Anda di halaman 1dari 38

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. 1.

Pengetahuan Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, (Notoatmodjo, 2003:2). Sedangkan menurut Naziruddin tahun 2001, pengetahuan adalah proses dari berfikir yang merupakan obor dan semen peradaban manusia. Pengetahuan atau kognitif berasal dari kata cognition yang berarti mengetahui. Pengetahuan merupakan suatu domain atau ranah psikologi manusia yang meliputi sikap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi pemecahan masalah, kesenjangan dan keyakinan, (Syah, 1999 dalam Notoatmodjo, 2003:121). Pengetahuan atau aspek kognitif merupakan dominan penting untuk terbentunya tindakan seseorang, penelitian Rogers (1974) dalam

11

12

Notoatmodjo (2003) bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: a. Awereness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus. c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru. e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. 2. Tingkat Pengetahuan Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003:5) ada 6 (enam). Adapun tingkatannya yaitu : tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu "tahu" ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

13

antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya. Contoh dari tahu tersebut adalah: perawat pelaksana mampu menyebutkan pengertian dari kode etik keperawatan. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Contoh: perawat pelaksana dapat menyebutkan komponen-komponen yang terdapat dalam kode etik keperawatan. c. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Contoh: perawat pelaksana dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik yang terdapat dalam etika keperawatan.

14

d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari pengguna kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokan dan sebagainya. Contoh: perawat pelaksana dapat membedakan apa yang menjadi hak dan kewajiban dalam melaksanakan pelayanan kesehatan. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

15

3.

Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2005:10) dari berbagai macam cara yang telah digunakan orang untuk memperoleh pengetahuan, maka dapat dikelompokan menjadi dua yaitu: 1) Cara Tradisional Cara tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sebelum diketemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan ini antara lain meliputi: a) Cara Coba Salah (trial and error) Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pencegahan dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan lain sampai masalah tersebut bisa dipecahkan. Metode ini telah digunakan orang dalam kurun waktu cukup lama bahkan sampai sekarang metode ini masih sering digunakan terutama oleh mereka yang belum dan tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

16

b) Cara kekuasaan atau otoriter Para pemegang otoritas, baik pemimpin atau pemerintah, tokoh agama maupun ahli pengetahuan mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan, prinsip ini adalah otang lain menerima pendapat oleh orang yang mempunyai otoritas tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukakannya sudah benar. c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pepatah mengatakan pengalaman adalah guru terbaik. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan malasah lain yang sama maka orang dapat pula menggunakan cara tersebut.

17

d) Melalui Jalan Pikiran Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah

menggunakan jalan fikirannya baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung, melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dibuat suatu kesimpulan. 2) Cara modern atau cara ilmiah Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut "metode penelitian ilmiah" atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research metodologi). 4. Pengukuran Pengetahuan Menurut Arikunto (2006) pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden yang disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan yang diukur.

18

5.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan (Notoatmodjo,

2003:8) a. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu, yaitu: 1) Intelegensi Menurut Wechler dalam purwanto (1999). Definisi integensi adalah individu untuk untuk berfikir dan bertindak secara terarah. 2) Emosi Emosi merupakan gejala penyesuaian diri yang berasal dari dalam hampir keseluruhan individu yang berfungsi untuk menggapainya suatu pemuasan atau perlindungan diri atau kesejahteraan diri pada saat berhadapan dengan lingkungan atau objek tertentu (Purwanto, 1999). 3) Kepercayaan Kepercayaan merupakan dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu. Kepercayaan datang dari yang telah diketahui (Azwar, 2003).

19

4) Aktivitas Aktivitas adalah langkah penting di dalam cara mengetahui sesuatu. Aktifitas yang secara jasmaniah berinteraksi dengan lingkungan akan memberi pengalaman terutama konsekuensi dari tindakan itu (Syam, 2003). 5) Pengalaman Pribadi Sesuatu yang pernah dijalani, dirasa dan ditanggung dapat membentuk stereotip (Syam, 2003). b. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu atau dari lingkungan, yaitu: 1) Pendidikan Pendidikan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, bukan proses pemindahan materi ke orang lain dan juga seperangkat prosedur. Pendidikan merupakan proses mendorong orang lain supaya mewujudkan potensi-potensi yang ada di dalam pribadinya supaya berkembang (Purwanto, 1999).

20

2) Pengalaman Orang Lain Orang lain disekitar kita merupakan salah salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi pengetahuan dan sikap kita terhadap sesuatu. Pengalaman ini dapat diperoleh dari orang tua, teman, guru, suami atau istri dan lain-lain (Syam, 2003). 3) Media Massa Sebagian sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, surat kabar, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adapun informasinya baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap dan pengetahuan terhadap hal tersebut (Purwanto, 1999).

B. 1.

Etika Keperawatan Pengertian Etika Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos, yang menurut Araskar dan david (1978) berarti "kebiasaan", "model perilaku" atau standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi perilaku ( Suhaemi, 2002 dalam Ermawati, 2010:13).

21

Etika berhubungan dengan pertimbangan pembuat keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan (Suhaemi, 2004:2). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010:201), etika merupakan ilmu tingkah laku etis atau moral yang mempunyai berbagai cara pendekatan atau cara mempelajarinya. Dengan kata lain ada berbagai pendekatan etika yaitu etika deskriptif dan etika normatif. 2. Pengertian Etika Profesi Kesehatan Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Selain itu juga etika profesi keperawatan merupakan alat untuk mengukur perilaku moral dalam keperawatan. Sehingga etika dan moral dalam hal ini memiliki hubungan erat karena keduanya memiliki hubungan dalam penatalaksanaan (Ismani,2001:4). 3. Kode Etik Keperawatan Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi pelanggaran perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh pelayanan tenaga kesehatan dalam dunia kerja.

22

terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan (Ermawati, 2010:29). a. Tujuan Kode Etik Keperawatan Pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar perawat, dalam menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai dan menghormati martabat manusia. Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar-perawat,

klien/pasien, teman sebaya, masyarakat dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan sendiri maupun hubungannya dengan profesi lain di luar profesi keperawatan. 2) Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh praktisi keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam melaksanakan tugasnya. 3) Untuk memepertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat. 4) Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan

keperawatan agar dapat menghasilkan lulusan yang orientasi pada sikap profesional keperawatan. 5) Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai/pengguna tenaga keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktik keperawatan (Ermawati, 2010:31).

23

b. Kode Etik Menurut PPNI Adapun menurut PPNI pusat tahun 2000 mengenai kode etik keperawatan yang diterapkan adalah sebagai berikut : 1) BAB I Perawat Dan Klien a) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial. b) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien. c) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan. d) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

24

2) BAB II Perawat dan Praktek a) Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan melalui belajar terus menerus. b) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. c) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain. d) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku profesional. 3) BAB III Perawat dan Masyarakat Perawatan mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.

25

4) BAB IV Perawat dan Teman Sejawat a) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayan kesehatan secara menyeluruh. b) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal. 5) BAB V Perawat dan Profesi a) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan. b) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan.
c)

Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatanya (Ermawati, 2010:29).

26

c. Tanggung Jawab Perawat Terhadap Klien Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien, perawat sangat memerlukan etika keperawatan yang merupakan filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasar terhadap pelaksanaan praktik keperawatan, dimana inti dari filsafat tersebut adalah hak dan martabat manusia. Oleh karena itu, fokus dari etika keperawatan ditujukan terhadap sifat manusia yang unik. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan klien, diperlukan peraturan tentang hubungan antara perawat dengan klien, yaitu sebagai berikut : 1) Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap klien, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan. 2) Perawat, dalam melaksanakan pengabdian di bidang keperawatan memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragam dari klien. 3) Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada tanggung jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan terhadap keperawatan klien. 4) Perawat, menjaga kerahasiaan klien yang dipercaya kepadanya (Ermawati, 2010:73).

27

Memperlakukan klien dengan menghormati martabat dan tradisi luhur keperawatan adalah memperlakukan klien sebagai individu unik memiliki kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual dan sebagai mitra yang aktif dalam proses pemberian asuhan keperawatan dan pelayanan kesehatan. Klien diperlakukan sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat yang dihadapi masalah, bukan sebagai sumber masalah. Klien dihadapi dengan sabar dan menghindari sikap yang tidak terpuji serta melaksanakan komunikasi terapeutik, misalnya memanggil klien dengan benar dan sesuai dengan identitasnya (nama, umur, dan status perkawinan), bukan dengan nomor kartu/nomor kamar/kasus. Seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan, selain ilmu keperawatan yang mereka miliki juga diperkuat oleh nilai yang ada dalam diri mereka. Sehingga perawat dapat membantu pasien untuk mendapatkan pola tindakan yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada pada mereka. Hak-hak pasien merupakan hasil legislasi dan standar etis masyarakat yang sepatutnya dijunjung tinggi. Berdasarkan nilai-nilai yang ada pada diri perawat mereka diharapkan agar dapat menghargai hak-hak pasien yang dirawatnya dalam setiap pelaksanaan tugasnya (Bishop, 2006:17). Dengan berubahnya ruang lingkup praktik keperawatan dan teknologis medis, tanggung jawab keperawatan dapat dihadapkan pada konflik terhadap nilai-nilai pribadi, misalnya dalam hal pelaksanaan aborsi terapeutik. Bagi individu yang berkeyakinan agama islam ataupun

28

protestan, hal ini bertentangan dengan keyakinan, sehingga aborsi dengan alas an apa pun tidak diperbolehkan. Contoh lain misalnya pada transfusi darah. Keyakinan agama islam, Kristen, budha memperbolehkan tindakan ini sebagai proses terapeutik, tapi bagi yahudi hal ini bertentangan dengan keyakinan mereka (Bishop, 2006:25). Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien, perawat mengemban peran dan fungsi dengan tanggung jawab serta berpedoman pada kebutuhan klien. Selalu datang dan pulang bekerja tepat waktunya, memanfaatkan jam kerjanya secara efektif da efisien, serta bersedia melaksanakan tugasnya setiap saat terutama dalam keadaan darurat. Untuk praktik perawat profesioanal, selain menghargai martabat individu dan bertanggung jawab untuk segala tindakannya, perawat juga harus melindungi seseorang dalam hal rahasia pribadi (privasi). Perawat dapat memegang teguh privasi dan hanya dapat memberikan keterangan bila diperlukan oleh pihak yang berkepentingan atau pengadilan. Privasi dalam arti luas, adalah hak mengontrol suatu waktu dan usaha suatu hak tidak dipaksakan dalam bertindak. Seseorang dapat menjadi diri sendiri dan tidak membuat persetujuan. Membuat suatu persetujuan berarti menyerahkan sebagian privasinya. Praktik kepentingan pembuatan persetujuan akan menjadi tidak mungkin pada seseorang yang tidak memiliki hak ini. Banyak kepentingan dalam rencana jangka

29

panjang, dengan atau tanpa melibatkan persetujuan dengan orang lain, akan menghilangkan atau mengurangi hak privasi. Pasien dengan sukarela menyerahkan sebagian privasinya kepada pelayanan kesehatan profesional. Tidak ada alasan bagi pelayanan kesehatan professional mengambil hak pasien meskipun pasien

menyerahkan seluruh hak privasinya. Privasi sebagai standar adalah kewajiban pelayanan kesehatan profesional untuk melindungi pasien mereka dari hubungan yang tidak menyenangkan. Siapa pun tidak berhak mencampuri masalah pribadi pasien dan mengangu hak pasien. Seorang perawat yang menghargai privasi pasien akan menerapkan kepada pasien seperti hal berikut : 1) 2) 3) Menutup area untuk mandi dan pengobatan; Menutup pasien untuk setiap prosedur tertentu; Menyediakan tempat konsultasi bagi pasien dengan pemuka agama atau anggota keluarga; 4) Memberika penerangan lengkap dan jelas mengenai diagnosis, perawatan dan prognosisnya melalui istilah yang mudah ditangkap dan dimengerti oleh pasien, atau tidak memberikan keterangan kepada pasien jika kesehatan pasien tidak memungkinkan untuk menerma secara langsung keterangan tersebut;

30

5)

Melaksanakan diskusi, konsultasi, pemeriksaan, dan perawatan dengan merahasiakan segala keterangan mengenai pasien ini serta meminta ijin dari pasien sebelum orang yang tidak berhubungan langsung dengan perawatannya boleh memperoleh keterangan mengenai perawatan dan keadaan dirinya. Inti dari keseluruhan pelayanan kesehatan profesional adalah

berdasar pada penghormatan terhadap hak-hak pasien. Sebagai seorang pemberi pelayanan kesehatan profesional, perawat harus senantiasa menghormati hak-hak pasien, yaitu sebagai berikut : 1) Hak memperoleh asuhan kesehatan sesuai standar profesional tanpa memandang kesehatan yang ada. 2) Hak untuk diperlakukan secara sopan dan santun, serta keramahan dari perawat yang bertugas tanpa membedakan ras, warna kulit, derajat dimasyarakat, jenis kelamin, kebangsaan, politis, dan sebagainya. 3) Hak memperoleh informasi tentang diagnosis penyakitnya, prognosis, pengobatan, termasuk alternatif asuhan yang diberikan, resiko yang mungkin terjadi agar pasien dan keluarganya memahami dan dapat memberikan persetujuan atas tindakan medis yang akan dilakukan terhadapnya. 4) Hak legal untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan tentang asuhan keperawatan yang akan diberikan kepadanya.

31

5)

Hak menolak observasi dari tim kesehatan yang tidak langsung terlibat dalam asuhan kesehatannya.

6)

Hak mendapatkan privasi selama wawancara, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan.

7)

Hak mendapatkan privasi untuk berkomunikasi dan menerima kunjungan dari orang yang benar-benar disetujuinya.

8)

Hak menolak pengobatan atau partisipasi dalam pelaksanaan penelitian dan eksperimen yang dilakukan tanpa jaminan hukum bila terjadi dampak merugikan.

9)

Hak terdapat koordinasi dan asuhan kesehatan yang berkelanjutan.

10) Hak menerima pendidikan/instruksi yang tepat dari petugas kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang kebutuhan kesehatan dasar secara optimal. 11) Hak kerahasiaan terhadap dokumen serta hasil komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan yang diberikannya kepada petugas kesehatan, kecuali untuk kepentingan hukum. Ada juga yang menjadi kewajiban pasien, yaitu sebagai berikut : 1) Pasien atau keluarganya wajib mentaati segala peraturan dan tata tertib yang ada di institusi kesehatan dan keperawatan yang memberikan pelayanan kepadanya. 2) Pasien diwajibkan untuk mematuhi segala kebijakan yang ada, baik dari dokter ataupun perawat yang memberikan asuhan.

32

3)

Pasien atau keluarganya berkewajiban untuk memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter atau perawat yang merawatnya.

4)

Pasien

atau

keluarga

yang

bertanggung

jawab

terhadapnya

berkewajiban untuk menyelesaikan biaya pengobatan, perawatan dan pemeriksaan yang diperlukan selama perawatannya. 5) Pasien atau keluarganya berkewajiban untuk memenuhi segala sesuatu yang diperlukan sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan yang telah disetujui sebelumnya (Ermawati, 2010:61).

Selain dari adanya hak dan kewajiban pasien, terdapat juga hak dan kewajiban perawat, yaitu sebagai berikut : a. Hak Perawat 1) Perawat berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya. 2) Perawat berhak untuk mengembangkan diri melalui kemampuan spesialisasi sesuai dengan latar belakang pendidikannya. 3) Perawat berhak untuk menolak keinginan pasien/klien yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan serta standar dan kode etik profesi.

33

4)

Perawat berhak untuk mendapatkan informasi lengkap dari klien atau keluarganya tentang keluhan kesehatan dan ketidakpuasannya terhadap pelayanan yang diberikannya.

5)

Perawat berhak untuk meningkatkan ilmu pengetahuannya berdasarkan pengembangan IPTEK dalam bidang

keperawatan/kesehatan secara terus-menerus. 6) Perawat berhak untuk diperlukan secara adil dan jujur oleh institusi pelayanan maupun oleh pasien/klien. 7) Perawat berhak mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang dapat menimbulkan bahaya fisik maupun stress emosional. 8) Perawat berhak diikutsertakan dalam penyusunan dan penerapan kebijaksanaan pelayanan kesehatan. 9) Perawat berhak atas privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh pasien/klien dan keluarganya serta tenaga kesehatan lainnya. 10) Perawat berhak menolak untuk dipindahkan ke tempat tugas lain, baik melalui anjuran maupun tertulis karena diperlukan, untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan standar profesi atau kode etik keperawatan atau peraturan undang-undang lainnya.

34

11) Perawat berhak untuk mendapat penghargaan dan imbalan yang layak dari jasa profesi yang diberikannya berdasarkan perjanjian atau ketentuan yang berlaku di institusi pelayanan yang bersangkutan. 12) Perawat berhak untuk memperoleh kesempatan mengembangkan karir dengan bidang profesinya. b. Kewajiban Perawat : 1) Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang

bersangkutan. 2) Perawat wajib memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan batas-batas kegunaannya. 3) Perawat wajib menghormati hak-hak pasien atau klien. 4) Perawat wajib merujuk pasien/klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, bila yang bersangkutan tidak bisa mengatasinya sendiri. 5) Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien/klien untuk berhubungan dengan keluarganya, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan atau standar profesi yang ada.

35

6) Perawat wajib memberikan kesempatan pada pasien/klien untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama atau kepercayaannya masing-masing sepanjang tidak mengganggu pasien yang lain. 7) Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan terkait lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada pasien/klien. 8) Perawat wajib memberikan informasi yang akurat tentang keperawatan yang diberikan kepada pasien/klien dan atau keluarganya sesuai dengan batas kemampuannya. 9) Perawat wajib meningkatkan mutu pelayanan keperawatannya sesuai dengan standar profesi keperawatan demi kepuasan pasien/klien. 10) Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan keperawatan secara akurat dan berkesinambungan. 11) Perawat wajib mengikuti perkembangan IPTEK keperawatan atau kesehatan secara terus-menerus. 12) Perawat wajib melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai dengan batas-batas kewenangannya. 13) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien/pasien, kecuali jika diminta keterangan oleh pihak yang berwenang.

36

14) Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang sudah di buat sebelumnya terhadap institusi tempat bekerja (Suhaemi, 2004:29). c. Hubungan Perawat dengan Pasien/Klien 1) Terdapat saling percaya antara perawat dengan pasien. 2) Perawat benar-benar memahami tentang hak-hak pasien dan harus melindungi hak tersebut, salah satunya adalah hak untuk menjaga privasi klien/pasien. 3) Perawat harus sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada pribadi pasien yang disebabkan oleh penyakit yang dideritanya, antara lain kelemahan fisik dan ketidakberdayaan dalam menentukan sikap atau pilihan sehingga tidak dapat menggunakan hak dan kewajibannya dengan baik. 4) Perawat harus memahami keadaan pasien/klien sehingga dapat bersikap sabar dan tetap memperhatikan etis dan moral. 5) Dapat bertanggungjawab dan tanggung gugat atas segala resiko yang mungkin timbul selama pasien dalam perawatannya. 6) Perawat sedapat mungkin berusaha untuk menghindari konflik antara nilai-nilai pribadinya dengan nilai-nilai pribadi pasien/klien dengan cara membina hubungan yang baik antara pasien, keluarga

37

dan teman sejawat serta dokter untuk kepentingan pasiennya (Ermawati, 2010:41). d. Penerapan Kode Etik Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan 1. Pengertian a) Penerapan Penerapan merupakan aplikasi/pelayanan dari suatu acuan dasar yang menjadi standar profesi dalam hal ini adalah standar kode etik keperawatan dengan komponen-komponen di dalamnya. Pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat sangat mempengaruhi mutu asuhan keperawatan yang akan diterima oleh klien. Oleh karena itu penerapan yang baik sangat penting guna menunjang dalam memberikan tindakan asuhan keperawatan (Ermawati, 2010:98). Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan kode etik terdiri dari internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: persepsi, pengetahuan, keyakinan, keinginan, motivasi, niat dan sikap, sedangkan faktor eksternal meliputi pengalaman, fasilitas,

sosiobudaya (Notoatmodjo, 2010:33).

38

b). Asuhan keperawatan Asuhan keperawatan merupakan proses keperawatan yang diberikan kepada klien dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah klien, apakah keadaan klien itu sehat atau sakit. Proses keperawatan, sebagai salah satu pendekatan utama dalam pemberian asuhan keperawatan, pada dasarnya suatu proses pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah. Setelah penerapan proses keperawatan, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahauan tentang konsep dan teori sebagai dasar interaksi dalam mengartikan informasi yang diterima serta dapat menjalin komunikasi yang efektif (Nursalam, 2001:6). Dalam menggunakan memberikan lima tahapan asuhan proses keperawatan, keperawatan. perawat Pengkajian,

merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang meliputi prososes pengumpulan data, validasi data dan menginterpretasikan pasien sebagai individu yang unik. Diagnosa adalah tahap

pengambilan keputusan dengan menganalisa data yang telah dikumpulkan berupa rumusan diagnosa keperawatan yaitu respon biopsiko-sosio-spritual terhadap masalah kesahatan aktual maupun potensial. Perencanaan keperawatan yaitu perawat memilih metoda khusus, memilih sekumpulan tindakan alternatif untuk menolong pasien mempertahankan kesejahteraan yang optimal. Implementasi keperawatan atau implementasi rencana asuhan keperawatan yaitu semua kegiaan dalam memberikan asuhan keperawatan untuk

39

menunjang tujuan pengobatan medis dan memenuhui tujuan rencana keperawatan. Dan tahap akhir adalah evaluasi yaitu mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan berdasarkan tujuan dan cukup realistis serta dapat dicapai oleh perawat, paien dan keluarga. Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melaluli pendidikan keperawatan (undangundang kesehatan No. 23 tahun 1992). Seorang perawat dikatakan profesiaonal jika memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan

keperawatan profesional serta memiliki sikap profesional sesuai kode etik profesi. Profil perawat profesional adalah gambaran dan penampilan menyeluruh perawat dalam melakukan aktifitas keperawatan sesuai kode etik keperawatan. Aktivitas keperawatan meliputi peran dan fungsi pemberian asuhan/pelayanan keperawatan, praktik keperawatan, pengelolaan institusi keperawatan, pendidik klien (individu, keluarga, dan masyarakat) serta kegiatan penelitian dibidang keperawatan diantaranya: 1). Peran Sebagai Pelaksana Dikenal dengan istilah care giver peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada individu, keluarga dan masyrakat. Metode yang

40

digunakan adalah pendekatan pemecahan masalah yang disebut proses keperawatan. Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai : comporter, perawat berusaha memberikan kenyamanan dan rasa aman pada klien. Protektor dan advokat, lebih berfokus pada kemampuan perawat melindungi dan menjamin agar hak dan kewajiban klien pelaksana dengan seimbangan dalam memperoleh pelayanan kesehatan.

Communicator, perawat bertindak sebagai mediator antara klien dengan anggota tim kesehatan lainnya. Rehabilitator, berhubungan erat dengan tujuan pemberian asuhan keperawatan yakni mengembalikan fungsi organ atau bagain tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi normal. 2). Peran Sebagai Pendidik Atau disebut juga health educator, perawat berperan mendidik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat serta tenaga keperawatan atau tenaga kesehatan yang berada di bawah tanggung jawabnya. Peran ini dapat berupa penyuluhan kesehatan kepada klien maupun bentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik keperawatan, antara sesama perawat atau tenaga kesehatan lainnya.

41

3). Peran Sebagai Pengelola Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola pelayanan maupun pendidikan keperawatan yang berada di bawah tanggung jawabnya sesuai dengan konsep manajemen keprawatan dalam kerangka paradigma keperawatan. Sebagai pegelola perawat berperan dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan/pelayanan keperawatan serta mengorganisasi dan

mengendalikan system pelayanan keperawatan. Pada institusi pelayanana keperawatan, peran perawat sebagai pengelola atau manajer dibedakan atas tiga tingkatan yaitu tingkat atas (top manager), adalah kepala bidang keperawatan, menengah (middle manager) adalah kepala seksi keperawatan dan penyelia (supervisor) dan tingkat bawah/dasar (super-ficial manager), adalah perawat yang menjabat kepala ruangan. Peran perawat dalam pengelolaan pendidikan meliputi tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam hal ini menjaga kualitas pendidikan keperawatan dengan menumbuh kembangkan iklim pendidikan akademik profesional yaitu

penguasan iptek keperawatan, penyelesaian masalah secara ilmiah, pembinaan sikap profesional serta belajar aktif dan mandiri.

42

4). Peran Sebagai Peneliti Sebagai peneliti dibidang keperawatan, perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metede penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian utnuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan. Kemampuan perawat mengadakan penilitian juga sangat diperlukan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan. Disamping itu temuan hail penelitian digunakan untuk menyeleksi teknologi dari negara lain yang selanjutnya diaplikasikan dalam pelayanan keperawatan sesuai dengan masalah kesehatan dan sisoal budaya masyarakat Indonesia (Carpenito, 1998:11). 2. Standar Praktik Keperawatan Profesional a. Pengertian Menurut American Nursing Association (ANA), praktik keperawatan berarti perlakuan terhadap kompensasi pelayanan profesional yang memerlukan pengetahuan khusus tentang biologi, fisika/ilmu alam, perilaku, psikologi sosiologi dan teori keperawatan sebgai dasar untuk mengkaji, menegangkan diagnosa, melakukan intervensi, dan evaluasi upaya peningkatan dan pemertahanan kesehatan, penemuan dan pengelolaan masalah kesehatan, cidera, atau kecacatan, pemertahanan fungsi optimal, atau meninggal dengan

43

nyaman. Setiap registered nurse secara langsung mempunyai akuntabilitas dan tanggung jawab terhadap konsumen dalam memberikan perawatan yang berkualitas (Priharjo, 1995:22). Menurut NCBSN (National Council of State Boards of Nursing), praktik keperawatan berarti membenatu individu atau kelompok dalam mempertahankan atau meningkatan kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan dengan mengkaji status kesehatannya, menentukan diagnosa, merencanakan dan

mengimplementasikan strategi perawatan untuk mencapai tujuan, serta mengevaluasi respon terhadap perawatan dan pengobatan (Priharjo, 1995:23). Standar praktik keperawatan profesional merupakan pedoman bagi perawat di Indonesia dalam melaksanakan asuhan keperawatan melaluli pendekatan proses keperawatan. Standar praktik

keperawatan dilaksanakan oleh perawat generalis maupun spesialis di seluruh tatanan pelayanan kesehatan di rumah sakit, puskesmas maupun tatanan pelayanan kesehatan lain di masyarakat (PPNI, 2000 dalam Nursalam, 2001:7)

44

b. Masalah Etika yang Berkaitan Langsung Praktik Keperawatan Beberapa masalah etika keperawatan yang ditemui dalam praktik keperawatan (Ermawati, 2010:132) : 1) Evaluasi Diri Evaluasi diri mempunyai hubungan erat dengan pengembangan karir, aspek hukum dan pendidikan berkelanjutan. Dengan evaluasi diri perawat dapat mengetahui kelemahan, kekurangan atau kelebihan sebagai perawat. Pengembangan diri perawat diperlukan agar dapat memberikan pelayanan yang lebih optimal atau lebih kompeten memberikan asuhan keperawatan. 2) Tanggung Jawab Terhadap Peralatan dan Barang Adanya kesehatan/perawat yang membawa pulang barang-barang kecil seperti kapas, larutan antiseptic maupun obat-obatan. Perawat harus dapat memberi penjelasan bahwa hal tersebut tidak dibenarkan karena menimbulkan kerugian institusi dan semua bertanggung jawab terhadap peralatan dan barang ditempat kerja. 3) Merekomendasikan Klien Pada Dokter Klien sering menanyakan tenang dokter umum atau dokter ahli mana yang baik dan dapat menangani penyakitnya. Perawat menghadapi dilema bila klien menanyakan tentang dokter yang tidak baik pelayanannya. Secara hukum perawat tidak boleh memberikan kritik tentang dokter kepada klien, karena dapat dituntut oleh dokter bersangkutan.

45

4) Menghadapi Asuhan Keperawatan Yang Buruk Pada dasarnya keperawatan ditunjukan Perawat untuk harus membantu mampu

percepatan

penyembuhan

klien.

mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan yang buruk dan tidak bijak, dan berupaya mengubah keadaan tersebut. 5) Peran Perawat dan Mengobati Peran perawat secara formal adalah memberikan asuhan keperawatan. Namun karena berbagai faktor sering bersamaan dengan mengobati terutama di puskesmas atau daerah perifer. Para perawat dalam tugas delegatif, yaitu pelayanan pengobatan secara hukum tidak dilindungi. 4. Nilai-nilai dan Kode Etik Nilai-nilai (values) merupakan hak-hak manusia dan pertimbangan etis yang mengatur perilaku seseorang. Nilai merupakan milik setiap pribadi yang mengatur langkah-langkah yang seharusnya dilakukan Karena merupakan cetusan dari hati nurani yang dalam dan diperoleh seseorang sejak kecil. Nilai dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan yang dewasa ini mendapat perhatian khusus, terutama bagi perawat karena perkembangan peran perawat menjadikan mereka lebih menyadari nilai dan hak orang lain serta dirinya sendiri. Kode etik secara umum dan khususnya di bidang keperawatan membagi nilai-nilai sosial kedalam justice (keadilan), autonomy (otonomy), fidelity (kesetiaan), accountability (tanggung jawab), beneficence (kehati-

46

hatian), veracity (kejujuran), dan advocacy (pengacara). Justice adalah kewajiban profesional untuk bersikap adil kepada semua orang. Setiap manusia mempunyai hak untuk diperlakukan sama, tanpa

mempermasalahkan usia, jenis kelamin, kelas sosial, atau keyakinan agama. Nilai-nilai ini tercermin dalam kode etik : "perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai martabat harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruhi oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuaan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan sosial". Autonomy adalah hak idependen dan kebebasan seseorang, dalam menentukan diri sendiri. Dalam pelayanan kesehatan, ini berarti bahwa pasien, bukan dokter, perawat, atau keluarga yang satu-satunya berhak membuat keputusan pelayanan kesehatan. Profesional pelayanan kesehatan boleh tidak setuju dengan keputusan pasien, tapi bukan masalah : " seorang berkuasa atas diri mereka sendiri". Mereka boleh menerima atau tidak menerima sran orang lain, tapi keputusan akhir tergantung mereka sendri. Fidelity adalah kewajiban seorang untuk menjaga komitmen yang dibuatnya. Ini berarti menjaga setiap hal tanpa terkecuali. Oleh karena itu, jika seseorang menganut kode etik profesional, fidelity tetap ditujukan sesuai kode etik. Fidelity tercermin dalam komponen dasar kode etik inetrnasional countil nurse (ICN, 1973). Disini dinyatakan bahwa tanggung jawab perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,

mengembalikan kesehatan dan meringkankan penderitaan.

47

Accontibility adalah behubungan erat dengan fidelity, yang berari bahwa seseorang menunjukan tanggung jawab dalam tindakan dan kerkaitan dengan keputusan mereka terhadap oaring lain. Fidelity dan accontibility menjadi standar profesional dalam situasi yang meraguan atau belum jelas. Beneficence berarti melakukan segala sesuatu dengan baik. Beneficence juga berarti mencegah kesalahan atau keburukan,

menghilangkan kesalahan atau keburukan, dan menungkatan perbuatan baik, baik diri sendiri maupun orang lain (Frankena, 1988). Kadang-kadang dalam pelayanan kesehatan beneficence dihadapkan pada konflik dengan otonomi. Profesional kesehatan menentukan dan memberikan prosedur yang diyakini baik bagi pasien, tapi pasien boleh tidak ikut di dalamnya. Veracity adalah kejujuran. Nilai ini mengharuskan pemberi pelayanan kesehatan berkata jujur kepeda setiap pasien dan yakin bahwa pasein benar-benar megerti pesan yang disampaikan. Satu pendapat menyebutkan bahwa veracity juga dilaksanakan meskipun kebenaran menimbulkan prognosis yang buruk pada pasien. Karena manusia adalah autonomous, mereka punya hak penuh terhadap kondisi mereka. Advocacy didefinisikan sebagai asuhan aktif perawat untuk membantu pasien dalam menentukan pilihan keputusan diri pasien, advocacy memberikan tiga langkah, yaitu membantu pasien mengerti apa yang mereka inginkan dalam situasi tertentu; membantu pasien melihat dan

48

menjelaskan nilai-nilai mereka dalam situasi tertentu; membantu pasien memilih nilai tersebut. Untuk meninjau penerapan kode etik perlu dilihat bagaimana calon profesional menyikapi penerapan kode etik tersebut (Ermawati, 2010:9).

2.1 Bagan Kerangka Teori Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1. Internal a b c d e Intelegensi Emosi Kepercayaan Aktivitas Pengalaman Pribadi Keyakinan Keinginan Motivasi Niat Sikap 2. Eksternal a Pendidikan b Pengalaman orang lain c Media masa Eksternal Pengalaman Fasilitas - Perawat terhadap klien Budaya
Penerapan kode etik dalam melaksanakan asuhan keperawatan

Internal Persepsi Pengetahuan

1. konsep dasar kode etik keperawatan 2. komponenkomponen kode etik keperawatan diantaranya : a. Perawat-klien b. Perawat-praktek c. Perawatmasyarakat d. Perawat-teman sejawat e. Perawat-profesi

Sumber; Notoatmodjo (2010), Notoatmodjo (2003), Ermawati (2010)

Anda mungkin juga menyukai