Anda di halaman 1dari 2

Pendahuluan

Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangusng kira-kira 6 minggu. Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan (Saifuddin, 2006). Saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi, berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan AKI berjumlah 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Hal tersebut masih jauh dari target pencapaian Millenium Development Goal (MDG), yakni menurunkan AKI menjadi 102 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2015. Angka kematian Ibu saat kehamilan 20%, pada saat persalinan 30%, dan pada saat nifas 50%. Penyebab kematian Ibu paling banyak terjadi pada saat masa nifas, yaitu karena perdarahan setelah persalinan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, kurang energi setelah melahirkan 11%, mastitis 16%, postpartum blues 10% (Depkes RI, 2009). Infeksi nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi Ibu pasca persalinan. Derajat komplikasi masa nifas bervariasi. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode masa nifas karena merupakan masa kritis baik Ibu maupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian Ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama pasca persalinan (Saifuddin, 2006). Tanda-tanda bahaya pada bahaya nifasyang akan dijelaskan disini antara lain perdarahan pasca persalinan, lochea (cairan yang keluar dari jalan lahir) yang berbau busuk, pengecilan rahim yang terganggu, nyeri pada perut dan pelvis, pusing dan lemas yang berlebihan, dan suhu tubuh Ibu diatas 380C berturut-turut selama 2 hari. Penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas sangat penting dan perlu bagi wanita atau Ibu nifas karena masih banyak Ibu atau wanita yang sedang hamil atau pada masa nifas belum mengetahui tentang tanda-tanda bahaya nifas, baik yang diakibatkan masuknya kuman kedalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh), dan endogen (dari jalan lahir sendiri) (Mochtar, 2006). Masa nifas merupakkan masa kritis untuk Ibu dan bayi, sehingga diperlukan suatu upaya untuk mencegah terjadinya suatu masalah tanda-tanda bahaya masa nifas. Untuk itu diperlukan suatu peran serta dari masyarakat terutama Ibu nifas untuk memiliki pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya nifas. Selain itu juga diperlukan peran serta dari tenaga kesehatan dengan memberikam konseling selama kehamilan, persalinan, dan melakukan kunjungan ke rumah (home visit). Hal ini sangat penting dan perlu untuk diketahui oleh Ibu nifas karena

dengan diketahuinya tanda-tanda bahaya tersebut, bila terjadi masalah akan diketahui atau terdeteksi secara dini adanya suatu komplikasi (Prawirohardjo, 2005).

Daftar Pustaka Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI. Mochtar, Rustam. 2006. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC. Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai