Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi karena era globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas antara Negara-negara khusunya di bidang informasi, ekonomi dan politik. Perkembangan IPTEK yang begitu cepat dan perdagangan bebas yang merupakan ciri era ini berdampak pada semua sector, termasuk sector kesehatan. Selain sector medis, kesehatan jiwa menjadi perhatian khusus dalam era ini. Tercatat dari waktu ke waktu penderita gangguan jiwa terus meningkat. Tuntutan hidup dan kebutuhan hidup yang kian meningkat tanpa diimbangi mekanisme koping yang baik menjadi stressor yang paling dominan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Menurut konsep GAS yang dikemukakan Selye (1928) reaksi tubuh terhadap stres terbagi menjadi 3 fase, yaitu fase sinyal (alarm), perlawanan (resistance), dan fase keletihan (exhausting). Saat fase keletihan (exhausting) terjadilah distress psikologis yaitu saat fungsi psikologis seseorang sangat lemah sebagai akibat kerusakan selama fase perlawanan. Bila distress psikologis ini terus berlanjut tanpa adanya pemulihan, berbagai kemungkinan buruk bisa terjadi seperti mencederai diri/bunuh diri. Bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat mengancam. Dari data badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap 40 detik sekali terjadi kasus bunuh diri. Bunuh diri juga termasuk 1 dari 3 penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun selain karena factor kecelakaan.

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Bunuh Diri Menurut Taylor dalam Fundamental of Nursing (1997:790), mengutip dari ANA

(1990),menyatakan: Bunuh diri secara tradisional dipahami sebagai kegiatan mengakhiri kehidupan. Bantuan dalam melakukan bunuh diri sangat berarti. Misalnya menyediakan obat atau senjata. Tersedia untuk pasien sesuai dengan tujuan pasien, pasien yang secara fisik mampu, akan melakukan kegiatan untuk mengakhiri kehidupannya sendiri. Bunuh diri yang dibantu (euthanasia pasif) dibedakan dengan euthanasia aktif. Bunuh diri yang dibantu adalah seseorang membantu mengakhiri hidupnya tetapi tidak secara langsung menjadi pelaku dalam kematiannya. Menurut Maramis (1998:431), bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja yang tahu akan akibatnya yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu singkat. Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja yang tahu akan akibatnya yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu singkat (maramis,1998: 431). Suicide adalah ilmu yang mempelajari latar belakang, jenis, teknik bunuh diri dan upaya pencegahannya secara ilmiah dan manusiawi. Menurut kriminolog/ antropolog dari FISIP UI, Ronny Nitibaskara , penyebab cara mengakhiri hidup itu dapat diklasifikasi menjadi 4 dasar yang dikombinasikan menjadi NASH (Natural Accident Suicide and Homicide). Homicide atau pembunuhan, termasuk dalam disiplin Ilmu Kriminologi.

2.2 Trend Bunuh Diri pada Anak dan Remaja

Bunuh Diri Sebagai Masalah Dunia Bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat mengancam. Pada

tahun-tahun terakhir, angka bunuh diri di Amerika yang terjadi pada usia 12-20 tahun mengalami peningkatan. Di Amerika 12.000 anak-anak dan remaja tiap tahun dirawat
2

dirumah sakit akibat upaya bunuh diri. Metode bunuh diri yang paling disukai adalah menggunakan pistol, menggantung diri dan minum racun. Timur dan Eropa Utara menepati ranking tertinggi. Sedang terendah di Mediterania dan Amerika latin. Di Benua Asia, jepang dan Korea termasuk negara yang warganya sering diberitakan media melakukan bunuh diri. Bunuh Diri di Indonesia Menurut Prayitno, pendataan mengenai kasus bunuh diri di Indonesia masih jelek. Dari data yang di ambil di kamar mayat Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, misalnya, terdapat 1.119 kasus bunuh diri dari tahun 2004-2005. Dari jumlah tersebut, 41% 2.3 Faktor yang Berkontribusi pada Anak dan Remaja Suasana Hati Sangat Mempengaruhi bunuh diri Jangan remahkan suasana hati kita. Sebab kalau sedang dalam kondisi sangat buruk, seseorang bisa mengakhiri nyawanya sendiri. Ilmuwan Amerika belum lama ini menemukan bahwa kasus bunuh diri di kalangan remaja justru dipicu akibat suasana hati yang buruk. Pilar utama yang bertanggung jawab dalam trend upaya bunuh diri pada anak dan remaja di Indonesia adalah keluarga dan lingkungan terdekat pada anak. Anak-anak kita banyak yang hidup dalam keluarga dan lingkungan yang serba bermusuhan. Menurut riset, di rumah anak-anak menonton TV rata-rata 8 jam sehari. Bila 2 jam saja acara tersebut berisi kekerasan, maka menurut learning Theory ia akan merekam kejadian tersebut sebagai cara pemecahan masalah. Akumulasi rekaman berbagai kekerasan dan bentuk kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri itulah bunuh diri (Self mutilation), mungkin ada baiknya kita mengingat petikan kata yang pernah dikutip L.Nolte (2003) sebagai berikut: Jika anak-anak hidup dengan kecaman Mereka belajar untuk mengutuk Jika anak-anak hidup dengan permusuhan Mereka belajar untuk berkelahi Jika anak-anak hidup dengan ketakutan
3

Mereka belajar untuk tercerkam kekhawatiran Jika anak-anak hidup dengan cemoohan Mereka belajar untuk menjadi pemalu Jika anak-anak hidup dengan kecemburuan Mereka belajar untuk merasa iri hati Jika anak-anak hidup dengan penerimaan Mereka belajar untuk menemukan cinta di dunid ini

Menurut Psychiatric Nursing Stuart Sundeen (1995) jenis kepribadian yang paling sering melakukan bunuh diri adalah tipe agresif, bermusuhan, putus asa, harga diri rendah, dan kepribadian antisosisl. Anak akan memiliki risiko besar untuk melakukan bunuh diri bila berasal dari keluarga yang menerapkan pola asuh otoriteratau keluarga yang pernah melakukan bunuh diri, gangguan emosi dan keluarga dengan alkoholisme. Faktor lain yang memegang peranan adalah riwayat psikososial seperti orangtua yang bercerai, putus hubungan, kehilangan pekerjaan atau stress multipe seperti pindah, kehilangan dan penyakit kronik kumpulan stressor tersebut terakumulasi dalam bentuk koping yang kurang konstruktif. Anak jadi mudah mengambil jalan pintas karena tidak ada lagi tempat yang memberinya rasa aman. Ingat teory social Kaplan, bahwa gangguan jiwa dan suicide pada anak dan remaja akan muncul bila stressor lingkungan menyebabkan kecemasan meningkat (environmental factors create stress, which cause anxiety and symptom). Trend bunuh diri pada anak dan remaja tentu saja tidak disebabkan factor tunggal. Bila sejak dalam kandungan ibunya cemas karena harga susu mahal, saat melahirkan gelisah karena sarana kesehatan tak terjangkau, masa toddler tidak bisa mengeksplorasi lingkungan karena tanah tergusur, masa preschool tidak bisa bermain karena halaman sempit, masa sekolah tidak sempat dinikmati karena biaya yang tinggi. Lantas bila kondisi tersebut mendekap rakyat kita yang 60% berada di bawah garis kemiskinan apa tidak mungkin akan muncul generasi Harakiri atau kamikaze ia anak Indonesia yang siap membunuh dirinya sendiri tanpa pernah melawan musuh.
4

2.4

Stressor Pencetus Secara umum Stressor pencetus bunuh diri sebagian besar adalah kejadian memalukan,

masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan, ancaman dan yang paling penting adalah mengetahui cara-cara bunuh diri. Factor resiko secara psikososial: putus asa, ras, jenis kelamin laki-laki, lansia, hidup sendiri klien yang memiliki riwayat pernah mencoba bunuh diri, riwayat keluarga bunuh diri, riwayat keluarga adiksi obat, diagnostik: penyakit kronis, psikosis, penyalahgunaan zat.

2.5 -

Faktor yang mempengaruhi bunuh Diri

Faktor Mood dan Biokimiawi Otak Ghanshyam Pandey beserta timnya dari Universitas of Illinois, Chicago,

menemukan bahwa aktivitas enzim di dalam pikiran manusia bisa mempengaruhi mood yang memicu keinginan mengakhiri nyawa sendiri. Pandey mengetahui fakta tersebut setelah melakukan eksperimen terhadap otak 34 remaja yang 17 di antaranya meninggal akibat bunuh diri. Ditemukan bahwa tingkat aktivitas protein kinase C (PKC) pada otak pelaku bunuh diri lebih rendah dibanding mereka yang meninggal bukan karena bunuh diri. Temuan yang di publukasikan di jurnal Archives of General Psychiatry menyatakan bahwa PKC merupakan komponen yang berperan dalam komunikasi sel, terhubung erat dengan gangguan mood seperti depresi di masa lalu. Psikolog dari Benefit Strategic HRD Hj. Rooswita mengatakan, depresi berat menjadi penyebab utama. Depresi timbul, karena pelaku tidak kuat menanggung beban permasalahan yang menimpa. Karena terus menerus mendapat tekanan, permasalahan kian menumpuk dan pada puncaknya memicu keinginan bunuh diri. Faktor Riwayat Gangguan Mental Pandey dan timnya sangat tertarik untuk mengetahui kaitan lain antara PKC dengan kasus bunuh diri di kalangan remaja belasan tahun. Dari 17 remaja yang meninggal akibat bunuh diri, Sembilan diantaranya memiliki sejarah gangguan mental. Delapan yang lain tidak mempunyai riwayat gangguan psikis, namun dua di antaranya mempunyai sejarah kecanduan alkohol dan obat terlarang. Aktivitas PKC pada otak para
5

remaja tersebut jumlahnya sangat kecil disbanding dengan remaja yang meninggal bukan karena bunuh diri. Dari sini disimpulkan bahwa kondisi abnormal PKC bisa menjelaskan mengapa sebagian besar remaja memiliki keinginan bunuh diri. Dalam otak kita terdapat berbagai jaringan, termasuk pembuluh darah. Di dalamnya juga terdapat serotonin, adrenalin, dan dopamin. Ketiga cairan dalam otak itu bisa menjadi petunjuk dalam neurotransmitter (gelombang atau gerakan dalam otak) kejiwaan manusia. Karena itu, kita harus waspadai bila terjadi peningkatan kadar ketiga cairan itu di dalam otak. Biasanya, bila kita lihat dari hasil otopsi para korban kasus bunuh diri (Suicide), cairan otak ini tinggi, terutama serotonin. Faktor Meniru, Imitasi, dan Pembelajaran Dalam kasus bunuh diri, dikatakan ada proses pembelajaran. Para korban memiliki pengalaman dari salah satu keluarganya yang pernah melakukan percobaan bunuh diri atau meninggal karena bunuh diri. Tidak hanya itu, bisa juga terjadi pembelajaran dari pengatahuan lainnya. Soal bunuh diri, yang terlibat memang bukan kejiwaan saja. Proses pembelajaran di sini merupakan asupan yang masuk ke dalam memory seseorang. Sering kali banyak yang tidak menyadari Proses Pembelajaran ini sebagai keadaan yang perlu di waspadai. Kita perlu perhatikan bahwa orang yang pernah mencoba bunuh diri dengan cara yang lebih soft (halus), seperti minum racun, bisa malakukan cara lain yang lebih hard (keras) dari yang pertama bila yang sebelumnya tidak berhasil. Dia akan terus melakukannya dan meningkatkan kadar caranya bila usaha bunuh dirinya tidak berhasil. Faktor Isolasi Sosial dan Human relation Secara umum, stress muncul karena kegagalan beradaptasi. Ini dapat terjadi di lingkungan pekerjaan, keluarga, sekolah, pergaulan dalam masyarakat, dan sebagainya. Demikian pula bila seseorang merasa terisolasi, kehilangan hubungan atau terputusnya hubungan dengan orang yangdisayangi. Padahal hubungan interpersonal merupakan sifat alami manusia. Bahkan keputusan bunuh diri juga bisa dilakukan karena perasaan bersalah. Suami membunuh istri, kemudian dilanjutkan membunuh dirinya sendiri, bisa dijadikan contoh kasus.
6

Faktor Hilangnya Perasaan Aman dan Ancaman Kebutuhan Dasar Menurut Prayitno, persoalan bunuh diri di Jakarta lebih banyak didominasi oleh

masalah rasa tidak aman, seperti tidak bisa mencari nafkah lagi akibat barang dagangan (pedagang kaki lima) digusur pemerintah atau tempat tinggal mereka yang digusur. Meski begitu, Prayitno tidak menutup mata bahwa banyak juga kasus bunuh diri yang disebabkan faktor pengangguran, kemiskinan, malu, dan ketidakmampuan bersaing dalam kehidupan, atau karena tekanan- tekanan lain. Dia mengungkapkan, sikap pemerintah yang melakukn penggusuran tersebut menimbulkan rasa putus asa,marah, sedih, bahkan rasa pesimis pada diri sesorang yang bisa menghilangkan harapan masa depan.

Faktor Religiusitas Menurut Dosen IAIN Antasari Drs. H. Dahli Khairi, bunuh diri sebagai gejala

tipisnya iman atau kurang begitu memahami ilmu agama. Dalam ajaran Islam, unuh diri termasuk perbuatan haram dan dianggap mendahului ketentuan Tuhan. Memperkuat keimanan dan pendalaman masalah keagamaan, salah satu jalan keluarnya. Schopenhauer, Machiavelli, dan Karl Marx, dalam tulisannya pun lebih banyak melihat sisi buruk kehidupan itu. Mereka menyikapi hidup ini sangat pesimis dan tidak melihatnya dari konsep yang jernih dan segar sebagaimana dinyatakan agama. Nietzsche dalam sepucuk surat kepada saudara perempuannya menulis: Setiap waktu berlalu, bagi kehidupan ini terasa semakin mahal. Sejak beberapa tahun belakangan ini, aku menderita penyakit yang membuatku betul-betul sesak nafas, kedinginan dan begitu menyakitkan. Tapi aku belum pernah mengalami kecemasan dan hilangnya harapan seperti yang kualami saat ini. Hampir serupa, Schopenshauer menulis:Pada dasarnya prinsip kehidupan ini adalah siksaan dan penderitaan. Sedangkan kelezatan adalah hilangnya penderitaan, bukan sesuatu positif, melainkan sesuatu yang negative. Demikian pula Karl Marx yang dijuluki Nabi Kaum Proletar itu dalam bukunya Das Kapital mengatakan: Agamaagama tua seperti Kristen misalnya, mengajarkan supaya kita menerima dengan pasif
7

nasib kita dalam kehidupan, memuji penyerahan, kelembutaan, dan kerendahan hati. Karena itu ia bekerja seperti candu bagi rakyat. Tidak aneh bila salah seorang pengeritiknya mengatakan: seorang yahudi yang diilhami oleh iblis, yang meramukan kehancuran peradaban. Pengeritik lainnya dengan getir mengatakan : Atas nama kemajuan manusia, mungkin sekali Marx lebih banyak mengakibatkan kematian, kejatuhan, dan keputusan dari siapa pun yang pernah hidup di dunia ini.

2.6 Rentang Respon

Respon adaptif

Respon maladaptif

Peningkatan Diri

pertumbuhan peningkatan Berisiko

Perilaku destruktif tak langsung

Pencederaan diri Diri

Bunuh diri

Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan petahanan diri Berisiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau berisiko mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri.

Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.

Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencedaraan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.

2.7 Jenis Bunuh Diri Setidaknya ada tiga jenis bunuh diri yang bisa diidentifikasi, yakni bunuh diri anomik, altruistik, dan egoistik. Bunuh diri yang diakibatkan factor stress dan juga akibat tekanan ekonomi, termasuk dalam jenis anomik. Bunuh diri altruisti berkaitan dengan kehormatan seseorang. Harakiri yang sudah membudaya di jepang merupakan bentuk bunuh diri altruistik. Seorang pejabat tinggi di Negeri Sakura, misalnya, akan memilih bunuh diri ketika gagal melaksanakan tugasnya. Bunuh diri tipe egoistik biasanya diakibatkan faktor dalam diri seseorang. Putus cinta atau putus harapan kerap membuat seseorang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Jenis egoistik ini kecenderungannya semakin meningkat, walaupun termasuk jenis yang mudah diprediksi (predictable). Perkiraan tersebut bisa di kenali dari cirri kepribadian serta respon seseorang terhadap kegagalan. Orang ini umumnya suka meminta perhatian untuk eksistensi dirinya dan sangat tergantung pada orang lain.

2.8

Beberapa Cara yang Sering Digunakan untuk Bunuh diri Berikut merukpakan beberapa cara yang sering digunakan dalam upaya

mengakhiri hidup/bunuh diri:


1. Bunuh diri dengan minum racun 2. Lompat dari ketinggian (bisa dari lantai 13, puncak gedung, thower, atau tebing-tebing tinggi) 3. Gantung diri 4. Memotong urat nadi dengan silet 5. Bunuh diri ala koboy 6. Membakar diri 7. Tidur di atas rel kereta api

2.9

Asuhan keperawatan Klien dengan Perilaku Mencederai Diri 8%-10% klien dengan diagnosis Gangguan kepribadian ambang melakukan usaha

bunuh diri, dan lebih banyak lagi menderita kerusakan permanen akibat mencederai diri sendiri. Gangguan ini ditandai dengan pola pervasive ketidak stabilan hububngan interpersonal, citra diri, afek dan impulsivitas yang nyata. Sekitar 2%-3% populasi umum mengalami gangguan kepribadian ambang. Gangguan ini terjadi tiga kali lebih sering pada wanita daripada pria.

2.9.1

Gejala:

1. Takut ditinggalkan, nyata atau persepsi 2. Hubungan tidak stabil dan intens 3. Citra diri tidak stabil 4. Impulsive atau ceroboh 5. Perilaku mencederai diri yang berulang, atau gesture atau ancaman bunuh diri 6. Perasaan hampa dan bosan yang kronis 7. Mood labil 8. Iritabilitas 9. Pikiran yang berlawanan tentang diri sendiri dan orang lain (perpecahan) 10. Gangguan penilaian 11. Kurang daya tilik
12. Gejala psikotik sementara seperti halusinasi yang mendorong untuk mencederai diri

sendiri

2.9.2 1. Riwayat

Pengkajian

Biasanya upaya awal untuk mencapai kemandirian dalam perkembangan dilakukan dengan merespon berbagai hukuman yang pernah diberikan orang tua atau ancaman tidak mendapat dukungan dan penganiayaan fisik/seksual oleh orang tua. Klien cenderung menggunakan objek transisi secara luas dalam hal ini bias terus berlanjut sampai klien
10

dewasa. Objek transisi sering kali adalah benda favorit pada masa kanak-kanak, saat klien merasa aman seperti bantal, selimut atau boneka. 2. Penampilan umum dan perilaku motorik Klien yang terlihat di ruang kedaruratan yang mengancam akan bunuh diri atau membahayakan diri mungkin terlihat tidak sangat terkendali, sedangkan kliken yang terlihat di klinik rawat jalan mungkin tampak lebih tenang dan rasional. 3. Mood dan afek Mood pervasive klien adalah disforia, yang mencakup ketidakbahagiaan, kegelisahan dan malaise. Klien sering merasa kesepian, bosan dan frustasi yang intens, serta merasa hampa. Klien jarang mengalami periode kepuasan atau kesejahteraan. Walaupun ada afek depresi yang pervasive, afek klien tidak stabil dan berubah-ubah. Klien mungkin menjadi cepat mara, bahkan bermusuhan bahkan kejam, dan mengeluhkan adanya ansietas panic. Emosi yang intens seperti marah dan amuk dialami, tetapi jarang diekspresikan dengan cara yang adaptif. Klien biasanya hipersensitif terhadap emosi orang lain, yang dapat dengan mudah memicu reaksi emosional pada klien. Perubahan kecil dapat dapat mencetuskan krisis emosional yang berat. 4. Isi dan Proses Berfikir Pikiran klien tentang dirinya dan orang lain sering bertentangan dan ekstrem, kadang mengarah pada perpecahan. Orang lain dikagumi dan diidolakan, bahkan setelah perkenalan yang sangat singkat, kemudian dihina dengan cepat jika mereka tidak memenuhi harapan klien dalam beberapa hal. Klien mungkin mengalami episode dososiasi (periode kesadaran penuh ketika seseorang tidak menyadari tindakannya). Perilaku mencederai diri sering kali terjadi selama episode disosiasi ini walaupun di lain waktu klien mungkin menyadari penuh perilaku mencederai dirinya sendiri. Dalam keadaan sangat stres, klien mungkin mengalami gejala psikotik sementara, seperti waham atau halusinasi. 5. Sensorium dan Proses Intelektual. klien Kapasitas intelektual klien utuh, dank klien terorientasi penuh terhadap realitas. Pengecualiannya adalah pada saat terjadi gejala psikotik sementara, halusinasi pendengaran
11

yang mendorong untuk mencederai diri sering terjadi. Banyak juga melaporkan adanya episode kilas balik trauma dan penganiayaan sebelumnya. 6. Penilaian dan Daya Tilik Klien sering melaporkan perilaku yang sesuai dengan gangguan penilaian dan kurangnya kepedulia serta perhatian terhadap keamanan. Klien menerima kesuliata dalam menerima tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan di luar hubungan. Masalah dan kegagalan hidup dianggap sebagai kesalahan orang lain. Karena orang lain selalu disalahkan, daya tilik klien terbatas. 7. Konsep Diri Klien mempunyai pandangan yang tidak stabil terhadap dirinya sendiri yang bergantiganti secara dramatis dan tiba-tiba. Klien mungkin tampak sangat membutuhkan dan bergantung pada satu saat, dan marah, bermusuhan, serta menolak pada saat berikutnya. Klien memandang dirinya sendiri sebagai pembawa sifat buruk atau jahat dan sering melaporkan perasaan seolah-olah dirinya benar-benar tidak ada. 8. Peran dan Hubungan Klien membenci keadaan sendirian, tetapi perilaku mereka yang aneh, labil dan kadang membahayakan sering mengisolasi mereka dari orang lain. Klien sangat takut ditinggalkan dan sulit mempercayai bahwa hubungan masih tetap ada setelah seeorang meninggalkan mereka. Klien terlibat dalam banyak tipe perilaku yang nekat, bahkan usaha bunuh diri, untuk mendapatkan atau mempertahankan hubungan. 9. Pertimbangan Fisiologis dan Perawatan Diri Selain perilaku bunuh diri dan mencelakai diri, klien juga dapat terlibat dalam bingeing (makan berlebihan) dan purging (muntah yang ditimbulkan sendiri), penyalahgunaan alcohol dan obat-obatan lain, sex yang tidak menggunakan pelindung, atau perilaku ceroboh, seperti mengemudi saat intoksikasi. Klien biasanya sulit untuk tidur.

2.9.3

Analisis Data

Diagnosis terapi untuk klien yang mengalami gangguan kepribadian ambang mencakup: 1. Risiko bunuh diri
12

2. Risiko perilaku mencederai diri 3. Ketidakefektifan koping individu 4. Isiloasi sosial

2.9.4

Identifikasi Hasil

1. Klien akan aman dan bebas dari cidera yang signifikan 2. Klien tidak akan mencelakai orang ain atau merusak barang-barang 3. Klien akan menunjukkan peningkatan kendali perilaku impulsive 4. Klien akan mengambil langkah yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri 5. Klien akan mengidentifikasi cara-cara yang dapat diterima untuk memenuhi kebutuhan ketergantungannya 6. Klie akan menyatakan kepuasan yang lebih besar atas hubungan.

2.9.4

Intervensi

1. Meningkatkan keamanan klien a. Kontrak tidak membahayakan diri b. Ekspresi perasaandan emosi yang aman 2. Membantu klien menghadapi dan mengendalikan emosi a. Mengidentifikasi perasaan b. Mengisi buku harian c. Mengurangi respon d. Mengurangi impulsivitas e. Menunda kepuasan 3. Mengajarkan manajemen diri melalui restrukturisasi kognitif a. Dekatastrofe sitiuasi b. Henti fikir c. Berbicara positif dengan diri sendiri 4. Teknik asertif, seperti pertanyaan saya 5. Mengajarkan penyusunan waktu
13

a. Membuat jadwal aktivitas yang tertulis b. Membuat daftar aktivitas menyendiri untuk menghilangkan kebosanan 6. Mengajarkan keterampilan sosial a. Mempertahankan batasan personal b. Harapan realitas dari hubungan 7. Mengajarkan keterampilan komunikasi yang efektif 8. Hubungan terapetik a. Penetapan batasan b. Konfrontasi 9. Pengunaan distraksi, seperti berjalan-jalan atau menengarkan musik

14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja yang tahu akan akibatnya yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu singkat

(maramis,1998: 431). Suicide adalah ilmu yang mempelajari latar belakang, jenis, teknik bunuh diri dan upaya pencegahannya secara ilmiah dan manusiawi. Menurut kriminolog/ antropolog dari FISIP UI, Ronny Nitibaskara , penyebab cara mengakhiri hidup itu dapat diklasifikasi menjadi 4 dasar yang dikombinasikan menjadi NASH (Natural Accident Suicide and Homicide). Homicide atau pembunuhan, termasuk dalam disiplin Ilmu Kriminologi. perilaku mencederai diri yang berulang merupakan permintaan tolong, ekspresi kemarahan, atau ketidak berdayaan yang intens, atau suatu bentuk hukuman diri. Hal ini juga merupakan suatu cara untuk mencegah derita emosional dengan menimbulkan derita fsik.P3: menangani klien yang mengalami gangguan kepribadian ambang dapat membuat frustasi karena mood klien sangat labil, perilaku klien tidak dapat diprediksikan, dan perilaku yang bermacam-macam dapat membuat seolah-olah staf Nampak selalu kembali kelangkah awal pertama dengan klien.

Klien dengan prilaku mencederai diri sering kali terlibat dalam psikotrapi jangka panjang. Perawat adalah orang yang paling sering melakukan kontak dengan klien ini pada saat kirsis, ketika klien menunjukkan perilaku mencederai diri atau gejala psikotik sementara. Hospitalisasi yang singkat sering kali dilakukan untuk menangani kesulitankesulitan terbesar dan menstabilkan kondisi klien.

15

3.2

Saran

Makalah ini jauh dari kesempurnaan dan tak luput dari kekhilafan, dan mudah-mudahan harapan penulis, umumnya para pembaca dapat memberi inspirasi-inspirasi, ide, pengetahuan dan wawasan yang lebih membangun bagi kesempurnaan makalah ini.

16

Anda mungkin juga menyukai