian dipipet 10 ml untuk dititrasi dengan NaOH 0,5 N. dipipet 25 ml untuk dititrasi dengan NaOH dan ditambahkan indicator pp 2-3 tetes. Titrasi dilakukan secara duplo (2 kali pengulangan). Untuk membuktikan bahwa bila suhu diturunkan, kelarutan zat juga turun sehingga dilakukan perlakuan yang sama untuk penurunan suhu sebesar 35, 25, dan 15 0C. Dari hasil titrasi diperoleh volume NaOH. Volume NaOH tersebut digunakan untuk menghitung kelarutan asam oksalat. Kelarutan asam oksalat dapat dicari dengan rumus V1.M1 sehingga kelarutannya dapat diketahui. Molaritas zat yang larut disebut kelarutan karena larutan tersebut larutan yang jenuh. Dari hasil perhitungan pada tabel 2 dapat disimpulkan bahwa apabila kelarutan semakin rendah maka volume NaOH yang diperlukan juga semakin kecil. Besarnya kelarutan dipengaruhi oleh faktor : Jenis pelarut dan zat terlarut : bila zat pelarut sesuai dengan zat terlarut maka kelarutannya semakin besar Pengadukan : semakin besar frekuensi pengadukan maka semakin banyak zat yang terlarut Temperatur : semakin tinggi temperatur maka akan semakin besar kelarutannya Berdasarkan harga kelarutan pada tabel 2, maka dapat dihitung panas pelarutannya dengan menggunakan persamaan Vant Hoff sebagai berikut:

Ln

Dari persamaan diatas maka didapatkan 5 H, kemudian dihitung harga rata-rata H sebesar J/mol. Selain menggunakan persamaan Vant Hoff. Panas

pelarutan Asam oksalat dapat dihitung menggunakan regresi linier. Sebelumnya dibuat grafik ln s vs 1/T seperti pada grafik 1. Sumbu x adalah 1/T sedangkan sumbu y adalah ln s. Maka grafik tersebut akan diperoleh persamaan y = a + bx Dimana Ln s = Y b x a

0.0000 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034 0.00345 0.0035 -0.2000 -0.4000 -0.6000 ln S -0.8000 -1.0000 -1.2000 -1.4000 -1.6000 -1.8000 1/T y = -1023.5x + 1.919 R = 0.9798

Gambar 3. Grafik ln s vs 1/T Dari regresi linear dapat diperoleh slope, dimana slope adalah b = harga J/mol. Setelah digunakan 2 cara yang berbeda untuk menghitung panas pelarutan maka didapatkan hasil yang sedikit berbeda, tetapi hasilnya sama-sama positif. Hal ini menunjukan bahea reaksi tersebut bersifat endoterm atau menyerap panas, sehingga terjadi perpindahan panas dari lingkungan ke sistem. Pada reaksi endotermis , semakin tinggi suhu maka semakin banyak zat yang larut. dapat ditentukan. Harga berdasarkan grafik 1. adalah sebesar , sehingga

G. simpulan Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Larutan jenuh merupakan suatu larutan sudah tidak dapat melarutkan lagi zat terlarutnya. 2. Semakin tinggi suhu maka semakin besar kelarutan suatu zat 3. Kelarutan asam oksalat dalam aquades pada berbagai suhu adalah T (oK) 318 308 298 288 s (M) 0,271 0,251 0,214 0,197

4. Panas pelarutan dari percobaan diperoleh : J/mol H. Saran Saran yang dapat diberikan dalam praktikum kali ini adalah 1. Dalam membuat larutan jenuh harus diperhatikan benar benar apakah larutan tersebut sudah mengendap atau belum sehingga larutan nantinya tidak kelewat jenuh. 2. Pada titrasi sebaiknya dilakukan duplo atau triplo bila data yang diperoleh memiliki selisih yang cukup jauh, karena biasanya praktikan yang melakukan titrasi kurang jeli dalam melihat perubahan warna. 3. Pada saat pengambilan 10 ml asam oksalat yang telah jenuh menggunakan pipet volume sebaiknya ujung pipet volume diberi pipa silikon yang telah diisi dengan kapas atau glasswool untuk menghidari partikel partikel kecil yang belum mengendap ikut masuk dalam pipet volume sehingga mengganggu hasil konsentrasi asam oksalat yang diperoleh pada suhu tertentu.

I. Daftar Pustaka Alberty, Robert A and Robert J.Silbey. 1996. Physical Chemistry 2nd edition. USA: John Wiley and sons inc. Atkins, PW. 1994. Kimia Fsika. Jakarta: Elangga Kleinfelter, Keenan. 1996. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga Sukardjo, Pr. 1997. Kimia Fisika. Rineka Cipta : Yogyakarta Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB Tim Dosen Kimia Fisik. 2011. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang : Laboratorium Kimia Universitas Negeri Semarang

Semarang, 3 December 2012 Dosen Pengampu, Praktikan,

Ir. Sri Wahyuni M.Si

Siti Nursiami 4301410002

J. Lampiran dan Analisis data Analisis Data

1. Kelarutan Asam oksalat a. Pada suhu 45 V1 = V NaOH = 13,55 ml Setelah pengenceran V1xN1 = V2xN2 13,55x 0,5= 25xN2 N2 = 0,271 N N1 = N NaOH = 0,5N V2 = V asam oksalat = 25 ml Sebelum Pengenceran V1xM1 = V2xM2 10xM = 10x0,271 M = 0,271 M

Jadi kelarutan H2C2O4 = 0,0271 M. Analisis selanjutnya ada di lampiran. Tabel 2. Tabel Kelarutan Asam oksalat dalam berbagai suhu T (oK) 318 308 298 288 s (M) 0,271 0,251 0,214 0,197

2. Menentukan panas pelarutan Asam oksalat dengan perhitungan Untuk T1 = 318 oK, T2 = 313 oK Ln Ln 0,053 = H == = [ ] [ ][ ]

( -1,0209.10-4) J/mol. Analisis selanjutnya ada di lampiran.

3. Kosentrasi asam oksalat sebelum dititrasi M= x

= 3,33 M 4. Menentukan panas pelarutan Asam oksalat dengan Grafik ln s vs 1/T

Tabel 3. Tabel Ln s dan 1/T T (0 K) 318 308 298 288 1/T (K-1) 0.003145 0,003247 0,003356 0,003472 s 0,271 0,251 0,214 0,197 Ln s -1,3056 -1,3823 -1,5417 -1,6245

1. Menghitung kelarutan asam oksalat b. Pada suhu 35 V1 = V NaOH = 12,55 ml N1 = N NaOH = 0,5 N V2 = V asam oksalat = 25ml Setelah pengenceran V1xN1 = V2xN2 12,55x0,5 = 25xN2 N2 = 0,251 N Jadi kelarutan kelarutan asam oksalat = 0,251 M Sebelum Pengenceran V1xM1 = V2xM2 25 x M = 25 x0,251 = 0,251 M

c. Pada suhu 25 V1 = V NaOH = 10,7 ml N1 = N NaOH = 0,5 N V2 = V asam oksalat = 25 ml Setelah pengenceran V1xN1 = V2xN2 10,7 x0,5 = 25xN2 N2 = 0,214 N Jadi kelarutan kelarutan asam oksalat = 0,214M Sebelum Pengenceran V1xM1 = V2xM2 25xM = 25x0,214 M = 0,214 M

d. Pada suhu 15 V1 = V NaOH = 9,85 ml N1 = N NaOH = 0,5 N V2 = V asam oksalat = 25 ml Setelah pengenceran V1xN1 = V2xN2 9,85x0,5 = 25xN2 N2 = 0,197 N Jadi kelarutan kelarutan asam oksalat = 0,197 M Sebelum Pengenceran V1xM1 = V2 xM2 25xM = 25 x0,197 M = 0,197 M

2. Kosentrasi asam oksalat sebelum dititrasi M= x

= 3,33 M

3. Menentukan panas pelarutan Asam oksalat dengan perhitungan Untuk T1 = 308 oK, T2 = 318 oK Ln Ln = = [ ] [ ][ ]

-0,145 = H =-

( -1,0209.10-4) J/mol.

Untuk T1 = 308 oK, T2 = 298 oK Ln Ln = = [ ] [ ][ ]

-0,15947 =

( -1,31045.10-5)

= 12169J/mol

Untuk T1 = 298 oK, T2 = 288 oK Ln Ln -0,0827 = H = [ ] = [ ][ ]

( -1,40146.10-5)

= 5900.98 J/mol

H rata-rata =

= J/mol

= 9959.14 J/mol

4. Menentukan panas pelarutan Asam oksalat dengan Grafik ln s vs 1/T T (0 K) 318 308 298 288 1/T (K-1) 0.003145 0,003247 0,003356 0,003472 s 0,271 0,251 0,214 0,197 Ln s -1,3056 -1,3823 -1,5417 -1,6245

Anda mungkin juga menyukai