Anda di halaman 1dari 62

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Diabetes sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai seluruh organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Gejalanya bervariasi, gejala Diabetes Melitus dapat timbul secara perlahanlahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang menjadi lebih banyak, BAK yang sering atau pun BB menurun. Istilah Diabetes dipergunakan untuk menggambarkan adanya kencing yang terasa manis yang merupakan tanda khas penyakit, diagnosis DM biasanya dipikirkan dengan adanya gejala khas DM berupa, poliuria, polidipsia, lemas dan BB turun. Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. Diabetes Mellitus digolongkan sebagai penyakit endokrin atau hormonal karena gambaran produksi atau penggunaan insulin (Barbara C.

Long,1999:4). Diabetes Mellitus adalah sindrom yang disebabkan oleh

ketidakseimbangan antara tuntutan dan suplai insulin. Sindrom ini ditandai oleh hiperglikemia dan berkaitan dengan abnormalitas, metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Abmormalitas metabolik ini mengarah pada perkembangan bentuk spesifik komplikasi ginjal, okular, neurogenik dan kardiovaskuler (Hotma Rumoharba, Skp. 1997).

1.2

Tujuan Umum Dan Khusus Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu : a. Perawat dapat menaplikasikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami diabetes militus secara efektif. b. Pembaca dapat lebih memahami tentang asuhan keperawatan pada klien yang mengalami diabetes militus. Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini yaitu: Untuk memenuhi tugas mata kuliah (komprehensif 2). Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien yang mengalami diabetes militus. Untuk lebih memahami tentang asuhan keperawatan pada klien yang mengalami diabetes militus.

1.3

Ruang Lingkup Penulisan Dalam penyusunan makalah ini, ruang lingkup pembahasannya adalah Asuhan Keperawatan Diabetes Militus dan Laporan Kasus Pada Klien Diabetes Militus. Adapun untuk laporan kasus, kami melakukan asuhan keperawatan klien dari RS. Muhammadiyah di ruang Multazam 3.

1.4

Manfaat Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai beriikut ini : a. Untuk penulis Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis terutama tentang konsep diabetes militus dan konsep asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami diabetes militus. b. Untuk pembaca Dapat menambah informasi bagi pembaca terutama tentang gambaran umum, patofosiologi, dan penatalaksanaan diabetes militus.

1.5

Sistemika Penulisan Adapun sitematika penulisan dari penulisan makalah yaitu: a. c. Menentukan Topik

b. Mencari sumber Mengumpulkan data d. Menyimpulkan data

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1

Definisi Diabetes melitus adalah suatu sindrom gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya aktivitas biologis dari insulin atau keduanya. (Francis. S, Greenspan and Jhon D. Baxter, 1998:754). Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang meliputi kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta menimbulkan komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1996:4). Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa kehilangan toleransi karbohidrat. (Silvia A. Price and Lorraine M. Wilson, 1995 : 303). Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang disebabkan oleh kurangnya produksi insulin, baik kekurangan itu absolut maupun relatif. (M.W Haznam, 1991 :3). Diabetes melitus adalah sindrom yang disebabkan oleh

ketidakseimbangan antara tuntutan suplai insulin yang ditandai oleh hiperglikemi dan berkaitan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.(Hotma Rumahorbo, 1999 : 100). Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang secara generatuf dan klinis ditandai oleh hiperglikemi yang meliputi kelainan metabolisme karbohidrat, protein, lemak sebagai akibat suatu defesiensi insulin atau berkurangnya aktifitas biologis dari insulin atau keduanya serta dapat menimbulkan komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis.

2.2

Anatomi Dan Fisiologi Pankreas adalah alat tubuh yang agak panjang yang terletak di retro peritonial rongga abdomen bagian atas dan terbentang horizontal dari arah deodenal ke lien, dengan panjang 10-20 cm dan lebar 2,5-5 cm. Strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah. Pankreas terdiri dari 3 bagian, yaitu : a. Kepala pankreas yang paling lebar, terletak disebelah kanan rongga abdomen dan didalam lekukan duodenum yang persis melingkarinya. b. Badan pankreas merupakan bagian utama pada organ tersebut, letaknya dibagian belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama. c. Ekor pankreas adalah bagian yang runcing yang berada disebelah kiri dan menyentuh limpa.

Pankreas dibentuk dari dua sel dasar dengan fungsi berbeda, yaitu : a. Sel eksokrin berkelompok disebut asini, menghasilkan unsur getah pankreas dan berfungsi untuk mensekresi enzim pencernaan ke duodenum. b. Sel endokrin ( pulau langerhans ) yang tersebar diseluruh pankreas yang mempunyai berat 1-3 % dari berat total dengan jumlah semuanya diperkirakan 100.000 sampai 2.500.000 (pada orang dewasa), dan terdiri dari 4 jenis sel : 1) Sel A (Alfa) jumlahnya sekitar 20-40 % yang mensekresi glukagon 2) Sel B (Betha) jumlahnya sekitar 60-80 % yang mensekresi insulin 3) Se D (Delta) jumlahnya sekitar 1-15 % yang mensekresi somatostatin 4) Sel F jumlahnya sekitar 1 % yang mensekresi polipeptida pankreas

Pankreas mendapatkan darah dari arteri, lien dan hepar dari arteri mesentrika superior, duktus permekulafikus yang bersatu dengan duktus holeodoin dan masuk kedalam duodenum di ampula arteri pankreas. Secara kesuluruhan, pankreas menyerupai setangkai anggur, cabangcabangnya merupakan saluran saluran yang bermuara pada duktus pankreatikus utama, (duktus wisurgi) saluarn kecil dari tiap asinus mengosongkan isinya ke saluran utama.Saluran utama berjalan disepanjang kelenjar, jaringan bersatu dengan duktus koleduktus pada ampula vateri sebelum masuk ke duodenum. Berikut ini hormon-hormon yang disekresikan oleh pankreas yang berpengaruh pada pengaturan kadar gula darah : a. Insulin Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel-sel beta pada pulau langerhans, hormon tersebut terdiri dari asam amino dan distimulasi kenaikan kadar gula darah, seperti terjadi setelah makan makanan yang mengandung karbohidrat, insulin akan bersikulasi dalam darah yang akhirnya akan dikeluarkan dalam hepar dan ginjal, fungsi tersebut adalah untuk menstimulasi transfer gula menembus dinding sel dan mengakibatkan penggunaan glukosa oleh sel-sel juga mencegah peningkatan gula darah dalam batas normal. b. Prinsip Kerja Insulin Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor di dalam membran sel. Reseptor ini adalah untuk suatu protein kompleks dengan berat mol, sekitar 340.000. Insulin mempunyai mekanisme kerja tunggal yang mendasari segala macam efeknya pada metabolisme. Berikut ini prinsip kerja insulin : 1. Jaringan Adiposa 1) Meningkatkan banyaknya glukosa 2) Meningkatkan sintesa asam lemak 3) Meningkatkansintesis gliserol fosfat 4) Meningkatkan penimbunan trigliserida

5) Meningkatkan pengambilan kalium 6) Aktifasi lipoprotein lipase 7) Inhibisi lipase sensitif hormone

2.

Otot 1) Meningkatkan masuknya glukosa 2) Meningkatkan sintesis glikogen 3) Meningkatkanpengambilan asam amino 4) Meningkatkan pengambilan keton 5) Meningkatkan pengambilan kalium 6) Menurunkan katabolisme protein 7) Menurunkan pelepasan asam amino glukoneogenetik

3.

Hati 1) Meningkatkan sintesis protein 2) Meningkatkan sintesis lemak 3) Menurunkan ketogenesis 4) Meningkatkan sintesa trigliserida dan asam lemak 5) Meningkatkan konversi glukosa menjadi asam lemak

c.

Pengaturan Kerja Insulin Sekresi insulin diatur oleh : 1) Mekanisme umpan balik kadar glukosa darah, kenaikan kadar glukosa darah meningkatkan sekresi insulin, selanjutnya insulin menyebabkan transfor glukosa ke dalam sel sehingga mengurangi konsentrasi gula darah kembali normal. 2) Asam amino, dalam hal ini adalah asam amino yang paling kuat yaitu arginine dan leusin, dimana kerjanya dalam mempengaruhi peningkatan konsentrasi insulin gula berbanding darah. Dan lurus dengan peningkatan sendiri

sebaiknya

insulin

meningkatkan pengangkutan asam amino ke dalam sel-sel jaringan serta meningkatkan pembentukan protein intra seluler.

3) AMP siklik intra sel, rangsangan yang meningkatkan AMP sikik dalam sel B meningkatkan sekresi insulin dengan meningkatkan kalsium intra sel. Pada pelepasan epinefrin terjadi penurunan sekresi insulin disebabkan karena epinefrin menghambat AMP siklik intrasel. 4) Syaraf otonom, cabang nervus vagus dextra mempersyarafi pulau langerhans dan merangsang nervus vagus menyebabkan

peningkatan sekresi insulin. Rangsangan syaraf simpatis ke pankreas menghambat sekresi insulin melalui pelepasan

nonepinefrin. d. Aktifasi Insulin pada Target Sel Insulin yang telah disekresikan pankreas akan menuju target sel pada target sel, insulin berkaitan denagn reseptor protein spesifik pada membran sel. Reseptor insulin merupakan senyawa glikoprotein, jumlahatau afinitas reseptor insulin dipengaruhi oleh insulin dan hormon lain. Pemaparan kejumlah tingkat insulin menurunkan konsentrasi reseptor dan pemaparan ke penurunan insulin meningkatkan afinitas reseptor.Afinitas reseptor ditingkatkan dalam insufisiensi renalis dan diturunkan oleh kelebihan glukokortiroid. e. Dampak Insulin Terhadap Metabolisme Tubuh 1. Karbohidrat Kurangnya insulin menyebabkan glikogen diubah menjadi glukosafosfat Enzim glukosa fosfat menyebabkna terlepasnya fosfat radikal dari glukosa yang menyebabkan glukosa bebas berdifusi ke dalam darah

f.

Protein Bila tidak ada insulin, maka semua sapek metabolisme lemak akan sangat meningkat, sehingga : Terjadi proses lipolisis lemak dan pelepasan asam lemak bebas dari hati Perlemakan hati akibat meningkatnya trigliserid dalam hati Peningkatan konsentrasi lipid plasma Terbentuknya asam aseton asam asetat yang berlebihan dalam hati

g.

Lemak Defesien sinsulin menghambat metabolisme anabolisme protein Mempercepat proses glukoneogenesis dalam hati (proses

pembentukan glukosa dari asam amino dan bagian gliserol lemak) h. Glukagon Glukagon merupakan protein kecil dengan berat molekul 3485 dan terdiri dari rantai asam amino, glukagon adalah hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerhans sewaktu kadar glukosa darah berkurang. Glukagon bekerja pada target organ hati yang fungsinya berlawanan dengan insulin. Fungsi hormon ini bertentangan dengan fungsi .glukgon memiliki efek utama, yaitu : Pemecahan glikogen hati (glikogenolisis) Meningkatkan proses glukoneogenesis didalam hati. Hormon ini dalam keadaan konsentrasi yang sangat besar berpengaruh : Meningkatkan kekuatan konsentrasi otot jantung Meningkatkan sekresi asam lambung i. Somatostatin Somatostatin merupakan hormon yang disekresikan oleh sel-sel delta. Fungsinya adalah sebagai hormon hipofise otropik menghambat growth hormon dan menghambat sekresi insulin, glukagon dan polipeptida pankreas dan somatomedin dapat bekerja lokal dalam pulau langerhans.

2.3

Klasifikasi Klasifikasi dari diagnosa melitus yaitu: a . Diabetes Melitus Tipe 1 (DM Tipe 1) Kekerapan DM Tipe 1 di negara barat + 10% dari DM Tipe 2. Di negara tropik jauh lebih sedikit lagi. Gambaran kliniknya biasanya timbul pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada akil balig. Tetapi ada juga yang timbul pada masa dewasa. b. Diabates Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2) DM Tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%).Timbul makin sering setelah berumur 40 tahun dengan catatan pada decade ketujuh kekerapan diabetes mencapai 3-4 kali lebih tinggi daripada rata-rata orsang dewasa. c. Diabetes Melitus tipe lain Ada beberapa tipe diabetes yang lain seperti defek genetik fungsi sel beta, defek genetic kerja insulin, penyakit eksokrin pancreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang dan sindroma genetic lainyang berkaitan dengan DM. d. Diabetes Melitus Gestasional Diabetes mellitus gestasional adalah diabetes yang timbul selama kehamilan.Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar.

2.4

Etiologi Etiologi diabetes melitus belum ditemukan secara pasti karena disebabkan oleh beberapa faktor. Diabetes melitus dapat dibagi kedalam 2 golongan besar, yaitu a. Faktor Genetik Faktor genetik pada diabetes melitus sudah diketahui dan terbukti adanya penderita diabetes mellitus dalam keluarga, tetapi bagaimana transisinya penyakit ini dari seorang penderita ke penderita lain belum diketahui pasti.

b.

Faktor Non Genetik 1) Infeksi Infeksi oleh virus dianggap sebagai faktor pada mereka yang sudah mengalami predisposisi genetik terhadap diabetes melitus. 2) Nutrisi a. b. Mengurangi jumlah reseptor di target sel Menyebabkan resistensi terhadap insulin karena perubahan pada post reseptor, diantaranya: (1) (2) (3) Transportasi glukosa berkurang Menghalangi metabolisme glukosa intra seluler Menimbulkan faktor-faktor yang mempengaruhi

terhadap objek seluler, diantaranya: bertambahnya penimbunan lemak dan aktivitas fisik berkurang 3) Stress Stress adalah suatu proses yang muncul pada individu yang diakibatkan oleh faktor yang datang dari dalam maupun luar tubuh individu dan dapat menimbulkan kesan tidak nyaman atau mengancam, antara lain stress karena adanya luka yang lama sembuh, berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar. Emosi biasanya menyebabkan hiperglikemi sementara.

4) Obat-obatan Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan dan penurunan kerja insulin terhadap sel, antara lain: a. Yang bersifat sitotoksik terhadap sel-sel beta pankreas, seperti ; alloxon, streptozan dan vacoorat b. Yang mengurangi sekresi insulin, seperti : derivat thiazide, phenylhidatoin, phenothiazine

5) Penyakit Endokrin Akromegali, feokrositoma Akromegali, sindrom chusing

6) Penyakit Pankreas Karsinoma pankreas, pankreatitis akut Hemokromatosis

2.5

Patofisiologi

2.6

Manifestasi Klinis Adapun manifestasi klinis dari diabetes mellitus, yaitu : 1) Poliuria Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel menyebabkan hiperglikemiaa sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolaritas menyebabkan cairan intra sel berdifusi ke dalam sirkulasi atau cairan intravaskuler aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolaritas dan akibatnya akan terjadi dieresis osmotic (poliuria). 2) Polidipsia Akibat meningkatnya difusi cairan dari intra sel ke dalam vaskuler menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel, mulut menjadi kering dan sensor harus teraktivasi menyebabkan seseorang harus terus dan ingin selalu minum (polidipsia). 3) Glukosuria Dengan adanya difisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160-180 mg/100 ml), akan timbul glukosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan dieresis osmotic yang menyebabkan polyuria disertai kehilangan sodium, klorida, potassium, dan posfat. 4) Poliphagi Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka produksi energy menurun. Penurun energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang akan terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia). 5) Penurun berat badan 6) Kelainan kulit : gatal

7) Kesemutan 8) Luka atau bisul-bisul yang tidak sembuh-sembuh 9) Infeksi saluran kemih

2.7

Komplikasi a. Komplikasi Akut Ada tiga komplikasi akut pada diabetes yang penting dan berhubungan dengan gangguan keseimbangan glukosa darah jangka pendek. Ketiga komplikasi ini adalah hipoglikemi, ketoasidosis diabetik dan sindrom Hiperglikemi Hiperosmolaritas Non Ketotik (HHNK). 1. Hipoglikemi Hipoglikemi (kadar gula darah yang abnormal rendah) terjadi kalau kadar gluokosa darah turun dibawah 50 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktifitas fisik yang berat.Hipoglikemi dapat terjadi setiap saat pada siang atau malam hari.Kejadian ini dpat terjadi sebelum makan, khususnya jika waktu makan tertunda atau bila pasien lupa makan cemilan. Gejala hipoglikemi dapat dikelompokan menjadi dua kategori : gejala adrenergic dan gejala sistem syaraf pusat. a) Hipoglikemi Ringan Ketika kadar glukosa darah menurun, system syaraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, tachycardia, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar. b) Hipoglikemi Sedang Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapatkan cukup bahan baker untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada system syaraf pusat mencakup ketidakmampuan berkosentrasi, sakit kepala,

vertigo, confuse, penurunan daya ingat, pati rasa didaerah bibir

serta lidah, bicara rero, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. c) Hipoglikemi Berat Fungsi sistem syaraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemi yang dideritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang,sulit dibangunkan atau bahkan kehilangan kesadaran.

2.

Diabetes Ketoasidosis Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga gambaran klinik yang penting pada diabetic ketoasidosis : a) Dehidrasi b) Kehilangan elektrolit c) Asidosis

Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula. Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkndali. Kedua faktor tersebut akan mengakibatkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk

menghilangkan glukosa dalam tubuh, ginjal akan mensekresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (natrium dan kalium). Diuresis osmotic dtandai oleh urinasi berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit.

3.

Sindrom Hiperglikemi Hiperosmolaritas Non Ketotik (HHNK) Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemi dan disertai perubahan tingkat kesadarn (sense of awareness). Keadaan hiperglikemi persisten menyebabkan diuresis osmotic sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Untuk mempertahankan keseimbangan osmotic, cairan akan berpindah dari ruang intra seluler ke ruang extra sel. Dengan adanya glukosuria dan dehidrasi akan dijumpai keadaan hipernatremia dan peningkatan osmolaritas.

b.

Komplikasi Jangka Panjang Komplikasi jangka panjang dari diabetes melitus dapat menyerang semua system organ dalam tubuh. Kategori komplikasi kronis diabetes yang lazim digunakan adalah : penyakit makrovaskuler, mikrovaskuler dan neuropati. 1) Komplikasi Makrovaskuler Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar sering terjadi pada diabetes. Perubahan aterosklerotik ini serupa dengan yang terlihat pada pasien non diabetic, kecuali dalam hal bahwa perubahan tersebut cenderung terjadi pada usia yang lebih muda dengan frekuensi yang lebih besar pada pasien-pasien diabetes. Berbagai tipe penyakit makrovaskuler dapat terjadi tergantung pada lokasi lesi aterosklerotik. 2) Komplikasi Mikrovaskuler a. Retinopati Diabetik Disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina mata, bagian ini mengandung banyak sekali pembuluh darah dari berbagi jenis pembuluh darah arteri serta vena yang kecil, arteriol, venula dan kapiler.

b. Nefropatik Diabetik Bila kadar glukosa darah meningi maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang mengakibatkan kebocoran protein darah ke dalam urine. Sebagai akibatnya tekanan dalam pmbuluh darah ginjal meningkat kenaikan tekanan tersebut diperkirakan berperan sebagai stimulus untuk terjadinya nefropati. c. Neuropatik Diabetik Dua tipe neuropati diabetic yang paling serng dijumpai adalah poli neuropati sensorik dan neuropati otonom. (1) Polineuropati Sensorik Disebut juga neuropati perifer. Neuropati perifer sering mengenai bagian distal serabut saraf, khususnya syaraf ekstrimitas bawah.Kelainan ini mengenai kedua sisi tubuh dengan distribusi yang simetris dan secara progresif dapat meluas kearah proksimal. Gejala permulaannya adalah parastesia (rasa

tertusuk-tusuk, kesemutan atau peningkatan kepekaan) dan rasa terbakar (khususnya pada malam hari). Dengan bertambah lanjutnya neuropati ini kaki teras baal. Penurunan sensibilitas nyeri dan suhu membuat

penderita neuropati beresiko untuk mengalami cidera dan infeksi pada kaki tanpa diketahui. (2) Neuropati Otonom / Mononeuropati Neuropati pada system disfungsi syaraf otonom

mengakibatkan berbagai

yang mengenai

hamper seluruh system organ tubuh. Ada lima akibat utama dari neuropati otonom antara lain : a) Kardiovaskuler Tiga manifestasi neuropati otonom pada system ardiovaskuler adalah frekuensi denyut jantung yang

meningkat tetapi menetap, hipotensi orthostatic dan infark miokard tanpa nyeri atau silent infark. b) Gastrointestinal Kelambatan pengosongan lambung dapat terjadi dengan gejala khas, seperti perasaan cepat kenyang, kembung mual dan muntah.Konstipasi atau diare diabetic (khususnya diare nokturia) juga menyertai neuropati otonom gastrointestinal. c) Urinarius Retensi urine penurunan kemampuan untuk

merasakan kandung kemih yang penuh dan gejala neurologik bladder memiliki predisposisi untuk mengalami infeksi saluran kemih. Hal ini terjadi pada pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol, mengingat keadaan hiperglikemi akan mengganggu resistensi terhadap infeksi. d) Kelenjar Adrenal Neuropati otonom pada mdula adrenal menyebabkan tidak adanya atau kurangnya gejala hiperglikemi. Ketidak mampuan klien untuk mendeteksi tandatanda peringatan hipoglikemi yang berbahaya. e) Disfungsi Seksual Disfungsi seksual khususnya impotensi pada pria merupakan salah satu komplikasi diabetes yang paling ditakuti. Efek neuropati otonom pada fungsi seksual wanita tidak pernah tercatat dengan jelas.

2.8 Pemeriksaan Diagnostik 1) Pemeriksaan kadar glukosa darah Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu, kemudian dapat diikuti Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Kadar glukosa dasar sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl). Bukan DM Plasma Vena Dasar Kapiler Darah Vena Darah Kapiler 2) Urine Pemeriksaan didapat adanya glukosa dalam urine, pemeriksaan dilakukan dengan cara (Benedict) reduksi, hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine hijau (+), kuning (++), merah (+++) dan merah bata (++++). 3) Kultur Pus Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic yang sesuai dengan jenis kuman. 4) TesToleransiGlukosa. Testoleransiglukosamerupakanpemeriksaan yang lebih sensitive daripadatestoleransiglukosaintravena (misalnya, untukpasien yang yang oral <110 <90 <110 <90 Belum pasti DM 110-199 90-199 110-125 90-109 DM >200 >200 >126 >110

hanyadigunakandalamsituasitertentu pernahmenjalanioperasilambung).

Testoleransiglukosa

dilakukandenganpemberianlarutankarbohidratsederhana. 5) Diagnostik lebih pasti adalah dengan memeriksa kadar glukosa dalam darah dengan cara Hegedroton Jensen (reduksi) : a) Glukosa darah puasa tinggi <140 mg/dl b) Test toleransi gula (TTG) 2 jam pertama <200mg/dl c) Osmolitas serum 300 m oms/kg d) Urine : glukosa positif, keton positif, aseton positif atau negative.

2.9

MEDICAL MANAGEMENT Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes melitus adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut maupun kronis, jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya ia akan terhindar dari hiperglikemi dan hipoglikemi. Tujuan awal untuk klien yang baru didiagnosa diabetes mellitus atau klien dengan control tidak teratur harus difokuskan terhadap hal berikut ini : a. b. c. d. e. Eliminasi ketosis, jika terdapat Pencapaian BB yang diinginkan Pencegahan manifestasi hiperglikemi Pemeliharaan toleransi latihan Pemeliharaan kesejahteraan psikososial Untuk tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanaan dalam bentuk pengelolaan pasien secara holistic danmengajarkan kegiatan mandiri.Secara umum penanganan diabetes mellitus yaitu perencanaan makan, latihan jasmani, obat-obatan dan penyuluhan.

Kerangka utama penatalaksanaan pada penderita diabetes melitus: a. Diet Diet diabetes disesuaikan denagn kondisi diabetsnya untuk dapat memenuhi beberapa persyaratan, yaitu standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimabang berupa : karbohidrat(60-70 %), protein (10-15 %) dan lemak (20-25%), jumlah kalori disesuaikan dengan kebutuhan. Tujuan diet dilaksanakan adalah untuk : a. Memperbaiki kesehatan umum pasien b. Menyesuaikan berat badan penderita ke berat badan normal c. Memberikan modifikasi diet sesuai dengan keadaan, menarik serta mudah diterima pasien d. Konsumsi garam dibatasi apabila terjadi hipertensi b. Latihan Jasmani Olah raga yang teratur dianjurkan bagi penderita diabetes melitus, manfaatnya antara lain:

1) Meningkatkan kepekaan insulin, sehingga kebutuhan insulin dapat menurun dan kebutuhan karbohidrat meningkat. Hal ini akan terjadi bila dilakukan secara teratur, pada keadaan tersebut kadar gul dapat diatur. 2) Olah raga yang teratur dapat menurunkn kadar gula darah yang disebabkan oleh karena tingginya penggunaan glukosa didaerah perifer, ini berlaku baik pada orang normal maupun pada pasen diabetes mellitus. c. Obat-obatan anti diabet Pada umumnya obat diberikan apabila sudah dengan diet yang benar dan olahraga yang cukup gula darah belum terkendali.Pada penderita yang telah menjadi kurus karena diabetes melitusnya, pengobatan dapat dimulai dengan insulin, kemudian apabila keadaan sudah dapat dikendalikan dapat dicoba dengan obat oral (OHO).OHO yang dikenal yaitu golongan sulfonilvea. Obat golongan ini mempunyai efek kerja, antara lain : 1) Merangsang produksi insulin oleh sel beta 2) Menambah sensitifitas sel beta terhadap perangsangan glukosa sehingga kadar insulin akan naik setiap sesudah makan. 3) Mengurangi glukogensis di hati 4) Menambah pemakaian glukosa 5) Mempunyai efek pada resptor dan post reseptor Indikasi penggunaan insulin pada diabetes melitus tipe II adalah: - Diabetes melitus dengan berat badan menurun cepat /atau kurus - Ketosidosis, asidosis laktat dan koma hyperosmolar

2.10 ASUHAN KEPERAWATAN 2.10.1 PENGKAJIAN Keluhan utama Pada umumnya klien dengan DM mengeluh adanya gejala-gejala spesifik seperti adanya polyphagia,polyuria, bb turun.Tetapi hanya satu yang dikeluhkan. Riwayat Penyakit Dahulu Kaji apakah klien pernah trauma,prosedur operatif, penggunaan obatobatan dan alcohol, kaji adanya kegemukan, riwayat parangkreatitis kronik dan melahirkan anak lebih dari 4 kg. Riwayat Penyakit Sekarang Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya. Riwayat Kesehatan Keluarga Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabakan defisiensi insulin, misalnya hipertensi, jantiung. Pengkajian fisik pola Gordon 2. Pola Persepsi Pada pasien ganggren/ ulkus diabetikum yang terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurang pengetahuan tentang ganggren sehingga menimbulkan persepsi negative terhadap dirinya dan cenderung untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan 3. Pola Nutrisi dan Metabolik Akibat produksi insulin inadekuat adanya difisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing , banyak makan dan minum, berat badan menurun dan mudah lelah, sehingga terjadinya gangguan nutrisi

yang dapat mempengaruhi status kesehatan, nausea, vomitus, BB turun, turgor jelek, dan mual muntah.

4. Pola Eliminasi Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotic yang menyebabkan pasien sering kencing dan glukosa dalam urin. 5. Pola Aktivitas Kelelahan, susah berjalan/ bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi, tachypnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai terjadinya koma. Adanya luka ganggren dan kelelahan otot-otot pada tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melakukan aktifitas sehari-hari secara maksimal. 6. Pola Istirahat Istirahat tidak akan efektif karena adanya polyuria , nyeri ganggren, sehingga terganggunya pola istirahat. 7. Pola Kognitif Pasien dengan gangrene mengalami neuropati/ mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap nyeri pengecap mengalami

penururunan. 8. Pola Persepsi dan Konsep Diri Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan gangguan pada gambaran dari luka yang sukar sembuh, lama perawatan dan biaya yang banyak akan menyebabkan penderita mengalami kecemasaan . 9. Pola Peran Hubungan Luka ganggren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan menarik diri . 10. Pola Seksualitas

Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluhan darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual, maupun ereksi. 11. Pola Koping Toleransi Lamanya waktu perawatan , perjalann penyakit kronik menyebabkan reaksi patoligis yang negative, seperti marah, mudah tersinggung.

12. Pola Nilai Keagamaan Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam melakukan ibadah tetai mempengaruhi pola ibadah pasien. 2.10.2 ANALISA DATA NO DATA 1. DS : klien mengeluh luka mengeluarkan bau busuk pada kaki. infeksi DS : 1) Skala nyeri : 9 (1-10) 2) Luka membusuk dan mengeluarkan bau darah tidak bisa mengalir ke daerah luka ETIOLOGI Luka kecil MASALAH Kerusakan integritas kulit

mekanisme penutupan luka tidak sempurna

luka melebar

2.

DS : klien mengeluh sering kencing dan mudah haus DO : 1) Kencing lebih dari 8x sehari 2) Turgor kulit menurun 3) Lemah,letih,lesu,lunglai, Lelah

pemakaian glukosa dalam sel menurun

Kekurangan volume cairan

hiperglikemia

osmotic dieresis

dehidrasi 3. DS: klien mengeluh sering makan karena sering lapar DO: klien sering makan mengirim info ke otak sel kekurangan gula Resiko ketidak seimbangan nutrisikurang dari kebutuhan (system limbic) menghasilkan rasa haus dan lapar tubuh

menjadi lemak yang disimpan dalam tubuh 4. DS: klien mengeluh penglihatan kabur DO: klien terlihat memakai alat bantu penglihatan mikrovaskuler hemokonsentrasi trombosis Resiko injuri

retinopati diabetik (agen injuri)

2.10.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Kerusakan integritas kulit b.d. perubahan status cairan. b. Kekurangan volume cairan b.d kegagalan mekanisme pengaturan. c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat. d. Resiko injuri b.d agen injuri.

2.10.4 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN N O 1. DIAGNOS A NOC NIC RASIONAL

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil: 1. BB ideal stabil. 2. Pasien mencerna jumlah kalori dapat menurun dan

1.Berikan makanan cair nutrient elektrolit dengan segera. 2.Auskultasi bising catat usus, dari

1. menghindari dari kondisi nutrisi yang anadekuat.

2. nyeri abdomen mempengar uhi makan. 3. mempengar uhi nafsu

yang tidak adekuat

adannya nyeri abdomen.

3.Timbang berat badan

perubahan BB pasien.

setiap hari. 4. program 4.Kolaborasi dengan gizi. ahli diet akan

yang tepat 3. Pasien menjadi nafsu makan

membantu dalam proses penyembuh

5.kolaborasi pemberian obat anti

an. 5. mengontrol rasa mual dan muntah.

emetic sesuai indikasi.

2.

Deficit volume cairan diuresis osmotic dari hiperglike mi b.d

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24

1. monitor TTV pasien, catat adanya penurunan TD ortostatik dan peningkatan suhu tubuh. 2. monitor intake-output

1. Megetahui peningkatan suhu dan

penurunan TD pada jika posisi. pasien merubah

jam diharapkan kebutuhan cairan / hidrasi klien terpenuhi dengan kriteria hasil : 1. Tidak ada

2. Mengetahui kadar elektrolit yang abnormal

3. observasi dannya kelelahan, udema

pada tubuh 3. Untuk mengetahui perubahan dan kondisi cairan

tanda-tanda hidrasi 2. Hasil laboratorium kadar elektrolit dalam normal 3. Mempertahan kan urine batas

4. monitor hasil pemeriksaan laboratorium 5. kolaborasi pemberian terapi cairan

elektrokit pasien 4. Mengetahui perkembangan hasil elektrolit pasien 5. Cairan normal salin dapat

output sesuai dengan usia

memenuhi kebutuhan elektrolit 3 Gangguan integritas kulit Setelah tindakan dilakukan 1. Kaji luka, 1. Mengetahui kondisi dan

perubahan warna, edema, dan discharge

b.d. keperawatan selama 3x24 jam

perkembangan luka

perubahan

status metabolic

diharapkan luka adanya

kondisi

frekuensi 2. Mengetahui adanya kelainan 3. Mengetahui perkembangan 4. Perawatan nyeri dan luka 4. Menghindari terjadi infeksi berlanjut 5. Insulin analgetik dan membantu dalam proses dan

menunjukkan 2. Observasi perbaikan TTV pasien skala

jaringan dan tidak 3. Kaji terinfeksi, dengan

myeri pasien

kriteria hasil : 1. Kondisi integritas membaik bisa dipertahankan 2. Kondisi luka kulit dan

luka/ganti balutan sesuai indikasi 5. Kolaborasi pemberian insulin analgetik sesuai indikasi

menunjukkan adanya perbaikan jaringan. 4 Resiko injuri Setelah kondisi

penyembuhan luka.

dilakukan 1. Mengantisipas 1. Hindari lantai i pasien tidak jatuh 2. Gunakan bed yang licin

b.d. asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan tidak injuri

agen injuri

pasien 2. Hindari terjadinya pasien terjatuh dari bed pasien

mengalami dengan

yang rendah

kriteria hasil : Pasien kebutuhan tanpamengalami injury

3. Agar memenuhi kebutuhan

memnuhi 3. Bantu dalam

melakukan aktivitas sehari-hari

BAB III LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.D DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELITUS DI RUANG SUHADI RS.RAJAWALI

Nama Mahasiswa Yang Mengkaji : Asri Prima Oksanti

NPM :1111001

Ruangan

: SUHADI

Autoanamnese : Pusing Kamar : 3-A

Alloanamnese : Pusing Tgl masuk RS Tgl pengkajian - IDENTIFIKASI A. KLIEN Nama initial Umur Jenis kelamin Status perkawinan Jumlah anak Agama/ suku Warga negara :4 : Islam/sunda : Indonesia : bahasa Indonesia dan sunda : SD : Wiraswasta : Jln/kp Ranca Kuda RT 01/01 Citapen. Cililin : NY D : 58 Tahun : perempuan : kawin : 26-02-2013 : 27-02-2013

Bahasa yang digunakan Pendidikan Pekerjaan Alamat rumah

B. PENANGGUNG JAWAB Nama Umur Alamat : SDA


kelompok 1 30 Mata Kuliah Komprehensif 1

: Ny. N : 31 tahun

Hubungan dengan klien - DATA MEDIK Diagnosa medik Saat masuk Saat pengkajian

: Anak

: PIS (PENDAHARAHAN INTRA SELEBRAL) : Diabetes Melitus dan Stroke

- KEADAAN UMUM a. KEADAAN SAKIT Klien tampak sakit ringan/ sedang / berat / tidak tampak sakit Alasan: karena klien dapat berkomunikasi meski tidak jelas, dan bisa metoleransi penyakitnya. -Tanda-Tanda Vital 1. Kesadaran : Skala koma glasgow a. Respon motorik b. Respon bicara :2 :3 :4

c. Respon membuka mata Jumlah :9

Kesimpulan: klien dalam keadaan sanmnolen (tidak koma) 2. Tekanan darah : 130/90 mmHg MAP : 96,6 mmHg

Kesimpulan : Perpusi ginjal memadai 3. Suhu : 360C di Axilla 4. Pernapasan: 26x/menit Irama : Jenis : Teratur Dada Kusmaul Perut Cheynes-stokes

5. Nadi : 92 x/menit Irama : Kuat Teratur Lemah Tachicardi Bradichardi

kelompok 1 31 Mata Kuliah Komprehensif 1

b. PENGUKURAN 1. Tinggi badan 2. Berat badan : 175 cm : 80 kg

3. IMT (Indeks Massa Tubuh):26.122 Kesimpulan c. GENOGRAM : Keterangan : : meninggal karena DM laki : meninggal karena stroke perempuan : pasien stroke dan DM : perempuan normal : laki-laki normal :obesitas I

PENGKAJIAN POLA KESEHATAN a. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN

KESEHATAN 1. Keadaan sebelum sakit: Pasien sering mengkonsumsi obat warung dan jamu jika sakit, diperiksa dokter umum jika benar-benar tidak sembuh dengan konsumsi obat dan jamu. 2. Riwayat penyakit saat ini : a. Keluhan utama :Luka yang tidak sembuh-sembuh

b. Riwayat keluhan utama : Pasien sering mengeluh sakit dibagian luka, sakit seperti ditimpa beban berat, skala nyeri 5-6 timbul saat aktivitas sedang atau berat dan berkurang saat istirahat serta minum obat. 3. Riwayat penyakit yang pernah dialami : hipertensi dan DM 4. Riwayat kesehatan keluarga : ibu pasien pernah mengalami penyakit stroke, ayah pasien pernah mengalami penyakit diabetes mellitus. 5. Pemeriksaan fisik :

kelompok 1 32 Mata Kuliah Komprehensif 1

a) Kebersihan rambut : bersih b) Kulit kepala c) Kebersihan kulit : kulit kepala kotor : bersih

d) Higiene rongga mulut : kotor e) Kebersihan genitalia : bersih f) Kebersihan anus : bersih

b. POLA NUTRISI DAN METABOLIK 1. Keadaan sebelum sakit : Klien sebelum sakit sering mengkonsumsi nasi, jeroan hewan, daging, kadang-kadang mengkonsumsi sayuran-sayuran serta senang mengkonsumsi rasa yang asin.frekuensi makan 3 x/hari , 1 porsi habis, total konsumsi 1600 kkal/hari dan tidak ada keluhan 2. Keadaan sejak sakit : Klien sejak sakit mengkonsumsi diet DM. Frekuensi makan 3x/hari, 1/2 porsi habis, total konsumsi 800/hari dan ada keluhan yaitu mual. 3. Observasi: Pasien mampu makan peroral secara perlahan walaupun porsi Pemeriksaan fisik : a. Keadaan rambut : bersih b. Hidrasi kulit : bersih

c. Palpebra/conjungtiva: non anemis d. Sclera e. Hidung f. Rongga mulut g. Gigi gigi palsu : h. Lidah i. Pharing : putih : merah dan tidak bengkak : non ikterik : bersih tidak ada lendir : kotor dan ada karies : ada karies dan berwarna ganding

j. Kelenjar getah bening : tidak teraba k. Kelenjar parotis : tidak teraba

kelompok 1 33 Mata Kuliah Komprehensif 1

l. Abdomen : - Inspeksi : Bentuk simentris

Bayangan vena tidak ada - Auskultasi : Peristaltic usus 24 x/mnt - Palpasi - Perkusi m. Kulit : - Edema : - Icterik : Positif Positif Negatif Negatif : Nyeri tidak ada

Benjolan tidak ada : Ascites Positif Negatif

- Tanda-tanda radang :ada luka dikubitus di bagian pantat diameter 10 cm 4. Pemeriksaan diagnostik : a. Laboratorium : Tanggal 26-2-13 Glukosa-N : 206 (70-100) Tanggal 27-2-13 Glukosa-N : 203 (70-100) b. USG : c. Lain-lain : 5. Therapi : Matinol (infus) untuk 20 tetes, Rl untuk 20 tetes , metformin 500 3x1 tab, RL untuk astes Makan peroral 1700 cal

c. POLA ELIMINASI 1. Keadaan sebelum sakit :

kelompok 1 34 Mata Kuliah Komprehensif 1

BAK dan BAB tidak ada masalah . frekuensi BAK 6-8 x/hari , pancaran kuat, jumlah 200 cc sekali BAK , bau khas , dan warna kuning jernih. Fekuensi BAB 1 x/hari pada pagi hari. 2. Keadaan sejak sakit : Pasien menggunakan kateter dari jam 7 sampai jam 12 700 cc , bau khas , dan warna kuning pekat. Pasien mengeluh belum BAB sejak 3 hari yang lalu Observasi :Pasien tidak pernah mengeluh BAB selama 3 hari 3. Pemeriksaan fisik : a. Peristaltik usus :20.x/mnt b. Palpasi kandung kemih : c. Nyeri ketuk ginjal : d. Anus : - Peradangan : tidak ada - Hemoroid : tidak ada 4. Pemeriksaan diagnostik : a. Laboratorium : Urin : -glukosa : +++ -BJ -PH b. USG :c. Lain-lain :5. Therapi :: 1015 (1020-1030) :7 Penuh Positif Kosong Negatif

d. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN 1. Keadaan sebelum sakit : Aktifitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga, waktu senggang dipakai untuk menonton tv. Mandi , berpakaian, berhias, toileting, makan ,minum dilakukan dengan mandiri . pasien

kelompok 1 35 Mata Kuliah Komprehensif 1

mengatakan jarang berolah raga. Sering mengeluh pusing, memakan obat warung sudah cukup lama 4 tahun. Keadaan sejak sakit : Aktifitas sehari-hari bed rest.waktu senggang dipakai untuk tidur. Mandi , berpakaian, berhias, toileting, makan ,minum dilakukan dengan bantuan orang . pasien tidak bisa berjalan, kaki kana-kirinya tidak dapat digerakan hanya terbaring di tempat tidur. Observasi : a. Aktivitas harian : - Makan - Mandi - Pakaian - Kerapihan - Buang air besar - Buang air kecil - Mobilisasi di tempat tidur : 4 Kesimpulan : pasien dibantu penuh untuk beraktivitas b. Postur tubuh : gendut c. Gaya jalan :tidak di kaji karena pasien bed rest total ditempat tidur d. Anggota gerak yang cacat :ektremitas kiri, atas dan bawah 2. Pemeriksaan fisik: a. Perfusi pembuluh perifer kuku : CRT<3 b. Thorax dan pernapasan: - Inspeksi: Bentuk thorax: bentuk thorax normal Sianosis : tidak ada :4 :4 :4 :4 :4 :4 0: 1: 2: 3: 4: mandiri bantuan dengan alat bantuan orang bantuan alat dan orang bantuan penuh

Stridor: tidak ada

- Palpasi :
kelompok 1 36 Mata Kuliah Komprehensif 1

Vocal premitus :normal - Perkusi : SonorRedup - Auskultasi : Suara napas Suara ucapan : vesikuler : kurang jelas Pekak

Suara tambahan :tidak ada c. Jantung 1) Inspeksi :Ictus cordis: tidak terlihat 2) Palpasi :Ictus cordis: tidak teraba 3) Perkusi : Batas atas jantung : ICS II Batas kanan jantung : linea sternalis kanan Batas kiri jantung : mid klavikula 4) Auskultasi : Bunyi jantung II A : Dub Bunyi jantung II P : Dub Bunyi jantung I T : Lub Bunyi jantung I M : Lub Bunyi jantung II irama gallop : tidak ada Murmur : tidak ada HR : 92 x/menit d. Lengan dan tungkai 1) Atrofi otot : Positif Negatif

2) Rentang gerak : Kaku sendi : tidak ada 3. Uji kekuatan otot : 4 4 0 0

a. Refleks fisiologi : normal b. Refleks patologi


kelompok 1 37 Mata Kuliah Komprehensif 1

Babinski, Kiri Kanan :

Positif

Negatif Negatif

Positif

1) Clubing jari-jari : normal, tidak ada clubbing finger 2) Varises tungkai : tidak ada varises c. Columna vetebralis: 1) Inspeksi : Kelainan bentuk 2) Palpasi : Nyeri tekan : tidak ada kelainan :tidak ada nyeri tekan

N.III IV VI :mata kiri dan kanan tidak dapat berkoordinasi dengan baik, reflek pupil kanan dan kiri tidak sama berkedip N.VIII Romberg Test :tidak dikaji N. XI : saat klien diminta mengangkat otot lengan kanan dan kiri ada tahanan tetapi lemah, reflek platela kaki kanan tidak ada kelainan dan reflek platela kiri tidak ada respon Kaku kuduk :tidak ada kaku kuduk :

4. Pemeriksaan diagnostik Laboratorium Lain-lain ::

Rongent (24-2-2013) Kesan : cor : LVH dengan edema paru ka-ki, ka >ki tidak tampak tabda-tanda aktif KP CT SCAN : (24-2-2013) Kesan :pendarahan cerebri . a.r. thalamus dan capsula interna kanan pendarahan chonis di daerah cortex/subclavaria frontal kiri. 5. Therapi medik :-

e. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT 1. Keadaan sebelum sakit :

kelompok 1 38 Mata Kuliah Komprehensif 1

Pasien tidur 9 jam setiap hari tidak teratur kapan jam tidurnya, tidak ada keluhan tidur ketika masih sehat Keadaan sejak sakit : Pasien tidur hanya 3-6 jam sehari, pasien selalu gelisah dan mengeluh pada luka dikubitusnya sehingga sulit untuk tidur Observasi : pasien tampak meminta ganti posisi berulang kali, meringis kesakitan dan gelisah Ekspresi wajah mengantuk : Banyak menguap PositifNegatif

Positif Negatif

Palpebra inferior berwarna gelap:Positif Negatif 2. Therapi :f. POLA PERSEPSI KOGNITIF 1. Keadaan sebelum sakit : Pasien sebelum sakit tidak ada kelainan dalam persepsi kognitifnya. Keadaan sejak sakit : Pasien tidak berdaya, sempat disorientasi orang Observasi : pasien terkadang mengamuk saat dijenguk orang yang tidak dikenal 2. Pemeriksaan fisik : a. Penglihatan Cornea :baik Visus :pasien mampu membaca dengan jarak 35 cm Pupil :anisokhor, pupil mata kanan dan kiri reflex

terhadap cahaya Lensa mata : baik

b. Pendengaran Kanalis : sedikit serumen tapi tidak mempengaruhi pendengaran

kelompok 1 39 Mata Kuliah Komprehensif 1

Membran timpani : tidak dikaji. Test pendengaran : tidak ada kelaina c. N I d. N II e. N V sensorik f. N VII sensorik gurawan g. N VIII pendengaran :baik, kiln dapat mendengarkan :fungsi penciuman baik :penglihatan baik :tidak dikaji :klien dapat tersenyum bila di beri

ucapan saya dan dapat mengulangnya walaupun tidak jelas 2. Pemerikasaan diagnostik : a) Laboratorium :b) Lain-lain :3. Therapi :-

g. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI 1. Keadaan sebelum sakit : Pasien seorang yang bpemikiran, sedikit ada masalah dipikir terus menerus. Keadaan sejak sakit : Klien sering mengigau bahwa dia tidak sakit, dan menganggap dirinya berada di rumah bukan dirawat di RS Observasi : sering mengigau a) Kontak mata b) Rentang perhatian :baik pada orang yang di kenal :kurang

c) Suara dan cara bicara :kurang jelas d) Postur tubuh :gendut

2. Pemeriksaan fisik : a) Kelainan bawaan yang nyata : tidak ada b) Abdomen :

kelompok 1 40 Mata Kuliah Komprehensif 1

Bentuk

:simentris

Banyangan vena :tidak ada Benjolan massa : tidak ada c) Kulit : lesi kulit cm d) Penggunaan protesa :tidak dikaji :ada , terdapat luka di pantat diameter 10

h. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA 1. Keadaan sebelum sakit : Peran pasien adalah ibu rumah tangga , hubungan dengan sesame baik Keadaan sejak sakit : Hubungan dengan keluarga baik, klien dijaga oleh anaknya, hubungan dengan orang lain baik, peran pasien diambil oleh anak pertama pasien. Observasi : Pasien terlihat dikunjungi banyak orang dan peran nya digantikan oleh anak.

i. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS TIDAK DIKAJI

j. POLA

MEKANISME

KOPING

DAN

TOLERANSI

TERHADAP STRES 1. Keadaan sebelum sakit : Klien tidak dapat mengungkapkan perasaan sesuai realita, apabila ada masalah klien terkadang memendam sendiri Keadaan sejak sakit : Klien dapat mengungkapkan perasaan sakit, tidak enak Observasi : klien tampak jarang mengobrol dengan anaknya mengenai masalahnya. 2. Pemeriksaan fisik :

kelompok 1 41 Mata Kuliah Komprehensif 1

a) Tekanan darah : Berbaring :130/80 mmHg Duduk : 130/80 mmHg Negatif

Kesimpulan : Hipertensi ortostatik: Positif b) HR : 108 x/mnt

c) Kulit : Keringat dingin : terdapat keringat dingin 3. Therapi :-

k. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN 1. Keadaan sebelum sakit : Klien rajin beribadah, beragama Islam, shalat 5 waktu selalu dijalaninya Keadaan sejak sakit : Anak klien mengatakan tidak bisa shalat dengan berdiri, namun dibimbing untuk tetap shalat 5 waktu Observasi : Klien terlihat menjalankan shalat ketika sudah masuk waktu shalat

Tanda Tangan Mahasiswa Yang Mengkaji

()

ANALISA DATA

kelompok 1 42 Mata Kuliah Komprehensif 1

Nama Pasien NO. REGISTER NO. Hari/Tanggal 1 Jumat, 28

: Ny. D : 1464/2013

Ruangan

:SUHADI RS RAJAWALI : Diabetes Melitus ETIOLOGI Trombosit MASALAH

Dx Medis DATA

DS :

Februari 2013 - Pasien mengeluh tangan dan kaki kirinya tidak dapat Makrovaskuler

digerakkan. - Pasien mengeluh tangan dan kakinya berat DO : - Klien tampak lelah - Mobilisasi dibantu keluarga - Kekuatan otot Kanan atas Kiri atas =0 =5 Intpleransi aktivitas Stroke Intoleransi Aktivitas Selebral

Kanan bawah = 0 Kiri bawah 2 Jumat, 28 DS : mengeluh merasa Trombosit =5 Hiperglikemi

Februari 2013 - Pasien

terganggu oleh luka di panggul yang tidak sembuh-sembuh - Pasien mengeluh merasa perih DO : - Klien tampak gelisah - Bagian panggul pasien

Makrovaskuler Gangguan Extremitas bawah Integritas Kulit Luka

terpasang balutan - Suhu = 37,50C

Perubahan status

Metabolik Gangguan integritas


kelompok 1 43 Mata Kuliah Komprehensif 1

Jumat, 28

DS : mengatakan sering

Hiperglikemia

Februari 2013 - Klien kehausan

glikosuria

- Klien mengatakan sering BAK DO : - Klien terlihat sering minum (intake :) - Klien terlihat sering kencing - Hasil Lab: GDN = 206 Glukosa =+++ PH = 7 BJ = 1015 4 Jumat, 28 DS : Luka di ekstremitas (lesi) dehidrasi (defisit volume cairan) osmotik diuretik Defisit Volume Cairan

Februari 2013 - Klien mengeluh sulit tidur - Klien mengeluh gelisah karena lukanya DO : - Klien terlihat sering minum - Klien terlihat sering kencing - Hasil Lab: GDN = 206 5 Jumat, 28 DS :

Ulserasi

Gangguan Pola

ansietas

Istirahat

susah tidur

Penurunan pemakaian glukosa ke sel Defisit Perawatan kebutuhan energi Lemah Diri

Februari 2013 - Klien mengeluh lemas DO : - Klien tampak hanya berbaring - Klien tampak tidak mampu untuk membasuh diri

produksi energi

Perawatan diri
kelompok 1 44 Mata Kuliah Komprehensif 1

DIAGNOSA KEPERAWATAN Nama/ Umur :Ny. D / 58 tahun Ruang/ Kamar :Suhadi / 3A No.Dx 1 2 3 4 5 DIAGNOSA KEPERAWATAN Intoleransi akivitas b.d. stroke (ketidakmampuan menggerakan anggota badan) Gangguan integritas kulit b.d. perubahan status metabolic Defisit volume cairan b.d. osmotic diuretik Gangguan pola istirahat b.d. kecemasan Defisit perawatan diri b.d. lemah/kelelahan

kelompok 1 45 Mata Kuliah Komprehensif 1

INTERVENSI KEPERAWATAN Nama/ Umur :Ny. D / 58 tahun Ruang/ Kamar :Suhadi / 3A Tgl/waktu No.Dx Setelah asuhan selama NOC NIC Rasional

dilakukan - Ubah posisi klien tiap - Menghindari keperawatan 2x24 2 jam jam, - Ajarkan klien untuk - Menghindari melakukan gerak daerah mampu sakit - Lakukan aktif yang latihan pada tidak dengan

terjadinya luka

klien dapat melakukan aktivitas kriteria hasil: Klien

kekakuan send daerah yang sakit

menunjukkan 28 Februari 2013 Jam 08.30 1 kemampuan untuk meningkatkan mobilitas Tidak kontraktur Kekuatan bertambah otot terjadi

gerakan - Untuk meng kekakuan,

pasif ekstermitas yang sakit

mengecilnya o

- Tinggikan kepala dan - Memberi tangan

kenyamanan k

- Untuk latihan fisik - Untuk menga kllien, kolaborasi ahli fisiioterapi Setelah asuhan 28 Februari 2013 Jam 10.00 2 selama dilakukan - Kaji luka, perubahan keperawatan 2x24 jam, warna, edema, dan discharge frekueni lakukan dengan

cara gerak klie

Mengetahui k dan luka Mengetahui kelainan Mengetahui nyeri

perkemb

diharapkan luka adanya

kondisi - Observasi TTV perbaikan - Kaji skala nyeri

menunjukkan

jaringan dan tidak ada

kelompok 1 46 Mata Kuliah Komprehensif 1

infeksi dengan kriteria - Perawatan luka/ ganti hasil: 1. Kondisi integritas balutan indikasi - Kolaborasi pemberian luka insulin dan analgetik sesuai indikasi sesuai

Menghindari lebih lanjut

kulit membaik 2. Kondisi menunjukkan adanya jaringan perbaikan

Insulin dan an membantu penyembuhan dan nyeri

Setelah asuhan selama

dilakukan - Monitor TTV keperawatan 2x24 jam,

- Untuk

meng

keadaan umum - Mengetahui elektrolit pada tubuh - Untuk

diharapkan kebutuhan - Monitor intake dan cairan/hidrasi terpenuhi kriteria hasil: 1. Tidak ada tanda- - Observasi 28 Februari 2013 Jam 11.00 3 tanda hidrasi 2. Hasil lab kadar dalam - Monitor pemeriksaan lab hasil edema adanya klien dengan output

ab

meng

kondisi cairan klien - Mengetahui

perkembangan lab klien - Cairan dapat - Kolaborasi pemberian terapi normalsalin cairan

elektrolit batas normal

norm

3. BJ urin normal 4. Mempertehankan urin output sesuai dengan usia

mem

kebutuhan elek

28 Februari

Setelah

dilakukan - Lakukan

pengkajian -

Mengontrol

kelompok 1 47 Mata Kuliah Komprehensif 1

2013 Jam 13.00

asuhan selama

keperawatan 2x24 jam,

terhadap yang

ancaman mengganggu

ancaman mengganggu istirahat

diharapkan kebutuhan kebutuhan istirahat

istirahat klien

klien terpenuhi dengan - Observasi reaksi non kriteria hasil: 1. Kegelisahan berkurang 2. Klien mampu - Control penyebab terganggunya tidur - Klien merasa tidak pola lingkungan verbal ketidaknyamanan dan

Untuk

meng

reaksi non penyebab

ketidaknyama Untuk

men

mempertahankan pola istirahat

lingkungan mengganggu istirahat

sesuai kebutuhan

Pasien akan n bila kondisi bisa digerakkan

nyaman dank lien sulit dipindahkan

Setelah asuhan selama

dilakukan keperawatan 2x24 jam,

Kaji dan

kemampuan tingkat dalam

Untuk meng kekurangan kelebihan dalam diri

kekurangan melakukan perawatan diri

diharapkan perawatan diri 28 Februari 2013 Jam 14.00 5 klien terpenuhi

per

dengan kriteria hasil: 1. Klien melakukan perawatan sesuai diri dengan dapat Motivasi untuk aktivitas klien melakukan meski

Untuk memb

semangat aga terpacu

perawatan dir Untuk

dengan bantuan

kemampuan klien 2. Anggota klien bersih tubuh Hindari melakukan

menimbulkan kemandirian

kelompok 1 48 Mata Kuliah Komprehensif 1

sesuatu yang dapat klien lakukan

sendiri, beri bantuan atas kebutuhan Untuk

mem

kebutuhan Setiap pagi perawatan sendiri

menyeka pasien dan berganti pakaian

kelompok 1 49 Mata Kuliah Komprehensif 1

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Nama/ Umur :Ny. D / 58 tahun Ruang/ Kamar :Suhadi / 3A Tgl/waktu No.Dx Implementasi Keperawatan Mengobservasi tanda vital tanda- - klien permintaan diobservasi Mengubah posisi klien - klien tiap 2 jam dipindahkan posisinya karena BB 2 Maret 2013 Jam 08.30 1 yang abnormal, klien kurang nyaman. - Klien Mengajarkan untuk (ROM) Meninggikan dan tangan klien Mengkaji luka klien di - Klien daerah panggul kesakitan, merasa diameter kepala latihan klien gerak semua petunjuk - Klien merasa nyaman mengikuti perintah/ sulit Respon menerima untuk TTD

luka sekitar 10 cm - TTV klien 2 Maret 2013 Jam 10.00 2 Mengobservasi tanda vital tandaTD :160/90 mmHg N : 104 x/menit S : 37,40C

RR : 24 x/menit - Skala Mengkaji skala nyeri - Klien nyeri klien

sedang 3 (dari 1-5) merasa

kelompok 1 50 Mata Kuliah Komprehensif 1

Melakukan balutan mengoleskan salep

ganti dan

kesakitan dan tampak meringis

Mengobservasi tanda vital

tanda- - TTV klien TD :160/90 mmHg N : 104 x/menit S : 37,40C

RR : 24 x/menit 2 Maret 2013 Jam 11.00 Memonitor intake - Klien kehausan tiap 30 menit meminum sekitar 150 ml, BAK 700 cc/7 jam - GDN jam 07.00=211 GDN jam 12.00=190 Melakukan kolaborasi - Klien meringis infus terlihat ketika di

(makanan dan minuman 3 yang output Memonitor hasil lab diberikan) dan

dengan dokter dalam pemberian cairan infus RL u/ 20 tetes - Melakukan

observasi - Klien merasa nyaman

lingkungan klien yang mengancam menghindari 2 Maret 2013 13.00 4 dengan suara

bising, suhu disesuaikan dengan klien - Mengatur posisi klien - Klien merasa tidak nyaman dank lien sulit dipindahkan

2 Maret 2013

Membantu klien,

mengelap dan

Klien merasa segar

menyisir

kelompok 1 51 Mata Kuliah Komprehensif 1

mengganti klien

pakaian

EVALUASI KEPERAWATAN Nama/ Umur :Ny. D / 58 tahun Ruang/ Kamar :Suhadi / 3A Tgl/waktu No.Dx EVALUASI S : klien mengatakan masih belum melakukan perpindahan di tempat tidur 2 Maret 2013 Jam 08.30 1 O : Klien terlihat masih minta bantuan kepada keluarga dan perawat A : masalah belum teratasi P : lanjutkan semua intervensi 1,2,3 dan 4 S : klien mengatakan rasa nyeri pada luka sudah berkurang O :-klien terlihat tidak gelisah dan tidak meringis 2 Maret 2013 Jam 10.00 2 -luka klien sudah menunjukkan perbaikan TTD

jaringan, luka tidak basah dan warna luka merah muda A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4 S : klien mengatakan rasa haus masih ada dan sering BAK O :-Klien sering meminta minum 1 gelas (200cc) tiap

2 Maret 2013 Jam 11.00

30 menit 3 - Klien sering BAK, 700 cc/7 jam - Hasil lab GDN=120 A : masalah belum teratasi P : lanjutkan semua intervensi 1,2,3 dan 4

kelompok 1 52 Mata Kuliah Komprehensif 1

S :-klien mengatakan sudah tidak merasa gelisah - Klien mengatakan sudah merasa nyaman - Klien mengatakan sudah bisa tidur nyenyak O :-klien terlihat bisa tidur nyenyak 2 Maret 2013 13.00 - TTV 4 TD : 130/90 mmHg N : 102 x/menit S : 360C RR : 22 x/menit A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi 1 dan 2 S :-klien mengatakan anggota badannya merasa sudah bersih - Klien mengatakan masih belum bisa untuk membersihkan dirinya sendiri 2 Maret 2013 5 O : -Klien tampak bersih, rambut rapih dan tidak bau badan - Klien tampak masih dibantu keluarga dan perawat A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi 1

DAFTAR OBAT YANG DIBERIKAN KEPADA PASIEN 1. Nama obat Klasifikasi/golongan obat Dosis umum : Captopril : Diuretik : dosisnya sangat tergantung dari kebutuhan penderita (individual),

Dewasa: Hipertensi, dosis awal: 12,5 mg tiga kali sehari.


kelompok 1 53 Mata Kuliah Komprehensif 1

Dosis untuk pasien ybs Cara pemberian obat sebelum makan, oral. Mekanisme kerja dan fungsi obat

: 25 mg 3x1 tb :Kaptopril harus diberikan 1 jam

Kaptopril

merupakan dan efekif

obat dalam

antihipertensi

penanganan gagal jantung dengan cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron Alasan pemberian obat pada pasien Indikasi : pasien memiliki riwayat hipertensi :Untuk hipertensi berat hingga

sedang, kombinasi dengan tiazida memberikan efek aditif, sedangkan kombinasi memberikan dengan efek beta yang bloker kurang

aditif. Untuk gagal jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan digitalis, dalam hal ini pemberian kaptopril diberikan bersama diuretik dan digitalis. Kontra indikasi :Penderita yang hipersensitif

terhadap kaptopril atau penghambat ACE lainnya (misalnya pasien selama

mengalami pengobatan

angioedema dengan

penghambat

ACE lainnya). Efek obat :Kaptopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 g sehari pada 0,5% penderita dan pada 1,2% penderita dengan penyakit ginjal. Dapat tejadi sindroma nefrotik serta membran

kelompok 1 54 Mata Kuliah Komprehensif 1

glomerulopati hipertensi.Karena

pada

penderita proteinuria

umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan maka penderita sebaiknya melakukan pemeriksaan protein urin sebelum dan setiap bulan selama 8 bulan pertama pengobatan.

2. Nama obat Klasifikasi/golongan obat Dosis umum

: Metformin 500mg : Diuretik : Tablet 500 mg Dosis: 3 x sehari 1 tablet Tablet 850 mg; Dosis awal: 1 x sehari 1 tablet (pagi);Dosis

pemeliharaan: 2 x sehari 1 tablet (pagi dan malam) Dosis untuk pasien ybs Cara pemberian obat : 3x1 tb :Metformin harus diberikan bersama dengan makanan atau sesudah makan dalam dosis yang terbagi, oral Mekanisme kerja dan fungsi obat :Acarbose penghambat alpha-

glukosidase bioavailabilitas mengurangi

mengurangi metformin konsentrasi dan puncak

plasma metformin rata-rata, tetapi waktu untuk mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah.

- Getah guar dapat mengurangi kecepatan absorpsi metformin dan mengurangi konsentrasi metformin dalam darah.

kelompok 1 55 Mata Kuliah Komprehensif 1

- Simetidin menghambat sekresi metformin pada tubular ginjal secara kompetitif dan meningkatkan daerah di bawah kurva konsentrasi plasma metformin mengurangi metformin. - Antikoagulan oral phenprocoumon menambah eliminasi obat ini, terhadap waktu serta ginjal

ekskresi

meningkatkan aliran darah hati dan ekstraksi hati sebagai efek metformin pada aktivitas enzim mikrosomal. Efek obat :Efek samping bersifat reversible pada saluran cerna termasuk

anoreksia, gangguan perut, mual, muntah, rasa logam pada mulut dan diare. Dapat menyebabkan asidosis laktat tetapi kematian akibat insiden ini lebih rendah 10 - 15 kali dari fenformin dan lebih rendah dari kasus hipoglikemia yang disebabkan oleh glibenklamid/sulfonilurea.Kasus asidosis laktat dapat dibati dengan natrium bikorbonat.Kasus individual dengan metformin adalah anemia megaloblastik, vaskulitis. 3. Nama obat Klasifikasi Dosis umum : fordin 150 mg :antidiabet : Untuk tukak duodenum aktif : 150 mg 2 kali/hari (pagi dan Malam) atau pneumonitis,

kelompok 1 56 Mata Kuliah Komprehensif 1

300 mg 1 kali/hari sesudah makaan malam atau menjelang tidur,

diberikan selama 4-8 minggu. Untuk tukak lambung aktif : 150 mg 2 kali/hari selama 2 minggu. Untuk pemeliharaan tukak duodenum dan tukak sebelum lambung tidur. : 150 Dewasa mg/hari untuk

hipersekresi patologis : 150 mg 2 kali/hari, dapat ditingkatkan sampai dengan 6 g/hari pada kondisi berat. Untuk refluks esofagitis : 150 mg 2 kali/hari. Untuk esofagitis erosif : 150 mg 4 kali/hari. Pemeliharaan 150 mg 2 kali/hari Dosis untuk pasien ybs Cara pemberian obat ,oral Mekanisme kerja dan fungsi obat : Warfarin dapat memperpendek atau memperpanjang waktu protrombin Alasan pemberian obat pada pasien: penderita diabetes : 3x1 tb :Diberikan sebelum atau sesudah makan

4. Nama obat Indikasi

: Furosemide : Edema yang berhubungan dengan kegagalan jantung

kengestif, sirosis hati, dan penyaki! ginjal (termasuk

sindrom nefrotik) dan sebagai tambahan dalam pengobatan edema paru-paru akut, dan Digunakan untuk pengobatan

kelompok 1 57 Mata Kuliah Komprehensif 1

hipertensi sedang. Dosis

ringan

hingga

:dosis awal 2 mg/kg BB sebagai dosis tunggal

kemudian dosts ditingkatkan dengan penambahan 1-2

mg/kg BB secara setiap tercapai diinginkan. Kontra Indikasi 6-8 jam respon

bertahap sampai yang

: Anuria, nefritis akut, koma hepatik, hiponatremia, ketidakseimbangan elektrolit, hipersensitif terhadap hipokalemia,

furosemid atau sulfonamida, serta pada keadaan

precomatose karena sirosis hati. Cara Pemberian 5. Nama obat Kontra Indikasi : Oral : Farsix : Hipersensitivitas terhadap nitrogliserin, Anemia berat, Head tekanan trauma, peningkatan intrakarnial,

perdarahan cerebral, Incipient glaucoma, Kegagalan

sirkulasi akut (syok, kolaps sirkulasi), Hipotensi, Syok kardiogenik, tekanan kecuali jika akhir

diastolic

kelompok 1 58 Mata Kuliah Komprehensif 1

ventrikel kiri bisa dijamin, cukup dengan penggunaan kontra-pulsasi intraaorta atau obat inotropik positif.,

Penggunaan bersama dengan zat aktif sildenafil obat yang digunakan dalam disfungsi ereksi, karena khasiat obat dalam menurunkan takanan darah akan bertambah dengan zat sildenefil. Indikasi jangka panjang angina pectoris Alas an dibereikan pada pasien Dosis : sesak nafas : Umumnya : 2-3 x sehari 1 kapsul, Dalam kasus berat : 2-3 x sehari 2 kapsul Dosis pada pasien ybs : 1-1-0 tab : pencegahan dan pengobatan

kelompok 1 59 Mata Kuliah Komprehensif 1

BAB IV PENUTUP 4.1 SIMPULAN Diabetes melitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau keduanya, tubuh pasien dengan DM tidak dapat memproduksi atau tidak dapat merespon hormon insulin yang dihasilkan oleh organ pankreas sehingga kadar gula darah meningkat dan menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang pada pasien tersebut, dan diabetes melitus juga bisa karena genetik. Diabetes melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron. Yang ditandai dengan : a. Poliuria Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membran dalam sel yang menyebabkan hiperglikemia. b. Polidipsia Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel ke dalam vaskuler menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. c. Glukosuria Dengan adanya difisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. d. Poliphagia Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka produksi energi menurun. e. Penurunan berat badan f. Malaise dan kelemahan

kelompok 1 60 Mata Kuliah Komprehensif 1

g. Gangguan pembuluh darah 4.2 SARAN Saran yang kami berikan adalah : 1. Agar perawat dapat memahami dan mengatasi pasien dengan penyakit diabetes melitus 2. Agar perawat dapat membuat asuhan keperawatan dengan baik dan benar tanpa terjadi kesalahan. 3. Agar memberi kenyamanan bagi pasien dengan penyakit diabetes melitus dan juga untuk kelancaran kerja perawat. Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi perawat yang mendapatkan pasien dengan penyakit Diabetes Melitus untuk dijadikan sebagai pemahaman tentang suatu penyakit pada gangguan sistem endokrin.

kelompok 1 61 Mata Kuliah Komprehensif 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito. L.J. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Alih Bahasa Ester. M. Jakarta : EGC. 2. Fakultas Kedokteran UI. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Editor Mansjoer, dkk. Jakarta : Media Aesculapius. 3. Lenny. 2007. Diabetes Gaya Hidup Buruk Pangkal Masalah. Available : http://lifestyle.com. Akses 13 Maret 2013. 4. Rani, A.Aziz.dkk. 2005. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta : PB.Papdi. 5. Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2002. Keperawatan MedikalBedah Ed.8 vol.2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 6. Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

kelompok 1 62 Mata Kuliah Komprehensif 1

Anda mungkin juga menyukai