Anda di halaman 1dari 41

Profesi Ners STIKes Dharma Husada Bandung Angkatan V

BAB II LANDASAN TEORI MANAJEMEN KEPERAWATAN

A.

Manajemen

1. Pengertian Manajemen Manajemen adalah seni ilmu perencanaan, pengorganisasiann penyusunan, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. (Manulang 2004).

2. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. fungsi manajemen 3 bagian yaitu:

a. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan

dengan

sumber

yang

dimiliki.

Perencanaan

dilakukan

untuk

menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
b. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi

suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian pengawasan dan mempermudah menentukan manajer orang yang dalam melakukan untuk

dibutuhkan

melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas

tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
c. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan

agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha. B. Manajemen Keperawatan 1. Pengertian Manajemen Keperawatan Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan produktif dalam menjalankan suatu kegiatan diorganisasi. Dimana didalam manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi ( Grant & Massay, 1999). Manajemen keperawatan adalah suatu proses penyelesaian pekerjaan melalui orang-orang atau staf keperawatan sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai secara efektif (Gillies, 1986).

2. Konsep, Filosofi, dan Tujuan Manajemen Keperawatan. a. Konsep Dasar Manajemen Keperawatan Konsep dasar dalam manajemen keperawatan adalah manajemen partisipasif yang berdasarkan paradigma keperawatan yaitu: manusia, lingkungan, keperawatan dan kesehatan b. Filosofi Manajemen Keperawatan Filosofi dalam manajemen keperawatan adalah keyakinan yang dimiliki oleh tim keperawatan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas melalui pembagian kerja, koordinasi dan evaluasi. c. Tujuan Manajemen Keperawatan Tujuan manajemen keperawatan pada umumnya ditentukan oleh bidang keperawatan meliputi: 1) Meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit.

2) Meningkatkan penerimaan masyarakat tentang profesi keperawatan dengan mendidik perawat agar mempunyai sikap professional dan bertanggunmg jawab terhadap pekerjaan. 3) Meningkatkan hubungan dengan pasien, keluarga, dan masyarakat. 4) Meningkatkan pelaksanaan kegiatan umum dalam upaya

mempertahankan kenyamanan pasien. 5) Meningkatkan komunikasi antar staf. 6) Meningkatkan produktifitas dan kualitas staf keperawatan.

3. Lingkup Manajemen Keperawatan a. Manajemen Operasional/Pelayanan Planning Organization Staffing Directing Controling

b. Manajemen Asuhan Keperawatan Pengkajian Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi

4. Fungsi Manajemen Keperawatan a. Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). 1) Tujuan perencanaan: a) Memberi arah organisasi. b) Menentukan tujuan yang realistik. c) Menjamin tercapainya tujuan. d) Meningkatkan efesiensi.

e) Membuang program yang tidak bermanfaat. f) Menghindari duplikasi upaya atau program. g) Mengkonsentrasikan pelayanan yang bersifat urgent. h) Meningkatkan aktifitas koordinasi dan komunikasi. i) Memungkinkan adaptasi terhadap perubahan lingkungan kerja. 2) Prinsip perencanaan: a) Jelas tujuan. b) Jelas hasil yang akan dicapai. c) Sederhana. d) Berdasarkan kebijakan dan prosedur yang berlaku. e) Prioritas. f) Perlibatan aktif. g) Efektif dan efesien. h) Fleksibel. i) Berkesinambungan. j) Kejelasan metode evaluasi. 3) Perencanaan meliputi kegiatan: a) Pengumpulan data Data tentang pasien, pegawai/staf, kepemimpinan, peralatan, dan pelayanan keperawatan. b) Analisa lingkungan. Dengan menggunakan analisa SWOT (Strength, Weaknes, Opportunities, Threath). c) Pengorganisasian data Memilih data yang mendukung dan menghambat. d) Pembuatan rencana. Menentukan objektif/ sarana yang ingin dicapai, uraian kegiatan, prosedur, target waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metoda.

10

Perencanaan dalam bidang keperawatan antara lain: a. Ketenagaan 1. Perencanaan kualitas dan komposisi tenaga. 2. Rencana pengaturan tugas. 3. Rencana pembinaan. b. Peralatan dan obat-obatan. 1. Merencanakan kebutuhan alat-alat dan obat (jenis dan jumlah). 2. Merencanakan pemeliharaan. c. Pelayanan keperawatan. 1. Rencana keperawatan secara umum. 2. Rencana perawatan setiap pasien.

5. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. a. Prinsip pengorganisasian: 1) Rantai komando (Chain of Command). 2) Rantai Kesatuan Komando (Unity of Command). 3) Rentang Kontrol (Spain of Control). 4) Spesialisasi. b. Tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi: 1) Pola strutur berarti proses hubungan interaksi yang

dikembangkan secara efektif. 2) Penerapan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisasi. 3) Strutur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang sama pola hubungan antara kegiatan yang tepat dan pembinaan cara komunikasi yang efektif antara perawat. c. Aktifitas pengorganisasian: 1) Mengembangkan uraian tugas

11

2) Mengembangkan prosedur. 3) Mengembangkan ketenagaan dan jadwal kerja dinas. d. Strutur organisasi: 1) Birokrasi (Hierarchial Structure/line structute). 2) 3) Adhocracy. Matrik (free Form Structure).

e. Kegunaan pengorganisasian: 1) Penjabaran secara rinci semua pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. 2) Pembagian beban kerja sesuai dengan kemampuan perorangan atau kelompok. 3) Mengatur mekanisme kerja antar masing-masing anggota kelompok untuk hubungan dan organisasi. 6. Ketenagaan (Staffing). a. Definisi Ketenagaan adalah anggota organisasi/badan usaha yang

memperoleh imbalan. b. Tujuan manajemen ketenagaan diruang rawat: Mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa. c. Fungsi utama ketenagaan: 1) Memenuhi falsafah organisasi dan budget organisasi, dimana pelayanan kerepawatan tergantung pada kuantitas tenaga

keperawatan yang bertugas selama 24 jam yang dibagi menjadi 3 shif dan pelaksanaannya saling berkesinambungan. 2) Dukungan SDM yang optimal diharapkan mampu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Untuk itu selain kuantitas tenaga diperlukan juga pengembangan karir bagi perawat, seperti keikutsertaan dalam pelatihan-pelatihan, peningkatan jenjang pendidikan dan lain-lain.

12

d. Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan : 1) Kategori klien: a) keperawatan mandiri/Self Care Klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindakan keperawatan dan pengobatan. b) keperawatan sebagian/Partial Care. Klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindakan

keperawatan dan pengobatan tertentu seperti pemberian obat intravena. c) Keperawatan penuh/Total Care. Memerlukan bantuan secara penuh dalam perawatan diri dan memerlukan observasi ketat. d) Keperawatan intensif/ Intensive care. Klien memerlukan observasi dan tindakan yang terus-menerus. 2) Metoda penugasan: Cara untuk membagi pekerjaan yang ada di satu unit perawatan kepada tenaga yang ada di unit tersebut. Metode penugasan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dapat mengunakan beberapa metode. 3) Analisa kebutuhan tenaga keperawatan Perencanaan memperkirakan keperawatan tenaga secara keperawatan kuantitatif dan ini merupakan kualitatif bertujuan proses tenaga untuk

yang

diperlukan.

Hal

mempertahankan dan meningkatkan kemampuan organisasi dalam mencapai sasarannya melalui strategi pengembangan kontribusi karyawan di masa mendatang. Penyusunan program bidang sumber daya manusia dalam manajemen strategi suatu pasien dirawat. Metode pendekatan primer ini mendorong kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana dan pelaksanaannya rumah sakit, meliputi langkah-langkah:

13

1) Langkah-langkah perencanaan kebutuhan sumber daya mausia Inventarisasi sumber daya manusia yang ada Inventarisasi beban kerja masing-masing Evaluasi kebutuhan sumber daya manusia di masingmasing unit kerja Penetapan jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia yang benar-benar dibutuhkan 2) Langkah perencanaan pengisian kebutuhan sumber daya manusia Identifikasi jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia yang ada di rumah sakit Identifikasi jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia yang diperlukan Penetapan jumlah kebutuhan sumber daya manusia yang diisi dari dalam organisasi Perencanaan pengisian kebutuhan sumber daya manusia

3) Langkah Perencanaan pengembangan sumber daya manusia Evaluasi kemampuan sumber daya manusia yang ada Identifikasi usaha-usaha peningkatan kemampuan sumber daya manusia Evaluasi hasil prestasi sumber daya manusia Alternatif pendidikan dan latihan yang diperlukan akan dilakukan Perluasan wilayah pelayanan Usaha pengembangan jasa pelayanan kesehatan dan wilayah pelayanan 4) Langkah perencanaan hubungan antar manusia Evaluasi sistem hubungan antar manusia yang ada dalam organisasi Tujuan dari hubungan antar manusia direncanakan

14

Usaha-usaha yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan hubungan antar manusia Program peningkatan hubungan antar manusia yang akan dijalankan

5) Langkah perencanaan penyempurnaan sistem balas jasa Evaluasi sistem balas jasa yang dijalankan Perkembangan lingkungan rumah sakit Tingkat kemampuan keuangan rumah sakit Evaluasi dampak perubahan sistem balas jasa dalam prestasi kerja Program penyempurnaan sistem balas jasa

Langkah-langkah perencanaan tenaga menurut Drucker (1989) dan Gillies (1989) antara lain: Mengidentifikasi bentuk dan tujuan jumlah perawatan yang akan diberikan Menentukan kategori perawat yang akan dipekerjakan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang

dibutuhkan Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat diperlukan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang diperlukan Menerima (menyaring) tenaga untuk mengisi posisi yang ada Menyeleksi calon yang berminat untuk bekerja Menentukan tenaga perawat dalam konfigurasi sesuai unit kerja dan jadwal yang tertuang dalam shift Memberikan tanggungjawab untuk pelayanan asuhan keperawatan dalam berbagai model pemberian asuhan keperawatan

15

6). Penghitungan Tenaga: Perhitungan tenaga keperawatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Faktor pasien Tipe klien sesuai dengan janis penyakitnya, usia dan faktor yang spesifik Jumlah pasien dan jumlah fluktuasinya Tingkat kompleksitas dan lamanya kebutuhan keperawatan Keadaan sosial ekkonomi yang dipengaruhi kesehatannya Harapan klien dan keluarga Faktor tenaga Jumlah dan komposisi tenaga keparawatan Kebijakan pengaturan dinas Peran, fungsi dan tanggungjawab perawat Kebijakan personal Tingkat pendidikan, pengalaman dan kelengkapan tenaga keperawatan Kalangan tenaga perawat spesialis Sikap etis para profesional Metode penugasan ke pasien turn over yang sulit diramalkan Faktor lingkungan Tipe dan lokasi rumah sakit Fasilitas dan jenis pelayanan yang diberikan Jangkauan pengawasan Kelengkapan peralatan medik atau diagnostik Pelayanan penunjang dari bagian laboratorium, rongtsen, farmasi, fisioterapi dan lain-lain Pelayanan penunjang dari instalasi lain Macam kegiatan yang akan dilaksanakan pelayanan,

kunjungan rumah dan lain-lain

16

Faktor Organisasi Mutu pelayanan Kebijakan pembinaan dan pengembangan Sistem SDM Keterbatasan dana

Perhitungan Rumus ada beberapa yaitu: a) Rumus Gillies jam kprwtn u/ psn/hari x rata-rata sensus psn/hari x hari/thn hari/thn hari libur prwt x jam kerja/hari = jam kprwtn u/ psn/thn = jumlah perqawat di suatu unit jam kerja prwt/thn Catatan: Waktu perawatan menurut Gillies, 1989 1. Perawatan langsung Self care Partial care Total care Intensive care Rata-rata keperawatan langsung = 2 jam = 3 jam = 4-6 jam = 8 jam = 4 5 jam

2. Waktu perawatan tidak langsung = 38 menit / pasien / hari 3. Waktu penyuluhan = 15 menit / pasien / hari Rasio perawatan ahli : trampil = 55 % : 17 % Proporsi dinas pagi : sore : malam = 47 % : 36 % : 17 %

17

b) Rumus Douglas perawat = pasien x derajat ketergantungan Tabel ketergantungan pasien: Pasie n 1 2 0.17 0.34 0.14 0.28 Minimal care Pagi sore Mala m 0.07 0.14 0.27 0.54 0.15 0.30 0.10 0.20 0.36 0.72 0.30 0.60 0.20 0.40 Partial care pagi sore malam Total care Pagi sore Malam

c) Rumus Depkes 2003 Berdasarkan: Tingkat ketergantungan pasien Rata-rata pasien per hari Jam perawatan yang diperlukan hari per pasien Jam perawatan yang diperlukan per ruangan per hari Jam kerja efektif setiap perawat

Cara perhitungan: 1. Hitung jumlah perawat yang tersedia A= Jumlah jam perawat Jumlah jam kerja efektif per shift 2. Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur / cuti / hari besar dan tugastugas non keperawatan Loss day / hari libur / cuti / hari besar B = Jumlah hari minggu / thn + cuti + hari besar x hasil A Jumlah hari kerja efektif Tugas non keperawatan C = Jumlah tenaga keperawatan + B x 25 100 Jumlah perawat yang dibutuhkan = A + B + C

18

d) Lokakarya Keperawatan (1989)

Tenaga Keperawatan

Ax52x7xTTxBOR 41mgx40 jam

+ 25%

Keterangan: A : Jumlah jam perawat yang diterima pasien selama 24 jam 52 : Jumlah hari minggu pertahun 7 : Jumlah hari perminggu 41 : Hari kerja efektif pertahun 40 : Jumlah jam kerja perminggu 25 : Koreksi

7. Pengarah (Directing) Pengarah merupakan suatu upaya menggerakkan kegiatan staf untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Douglas (1984) mendefinisikan pengarah sebagai suatu penyampaian pesan dan instruksi yang menyebabkan staf mengerti apa yang diharapkan sehingga dapat membantu tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Pengarahan mengandung unsur penting, yaitu:

Manajemen waktu yang terdiri dari kegiatan organisasi personal, pengorganisasian pekerjaan dan pendelegasian.

Komunikasi yang baik yang digunakan adalah komunikasi yang jelas Manajemen konflik yaitu kemampuan dalam mengatasi konflik baik dengan atasan maupun teman sejawat

8. Pengendalian (Controlling) Pengendalian adalah proses pengecekan dan penelusuran penyimpanganpenyimpangan dari arah yang direncanakan yang merupakan aktifitas berkesinambungan dan di buat berdasarkan evaluasi pada waktu kegiatan sedang berjalan. Prinsip Controlling: 1. Principle of Unifomity Dibentuk dari awal sampai akhir 2. Principle of Comparison

19

Membandingkan yang direncanakan dengan yang dicapai 3. Principle of Exception tidak sesempurna dari perencanaan, tetapi ada umpan balik untuk perbaikan Controlling dilakukan melalui kegiatan: 1. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan 2. Preconperence, overan, post conperence 3. Ronde keperawatan 4. Mengevaluasi produktifitas berdasarkan gant chat yang telah dibuat 5. Program evaluasi dan peer review Tipe Controlling: 1. Input control 2. Proses control 3. Output control Controlling dilakukan pada a. Pasien

Kebutuhan fisik pertama mental dan sosial Perawatan, pemeriksaan dan pengobatan Lingkungan

b. Ketenagaan

Penampilan dan sikap Pelayanan asuhan keperawatan dan sistem kerja Prestasi kerja

c. Alat-alat dan obat-obatan


Penggunaan Pencatatan dan pelaporannya Inventaris

6. Delegasi Dalam melaksanakan delegasi kepada staf yang harus digarisbawahi bahwa pemberian delegasi merupakan pemberian tanggungjawab, yang pada akhirnya yang bersangkutan harus mempertanggungjawabkan. dalam memberikan delegasi harus spesifik.

20

serah terima tugas atau sering disebut overan merupakan salah satu proses pendelegasian yang bertujuan melaksanakan rencana keperawatan secara berkesinambungan. Beberapa hal yang perlu dilaporkan atau didelegasikan saat overan adalah kondisi klien secara umum, diagnosa medis, diagnosa keperawatan, tindakan yang telah dilaksanakan, dan tindakan yang akan dilaksanakan serta evaluasi perkembangan klien.

C. Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan 1. Manajemen Pelayanan Keperawatan Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang mengacu kepada visi, misi dan tujuan rumah sakit, sedangkan pelayanan keperawatan di ruangan dipimpin oleh seorang kepala ruangan, dimana pelaksanaannya mengacu kepada visi, misi dan tujuan pelayanan keperawatan. Telaah Manajemen Pelayanan/unit meliputi: a. Lingkungan kerja ruang rawat inap 1. Lingkungan Fisik Fasilitas fisik lokasi

Lokasi unit ini harus dekat dengan fasilitas radiology dan ruang laboratorium untuk kemudahan dan efisiensi

Lokasi juga harus berdekatan dengan ruang emergensi dan dekat dengan unit perawatan khusus, untuk mengembangkan suatu unit pelayanan terpadu.

Ukuran Ukuran ruangan ditentukan berdasarkan beban kasus dan kompleksitas rumah sakit. menurut standar Gudelines for Contraction and Equipment for Hospital and Medical Vasilities (1992-1993) ruangan:

Kapasitas ruangan untuk kelas satu maksimum dua pasien, catatan: dalam konstruksi baru kapasitas ruangan maksimum seharusnya dapat menampung dua pasien. peraturan sekarang, kapasitas maksimum ruangan menampung sekitar empat pasien

Dalam konstruksi baru ruang pasien harus mempunyai luas minimal 9,2 m2,

21

ukuran lantai perbed dan luas area tergantung dari kebijakan RS setempat dan lahan yang ada, ukuran lantai perbed sama dengan ruas area single bed. Ruang toilet, kloset, loker, gudang, ruang depan, susunan ruangan seharusnya berukuran minimal 0,91 m2 termasuk dari sisi dan kaki tempat tidur dan dinding. diruang multiple bed ukuran lantai minimal 1,22 m2, dalam area multiple bed ruangan pasien berukuran minimal 80 kaki sama dengan ukuran single bed yaitu 9,29 m2

Ruang pasien mempunyai jendela pada bagian yang sesuai Ruang operator perawat harus mengarah kesemua ruangan Dalam konstruksi baru, wastapel harus disediakan di setiap ruangan pasien. letak wastapel harus berdekatan dengan tempat tidur dan tempat menyuci peralatan. Toilet harus dirancang untuk satu tempat tidur atau dua tempat tidur

Setiap pasien harus dekat dengan toilet tanpa harus keluar ruangan. satu toilet diperuntukkan untuk empat tempat tidur atau lebih dari ruang pasien. Toilet memiliki water closet dan wastapel yang menggunakan pintu double acting

Setiap pasien harus terpisah dari lemari pakaian, loker Jika dalam ruangan terdapat banyak tempat tidur diperlukan penghalang untuk menjaga privasi

Untuk ventilasi, ruang oksigen, ruang oksigen, vakum udara dan listrik harus sesuai dengan standar

Desain Ruangan Tata letak ruang rawat inap harus disesuaikan dengan struktur yang telah ada, tetapi unit berbentuk melingkar atau persegi empat mungkin yang paling efisien dengan menempatkan stasiun perawatan di tengah. Desain seperti ini akan memberikan pengamatan yang maksimal kepada klien. selain itu harus mempunyai washtafel dan dapat dikombinasikan menjadi ruang rapat dan ruang komunikasi, serta mempunyai pintu darurat.

22

a) Bed Occupancy Rate (BOR) Persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat pemnafaatan tempat tidur rumah sakit (Muninjaya A.A.G, 1999: 158). Rumus: Jumlah hasil perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 % Jumlah TT x 365 (Muninjaya, 1999: 158)

Sedangkan menurut Nursalam (2002), untuk menghitung BOR adalah: Jumlah TT terpakai x 100% Jumlah TT tersedia

b) Average Length of Stay (ALOS) Rata-rata lamanya perawatan seorang pasien. Indikator ini dapat

menggambarkan tingkat efisiensi managemen pasien di sebuah rumah sakit, untuk mengukur mutu pelayanan apabila diagnosis penyakit tertentu dijadikan tracernya (sesuatu yang perlu diamati lebih lanjut) (Muninjaya A.A.G, 1999: 158). Rumus: Jumlah hari perawatan pasien dalam 1 tahun x 100% Jumlah pasien keluar rumah sakit (hidup + mati)

c) Bed Turn Over (BTO) Frekuensi pemakaian tempat tidur dalam satu satuan waktu (biasanya pertahun) tempat tidur rumah sakit. Indicator ini akan memberikan gambaran tentang tingkat pemakaian temapat tidur di sebuah rumah sakit

(Muninjaya.A.A.G, 1999: 158) Rumus: Jumlah pasien keluar RS (hidup+mati) x 100% Jumlah tempat tidur

23

d) Turn over Internal (TOI) Rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat ke saat sampai terisi berikutnya. Indicator ini juga memberikan gambaran tentang tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur (Muninjaya A.A.G, 1999:158) Rumus: (Jumlah tempat tidur x hari) hari perawatan x 100% Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

2. Lingkungan Non fisik a) Hubungan perawat-perawat HAM (Hak Azasi Manusia) adalah keseluruhan proses interaksi antar manusia pada suatu organisasi, baik yang terjadi secara formal maupun non formal (Muninjaya.A.A.G, 1999: 143). Hubungan antar manusia dalam hal ini mencakup hubungan antara perawat dengan perawat dengan suatu team work. Dalam menerapkan HAM, terdapat 10 prinsip dasar atau the ten princial of human relation: 1. harus adanya sinkronisasi antara tujuan bersama dengan tujuan masingmasing individu. 2. suasana pergaulan yang menyenangkan 3. berkembangnya hubungan yang wajar di dalam proses interaksi atau pergaulan sehari-hari 4. sadar akan hakikat individu yang lain (perbedaan antar individu) 5. memberikan suatu dorongan untuk kemajuan masing-masing individu dalam suatu interaksi 6. harus dapat menciptakan suasana yang menarik dalam proses interaksi 7. harus dapat menghargai individu lain dalam suatu jenis kegiatan 8. harus dapat melengkapi kebutuhan untuk berkembangnya proses interaksi antara satu individu dengan individu lain 9. saling menghormati profesi yang dimiliki masing-masing individu 10. berikan pujian atau penghargaan yang wajar terhadap kegiatan yang telah dilakukan oleh orang lain. (Muninjaya.A.A.G, 1999: 143-144)

24

b) Hubungan perawat - klien Berdasarkan teori, hubungan antar perawat dengan klien dilaksanakan secara teurapeutik antara perawat-klien adalah hubungan kerjasama yang ditandai dengan tukar menukar prilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang teurapeutik (Stuart and sundeen, 1987:103). Sedangkan Heri Purwanto mengatakan bahwa komunikasi teurapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien ( Heri Purwanto, 1994: 20). Dalam proses komunikasi teurapeutik ini terdiri dari empat fase, yaitu fase pra interaksi, fase pengantar (orientasi), fase bekerja, dan fase terminasi. Pada masing-masing fase ini terdapat tugas dan keahlian perawat yang dalam pelaksaannya harus ditunjang dengan teknik komunikasi teurapeutik. c) Hubungan kerja Jenis hubungan kerja di ruangan a. Vertical Atasan Bawahan b. Horizontal Klien, individu, keluarga dan masyarakat Teman sejawat, profesi lain: kolaborasi dengan menggunakan protokol Unit lain yang setingkat c. Diagonal Staf unit lain

25

Iklim kerja Dalam iklim kerja Komitmen sangat penting karena setiap perawat seharusnya mempunyai komitmen efektif terhadap pemberian asuhan keperawatan kepada klien karena hubungan antara perawat dengan klien adalah hubungan yang teurapeutik yang mempunyai keterkaitan emosional secara teurapeutik antara perawat-klien. Hubungan antara perawat-klien dapat mempengaruhi hasil

pengobatan jika hubungan yang baik telah terjalin sejak awal maka hasil perawatan akan lebih memuaskan klien, bersikap sabar, ramah, berbicara terus terang dan bertindak menyakinkan akan memperoleh kepercayaan dari klien pada saat pertama kali berjumpa. Untuk menciptakan iklim yang mendukung manager dapat dilakukan aktivitas sebagai berikut : Mempunyai harapan-harapan yang jelas untuk setiap pegawai dan mengkomunikasikannya secara efektif Mertindak adil dan konsisten dalam menangani semua staf Membuat keputusan yang sesuai Mengembangkan konsep tim kerja Mengintegrasikan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-

keinginan staf dengan perhatian dan tujuan organisasi Mengenali keunikan setiap staf Memberikan pengalaman yang menantang dan memberikan masukan dalam pengambilan keputusan Memberikan pengakuan dan penghargaan Menciptakan hubungan saling percaya 2. Kekuatan Kerja 1) Man Jumlah tenaga perawat keseluruhan (profesional lanjut, profesional pemula, vokasional, dan lain-lain). Jenis ketenagaan atau pendidikan, keterampilan khusus yang dimiliki perawat yang didapat melalui kursus atau pendidikan dan pelatihan. Jumlah tenaga profesional lainnya yang terkait meliputi : dokter, ahli gizi, petugas lab, tenaga administrasi, dan cleaning service.

26

Untuk alat ukur dibuat berdasarkan rata-rata klien membutuhkan perawatan sehari : Minimal Care Intermidiate Care Maksimal Care : 1 jam : 2 jam : 2,5 jam

Formula pembagian shift (Waster dalam Swanbery, 1996) : Pagi Sore Malam : 47 % : 36 % : 17 %

Pembagian proporsi tenaga untuk asuhan langsung profesional : 55% : 45% Jumlah hari libur dalam setahun : Rata-rata hari minggu per tahun : 52 hari Libur nasional Cuti sakit Jumlah hari per tahun Jam kerja produktif : 15 hari : 7 hari : 365 hari : 7 jam

a. Jumlah perawat (tenaga asuhan langsung) = total kebutuhan jam perawatan/hari x jumlah hari dalam setahun (jumlah hari dalam setahun hari libur dalam setahun) x 7 b. Jumlah tenaga pendukung asuhan = (kapasitas unit / 30 x jumlah shift x 20 jam) x jumlah hari dalam setahun (jumlah hari dalam setahun hari libur dalam setahun) x 7

2) Money Sumber keuangan dan pengelolaannya/pengeluarannya harus jelas, dalam arti harus transparan. Untuk pengeluaran ada perencanaan pengeluaran seperti untuk pengembangan program, insentif perawat dan untuk lain-lain.

27

3) Metode/model Ada beberapa pendekatan tentang metode pembagian dinas menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) sebagai berikut : Metode Fungsional Merupakan pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Setiap perawat hanya melakukan 1 2 jenis intervensi (misalnya merawat luka, injeksi) untuk semua klien yang ada pada unit perawatan tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua klien dan menjawab semua pertanyaan tentang klien. Keuntungan Perawat terampil untuk tugas/pekerjaan tertentu Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk suatu tugas yang sederhana. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang praktek untuk keterampilan tertentu. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik. Kerugian Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau tidak total sehingga proses keperawatan sulit dilakukan. Apabila pekerjaan selesai cenderung perawat meninggalkan klien dan melakukan tugas non keperawatan. Tidak memberikan kepuasan pada klien maupun perawat. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan

keterampilan saja. Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasikan kontribusinya terhadap pelayanan klien.

28

Metode Tim Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok klien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 3 tim yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu tim kecil yang saling membantu. Pembagian tugas di dalam kelompok atau grup dilakukan oleh ketua kelompok. Selain itu, ketua tim bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota tim sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan perawatan klien, serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan, selanjutnya ketua tim yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien. Keuntungan Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Kelemahan Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Konsep metode tim Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai tehnik kepemimpinan. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana terjamin. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim. Peran kepala ruangan penting dalam metode tim.

29

Tanggung jawab ketua tim Membuat perencanaan. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi. Mengenal/mengetahui kondisi klien dan dapat menilai tingkat kebutuhan klien. Tanggung jawab anggota tim Memberikan asuhan keperawatan pada klien di bawah tanggung jawabnya. Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim. Memberikan laporan. Mengembangkan kemampuan anggota. Menyelenggarakan konferensi.

Tanggung jawab kepala ruangan Perencanaan Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masingmasing. Mengikuti serah terima klien pada waktu pergantian shift. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan bersama ketua tim. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan. Mengikuti visite dokter. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan. Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan. Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri. Membantu membimbing peserta didik keperawatan. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit. Pengorganisasian Merumuskan metode penugasan yang digunakan. Merumuskan tujuan metode penugasan.

30

Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek. Mendelegasikan tugas kepada ketua tim saat kepala ruangan tidak berada di tempat. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi klien. Mengidentifikasi masalah dan cara penyelesaiannya. Pengarahan Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan

berhubungan dengan asuhan keperawatan klien. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam

melaksanakan tugasnya. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain. Pengawasan Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan

keperawatan yang diberikan kepada klien. Melalui supervisi : pengawasan langsung melalui inspeksi dan pengawasan tidak langsung dengan cara mengecek daftar hadir ketua tim. Evaluasi Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim. Audit keperawatan.

31

Metode Primer Pengorganisasian pelayanan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh satu orang Registered Nurse sebagai perawat primer yang bertanggung jawab dalam asuhan keperawatan selama 24 jam terhadap klien yang menjadi tanggung jawab mulai dari masuk sampai pulang dari rumah sakit. Apabila perawat primer libur atau cuti, tanggung jawab dalam asuhan keperawatan klien diserahkan kepada teman kerjanya yang satu level, satu tingkat pengalaman dan keterampilan (associated nurse). Metode ini ditandai oleh adanya keterkaitan kuat, terus menerus antara klien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan mengkoordinasikan asuhan keperawatan selama klien dirawat. Metode ini mendorong kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Keuntungan Model praktek profesional dapat dilakukan atau diterapkan. Memungkinkan keperawatan yang komprehensif dan kontinuitas. Memungkinkan penerapan asuhan keperawatan. Memberi kepuasan pada klien dan keluarga dalam menerima asuhan keperawatan. Perawat mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri. Klien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Asuhan yang diberikan bermutu dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Kerugian Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional. Biaya relatif lebih tinggi dibanding dengan metode lain Konsep dasar metode primer Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.

32

Ada otonomi. Ketertiban klien dan keluarga. Manajemen Kasus Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan klien saat ia dinas. Klien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa klien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu klien satu perawat, dalam hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau perawat khusus seperti isolasi, intensive care. Keuntungan Perawat lebih memahami kasus per kasus. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah. Kerugian Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab. Selanjutnya perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama

Modifikasi Tim Primer Pada model ini digunakan secara kombinasi dari kedua sistem yang didasarkan pada beberapa alasan :

Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 atau setara. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab asuhan keperawatan klien terfragmentasi pada berbagai tim. Melakukan kombinasi diharapkan kontinuitas asuhan keperawatan dan akontabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer, sedangkan perawat primer sebagai ketua tim akan memberikan bimbingan kepada anggota tim tentang asuhan keperawatan. Dengan menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan empat orang perawat primer dengan kualifikasi S1

33

keperawatan, kepala ruangan S1 keperawatan. Perawat associate dengan kualifikasi pendidikan D3 keperawatan

Peran masing-masing komponen : Kepala Perawat Menerima klien Memimpin rapat Evaluasi kinerja perawat Membuat daftar dinas Menyediakan material Perencanaan, pengawasan, pengarahan Perawat Primer Membuat perencanaan askep Mengadakan tindakan kolaborasi Memimpin timbang terima Mendelegasikan tugas Memimpin ronde keperawatan Evaluasi pemberian askep Bertanggung jawab terhadap klien Memberi petunjuk jika klien akan pulang Mengisi resume keperawatan Perawat Associate Memberikan askep Mengikuti timbang terima Melaksanakan tugas yang didelegasikan Mendokumentasikan tindakan Melaporkan askep yang dilaksanakan

4) Material Peralatan dan perlengkapan medis dan non medis. a. Alat Tenun Alas baki Alas Brankar Bantal Barak Short

34

Duk Bolong Under Pad (Pengalas steril) Gorden Tebal Gorden Vitrase Handuk Kelambu Laken Dewasa Selimut Wool Stik Laken Sarung Bantal Sarung Penderita Sampiran Tutup Mayat Taplak Meja Klien Waslap Kasur Busa Dewasa

b. Alat kedokteran dan kesehatan Alat mandi : waskom mandi, standar Waskom Alat eliminasi : pispot, urinal, irrigator, gelas ukuran Alat oksigenasi : monometer oksigen, roda oksigen besar , kunci nggris, ambu bag Pengukuran tanda-tanda vital : tensimeter , stetoskop, termometer, timbangan berdiri, timbangan biasa, tongue spatel Alat transportasi : brancard, kursi roda, roda cucian Machine : suction fortable, EKG, nebulizer Lain-lain : vena seksi set, dresing card, perlak, buli-buli panas, standar infus , standar BSE, windring, stabilisator listrik Dressing set : pinset anatomis, pinset chirerurgis, gunting benang, gunting jaringan, kom besar tertutup, kom sedang, kom kecil, korentang, gunting verban, bak instrument besar, bak instrument sedang, bak

35

instrument kecil, baki besar, bengkok besar, bengkok sedang, gunting besar benang, gunting jahitan

5) Marketing Dilakukan dalam bentuk pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan mandiri di rumah, penyediaan sarana pendidikan dan pelayanan. Sasaran market adalah masyarakat umum (menerima pasien dengan KS, Askes, Umum dan kontraktor). Sedangkan market dalam bidang pendidikan dan pelayanan adalah peserta didik/calon praktisi kesehatan

3. Mutu Pelayanan a. Visi, Misi, Falsafah dan Tujuan o Pemimpin dan staf diruangan rawat inap perlu merumuskan visi, misi dan falsafah yang singkat, jelas dan mudah dijabarkan dalam tujuan, sesuai dengan karakteristik dari ruang rawat inap o Visi, misi, falsafah dan tujuan ini haruslah seirama dengan visi, misi, falsafah dan tujuan rumah sakit dan terjabarkan dalam program pelayanan keperawatan di ruang rawat inap o Visi merupakan suatu pandangan dan pengetahuan yang luas tentang manajemen dan proses perubahan yang terjadi saat ini dan yang akan datang yaitu tentang penduduk, social ekonomi, politik yang akan berdampak terhadap pelayanan kesehatan (Nursalam, 2011: 53) o Visi merupakan suatu langkah-langkah nyata profesi keperawatan dalam melaksanakan visi yang telah ditetapkan, yaitu menjaga dan mengawasi suatu proses profesionalisasi keperawatan Indonesia agar terus berjalan dan berkesinambungan (tidak putus di tengah jalan) (Nursalam, 2011: 5354) o Falsafah dalam keperawatan adalah pernyataan keyakinan tentang keperawatan dan manifestasi dari nilai-nilai dalam keperawatan yang digunakan untuk berpikir dan bertindak (Chitty, 1997) o Tujuan pelayanan keperawatan diruang rawat inap dirumuskan secara rinci dan spesifik sehingga mudah dicapai. Semua personil ruangan rawat

36

inap berupaya mencapai tujuan tersebut, dengan proses pendekatan asuhan keperawatan dan komprehensif, utuh serta berkesinambungan. Kriteria penentuan sebuah tujuan dapat dilakukan sebagai berikut, yaitu tujuan harus SMART, yaitu: S M A : Spesifik (mempunyai interprestasinya sama) : Measurable (dapat diukur kemajuannya) : Appropiate (sesuai dengan strategi nasional, tujuan program, dan tujuan institusi dan sebagainya) R : Realistik (dapat dilaksanakan sesuai dengan fasilitas dan kapasitas organisasi) T : Time Bound (Sumber daya dapat dialokasikan dan kegiatan dapat direncanakan untuk mencapai tujuan ini sesuai dengan target waktu).

Beberapa kriteria dibawah ini juga penting untuk dijadikan pedoman penyusunan sebuah tujuan program, yaitu: Tujuan adalah hasil yang diinginkan. Tujuan dipakai untuk mengukur keberhasilan suatu program atau kegiatan. Tujuan harus sesuai dengan masalah, bisa dicapai, bisa diukur, dan dapat diamati hasilnya. Tujuan penting untuk membuat perencanaan dan mengevaluasi hasilnya Target operasional berhubungan dengan waktu dan besarnya hasil dalam pencapaian tujuan. Tingkat pelaksana, tujuan program kesehatan dijabarkan ke dalam tujuan operational (besarnya sasaran dan target). Kegiatan program ditetapkan untuk mencapai tujuan tersebut. Masalah dan factor-faktor penyebabnya serta dampaknya dikaji lebih dahulu sebelum tujuan dan target operaionalnya ditetapkan. b. Struktur Administrasi dan Pengelolaan Sebagai bagian internal dari rumah sakit diciptakan sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan klien. Untuk itu diperlukan: o Bagan dan struktur organisasi ruangan yang jelas dan lengkap sehingga tercermin hubungan kerjasama antar staf, dijabarkan uraian tugas dan ada

37

evaluasi pelaksaan berkala dan catatan individual staf. Struktur organisasi ruangan disahkan oleh Dirut Rumah sakit o Hak dan kewajiban staf dan ruangan dijabarkan dalam uraian tugas. o Pendokumentsian asuhan keperawatan

c. Pimpinan Atau Kepala Ruangan 1. Kepala ruangan sebagai pimpinan dalam level manajemen keperawatan pertama memiliki tanggungjawab: a. Mengatur Staf perawatan/ bawahannya untuk memberikan perawatan agar efektif dan efisien kepada pasien b. Memberikan kesejahteraan fisik, emosional dan pengembangan karir staf. 2. Seorang kepala ruangan (perawat) yang memiliki pengetahuan, pengalaman serta keterampilan yang berhubungan dengan ruangan rawat inap tertentu dan sikap sesuai dengan persyaratan 3. 4. Ditunjuk berdasarkan SK Direktur Bertanggungjawab pada kepala bidang keperawatan atas pengendalian dan pengaturan kegiatan perawat dalam melaksanakan asuhan

keperawatan serta tanggungjawab yang telah ditentukan.

d. Fasilitas dan Perawatan Desain ruangan harus dapat menunjang pelayanan yang aman, nyaman, efisien dan efektif Peralatan yang menunjang terhadap layanan asuhan keperawatan kepada pasien.

e. Kebijaksanaan dan Prosedur Kebijaksanaan dan prosedur dibuat tertulis dan disahkan dengan surat SK Direktur RS ditempatkan pada tempat yang sudah dibaca. Untuk itu perlu dilakukan: Kebijaksanaan dan prosedur (termasuk tata tertib) yang ada sesuai

38

dengan perkembangan rumah sakit. Tersedia prosedur tertulis tentang pemeliharaan ruangan dan alat Adanya program dan prosedur pengadaan dan pengendalian logistic secara tertulis.

f. Program Pengembangan staf dan Program latihan Perlu rencana tertulis dan hasil evaluasi pelaksanaan pendidikan yang berkelanjutan untuk staf sesuai kebutuhan ruangan.

g. Dokumentasi dan Prosedur evaluasi Adanya format pendokumentasian Adanya prosedur evaluasi dan penilaian keterampilan kerja staf (DPS)

h. Program peningkatan SDM Karyawan dan sumber daya Tersusun program kerja diruangan jangka panjang,menengah, dan pendek yang saling berhubungan Proses peningkatan di ruangan dilaksanakan secara terus menerus Semua staf diberdayakan secara optimal Dilaksanakan program pendidikan dan pelatihan pertama untuk meningkatkan kinerja Adanya dana untuk keperluan tertetu dari insatalasi rawat inap

D. Manajemen Asuhan Keperawatan Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan menggunakan konsep-konsep manajemen didalamnya seperti: perencanaan,

pengarahan, dan evaluasi. Proses keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yang menekankan pada pengambilan keputusan dan mempunyai tujuan keterlibatan perawat dalam menagani pasien secara komprehensif, dengan landasan ilmiah, keterampilan teknis dan interpersonal. Dalam menyelenggarakan asuhan keperawatan, perhatian utama seorang perawat adalah mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar

39

dan hal-hal yang melatarbelakanginya serta mempelajari berbagai bentuk upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Untuk itu diperlukan tenaga keperawatan yang handal yang dilengkapi perangkat perundanga, peraturan dan bekerjas harus sesuai dengan standar pelayanan asuhan keperawatan dan prosedur tindakan keperawatan. Lingkup dari manajemen keperawatan adalah: 1. Flow of care/ penerimaan pasien Klien masuk ke ruangan atas rujukan dari poliklinik dan UGD Melakukan pemeriksaan status, seleksi kasus berdasarkan diagnosa Memberikan informasi mengenai biaya administrasi dan fasilitas yang tersedia Memberikan kesempatan kepada klien/keluarga untuk memilih fasilitas sesuai dengan kemampuan

2. Pemenuhan kebutuhan dasar 1. Biologi a. Oksigenasi Mengatur posisi tidur klien yang dapat melancarkan jualan napas Membersihkan secret dari hidung, mulut, dan trakea (postural drainage, suction) Memberikan latihan teknik napas dalam dan batuk efektif Mengobservasi frekuensi pernapasan cuping hidung, penggunaan otot napas tambahan serta suara napas tambahan untuk menentukan perlu tidaknya klien mendapatkan terapi O2 Memberikan O2 pernasal sesuai dengan keburtuhan klien Nasal kanul = volume tidal x RR : 20% Simple mask = volume tidal x RR : 60% Mempersiapkan pemeriksaan laboratorium. Modifikasi lingkungan untuk mempertahankan sirkulasi udara

b. Nutrisi Mengkaji kebiasaan makan klien (waktu, jenis dan alergi)

40

Mengatur posisi klien untuk makan dan minum Mempersiapkan makanan/minuman klien di tempat tidur Mempersiapkan pemasangan alat bantu makan (sonde feeding) Melakukan pemasangan sonde feeding dengan benar (prosedur pemasangan NGT terlampir) Mengauskultasi bising usus Memberi contoh dan mengajarkan cara pemberian makanan melalui sonde kepada keluarga Memberskan perlengkapan makan setelah dipakai Menimbang dan mengukur TB-BB

c. Keseimbangan cairan dan elektrolit Mengukur kebutuhan cairan klien Memberi tahu klien atau keluarga mengenai kebutuhan cairan klien Mencatat intake dan output cairan Mempersiapkan peralatan untuk pemasangan infus Menjelaskan prosedur pemasangan infus kepada klien dan keluarga Melakukan pemsangan infuse (prosedur pemasangan infuse terlampir) Mengatur kecepatan tetesan infus Mempersiapkan pemeriksaan laboratorium Mengobservasi tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

d. Eliminasi Membantu kliien untuk BAB/BAK di kamar mandi Membantu kliien untuk BAB/BAK di tempat tidur dengan menggunakan pispot/urinal Mencatat karakteristik (warna, jumlah, bau, konsistensi) urine dan feses Memberikan laksatif Mempersiapkan pelaksanaan huknah Menjelaskan prosedur dan tujuan huknah pada klien dan keluarga Melakukan prosedur huknah Mengkaji kebutuhan pemasangan kateter Mempersiapkan pemasangan kateter

41

Menjelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter pd keluarga & klien Melakukan pemasangan kateter Melakukan blast spooling Merawat kateter dan mengobservasi pembuangan urine/drainage Mengajarkan toilet training

e. Integritas kulit dan kebersihan diri Membantu klien untuk mandi dan membersihkan diri Mengganti linen Membantu klien mengganti pakaian Mengkaji keadaan kulit Membantu klien mencuci rambut Merawat kebersihan gigi dan mulut Merawat kebersihan kuku Wound care Membantu dan menganjurkan klien untuk melakukan gerakan aktif atau pasif sesuai dengan kondisi klien f. Istirahat Tidur Mengatur lingkungan yang kondusif untuk klien beristirahat dan tidur Mengatur posisi tidur yang nyaman bagi klien Mengajarkan teknik relaksasi Menyarankan pada klien minum susu hangat saat sebelum tidur jika klien mengalami kesulitan tidur Mencegah klien terjatuh selama tidur dengan memasang bedside rail

g. Mencegah infeksi Precaution Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien atau melakukan tindakan Menggunakan sarung tangan bersih dan steril sesuai dengan kebutuhan Menggunakan prinsip steril dalam melakukan prosedur invasif dan perawatan luka

42

h. Aktivitas Membantu klien beraktivita di tempat tidur Membantu klien beraktivitas di sekitar tempat tidur Melakukan ambulasi dini

2. Psikososiospritual a. Identitas sosiokultural Berkomunikasi aktif dengan keluarga klien Memperkenalkan diri pada setiap kontrak baru Memotivasi klien untuk memperkenalkan identitasnya Mengkaji hubungan social dan peran di masyarakat

b. Kesehatan mental Mengkaji orientasi klien terhadap waktu, orang dan tempat Mengkaji konsep diri klien Mengkaji peran yang dirasakan saat ini

c. Nilai dan kepercayaan Mengkaji nilai dan kepercayaan klien Membantu klien dalam melaksanakan ibadah

d. Seksualitas Mengkaji kebutuhan seksual klien Mengidentifikasi perubahan pola aktivitas seksual Mengidentifikasi adanya disfungsi seksual

3. Proses keperawatan

a.

Standar pengkajian dan diagnosa keperawatan Komponen pengkajian keperawatan meliputi : Pengumpulan data, kriteria : Menggunakan format baku Asuhan, keperawatan paripurna memerlukan data lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya

43

untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota team kesehatan. a) Sistematis b) Diisi sesuai item yang tersedia c) Aktual d) Absah Pengumpulan data meliputi : data biologis, psikologis, sosial, spiritual Perumusan masalah, kriteria : kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi

b. Standar diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan klien, dianalisis, dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan, kriteria : Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan klien Dibuat sesuai dengan wewenang perawat Komponennya terdiri dari masalah, etiologi, tanda gejala (P-E-S) atau terdiri dari masalah dan penyebab (P-E) Bersifat aktual apabila masalah kesehatan klien sudah terjadi Bersifat resiko apabila masalah kesehatan klien kemungkinan besar akan terjadi Dapat ditanggulangi perawat

c. Standar perencanaan keperawatan Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan, komponen perencanaan keperawatan, meliputi : 1. Prioritas masalah, kriteria : Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama Masalah-masalah yang mengancam kesehatan adalah prioritas kedua Masalah-masalah yang yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga

44

2. Tujuan asuhan keperawatan Spesifik, bisa diukur, bisa dicapai, realistis, ada batas waktu (SMART) 3. Rencana tindakan, kriteria : Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan Melibatkan klien dan keluarga Mempertimbangkan latar belakang budaya Klien dan keluarga Menentukan alternatif tindakan yang tepat Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, lingkungan, sumber daya, dan fasilitas yang ada Menjamin rasa aman dan nyaman bagi klien Kalimat instruksi : ringkas, tegas, dan dengan bahasa yang mudah dimengerti

d. Standar implementasi keperawatan Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan klien dan keluarganya, kriteria : Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan Menyangkut bidang bio-psiko-sosial-spiritual klien Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada klien atau keluarga Sesuai waktu yang telah ditentukan Menggunakan sumber daya yang ada Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik Menerapkan perinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi, dan

mengutamakan keselamatan kien Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon klien Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan

45

Merapikan klien dan alat setiap selesai melakukan tindakan Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman kepada prosedur teknis yang telah ditentukan Intervensi pemenuhan kebutuhan dasar klien

e. Standar evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis, dan berencana untuk menilai perkembangan klien, kriteria : Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada perumusan tujuan Evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan Evaluasi melibatkan klien, keluarga, dan tim kesehatan Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar

f. Standar dokumentasi keperawatan Pendokumentasian keperawatan 1. Pencatatan asuhan keperawatan dilakukan secara individu, kriteria : Dilakukan selam klien dirawat inap dan rawat jalan Dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi, dan laporan Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan Penulisan harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku Sesuai dengan pelaksanaan proses keparawatan Setiap pencatatan harus mencantumkan inisial/paraf/nama perawat yang melaksanakan tindakan dan waktunya Menggunakan formulir yang baku Disimpan sesuai peraturan yang berlaku

2. Penerapan sistem timbang terima Timbang terima dilaksanakan dilakukan setiap pergantian shift Di nurse station, perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan dengan masalah

46

keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting yang perlu dilaksanakan Hal-hal lain yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan kepada perawat yanmg jaga berikutnya Hal-hal yang diperlukan saat timbang terima yaitu: Identitas klien dan diagnosa medis Masalah keperawatan Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan Intervensi kolaboratif dan dependensi Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan lainnya, persiapan untuk konsul/ prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab, dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas. Penyampaian saat timbang terima secara singkat dan jelas

Anda mungkin juga menyukai