Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Manajemen kepegawaian dan sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan atau organisasi dalam mengolah, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi secara produktif untuk tercapainya tujuan perusahaan. (mangkunegara, 2009). Sumber daya yang terpenting dalam organisasi adalah manusia. Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya tujuan. Mengatur manusia adalah sulit dan kompleks, karena mereka memiliki pikiran, perasaan, status, keinginan, dan latar belakang yang heterogen yang dibawa ke organisasi. (Hasibuan, 2008) Rumah sakit adalah organisasi yang bersifat padat karya, padat modal, padat teknologi, dan padat keterampilan. Rumah sakit adalah bagian yang amat penting dari suatu sistem kesehatan. Dalam jejaring kerja pelayanan kesehatan, rumah sakit menjadi simpul utama yang berfungsi sebagai pusat rujukan. (Soeroso, 2003). Rumah sakit merupakan bagian dari subsistem pelayanan kesehatan sekaligus merupakan organisasi yang mempunyai fungsi sosial dan ekonomi. Sejalan dengan amanat Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan

kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain. (UU No 44 tahun 2009) Salah satu bagian integral dari pelayanan kesehatan adalah pelayanan rumah sakit. Efisiensi pengelolaan rumah sakit akan memberi dampak besar terhadap efisiensi pelayanan kesehatan. Untuk senantiasa dapat memelihara dan meningkatkan mutu manajemen dan pelayanan rumah sakit maka setiap subsistem dalam sistem manajemen rumah sakit perlu dikelola secara profesional. Salah satu subsistem pelayanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biologis, psikologis, sosiologis spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik dalam keadaan sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. (Soeroso, 2003) Setiap pegawai sebagai individu memiliki karakteristik yang berbeda termasuk perawat. Perbedaan ini menggambarkan bahwa karakteristik

individu tidak sama antara seorang perawat dengan perawat yang lainnya. Perawat di ruang rawat inap RSUD kota Bandung memiliki karakteristik individu yang berbeda-beda karena masing-masing pegawai memiliki tujuan dan kepentingan yang berbeda pada saat bekerja di Rumah sakit tersebut, sehingga pada saat bekerja kurang memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaannya, kurang memiliki sikap percaya diri, sangat tergantung sekali pada rekan kerja dalam melakukan pekerjaannya. Tenaga keperawatan, sebagai salah satu tenaga profesi yang berada di rumah sakit mengemban tugas yang cukup berat. Perawat merupakan tenaga pelaksana asuhan keperawatan dengan jumlah personil paling banyak di rumah sakit dan paling lama kontak dengan pasien, ini disebabkan keberadaanya yang terus menerus selama 24 jam, sehingga pengaruhnya paling dominan dalam pelayanan kesehatan (Mohamad, 1997 dalam Latief, 2008). Tenaga keperawatan diharapkan dapat memenuhi standar global dalam memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan. Dengan demikian diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan profesional dengan standar internasional dalam aspek intelektual, interpersonal dan teknikal, bahkan peka terhadap perbedaan sosial budaya dan mempunyai pengetahuan yang luas serta mampu memanfaatkan alih ilmu pengetahuan dan teknologi. Profesionalisme perawat dapat dicapai salah satunya melalui pengelolaaan sumber daya manusia yang baik dan benar. Hal ini untuk dapat tercipta keseimbangan antara kuantitas dan kualitas tenaga keperawatan yang sesuai dengan standar global dalam memberikan asuhan keperawatan.

Dengan demikian akan tercipta keseimbangan antara kebutuhan tenaga keperawatan dengan beban kerja yang harus dilakukan perawat yang dapat menimbulkan kepuasan kerja. Praktik keperawatan pada dasarnya adalah memberikan asuhan keperawatan. Mulai dari melaksanakan pengkajian keperawatan,

merumuskan diagnosis keperawatan, menyusun perencanaan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan sampai evaluasi terhadap hasil tindakan dan akhirnya mendokumentasikan hasil keperawatan (Soeroso, 2003). Dilihat dari sprektum tugas yang sangat luas tersebut, para perawat dituntut untuk mempunyai tingkat pengetahuan dan keterampilan yang memadai, Sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan secara optimal bagi masyarakat. Namun disisi lain tingkat kepuasan kerja perawat harus diperhatikan. Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja. Kepuasan akan mempengaruhi produktivitas kerja. Untuk itu manajer perlu memahami apa yang harus dilakukan untuk menciptakan kepuasan kerja perawatnya. Kepuasan kerja dideskripsikan sebagai sikap positif atau negatif yang dilakukan individual terhadap pekerjaannya. (Greenberg dan Baron, 2003) Kepuasan kerja merupakan suatu tanggapan emosional seseorang terhadap situasi dan kondisi kerja. Tanggapan emosional bisa berupa perasaan puas (positif) atau tidak puas (negatif). Bila secara emosional puas

berarti kepuasan kerja tercapai dan sebaliknya bila tidak maka berarti perawat tidak puas. Kepuasan kerja dirasakan perawat setelah perawat tersebut membandingkan antara apa yang dia harapkan akan dia peroleh dari hasil kerjanya dengan apa yang sebenarnya dia peroleh dari hasil kerjanya. (sopiah, 2008) Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Syamsu (2008) menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepuasan kerja perawat RSJ Prof. HB. Saanin adalah masa kerja, insentif, hubungan dengan rekan kerja, hubungan dengan atasan, dan pengembangan diri perawat. Dari hasil penelitian Wahyudi (2002) bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan, kepuasan kerja dan lingkungan kerja dengan produktifitas pegawai, hasil penelitian Muhaimin (2004) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepuasan kerja dan disiplin kerja. Rumah Sakit Umum Daerah kota Bandung merupakan rumah sakit umum daerah milik pemerintah tipe C swadana, tugasnya yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat umum dan rujukan bagi pelayanan kesehatan lain yang dari tahun ke tahun berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terbukti dengan adanya pengembangan baik fisik atau non fisik. Terdapat 5 ruangan rawat inap yang di tempati oleh perawat yaitu ruang anak, bedah, dalam, perinatologi dan VIP dengan kapasitas tempat tidur keseluruhan berjumlah 112 buah, terdapat perawat di ruang rawat inap berjumlah 75 orang. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas, tidak terlepas dari

peranan perawat sebagai tenaga profesi di rumah sakit. Perhatian terhadap kepuasan kerja perawat dalam menjalankan tugasnya merupakan hal yang penting. Kepuasan kerja perawat perlu mendapat perhatian serius dari pihak manajemen rumah sakit, karena perawat merupakan perawat terbesar dan ujung tombak pelaksana pelayanan, serta tenaga yang berinteraksi langsung dengan pasien dan keluarga pasien. Ting dan Yuan (1997), mengemukakann bahwa kepuasan kerja perawat dipengaruhi oleh karakteristik individu, karakteristik pekerjaan dan karakteristik organisasi. Citra rumah sakit dipengaruhi oleh pelayanan yang diberikan perawat. Keterangan dari wawancara pada tanggal 14 November 2011, dengan kepala bidang keperawatan menyatakan bahwa perawat bagian keperawatan masih menghadapi masalah disiplin kerja perawat yang rendah. Hal ini terlihat dengan seringnya perawat meninggalkan dinas dalam jam kerja, pulang sebelum jam kerja. Kemudian Bagian Supervisi pun mengatakan secara pengawasan terdapat 20 % dari 87 perawat keseluruhan dengan keterlambatan dinas kurang dari 15 menit, kemudian banyaknya pergantian dinas dan penggabungan dinas. Menurut pendapat kepala ruangan Perinatologi kepuasan perawat disana relatif dan berbeda-beda, karena di ruangan ini, untuk ketenagaan perawatnya memang di rasa kurang sehingga perawat terlalu banyak aktivitas kerja, kemudian perawat sering mengeluh kelelahan dan cape, akibat beban kerja nya dengan ketenagaan perawat yang kurang, seharusnya perawat di ruangan ini secara perhitungan ada 22 perawat tetapi yang ada hanya 9 perawat, belum lagi untuk wanita

ada cuti hamil, melahirkan, dsb. Jadi, untuk kerja sehari-hari dirasakan berat, karena mengingat pasiennya paling banyak. Kemudian untuk supervisi dirasakan masih kurang, supervisor nya hanya malam ada pada shift malam saja seharusnya di setiap shift ada, sehingga jika ada keluhan atau masalah yang mendadak misalnya pada sore hari, dapat di sampaikan langsung dengan cepat dan sigap. Hasil wawancara pada Bulan November dan Desember 2011 dengan beberapa perawat pelaksana rawat inap RSUD kota Bandung, mereka berpendapat bahwa reward yang diberikan oleh atasan disamakan, kurang melihat beban kerja perawat di tiap ruangan, sistem pembagian reward dirasakan oleh perawat masih kurang adil, ada juga permintaan pindah ruangan atau rotasi dari perawat itu sendiri, bahkan ada juga yang mengundurkan diri atau keluar, kemudian penghasilan dirasakan perawat kurang oleh perawat yang masa kerjanya 2 tahun, tetapi terdapat perbedaan pendapat untuk perawat dengan masa kerja 11 tahun bahwa menurutnya, penghasilan nya cukup dan puas, disamping itu ada keluhan pasien dan keluarga pasien dari kotak saran bulan Mei sampai Oktober yang berada di rumah sakit bahwa perawat terlihat judes, lelet dan kurang gesit, dll, ini bukti data ketidakpuasan pasien yang mengeluhkan perawat. Permasalahan tersebut dapat berpengaruh pada tingkat kepuasan kerja para perawat. Oleh karena itu, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai Hubungan karakteristik individu dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD kota bandung

B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang di ambil dari latar belakang masalah di atas adalah : apakah ada hubungan antara karakteristik individu dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD kota Bandung ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD kota Bandung 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi gambaran karakteristik individu perawat

pelaksana di ruang rawat inap yang meliputi umur, jenis kelamin, masa kerja, tingkat pendidikan dan status perkawinan di RSUD kota Bandung b. Mengukur kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD kota Bandung c. Menganalisa hubungan antara karakteristik individu dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD kota Bandung d. Menganalisis kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD kota Bandung dengan diagram kartesius

D. Manfaat penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan penelitian lanjutan tentang kepuasan kerja perawat di RSUD kota Bandung 2. Bagi RSUD kota Bandung Sebagai sarana pemberian informasi yang nantinya dapat dijadikan masukan dalam mebuat kebijakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan melalui kepuasan kerja yang optimal 3. Bagi peneliti Sebagai bahan tambahan ilmu dan wawasan bagi peneliti serta sebagai salah satu syarat menyelesaikan program studi strata 1 keperawatan

E. Ruang lingkup 1. Ruang lingkup waktu Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai bulan Febuari 2012 2. Ruang lingkup tempat Peneliti mengambil sampel penelitian di RSUD kota Bandung 3. Ruang lingkup materi Penelitian ini dibatasi ruang lingkup materinya pada karakteristik individu perawat yang meliputi umur, jenis kelamin, masa kerja, tingkat pendidikan, dan status perkawinan kemudian menghubungkannya dengan

10

kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD kota Bandung

F. Keaslian penelitian Peneliti menyatakan bahwa skripsi yang berjudul hubungan karakteristik individu dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Kota Bandung ini sepenuhnya karya sendiri. Tidak ada plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan dan pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Anda mungkin juga menyukai