Anda di halaman 1dari 10

Mengatasi Anak Malas Belajar Anak Malas belajar sudah menjadi salah satu keluhan umum para orang

tua. Kasus y ang biasa terjadi adalah anak lebih suka bermain dari pada belajar. Anak usia se kolah tentunya perlu untuk belajar, antara lain berupa mengulang kembali pelaja ran yang sudah diberikan di sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah (pr) ataupun m empelajari hal-hal lain di luar pelajaran sekolah. Malas malas dijabarkan sebagai tidak mau berbuat sesuatu, segan, tak suka, tak bernafs u. Malas belajar berarti tidak mau, enggan, tak suka, tak bernafsu untuk belajar (Muhammad Ali, Kamus Bahasa Indonesia) Jika anak-anak tidak suka belajar dan lebih suka bermain, itu berarti belajar di anggap sebagai kegiatan yang tidak menarik buat mereka, dan mungkin tanpa mereka sadari juga dianggap sebagai kegiatan yang tidak ada gunanya/untungnya karena b agi ana-anak tidak secara langsung dapat menikmati hasil belajar. Berbeda dengan kegiatan bermain, jelas-jelas kegiatan bermain menarik buat anak-anak, dan keun tungannya dapat mereka rasakan secara langsung (perasaan senang yang dialami ket ika bermain adalah suatu keuntungan). Sebab 1. Faktor intinsik (dalam diri anak sendiri) a. Kurangnya waktu yang tersedia untuk bermain b. Kelelahan dalam beraktivitas (misal terlalu banyak bermain/membantu orang tua ) c. Sedang sakit d. Sedang sedih (bertengkar dengan teman sekolah, kehilangan barang kesayangan d ll) e. IQ/EQ anak 2. Faktor ekstrinsik a. Sikap orang tua yang tidak memperhatikan anak dalam belajar atau sebaliknya ( terlalu berlebihan memperhatikan) Banyak orangtua yang menuntut anak belajar hanya demi angka (nilai) dan bukan at as dasar kesadaran dan tanggung jawab anak selaku pelajar. Memaksakan anak untuk les ini itu. dsb. b. sedang punya masalah di rumah (misalnya suasana di rumah sedang "kacau" karen a ada adik baru). c. Bermasalah di sekolah (tidak suka/phobia sekolah, sehingga apapun yang berhub ungan dengan sekolah jadi enggan untuk dikerjakan). Termasuk dalam hal ini adalah guru dan teman sekolah. d. Tidak mempunyai sarana yang menunjang blajar (misal tidak tersedianya ruang b elajar khusus, meja belajar, buku penunjang , dan penerangan yang bagus.alat tul is, buku dll) e. suasana rumah misalnya rumah penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan ataupun kon disi udara yang pengap. Selain itu tersedianya fasilitas permainan yang berlebih an di rumah juga dapat mengganggu minat belajar anak. Mulai dari radio tape yang menggunakan kaset, CD, VCD, atau komputer yang diprogram untuk sebuah permainan (games), seperti Game Boy, Game Watch maupun Play Stations. Mengatasi Malas Belajar Anak

Mencari sebab musababnya anak menjadi malas adalah langkah pertama. Saran berik utnya antara lain sbb: 1. Menanamkan pengertian yang benar tentang seluk beluk belajar pada anak sejak dini. Terangkan dengan bahasa yang dimengerti anak. menumbuhkan inisiatif belajar mand iri pada anak, menanamkan kesadaran serta tanggung jawab selaku pelajar pada ana k merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang. 2. Berikan contoh "belajar" pada anak. Anak cenderung meniru perilaku orangtua. Ketika menyuruh dan mengawasi anak bela jar, orangtua juga perlu untuk terlihat belajar (misalnya membaca buku-buku). S esekali ayah-ibu perlu berdiskusi satu sama lain, mengenai topik-topik serius (s uasana seperti anak sedang kerja kelompok dan diskusi dengan teman-teman, jadi a nak melihat kalau orangtuanya juga belajar). 2. Berikan insentif jika anak belajar. Insentif yang dapat diberikan ke anak tid ak selalu harus berupa materi, tapi bisa juga berupa penghargaan dan perhatian. Pujilah anak saat ia mau belajar tanpa mesti disuruh 3. Sering mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang diajarkan di sekolah pada a nak (bukan dalam keadaan mengetes anak, tapi misalnya sembari mengisi tts atau i kut menjawab kuis ). Jika anak bisa menjawab, puji dia dengan menyebut kepintara nnya sebagai hasil belajar. Kalau anak tidak bisa, tunjukkan rasa kecewa dan men gatakan "Yah Ade nggak bisa jawab, nggak bisa bantu Mama deh. Ade, di buku pelaj arannya ada nggak sih jawabannya? Kita lihat yuk sama-sama". Dengan cara ini, an ak sekaligus akan merasa dipercaya dan dihargai oleh orangtua, karena orangtua m au meminta bantuannya. 4. mengajarkan kepada anak pelajaran-pelajaran dengan metode tertentu yang sesua i dengan kemampuan anak.Misalnya active learning atau learning by doing, atau le arning through playing, sehingga anak merasakan bahwa belajar adalah sesuatu yan g menyenangkan. 5. Komunikasi Hendaklah ortu membuka diri , berkomunikasi dengan anaknya guna memperoleh secar a langsung informasi yang tepat mengenai dirinya. Carilah situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia malas belaja r. Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur, ber jalan-jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka permasalahan dirinya. 6. Menciptakan disiplin. jadikan belajar sebagai rutinitas yang pasti. 7. Menegakkan kedisiplinan. Setelah point 6, Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai men inggalkan rutinitas yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubi t, atau memukul). gunakanlah konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak. 8. Pilih waktu belajar terbaik untuk anak, ketika anak merasa segar. Mungkin se habis mandi sore. Anak juga bisa diajak bersama-sama menentukan kapan waktu bela jarnya. 9. Kenali pola kemampuan dan perkembangan anak kemudian susunlah suatu jadwal b elajar yang sesuai. dalam hal ini IQ, EQ, kemampuan konsentrasi ,daya serap dll.

10. Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman Setidaknya orangtua memenuhi kebutuhan sarana belajar, memberikan perhatian deng an cara mengarahkan dan mendampingi anak saat belajar. Sebagai selingan orangtua dapat pula memberikan permainan-permainan yang mendidik agar suasana belajar ti dak tegang dan tetap menarik perhatian. 11. Menghibur dan memberikan solusi yang baik dan bijaksana pada anak. Dalam hal ini jika anak sakit/sedih. Beberapa hal yang tidak kalah pentingnya dalam menyikapi anak yang sedang diland a malas belajat adalah 1. Orangtua harus menyadari sisi positif sang anak. Galilah sisi positif anak agar anak menyadari dirinya sendiri untuk mengatasi ma salahnya,. Pernah nggak sih kamu menghadapi PR yang sangat sulit, tapi akhirnya bisa mengat asinya? Ajak anak untuk mengingat ingat, dan kemudian bercerita. Begitu anak mengingat m omen itu, gali lebih jauh. PR apa itu, apa saja kesulitannya, bagaimana dia meng atasinya, dan seterusnya. Anak akhirnya tersadar bahwa dia bisa mengatasi kesulitan-kesulitannya itu, kare na dia memiliki sisi positif tertentu. Sisi itu bergantung dari sang anak. Bisa saja karena kesabaran, keuletan, usaha dia untuk bertanya kepada teman, dan seba gainya. Perkuat keyakinan anak, atau sadarkan anak. Misalnya dengan mengatakan: Nah, kam u pernah mengalami hal yang seperti ini, dan berarti kamu bisa mengatasinya 2. Gunakan imajinasi anak Orangtua membantu anak membayangkan, apa yang dia inginkan untuk masa depannya. Baik dalam waktu panjang atau pendek. Pancing anak untuk membayangkan sesuatu yang menyenangkan jika dia berhasil meng erjakan PR-nya dengan baik., kira-kira apa ya komentar dari guru? Minta dia meng gambarkan imajinasinya dengan jelas, apa jadinya jika PR-nya bagus. Mulai dari b agaimana senyum sang guru, komentarnya, dan sebagainya. 3. Mengarahkan anak untu berteman dan "hidup" dalam lingkungan yang baik dan men dukung. 4. Tidak terfokus bahwa belajar hanya berkutat pada buku non fiksi. Gunakan sega la hal yang baik yang mampu membuat anak "belajar"tentang segala sesuatu, termas uk permainannya karena dunia bermain adalah dunia anak-anak Pilih dan arahkan pe rmainannya sehingga anak bisa berkembang. 5. Memberikan bekal nilai-nilai religius pada anak Inilah faktor yang sangat penting ,disamping doa orang tua akan anak-anaknya. Ap alagi di jaman yang berkembang dengan pesatnya. Tak mungkin orang tua memberikan pengawasan secara kasat mata terus menerus.Juga kemajuan teknologi. Satu hal ya ng menjadi jawabnya adalah: beragama dengan baik dan benar. Semoga artikel ini dapat membantu orang tua dalam mengatasi anknya yang malas be lajar.

Walloohu A`lam sumber http://www.e-psikologi.com/anak/060502.htm http://www.keluargabahagia.com/artikel.php?act=detail&id=13 keajaibankecil.wordpress.com SEBAB MALAS BELAJAR Berbagai upaya sudah dilakukan agar anak semangat belajar. Tapi, hasilnya justru sebaliknya. Seringkali penyebabnya muncul dari orangtua. Memahami anak sebagai individu yang sedang menjalani tahapan-tahapan dalam masa pertumbuhannya, diperlukan kesabaran ekstra. Demikian pula ketika mendapati anak yang telah memasuki usia sekolah begitu malas belajar. Mengandalkan guru untuk menyelesaikan masalah? Tentu tak bisa begitu. Apalagi bila kita menyadari bahwa anak sesungguhnya memulai pendidikannya dari r umah. Sehingga, peran orangtua untuk membantu secara langsung kesulitan yang dia lami anak merupakan hal yang sangat penting. Mencari penyebabnya adalah langkah awal untuk menerapkan solusi yang tepat. Robert D. Carpenter MD adalah seorang peneliti yang pernah mengadakan pengamatan terhadap perkembangan belajar murid sekolah dasar di California, Amerika Serika t. Dalam pengamatannya ditemukan adanya penyebab mengapa anak-anak kerap mengala mi masalah dalam belajar yang cenderung membuat mereka jadi malas. Berikut ini e mpat penyebab yang kerap terjadi dan menyebabkan anak malas belajar. 1. Komunikasi tidak efektif Ingat, target kita berkomunikasi adalah memastikan bahwa pesan yang ingin kita sam paikan kepada penerima pesan (anak) diterima dengan benar. Tentu orangtua ingin agar anak mengerti, menyukai dan melakukan apa-apa yang dipikirkan orangtua. Kom unikasi yang efektif juga bisa mengungkapkan kehangatan dan kasih sayang orangtu a, misalnya, Ayah bangga sekali, kamu sudah berusaha keras belajar di semester in i. Coba ingat-ingat bagaimana pola komunikasi yang kita bangun selama ini. Sudahkah anak-anak menangkap pesan yang kita sampaikan sesuai dengan yang kita maksud? Seringkali orangtua lupa menyampaikan isi dari pesannya, tapi lebih banyak merembe t pada hal-hal yang sebenarnya di luar maksud utamanya. Misal, nilai ulangan har ian anak di bawah rata-rata teman sekelasnya. Tanpa bertanya terlebih dulu kepad a anak kenapa nilainya jelek, Ibu langsung komentar, Itulah akibatnya kalau kamu nggak nurut Ibu. Main melulu sih. Ibu tuh dulu waktu sekolah nggak pernah dapat nilai 6. Kamu kok nilainya jelek begini. Gimana sih? Apa inti pesan yang disampai kan Ibu? Anak salah karena nilainya jelek dan semakin salah karena Ibu selalu me mbandingkan anak dengan keadaan Ibunya sewaktu sekolah. Akibatnya, anak akan ber pendapat, Ah, nggak ada gunanya bilang ke Ibu kalau nilai jelek. Nanti pasti dima rahin. Padahal, mengetahui nilai anak yang di bawah rata-rata buat orangtua sangat pent ing untuk mengevaluasi penyebabnya. Wah, nilai anak saya untuk mata pelajaran mat ematika kenapa selalu jelek ya? Apa yang perlu dibantu? Sederet pertanyaan itu bi sa terjawab bila kita berkomunikasi secara efektif, bukan menyalah-nyalahkan ana k. Bila penyebab bisa segera diketahui, maka orangtua bisa mencari solusinya dan melakukan perbaikan. Komunikasi yang tidak efektif yang berjalan selama bertahun-tahun, pastinya akan

berdampak negatif pada pembentukan karakter anak. Padahal, salah satu fungsi ko munikasi adalah untuk mengenal diri sendiri dan orang lain. Bisa dipastikan pola seperti itu akan membuat anak bingung dalam mengenali dirinya sendiri dan orang tuanya. Apa sih sebenarnya maunya Ayah/Ibu? Kebingungan ini mengakibatkan dalam di ri anak tidak tumbuh motivasi kuat untuk berprestasi, toh mereka tak tahu apa gu nanya mereka belajar. 2. Tak terbantahkan Pokoknya kamu harus ranking satu. Dulu, ayah sekolah jalan kaki, tapi selalu rank ing satu. Kenapa kamu nggak bisa? Menekankan dengan kalimat, pokoknya , seharusnya , da n kata sejenis lainnya menunjukkan tidak adanya celah untuk pilihan lain. Orangtua yang tak terbantahkan membuat anak sulit mengemukakan pendapatnya. Bahk an, sulit mengetahui potensi dirinya sendiri, apalagi mengoptimalkan potensinya. Kecenderungan tak terbantahkan ini kalau berlanjut terus bisa menjurus pada upa ya memaksakan kehendak orangtua pada anak. Misalnya, Nanti kamu harus jadi dokter . Kalaupun akhirnya anak mengikuti kehendak orangtuanya kuliah di fakultas kedokt eran, ia akan menjalaninya dengan setengah hati. Bisa jadi, hanya setahun dijala ni, selanjutnya keluar karena bertentangan dengan keinginannya. Tentu kita tak i ngin ini terjadi bukan? 3. Target tidak pas Target yang tidak pas, bisa terlalu rendah atau terlalu tinggi dari kemampuannya . Jangan sampai memaksakan begitu banyak kegiatan pada seorang anak sehingga mer eka jadi jenuh dan terlalu lelah. Akibat overaktivitas, banyak anak yang kemudia n mulai meninggalkan belajar sebagai kegiatan yang seharusnya paling utama. Di sinilah peranan orangtua sangat penting, jangan sampai terlalu memaksa anak d engan harapan agar mereka dapat menuai prestasi sebanyak-banyaknya. Mereka didaf tarkan pada berbagai macam kursus atau les privat tanpa mengetahui bahwa batas I Q seorang anak tidak memungkinkannya menerima berbagai macam kegiatan yang disod orkan oleh orangtua. Namun, sebaliknya bagi anak yang memiliki IQ tinggi, juga perlu penanganan khusu s, karena mereka tidak cukup dengan target regular untuk anak lainnya. Mereka me mbutuhkan tantangan lebih supaya potensinya teroptimalkan. Untuk mengetahui pote nsi ini, orangtua perlu bantuan psikolog. 4. Aturan dan hukuman yang tidak mendidik Terlalu ketat dalam rutinitas harian bisa menyebabkan akhirnya anak malas belaja r. Namun, sebaliknya tanpa membuat rutinitas harian anak tidak terbiasa memiliki jadwal belajar yang harus dipatuhinya. Jalan tengahnya, rutinitas tidak bisa di tetapkan secara sepihak oleh orangtua, namun dibangun bersama-sama. Membuat aturan juga harus diikuti dengan konsekuensi. Jadi, anak dapat mengerti apa hubungannya antara kepatuhan menjalani aturan dengan konsekuensinya, bukan s ekadar hukuman yang tidak mendidik, seperti hukuman cubitan bila dapat nilai jel ek Bagi anak usia SD ke atas, orangtua perlu mendiskusikannya dengan anak. Aturan t ersebut ditandatangani dan dipasang di dekat meja belajar. Misal, 1) Belajar seh abis shalat Maghrib sampai Isya; 2) Boleh nonton Avatar pada minggu pagi; 3) Mai n PS paling lama 2 jam di hari libur; 4) dan seterusnya. Jangan bosan juga untuk meng-up date kesepakatan dan mengingatkan kalau ada yang melanggar. Ingatkan juga akan konsekwensinya, misalnya Belajar yuk! Kemarin kita sepakat kan kalau nggak belajar, gimana hayo?

Biarkan anak menjawab konsekwensinya. Jika aturan itu sudah dibuat bersama, past i anak ingat akan konsekwensinya. Harapannya, kesadaran untuk belajar akan tumbu h dari dalam diri anak, bukan dipaksakan orangtua. Tidak ada lagi hukuman yang t idak mendidik, karena hukuman akan membuat anak berpikir Ugh, belajar sangat tida k menyenangkan! Mewaspadai empat hal tersebut penting untuk mencegah kemalasan anak semakin para h. Yuk, bantu anak-anak kita agar rajin dan senang belajar. (Sarah Handayani/ummi online) 10. Tips Mengatasi Anak Yang Malas Belajar Beberap hari lalu saya sempat berdiskusi dengan teman sekos saya, mulanya beliau bercerita tentang adik laki-lakinya yang malas untuk belajar padahal sebentar l agi dia akan menghadapi ujian akhir kelulusan SD. Sebuat saja namanya Ardi , Ardi i ni termasuk anak yang belum bisa belajar dengan baik atau masih malas-malasan, k alaupun dia belajar itu hanya untuk menghindari omelan kakak dan ibunyan yang se lalu menyuruhnya untuk belajar, dan bisa ditebak selama dia di ruang belajar yan g dilakukan pun hanya pura-pura belajar atau belajar asal-asalan, sekolah pun ha nya sekedar sebagai rutinitas seharian yang hanya berlalu begitu saja, sekedar m enuruti perintah orang tua. Apa yang terjadi pada Ardi sebenarnya juga banyak dialami anak-anak usia sekolah di masyarakat kita. Tak terhitung lagi berapa banyak orang tua yang mengeluh da n kecewa dengan nilai anaknya yang jeblok (jelek) karena anaknya malas belajar, dan sebaliknya tidak jarang juga kita menemukan anak yang ngambek atau menagis g ara-gara selalu disuruh belajar. Ada orang tau yang memarahi anaknya, mengancam si anak untuk tidak akan membelikan ini dan itu kalau si anak tidak belajar, mem banding-bandingkan anaknya dengan anak lain, atau bahkan ada orang tua yang meng unakan cara kekerasan (menjewer, menyentil, mencubit, atau memukul). Jelas semua ini akan sangat berpengaruh pada fisik maupun psikis siswa. Lalu sebenarnya bagaimanakah cara untuk mengatasi anak yang malas belajar? Masih perlukan kita dengarkan keluhan-keluahn orang tua tentang anaknya yang malas be lajar? Haruskah anak itu ngambek atau menagis gara-gara dimarahin orang tuanya d an disuruh-suruh untuk belajar? Untuk mengatasi permasalahan tersebut ada baiknya kalau terlebih dahulu kita men cari penyebab dari prikalu malas belajar, kemudian baru mencari solusi guna meng atasinya. Betul Bu/Pak .? :D Malas belajar pada anak secara psikologis merupakan wujud dari melemahnya kondis i mental, intelektual, fisik, dan psikis anak. Malas belajar timbul dari beberap a faktor, untuk lebih mudahnya terbagi menjadi dua faktor besar, yaitu: 1) fakto r intrinsik ( dari dalam diri anak), dan 2) Faktor ekstrinsik (faktor dari luar anak). 1. Dari Dalam Diri Anak (Intrinsik) Rasa malas untuk belajar yang timbul dari dalam diri anak dapat disebabkan karen a kurang atau tidak adanya motivasi diri. Motivasi ini kemungkinan belum tumbuh dikarenakan anak belum mengetahui manfaat dari belajar atau belum ada sesuatu ya ng ingin dicapainya. Selain itu kelelahan dalam beraktivitas dapat berakibat men urunnya kekuatan fisik dan melemahnya kondisi psikis. Sebagai contoh, terlalu la ma bermain, terlalu banyak mengikuti les ini dan les itu, terlalu banyak mengiku ti ekstrakulikuler ini dan itu, atau membantu pekerjaan orangtua di rumah, merup akan faktor penyebab menurunnya kekuatan fisik pada anak. Contoh lainnya, terlal u lama menangis, marah-marah (ngambek) juga akan berpengaruh pada kondisi psikol ogis anak. 2. Dari Luar Anak (Ekstrinsik) Faktor dari luar anak yang tidak kalah besar pengaruhnya terhadap kondisi anak u

ntuk menjadi malas belajar. Hal ini terjadi karena: a. Sikap Orang Tua Sikap orang tua yang tidak memberikan perhatian dalam belajar atau sebaliknya te rlalu berlebihan perhatiannya, bisa menyebabkan anak malas belajar. Tidak cukup di situ, banyak orang tua di masyarakat kita yang menuntut anak untuk belajar ha nya demi angka (nilai) dan bukan mengajarkan kepada anak akan kesadaran dan tang gung jawab anak untuk belajar selaku pelajar. Akibat dari tuntutan tersebut tida k sedikit anak yang stress dan sering marah-marah (ngambek) sehingga nilai yang berhasil ia peroleh kurang memuaskan. Parahnya lagi, tidak jarang orang tua yang marah-marah dan mencela anaknya bilamana anak mendapat nilai yang kuang memuask an. Menurut para pakar psikologi, sebenarnya anak usia Sekolah Dasar janga terla lu diorentasikan pada nilai (hasil belajar), tetapi bagaimana membiasakan diri u ntuk belajar, berlatih tanggung jawab, dan berlatih dalam suatu aturan. b. Sikap Guru Guru selaku tokoh teladan atau figur yang sering berinteraksi dengan anak dan di banggakan oleh mereka, tapi tidak jarang sikap guru di sekolah juga menjadi obje k keluhan siswanya. Ada banyak macam penyebabnya, mulai dari ketidaksiapan guru dalam mengajar, tidak menguasai bidang pelajaran yang akan diajarkan, atau karen a terlalu banyak memberikan tugas-tugas dan pekerjaan rumah. Selain itu, sikap s ering terlambat masuk kelas di saat mengajar, bercanda dengan siswa-siswa terten tu saja atau membawa masalah rumah tangga ke sekolah, membuat suasana belajar se makin tidak nyaman, tegang dan menakutkan bagi siswa tertentu. c. Sikap Teman Ketikan seorang anak berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah, tentunya sec ara langsung anak bisa memperhatikan satu sama lainnya, sikap, perlengkapan seko lah, pakaian dan asesoris-asesoris lainnya. Tapi sayangnya tidak semua teman di sekolah memiliki sikap atau perilaku yang baik dengan teman-teman lainnya. Seora ng teman yang berlebihan dalam perlengkapan busana sekolah atau perlengkapan bel ajar, seperti sepatu yang bermerk yang tidak terjangkau oleh teman-teman lainnya , termasuk tas sekolah dan alat tulis atau sepeda dan mainan lainnya, secara tid ak langsung dapat membuat iri teman-teman yang kurang mampu. Pada akhirnya ada a nak yang menuntut kepada orang tuanya untuk minta dibelikan perlengkapan sekolah yang serupa dengan temannya. Bilamana tidak dituruti maka dengan cara malas bel ajarlah sebagai upaya untuk dikabulkan permohonannya. d. Suasana Belajar di Rumah Bukan suatu jaminan rumah mewah dan megah membuat anak menjadi rajin belajar, ti dak pula rumah yang sangat sederhana menjadi faktor mutlak anak malas belajar. R umah yang tidak dapat menciptakan suasana belajar yang baik adalah rumah yang se lalu penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan ataupun kondisi udara yang pengap. Selain itu tersedianya fasilitas-fasilitas permainan yang berlebih an di rumah juga dapat mengganggu minat belajar anak. Mulai dari radio tape yang menggunakan kaset, CD, VCD, atau komputer yang diprogram untuk sebuah permainan (games), seperti Game Boy, Game Watch maupun Play Stations. Kondisi seperti ini berpotensi besar untuk tidak terciptanya suasana belajar yang baik. e. Sarana Belajar Sarana belajar merupakan media mutlak yang dapat mendukung minat belajar, kekura ngan ataupun ketiadaan sarana untuk belajar secara langsung telah menciptakan ko ndisi anak untuk malas belajar. Kendala belajar biasanya muncul karena tidak ter sedianya ruang belajar khusus, meja belajar, buku-buku penunjang (pustaka mini), dan penerangan yang bagus. Selain itu, tidak tersediannya buku-buku pelajaran, buku tulis, dan alat-alat tulis lainnya, merupakan bagian lain yang cenderung me njadi hambatan otomatis anak akan kehilangan minat belajar yang optimal. Enam langkan untuk mengatasi mals belajar pada anak dan membantu orangtua dalam membimbing dan mendampingi anak yang bermasalah dalam belajar antara lain:

1. Mencari Informasi Orangtua sebaiknya bertanya langsung kepada anak guna memperoleh informasi yang tepat mengenai dirinya. Carilah situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat berko munikasi secara terbuka dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia malas belajar. Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat me mbantu ibu di dapur, berjalan-jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka permasalahan dirinya. 2. Membuat Kesepakatan bersama antara orang tua dan anak. Kesepakatan dibuat untuk menciptakan keadaan dan tanggung jawab serta memotivasi anak dalam belajar bukan memaksakan kehendak orang tua. Kesepakatan dibuat mula i dari bangun tidur hingga waktu hendak tidur, baik dalam hal rutinitas jam bela jar, lama waktu belajar, jam belajar bilamana ada PR atau tidak, jam belajar di waktu libur sekolah, bagaimana bila hasil belajar baik atau buruk, hadiah atau s anksi apa yang harus diterima dan sebagainya. Kalaupun ada sanksi yang harus dib uat atau disepakati, biarlah anak yang menentukannya sebagai bukti tanggungjawab nya terhadap sesuatu yang akan disepakati bersama. 3. Menciptakan Disiplin. Bukanlah suatu hal yang mudah untuk menciptakan kedisiplinan kepada anak jika ti dak dimulai dari orang tua. Orang tua yang sudah terbiasa menampilkan kedisiplin an dalam kehidupan sehari-hari akan dengan mudah diikuti oleh anaknya. Orang tua dapat menciptakan disiplin dalam belajar yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Latihan kedisiplinan bisa dimulai dari menyiapkan peralatan b elajar, buku-buku pelajaran, mengingatkan tugas-tugas sekolah, menanyakan bahan pelajaran yang telah dipelajari, ataupun menanyakan kesulitan-kesulitan yang dih adapi dalam suatu pelajaran tertentu, terlepas dari ada atau tidaknya tugas seko lah. 4. Menegakkan Kedisiplinan. Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai meninggalkan kesepak atan-kesepakatan yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran seda pat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubit, a tau memukul). Untuk mengalihkannya gunakanlah konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak. Bila dapat melakukan aktivitas bersama d i dalam satu ruangan saat anak belajar, orang tua dapat sambil membaca koran, ma jalah, atau aktivitas lain yang tidak mengganggu anak dalam ruang tersebut. Deng an demikian menegakkan disiplin pada anak tidak selalu dengan suruhan atau benta kan sementara orang tua melaksanakan aktifitas lain seperti menonton televisi at au sibuk di dapur. 5. Ketegasan Sikap Ketegasan sikap dilakukan dengan cara orang tua tidak lagi memberikan toleransi kepada anak atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya secara berulang-ulang . Ketegasan sikap ini dikenakan saat anak mulai benar-benar menolak dan membanta h dengan alasan yang dibuat-buat. Bahkan dengan sengaja anak berlaku tidak jujur elakukan aktivitas-aktivitas lain secara sengaja sampai melewati jam belajar. Ke tegasan sikap yang diperlukan adalah dengan memberikan sanksi yang telah disepak ati dan siap menerima konsekuensi atas pelanggaran yang dilakukannya. 6. Menciptakan Suasana Belajar Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman merupakan tanggung jawab orangt ua. Setidaknya orang tua memenuhi kebutuhan sarana belajar, memberikan perhatian dengan cara mengarahkan dan mendampingi anak saat belajar. Sebagai selingan ora ngtua dapat pula memberikan permainan-permainan yang mendidik agar suasana belaj ar tidak tegang dan tetap menarik perhatian. Ternyata malas belajar yang dialami oleh anak banyak disebabkan oleh berbagai fa ktor. Oleh karena itu sebelum anak terlanjur mendapat nilai yang tidak memuaskan

dan membuat malu orangtua, hendaknya orang tua segera menyelidiki dan memperhat ikan minat belajar anak. Selain itu, menumbuhkan inisiatif belajar mandiri pada anak, menanamkan kesadaran serta tanggung jawab selaku pelajar pada anak merupak an hal lain yang bermanfaat jangka panjang. Jika enam langkah ini dapat diterapk an pada anak, maka sudah seharusnya tidak adalagi keluhan dari orang tua tentang anaknya yang malas belajar atau anak yang ngambek karena selalu dimarahi orang tuanya. Sumber Bacaan: http://anaprivat.blogspot.com/ www.keluargabahagia.com http://id.answers.yahoo.com/ Solusi Atasi Anak Malas Belajar ANAK tidak mau belajar atau malas untuk membaca buku pelajaran, sering jadi kelu han orangtua. Dimana anak lebih suka melihat tayangan televisi, seperti sinetron , film atau bermain dengan teman-teman sebayanya. Jika anak tidak mau belajar, mereka menganggap bahwa belajar adalah suatu kegiat an yang kurang menyenangkan dibandingkan dengan bermain atau nonton. Untuk menga tasi anak yang malas belajar adalah dengan membuat anak menganggap bahwa belajar adalah kegiatan yang menarik, menyenangkan atau membuat mereka sadar bahwa bela jar adalah suatu kebutuhan. Berikut ini adalah tips untuk mengatasi anak yang malas belajar : - Memberi sentuhan pada titik peka anak. Sebagai orangtua sekaligus sebagai pend idik bagi anak harus memiliki kesabaran untuk memulai menyentuh titik peka anak dengan memberi perhatian khusus pada hal-hal yang amat menarik perhatian anak. H al ini perlu dilakukan untuk memperoleh tanggapan dan perhatian anak. Dengan dem ikian anak tentunya akan terbuka menerima pendapat dengan perasaan senang dan ge mbira, bebas dari perasaan tertekan, takut dan terpaksa. Pada akhirnya anak akan menerima pemahaman, betapa penting dan dibutuhkan proses belajar untuk mencapai tujuan (memperoleh keperkasaan menurut daya nalarnya). Dalam hatinya pun terger ak untuk melakukan dan merencanakan kegiatan belajarnya. Hanya saja di sini dibu tuhkan kesabaran kita untuk melakukan pendekatan kepada anak. - Membangkitkan nilai plus anak. Satu pengharapan orangtua tentunya menginginkan anak itu terpacu semangatnya untuk belajar. Anak belajar atas inisiatif, kesada ran sendiri dan proses belajar itu sudah menjadi suatu kesadaran kebutuhannya un tuk mencapai suatu kecakapan khusus serta ingin menonjolkan kelebihan-kelebihann ya lebih dari yang lainnya. Untuk menyentuh perasaan atau keinginan bawah sadar anak agar dirinya merasa "te rtantang" untuk melakukan sesuatu yang positif, kita dapat mengambil contoh dari tokoh film herois dan tokoh dunia yang sukses. Kita dapat mengungkapkan, bahwa untuk menjadi orang yang sukses dibutuhkan perencanaan belajar, cara-cara belaja r yang baik, tahu apa yang hendak dipelajari dan tahu menerapkan apa yang dipela jari, sehingga tertanam pemahaman belajar yang bukan asal belajar. - Mengembangkan cita-cita anak. Kita harus berperan aktif untuk mendorong anak a gar memiliki cita-cita hidup sesuai dengan taraf perkembangan daya nalarnya dan usianya. Cita-cita anak selalu berubah sesuai dengan perkembangan usia dan daya nalar anak. Kita dapat memberi contoh agar anak mau mengembangkan imajinasi diri nya atau mengidentifikasikan dirinya jika sudah dewasa ingin menjadi apa dirinya . Dengan terpatrinya sebuah cita-cita hidup dalam hati nurani anak, akan menumbu hkan motivasi instrinsik pada diri anak untuk lebih giat belajar dan lebih terbu ka untuk mengembangkan perencanaan belajarnya.

- Menentukan waktu belajar anak yang tepat. Jika anak telah sadar dan tergerak h atinya untuk melakukan kegiatan belajar kesempatan yang baik ini jangan kita sia -siakan. Kita dapat mengarahkan dan menentukan kapan waktu belajar anak. Hal-hal yang perlu diperhitungkan dalam menentukan waktu belajar anak di rumah, antara lain: sesuai dengan keinginan anak, jangan berbenturan dengan waktu keinginan-ke inginan lain yang dominan pada anak, seperti ingin menonton film kartun favoritn ya, dan sebagainya. Kondisi fisik dan psikis anak dalam keadaan fresh (segar) be bas dari rasa lelah, mengantuk, gangguan penyakit, rasa marah dan sebagainya. - Mengembangkan tujuan belajar. Agar anak mengetahui mafaat dan arah yang dipela jarinya, biasakan belajar dengan bertujuan. Dengan adanya tujuan belajar akan le bih bermakna, karena anak mengetahui dengan jelas apa yang hendak dipelajari dan apa yang dikuasainya. Anak pun akan mudah memusatkan perhatian pada pelajaranny a. - Mengembangkan cara-cara belajar yang baik pada anak. Gairah belajar anak akan tumbuh jika dirinya mengetahui bagaimana cara belajar yang efektif dan efesien. Untuk mencapai tujuan belajar anak, Anda perlu membekali anak bagaimana cara-car a belajar yang efektif dan efesien. Kita dapat mananamkan pengertian pada anak b ahwa dalam belajar juga sangat dibutuhkan teknik belajar yang baik, agar belajar itu lebih bermakna dan memudahkan pencapaian tujuan belajar. - Mengembangkan rasa percaya diri anak. Sudah tentu menjadi suatu keharusan bagi kita untuk bisa membangkitkan dan memupuk rasa percaya diri anak sedini mungkin . Rasa percaya diri adalah sumber motivasi yang besar bagi anak untuk memusatkan perhatian pada pelajarannya. Dengan adanya percaya diri pada anak, akan tumbuh semangat "dia mampu berbuat atau melakukan". Sesuatu yang sulit dalam pelajaran menjadi tantangan untuk ditaklukkan dan utnuk dikuasai. Anak punya keyakinan mam pu melakukan tidak akan gampang menyerah dalam menghadapi kesulitan atau hambata n dalam belajar. Kreativitas dan imajinasi berpikir akan berkembang untuk mencar i cara-cara mengatasi kesulitan. (pusdat/berbagai sumber)

Anda mungkin juga menyukai