Anda di halaman 1dari 19

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat

SMF OBSTETRI RS MARDI RAHAYU KUDUS


Nama NIM Dr pembimbing / penguji : Anthony Christanto : 11 2012 169 : Dr. Wahyu Jatmika,Sp.OG

IDENTITAS PASIEN Nama lengkap Umur : Ny. S : 39 Tahun Jenis kelamin : Perempuan Suku bangsa : Jawa Agama Pendidikan : Islam : SMA

Status perkawinan : kawin (PIIA0 ) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Wegil RT 03/ RW 01 Sukolilo, Pati

Masuk Rumah Sakit : 24 Oktober 2013 Pukul 14.00 WIB Pulang : 29 Oktober 2013

Nama suami Umur Alamat

: Tn. K : 41 tahun : Wegil RT 03/ RW 01 Sukolilo, Pati

A. ANAMNESIS : Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 25 Oktober 2013

Keluhan utama : Perut bawah terasa kemeng sejak 3 bulan terakhir

Riwayat Penyakit Sekarang : Perut bawah pasien terasa kemeng sejak 3 bulan lalu. Rasa kemeng terutama dirasakan di perut bawah kanan, tidak menjalar. Rasa kemeng ini terasa sepanjang hari. Pasien juga mengeluh haidnya tidak teratur, berkisar antara 1-2 bulan 1x. Saat haid pasien juga mengeluh nyeri sekali. BAB dan BAK pasien tidak ada gangguan. Mual dan muntah juga tidak dirasakan. Pasien memiliki tiga anak dari pernikahannya. Pasien mengaku tidak ada keluhan saat berhubungan seksual. Pasien juga mengaku tidak ada keluhan maupun penyulit saat kehamilan maupun persalinannya dahulu.

Riwayat Haid Menarche Siklus haid Lamanya Banyaknya Menopause : 11 tahun : 28-60 hari(tidak teratur) : 5-7 hari : biasa :-

Riwayat Perkawinan Menikah 1 kali pada usia 23 tahun, selama 16 tahun.

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


No Anak ke Tahun Persalinan Jenis Kelamin Umur Kehamil Jenis Persalin Peno long Hidup / Mati Riwayat Nifas Menetek s/d umur

1.

1996

Perem puan

9 bulan

Normal

Bidan

Hidup Baik

2 tahun

2. 3.

II III

2000 2003

Laki-laki 9 bulan Laki-laki 9 bulan

Normal Normal

Bidan Bidan

Hidup Baik Hidup Baik

2 tahun 2 tahun

Penyakit Dahulu dan Sekarang ( ) Cacar ( ) Cacar air ( ) Difteri ( - ) Tifus abdominalis ( -) Diabetes ( ) Malaria ( ) Disentri ( ) Hepatitis ( ) Wasir ( ) Sifilis ( ) Batu ginjal/saluran kemih ( ) Burut ( hernia ) ( ) Batuk rejan ( ) Campak ( ) Alergi

( ) Tonsilitis ( -) Hipertensi ( - ) Ulkus ventrikuli ( ) Ulkus duodeni ( ) Neurosis Lain-lain :

( ) Gonore ( ) Penyakit pembuluh ( ) Pendarahan otak ( ) Psikosis ( ) Tuberkulosis ( ) Operasi

( ) Tumor ( ) Demam rematik akut ( ) Pneumonia ( - ) Gastritis ( ) Batu empedu ( ) Kecelakaan

Riwayat keluarga dan Ada kerabat yang menderita : Penyakit Alergi Asma Tuberkulosis HIV Hepatitis B Hepatitis C Hipertensi Cacat bawaan Lain lain Ya Tidak Ibu Pasien Hubungan

Riwayat Operasi Tidak ada

B. PEMERIKSAAN JASMANI

I.

Pemeriksaan umum : Tampak sakit sedang : Compos mentis : Baik : 130/ 90 mmHg : 80 kali / menit : 36 C : Suara Nafas vesikuler,

Keadaan Umum Kesadaran Keadaan Gizi Tekanan darah Nadi Suhu Pernapasan

20 kali / menit, Jenis thoracoabdominal Sianosis Edema umum Habitus Cara berjalan Mobilisasi : Tidak ada : tidak ada : Piknikus : Baik : Aktif

Aspek kejiwaan Tingkah laku Alam perasaan Proses pikir : tenang : biasa : wajar

Kulit Warna Effloresensi Jaringan parut Pigmentasi : sawo matang : tidak ada : tidak ada : tidak ada

Pertumbuhan rambut : normal Pembuluh darah Suhu raba Keringat Turgor Lapisan lemak Ikterus Edema : tidak menonjol dan melebar : normal, kulit Lembab : setempat yaitu di kepala dan leher : baik : tebal : tidak ada : tidak ada

Kelenjar getah bening Submandibula Supraklavikula Lipat paha Leher Ketiak : tidak ditemukan pembesaran : tidak ditemukan pembesaran : tidak ditemukan pembesaran : tidak ditemukan pembesaran : tidak ditemukan pembesaran

Thorak Bentuk Pembuluh darah Payudara : normal : tidak tampak : tidak ada pembesaran ASI (-) Paru paru Depan Inspeksi kiri kanan Palpasi kiri kanan Perkusi kiri kanan Auskultasi kiri kanan Bentuk dada normal Bentuk dada normal sela iga normal, fremitus normal sela iga normal, fremitus normal Tidak dilakukan (os kesakitan) Tidak dilakukan (os kesakitan) vesikuler vesikuler Belakang tidak ada bekas luka tidak ada bekas luka fremitus normal fremitus normal tidak dilakukan tidak dilakukan vesikuler vesikuler

Jantung Palpasi Perkusi Auskultasi Ictus cordis = tidak teraba Tidak dilakukan (OS tampak kesakitan) Katup Mitral- ICS 5 midklav kanan Katup Aorta ICS 2 parasternal kanan Katup Pulmonal ICS 2 parasternal kiri Katup Trikuspid ICS 4 parasternal kanan Abdomen Inspeksi Palpasi : Sedikit membesar : Hati Kandung empedu Limpa Ginjal Kandung kencing Auskultasi : Bising usus ( + ) : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal

Ekstremitas Luka Varises Edema Refleks Sensibilitas Lain lain : tidak ada : tidak ada : (-) :(+) :(+) :-

II. Pemeriksaan Ginekologi


Pemeriksaan Luar Inspeksi Wajah : : chloasma gravidarum (-)

Payudara : pembesara payudara (-), cairan dari mammae (-) Abdomen : pembesaran abdomen (+) sebesar kurang lebih sekepal tangan di abdomen kanan bawah, linea nigra (-), strie livide (-), strie albicans (-), bekas operasi (-)

Palpasi

: Terdapat nyeri tekan pada daerah suprapubik.

Pemeriksaan Dalam Vaginal Toucher Fluxus (-), Fluor (-) V/ U / V dbn Portio teraba sebesar jempol, kaku CUT sebesar telur ayam Adneksa / Perimetrium : Teraba massa dengan ukuran kurang lebih sekepal tangan di adneksa kanan, mudah digerakkan, nyeri goyang (-) Cavum Douglasi : TAK.

C. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan Darah Lengkap (pada tanggal 25 Oktober 2013) Hb 10, 1 g/dl Ht 39,5 % Leukosit 9,66/ul Trombosit 450.000/ul Eosinofil 5.0 % Basofil 0,7 % Limfosit 20,7 % Monosit 6,1 % MCV 83,0 fl MCH 26.7 pg MCHC 32,3 g/dl LED 20/55 Golongan darah/Rh B/+

Pemeriksaan (26 Oktober 2013): Gula darah Sewaktu 108 mg/dl Creatinin 0,60 mg/dl Ureum 41.0 mg/dl Kalium 3.66 HbsAg stick (-)

Pemeriksaan USG Abdomen Hepar : Ukuran tak membesar, parenkim homogeny, tidak tampak nodul. Ekogenisitas parenkim normal, tak tampak dilatasi duktus biliaris, vena porta dan vena hepatic GB Pankreas Lien Kedua ginjal : Bentuk dan ukuran normal, tak tampak batu maupun sludge : Tertutup bayangan udara usus : Ukuran membesar, tak tampak dilatasi vena lienalis : Bentuk dan ukuran normal, parenkim homogeny, tidak menipis, batas kortikomedula baik, tak tampak dilatasi PCS maupun batu VU Uterus Adneksa : Dinding regular tidak menebal, tidak tampak batu : Ukuran normal, parenkim homogen, :Tampak lesi kistik dengan internal echo dan bagian padat di dalamnya di superolateral uterus dan VU (9.9 x 6.7 x 5 cm) Pada pemeriksaan Doppler tak tampak hipervaskuler di peri lesi Tak tampak perbesaran KGB paraaorta

Kesan : TAK TAMPAK GAMBARAN METASTASE PADA SONOGRAFI ORGAN SOLID ABDOMEN TAK TAMPAK GAMBARAN BENDUNGAN PADA KEDUA GINJAL GAMBARAN COMPLEX CYST MASS DI SUPEROLATERAL UTERUS DAN VU KEMUNGKINAN ENDOMETRIOMA TAK DAPAT DISINGKIRKAN

D. RINGKASAN (RESUME) 3 bulan yang lalu pasien mengeluh perutnya terasa kemeng. Pasien tidak mengeluh mual muntah. Pasien mengaku haidnya selama ini tidak teratur. Pasien datang berobat ke Poli Obgyn RS MR dengan keluhan perut bawah terasa kemeng.

Pemeriksaan USG juga ditemukan adanya gambaran complex cyst mass di superolateral uterus dan vu dengan kemungkinan endometrioma tak dapat disingkirkan

E. DIAGNOSIS Diagnosis kerja dan dasar diagnosis Diagnosis kerja Dasar diagnosis : PIIIA0 Umur 39 tahun dengan Kistoma Ovarii :

Terdapat benjolan pada perut kanan bawah disertai gangguan haid dan rasa kemeng. Selain itu pada pemeriksaan USG juga ditemukan adanya gambaran complex cyst mass di superolateral uterus dan vu dengan kemungkinan endometrioma tak dapat disingkirkan.

Diagnosis diferensial 1. Mioma uteri

2. Tumor vesika urinaria

Pemeriksaan yang dianjurkan Pemeriksaan biopsi benjolan Pencitraan BNO-IVP

Follow Up 26 Oktober 2012 S : Perut bawah terasa kemeng, gugup akan menjalani operasi O: Keadaan umum Kesadaran Tekanan darah Nadi Frekuensi nafas Suhu PPV : baik : compos mentis : 190/110 mmHg : 88 x/menit : 20 x/menit : 36,5 C : (-)

Pemeriksaan Luar : abdomen teraba massa

A : PIII A0, 39 tahun dengan Kistoma ovarii P : Non Medika Mentosa Observasi keadaan umum dan tanda- tanda vital

Medika Mentosa Infus Ringer laktat 20 tetes per menit

Tindakan Pro Operasi

Edukasi: Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai keadaan pasien yaitu memiliki kista ovarium yang sebaiknya dioperasi. Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai hasil USG dan tindak lanjut Istirahat yang cukup Makan yang cukup dengan gizi yang baik Meminum obat secara teratur

Prognosis : Vitam Fungsionam Sanationam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : ad bonam

Tinjauan Pustaka

A. PENGERTIAN Kistoma ovari merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas (Winkjosastro. et.all. 1999). Dalam kehamilan tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering adalah kista dermonal, kista coklat atau kista lutein, tumor ovarium yang cukup besar dapat disebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala kedalam panggul. Kiste ovarium adalah tumor jinak pada ovarium. Merupakan tumor paling banyak pada wanita usia 20 40 th. Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga seringnya memakai kesuburan (Soemadi, 2006). Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti bubur (Dewa, 2000). Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau bahan setengah cair (Sjamsuhidajat, 1998). Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan / abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong (Agusfarly, 2008). Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium. Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium. Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium. B. JENIS-JENIS KISTOMA OVARI

Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu : (Ignativicus, bayne, 1991) 1. Kista non neoplasma Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan progresterone diantaranya adalah : a. Kista non fungsional Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang di dalam korteks b. Kista fungsional Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun. Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah ovulasi. Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada mola hidatidosa. Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan hiperstimuli ovarium. 2. Kista neoplasma (Winjosastro. et.all 1999) a. Kistoma ovarii simpleks Adalah suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista b. Kistodenoma ovarii musinoum Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen yang lain c. Kistadenoma ovarii serosum Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal ovarium) d. Kista Endrometreid Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan endometroid e. Kista dermoid Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis

C. ETIOLOGI

Faktor yang menyebabkan gajala kista meliputi; Gaya hidup tidak sehat, diantaranya; 1. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat 2. Zat tambahan pada makanan 3. Kurang olah raga 4. Merokok dan konsumsi alcohol 5. Terpapar denga polusi dan agen infeksius 6. Sering stress Faktor genetik Dalam tubuh kita terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker. D. PATOFISIOLOGI Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua

jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram. Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan diskusi tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel ini. E. TANDA DAN GEJALA Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium: 1. Perut terasa penuh, berat, kembung 2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil) 3. Haid tidak teratur 4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha. 5. Nyeri sanggama 6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil. Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan segera: 1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba 2. Nyeri bersamaan dengan demam 3. Rasa ingin muntah

F. KOMPLIKASI Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium. Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker ovarium. G. PROGNOSIS William Helm, C. 2005. Dkk mengatakan : Prognisis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir. Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%, bervariasi antara 86.9% untuk stadium FIGO Ia dan 11.1% untuk stadium IV. Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangakan karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk. Sebagian besar tumor sel germinal yang terdiagnosis pada stadium awal memiliki prognosis yang sangat baik. Disgerminoma dengan stadium lanjut berkaitan dengan prognosis yang lebih baik dibandingkan germinal sel tumor nondisgerminoma. Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi keganasan yang rendah mempunyai sifat yang lebih jinak tetapi tetap berhubungan dengan angka kematian yang tinggi. Secara keseluruhan angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah 86.2%. H. PENATALAKSANAAN

Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kiste. Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat. I. PROSES PENYEMBUHAN LUKA Tanpa memandang bentuk, proses penyembuhan luka adalah sama dengan yang lainnya. Perbedaan terjadi menurut waktu pada tiap-tiap fase penyembuhan dan waktu granulasi jaringan (long. 1996). Fase-fase penyembuhan luka antara lain : 1. Fase I Pada fase ini Leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak terbentuk fibrin yang menumpuk mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan dari sel epitel bermigrasi lewat luka dan membantu menutupi luka, kekuatan luka rendah tapi luka dijahit akan menahan jahitan dengan baik. 2. Fase II Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang dan ceruk mulai kolagen serabut protein putih semua lapisan sel epitel bergenerasi dalam satu minggu, jaringan ikat kemerahan karena banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen akan menunjang luka dengan baik dalam 6-7 hari, jadi jahitan diangkat pada fase ini, tergantung pada tempat dan liasanya bedah. 3. Fase III Kolagen terus bertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus darah menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas, terjadi pada minggu ke dua hingga enam post operasi, pasien harus menjaga agar tak menggunakan otot yang terkena. 4. Fase IV Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, pasien akan mengeluh, gatal disekitar luka, walau kolagen terus menimbun, pada waktu ini menciut dan menjadi tegang. Bila

luka dekat persendian akan terjadi kontraktur karena penciutan luka dan akan terjadi ceruk yang berlapis putih.

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan: 1. Ultrasonografi (USG) Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. 2. Laparoskopi Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Budi santosa : Editor, Panduan Diagnosa Keperawatan, Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi, 2005-2006. 2. Marion Jones, etc, Nursing Outcomes Classification (NOC), Second Edition, Mosby inc. 3. Joanne C. mcClowskey, etc, Nursing Intervention Classification (NIC), Fourth edition, Mosby inc. 4. Arief Mansjoer, dkk, Kapita selekta kedokteran fakultas kedokteran UI, edisi ketiga, jilid 1, Media Aesculapius, 2002. 5. Bobak Lodewijk Jensen, Buku Ajar Keperawatan Maternitas (maternity nursing), edisi 4, EGC, 2005. 6. Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G., Keperawatan Medikal-bedah Brunner & Suddarth edisi 8 vol. 2, EGC, Jakarta, 2001. 7. Judith M. Wilkinson, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7, EGC, 2007.

Anda mungkin juga menyukai