Anda di halaman 1dari 98

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Dunia usaha memegang peranan penting dalam pembangunan, baik yang diusahakan oleh pemerintah melalui BUMN maupun yang dilaksanakan oleh pihak swasta. Sukses suatu perusahaan hanya mampu dicapai dengan manajemen yang baik, yaitu manajemen yang mampu mempertahankan kontinuitas perusahaan dengan

memperoleh laba yang maksimal karena pada dasarnya tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran para pemiliknya dan harga pasar sahamnya. Agar tujuan tersebut dapat tercapai diperlukan manajemen yang efisien dan mampu menciptakan rangkaian kerjasama yang teratur di antara masing-masing bagian yang ada dalam perusahaan tersebut. Modal kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi bagian lainnya dalam suatu perusahaan. Modal kerja dapat diperoleh baik dari dalam (laba ditahan dan modal sendiri), maupun dari luar (pinjaman). Modal kerjalah yang menjadi sumber utama dalam menjalankan suatu usaha, misalnya kekurangan bahan baku akan menghambat proses produksi. Jika hal ini terjadi, maka akan mengakibatkan keterlambatan penyerahan barang sehingga kemungkinan besar pelanggan akan beralih pada produk lain, yang artinya profit atau keuntungan perusahaan akan berkurang. Mengingat modal kerja sangat penting dalam proses atau jalannya suatu usaha, maka diperlukanlah manajemen modal kerja yang baik. Perlu diingat bahwa

aktiva lancar dari suatu perusahaan manufaktur jumlahnya lebih dari setengah jumlah total aktiva, terlebih lagi perusahaan distribusi. Untuk jalannya kontinuitas perusahaan, maka perlu adanya modal kerja yang cukup sehingga perusahaan dapat memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek atau hutang lancarnya dan dapat juga memenuhi pembayaran-pembayaran yang diperlukan untuk kelancaran jalannya perusahaan. Agar modal kerja dapat digunakan secara efektif dan efisien, maka perlu adanya penyesuaian antara modal kerja yang tersedia dengan kebutuhan operasi perusahaan. Modal kerja sangat erat kaitannya dengan keuntungan atau tingkat profitabilitas perusahaan. Profitabilitas itu sendiri diukur berdasarkan laba bersih yang diterima oleh perusahaan. Laba bersih menunjukkan jumlah penjualan atau target yang dicapai perusahaan dalam satu tahun atau periode sehingga dapat dijadikan alat ukur terhadap tingkat profitabilitas perusahaan. Salah satu perusahaan yang hingga saat ini masih beroperasi secara baik dan lancar adalah PT. Semen Tonasa. Pabrik Semen yang didirikan sejak tahun 1968 hingga saat ini masih mempertahankan jalannya usahanya. Pengelolaan modal kerja yang baik mungkin salah satu faktor keberhasilan perusahaan tersebut. Jika perusahaan terus berjalan secara kontinu dan mempertahankan keuntungannya, bisa jadi

profitabilitasnya setiap tahun meningkat tanpa adanya penambahan modal kerja atau malah setiap tahunnya terjadi penambahan modal kerja. Adapun spesifikasi produk yang dihasilkan oleh PT. Semen Tonasa yaitu :

1. Semen Portland tipe 1, merupakan jenis semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling klinker, semen, dan gypsum. Semen jenis ini diproduksi oleh PT. Semen Tonasa sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). 2. Semen Portland Pozzolan, merupakan semen hidrolis yang terdiri dari campuran homogen antara semen portland dan pozzolan. 3. Semen Portland Komposit, merupakan semen hasil penggilingan bersama antara semen portland dan gypsum dengan satu atau lebih bahan anorganik. Untuk menghasilkan produk-produk di atas pastinya dibutuhkan modal kerja, berikut ini adalah data mengenai total modal kerja bersih yang dimiliki oleh PT. Semen Tonasa periode 2006 2010. Tabel 1.1 Total Modal Kerja PT Semen Tonasa Tahun 2006 - 2010 TAHUN TOTAL MODAL KERJA BERSIH (dalam ribuan rupiah) 2006 514.930.954 2007 624.659.221 2008 785.566.051 2009

629.812.863 2010 94.436.866 Sumber : Neraca PT. Semen Tonasa 2011 4 Produk semen yang dipasarkan oleh PT. Semen Tonasa telah mencakup seluruh wilayah Indonesia hingga mancanegara. Berikut data penjulan semen PT. Semen Tonasa se-Indonesia tahun 2006 hingga 2010. Tabel 1.2 Data Penjualan Semen se-Indonesia PT. Semen Tonasa Tahun 2006 2010 TAHUN JUMLAH PENJUALAN SEMEN (dalam ton) 2006 2.684.599 2007 2.932.454,85 2008 3.179.982,68 2009 3.664.272,71 2010

3.468.112,93 Sumber : PT. Semen Tonasa 2011 Berdasarkan data penjualan di atas penjualan semen PT. Semen Tonasa pada umumnya mengalami peningkatan. Dengan penjualan yang mengalami peningkatan tentunya pendapatan yang diperoleh juga bertambah dan kebijakan perusahaan tiap tahunnya juga berbeda. Berikut gambaran awal mengenai kondisi keuangan PT. Semen Tonasa periode 2006 2010. 5 Tabel 1.3 Kondisi Keuangan PT. Semen Tonasa Tahun 2006-2010 (Dalam ribuan rupiah) TAHUN AKTIVA LANCAR TOTAL AKTIVA KEWAJIBAN LANCAR LABA BERSIH 2006 802.159.247 1.503.411..326 287.228.293 189.379.965 2007

879.665.144 1.533.638.112 255.005.923 211.704.695 2008 1.196.788.836 1.858.066.211 411.222.785 294.441.494 2009 1.318.430.889 2.401.347.403 688.618.036 429.722.633 2010 1.017.517.644 3.510.477.336 923.080.778 543.587.123 Sumber : Laporan Laba Rugi PT. Semen Tonasa Persero 2011 Berdasarkan data di atas terlihat bahwa tiap tahunnya terjadi peningkatan laba bersih pada PT. Semen Tonasa yang tentunya dipengaruhi oleh penggunaan modal kerja

dalam pengoperasian perusahaan. Perolehan aktiva perusahaan setiap tahunnya meningkat yang di ikuti dengan peningkatan jumlah kewajiban yang harus dibayarkan. Penelitian mengenai modal kerja dan profitabilitas pada PT. Semen Tonasa pernah dilakukan oleh Ruslan Gunawan (2000) dengan judul Analisis Kebutuhan Modal Kerja dan Keterkaitannya dengan Keuntungan pada PT. Semen Tonasa di Pangkep. Menggunakan analisis kebutuhan modal kerja, analisis cash flow dan analisis rasio keuangan (gross profit margin, operating margin, operating ratio, return on investment, dan return on equity) dalam pembahasannya. Melakukan analisis dengan menggunakan data perusahaan tahun 1995 hingga 1998. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah 6 kebutuhan modal kerja berkaitan erat dengan tingkat profitabilitas perusahaan, semakin tinggi modal kerja maka semakin tinggi keuntungan yang diperoleh PT. Semen Tonasa. Yuliany dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Tingkat Likuiditas dan Tingkat Profitabilitas pada PT. Semen Tonasa Persero di Kabupaten Pangkep tahun 2000 menggunakan data keuangan perusahaan antara tahun 1996 hingga 1999. Dalam penelitiannya mengunakan metode analisis deskriptif yang memaparkan kinerja keuangan PT. Semen Tonasa. Metode analisis rasio likuiditas dan profitabilitas juga digunakan seperti current ratio, quick ratio, cash ratio, gross profit margin, net profit margin, dan return on investment. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan

kenaikan positif jumlah aktiva dari tahun ke tahun sehingga tingkat likuiditas menurun karena kenaikan jumlah pinjaman yang jatuh tempo dan kenaikan pembelian bahan baku akibat manajemen tidak memperhatikan kenaikan kurs. Profitabilitaspun mengalami penurunan tiap tahun karena kecilnya laba bersih yang diperoleh PT. Semen Tonasa yang diakibatkan oleh naiknya beban bunga. Pada penelitian kali ini, penulis akan membahas lebih lanjut dan mendalam mengenai penggunaan modal kerja dan pengaruhnya terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan. Adapun judul dari penelitian tersebut adalah: ANALISIS PENGUNAAN MODAL KERJA DAN PENGARUHNYA

TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS PADA PT SEMEN TONASA DI PANGKEP 7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka masalah pokok dalam penulisan ini adalah : Apakah modal kerja yang digunakan telah optimal dan dapat meningkatkan profitabilitas pada PT. Semen Tonasa? 1.3 Batasan Masalah Dalam pembahasan penelitian ini, penulis membatasi masalah analisis penggunaan modal kerja terhadap tingkat profitabilitas pada PT. Semen Tonasa dalam lingkup Net Working Capital dengan Return On Asset. 1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui penggunaan modal kerja serta pengelolaannya pada PT. Semen Tonasa. 2. Untuk menganalisis apakah penggunaan modal kerja tersebut telah mampu meningkatkan profitabilitas pada PT. Semen Tonasa atau tidak. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Bagi perusahaan a. Sebagai bahan masukan bagi PT. Semen Tonasa dalam menyusun anggaran utamanya modal kerja yang dibutuhkan dalam setiap periode. 8 b. Sebagai bahan masukan bagi PT. Semen Tonasa agar dapat menggunakan modal kerja yang ada seefektif dan efisien mungkin untuk peningkatan profitabilitas perusahaan. 2. Bagi penulis a. Dapat mengetahui bagaimana cara menggunakan modal kerja yang optimal secara efektif dan efisien untuk menjalankan suatu usaha yang nantinya dapat diterapkan jika ingin membuat usaha sendiri. b. Untuk lebih memperdalam pengetahuan materi keuangan khususnya mengenai masalah modal kerja dan profitabilitas. 3. Bagi pihak lain

Sebagai bahan referensi dan studi pustaka jika ingin mengambil topik mengenai masalah manajemen keuangan, modal kerja, dan profitabilitas perusahaan. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam pembahasan, maka penulisan skripsi ini dibagi dalam 6 bab yaitu : Bab I PENDAHULUAN membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 9 Bab II LANDASAN TEORI membahas mengenai pengertian dan fungsi manajemen keuangan, pengertian pembelanjaan, jenis dan sumber pembelanjaan perusahaan, pengertian modal kerja, jenis modal kerja, pentingnya modal kerja, fungsi modal kerja, faktor yang menentukan modal kerja, penggunaan modal kerja, cash flow, profitabilitas, pengertian dan bentuk laporan keuangan, tujuan laporan keuangan, analisis laporan keuangan, rasio-rasio keuangan, hubungan modal kerja, current ratio dan profitabilitas, kerangka pikir, dan hipotesis. Bab III METODE PENELITIAN membahas mengenai lokasi dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, jenis dan sumber data, metode analisis, dan identifikasi variabel penelitian. BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN membahas sejarah singkat perusahaan, visi, dan misi, sistem manajemen, tujuan perusahaan, produk, sistem pemasaran serta struktur organisasi perusahaan.

BAB V PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN menguraikan mengenai analisis perputaran modal kerja, analisis Current Ratio, analisis profitabilitas, analisis hubungan antar variabel beserta pengujian hipotesis menggunakan SPSS 19. 10 BAB VI KESIMPULAN dan SARAN membahas mengenai kesimpulan dari analisis yang dilakukan oleh penulis dan saran yang diberikan penulis bagi PT. Semen Tonasa sebagai objek penelitian terkait kesimpulan hasil analisis dan bagi penulis lain yang ingin melakukan penelitian dengan topik yang sama. 11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan memegang peranan yang sangat penting bagi perusahaan. Seiring dengan perkembangannya, tugas manajer keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan-tagihan, dan membayar dana. Akan tetapi, manajer keuangan juga harus menginvestasikan dana, mengatur kombinasi sumber dana yang optimal, serta pendistribusian keuntungan (pembagian dividen) dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan. Penginvestasian dana merupakan tolak ukur besar kecilnya suatu perusahaan, baik dilihat dari aspek laba, resiko usaha, maupun likuiditasnya. Pengaturan sumber kombinsi dana (hutang dan modal sendiri) berikut kebijakan dividen merupakan penentu besar kecilnya

beban finansial atau resiko finansial. Semua variabel tersebut akan mempengaruhi penilaian perusahaan secara keseluruhan. Menurut Sutrisno (2005:3) pengertian manajemen keuangan adalah semua akivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien 12 Menurut Martono dan Agus Hartijo (2007:16) memberikan pengertian manajemen keuangan adalah seluruh aktivitas perusahaan dalam rangka memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola aset. Menurut Lukman Syamsuddin (2007:3) manajemen kauangan merupakan penerapan prinsip-prinsip ekonomi dalam mengelola (to manage) keputusan-keputusan yang menyangkut masalah finansial perusahaan. Dari beberapa pendapat ahli yang telah dikemukakan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen keuangan adalah aktivitas perusahaan untuk memperoleh dana dan menggunakan dana tersebut secara efisien. Selain menyangkut aktivitas perusahaan dalam memperoleh dana, manajemen keuangan juga merujuk kepada kemampuan dalam mengelola keuangan di dalam perusahaan, mengefisiensikan dana sehingga tercapai keseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan perusahaan yang pada akhirnya akan berdampak baik kepada keuntungan perusahaan. 2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan

Fungsi dari manajemen keuangan antara lain : 1. Perencanaan keuangan yaitu membuat rencana pemasukan dan pengeluaran serta kegiatan lainnya untuk periode tertentu. 2. Penganggaran keuangan yaitu tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan. 3. Pengelolaan keuangan yaitu menggunakan dana perusahaan untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara. 4. Pencarian keuangan yaitu mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional perusahaan. 13 5. Penyimpanan keuangan yaitu mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dan mengamankan dana tersebut. 6. Pengendalian keuangan yaitu melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada perusahaan. 7. Pemeriksaan keuangan yaitu melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada agar tidak terjadi penyimpangan. 2.2 Pengertian Pembelanjaan Pembelanjaan perusahaan adalah salah satu fungsi yang penting untuk keberhasilan usaha operasional perusahaan. Bambang Riyanto dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan mengemukakan bahwa pembelanjaan adalah seluruh aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana yang diperlukan

dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa didalam pembelanjaan perusahaan terdapat dua masalah, yaitu usaha mendapatkan dana yang dibutuhkan dan usaha menggunakan dana tersebut dalam perusahaan. Jadi pembelanjaan disatu pihak dipandang sebagai masalah penarikan modal, dan dipihak lain dapat dipandang sebagai penggunaan modal. 2.2.1 Jenis jenis Pembelanjaan Jenis-jenis pembelanjaan antara lain : a. Pembelanjaan Pasif dan Pembelanjaan Aktif 14 Pembelanjaan pasif adalah pembelanjaan dilihat dari sisi badan usaha yang berkaitan dengan usaha mencari dana dan menarik dana yang dibutuhkan oleh perusahaan dengan syarat-syarat paling menguntungkan. Pembelanjaan aktif adalah

pembelanjaan dilihat dari sisi badan usaha yang berkaitan dengan dana yang telah diperoleh secara menguntungkan, baik yang berasal dari dalam perusahaan atau yang ditanam di luar perusahaan. b. Pembelanjaan Kualitatif dan Pembelanjaan Kuantitatif Pembelanjaan kualitatif adalah pembelanjaan yang berhubungan dengan penyusutan aktiva tetap dan passiva perusahaan. Pembelanjaan kuantitatif adalah pembelanjaan yang berhubungan dengan penentuan jumlah setiap rekening passiva dan aktiva sehingga dicapai keseimbangan yang paling layak.

c. Pembelanjaan Normal Pembelanjaan normal adalah pembelanjaan yang selalu ditujukan untuk menjamin terwujudnya keseimbangan finansial perusahaan yang berhubungan dengan kebijaksanaan pengaturan dana sehingga selalu tercapai keseimbangan antara modal yang tersedia dan modal yang dibutuhkan. 2.2.2 Sumber-sumber Pembelanjaan Perusahaan Ditinjau darimana sumber dana itu diperoleh, pembelanjaan perusahaan dibedakan menjadi dua yaitu : 15 a. Pembelanjaan dari Dalam Perusahaan Pembelanjaan dari dalam perusahaan adalah suatu bentuk pembelanjaan yang diambil dari modal yang terbentuk di dalam perusahaan itu sendiri. Pembentukan modal ini berasal dari kemampuan dan kekuatan perusahaan yang bersangkutan. b. Pembelanjaan dari Luar Perusahaan Pembelanjaan dari luar perusahaan adalah suatu bentuk dana yang digunakan untuk memenuhi modal perusahaan yang umumnya berbentuk pinjaman jangka panjang seperti pinjaman obligasi, maupun pinjaman jangka pendek seperti kredit rekening koran dan kredit wesel. 2.3 Pengertian Modal Kerja Modal kerja merupakan sejumlah dana yang selalu tersedia dalam perusahaan yang digunakan untuk membelanjai kegiatan perusahaan. Kegiatan perusahaan ini dapat

dimulai jika telah tersedia dana yang telah dikeluarkan dan dapat diterima kembali dalam jangka waktu satu tahun. Bambang Riyanto dalam bukunya Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan

memberikan pengertian modal kerja dalam tiga konsep yaitu : 1. Konsep Kuantitatif 2. Konsep Kualitatif 3. Konsep Fungsional 16 2.3.1. Konsep Kuantitatif Konsep ini melihat pada jumlah dana yang tersedia atau tertanam dalam aktiva lancar dimana periode perputarannya untuk kembali dalam bentuk semula relatif dilakukan dalam jangka waktu pendek. Jadi modal kerja menurut konsep ini menekankan pada keseluruhan aktiva lancar yang disebut modal kerja bruto (Gross Working Capital). 2.3.2 Konsep Kualitatif Konsep ini hanya melihat pada kuantitas aktiva lancar saja, maka pada konsep ini akan mencakup pula unsur-unsur kewajiban yang segera harus dibayar. Dengan kata lain modal kerja menurut konsep ini adalah selisih antara aktiva lancar dan passiva lancar. Jadi berdasarkan konsep ini modal kerja bisa surplus atau defisit. Modal kerja surplus apabila jumlah current asset lebih besar dari current liabilities dan defisit bila terjadi sebaliknya. Modal kerja menurut konsep ini sering disebut modal kerja netto (Net Working Capital). 2.3.3 Konsep Fungsional

Kosep ini didasarkan pada fungsi dana yang ada dalam aktiva lancar untuk menghasilkan current income. Sesuai dengan pendirian perusahaan, sebagian dana yang tertanam seluruhnya menghasilkan pendapatan dalam periode accounting. Sedangkan ada pula dana yang digunakan tidak seluruhnya menghasilkan pendapatan. Termasuk modal kerja yang menghasilkan pendapatan. 17 Jadi jelaslah bahwa setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai kegiatan operasionalnya dan menentukan berhasil tidaknya suatu perusahaan. Modal kerja dalam suatu usaha tidaklah harus dalam jumlah yang besar, jumlah modal kerja disesuaikan dengan ukuran dan kebutuhan untuk dapat menjalankan usaha tersebut. Bagi usaha rumahan atau berskala kecil modal kerja yang digunakan pastinya tidak sebesar perusahaan BUMN karena kebutuhan pengolaannya juga berbeda. Hal yang terpenting dalam modal kerja adalah pengelolaan dan seberapa cepat modal berputar. Semakin cepat modal berputar, maka kontinuitas suatu usaha lebih terjamin. 2.4 Jenis Modal Kerja Modal kerja terbagi menjadi dua yaitu : 1. Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk menjalankan fungsinya atau modal kerja yang akan terus diperlukan untuk kelancaran operasional perusahaan. Modal kerja permanen dibedakan dalam :

a. Modal kerja primer ( Primary Working Capital ), yaitu modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. 18 b. Modal kerja normal ( Normal Working Capital ), yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. 2. Modal kerja variabel yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keuangan. Jenis modal kerja variabel dapat dibedakan atas : a. Modal kerja musiman ( Seasoned Working Capital ), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan keadaan musim. b. Modal kerja siklis (Cylical Working Capital ), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi konjungtur. c. Modal kerja darurat (Emergency Working Capital ), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya, misalnya situasi ekonomi yang berubah sacara mendadak. 2.5 Pentingnya Modal Kerja dan Fungsi Modal Kerja 2.5.1 Pentingnya Modal Kerja Pengelolaan modal kerja menjadi penting karena beberapa aspek : 1. Beberapa penelitian telah memberikan indikasi bahwa sebagian besar waktu manajer keuangan dihabiskan dalam kegiatan internal perusahaan dari hari ke hari, dan ini merupakan bagian dari manajemen modal kerja. 19

2. Kenyataannya jumlah aktiva lancar sering lebih separuh total aktiva perusahaan dan cenderung labil. 3. Hubungan antara tingkat pertumbuhan penjualan dan kebutuhan akan permodalan aktiva lancar adalah dekat dan langsung. 4. Bagi perusahaan kecil terjadi keterbatasan dalam memasuki pasar modal jangka panjang, sehingga harus mengendalikan utang dagang dan utang bank jangka pendek sebagai permodalannya, meningkatkan utang lancar akan mengurangi modal bersihnya. 2.5.2 Fungsi Modal Kerja Modal kerja memiliki fungsi yaitu : 1. Modal kerja menampung kemungkinan terburuk yang ditimbulkan karena adanya nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang yang diragukan dan tak dapat ditagih atau penurunan nilai persediaan. 2. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua hutang lancarnya tepat pada waktunya. 3. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit kepada pembeli. 4. Memungkinkan pimpinan perusahaan untuk membuat perusahaan lebih efisien dengan jalan menghindarkan keterlambatan dalam memperoleh bahan, jasa, dan alatalat yang disebabkan kesulitan kredit. 20 5. Modal kerja yang mencukupi memungkinkan pula perusahaan untuk menghadapi masa depresi dan resesi dengan baik.

Jadi fungsi utama modal kerja sebenarnya adalah menopang kegiatan produksi dan penjualan serta menutup dana atau pengeluaran tetap yang tidak berhubungan langsung dengan produksi dan penjualan. 2.6 Penggunaan dan Faktor yang Menentukan Jumlah Modal Kerja 2.6.1 Penggunaan Modal Kerja Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan. Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut : a. Pembayaran biaya perusahaan. Hal ini dapat ditentukan dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan. b. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau efek maupun kerugian insidentil lainnya. c. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang. 21 d. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang, atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar sehingga mengurangi modal kerja. e. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang.

f. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya. 2.6.2 Faktor yang Menentukan Jumlah Modal Kerja Kebutuhan modal kerja akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1. Besar kecilnya kegiatan usaha atau perusahaan (produksi dan penjualan), dimana semakin besar perusahaan, semakin besar modal kerja yang diperlukan. 2. Kebijakan tentang penjualan ( kredit atau tunai ). Persedian ( dengan EOQ = Economic Orde Quantity dan safety stock ), saldo kas minimal, dan pembelian bahan (tunai atau kredit). 3. Faktor ekonomi, tingkat bunga yang berlaku, peredaran uang, ketersediaan bahan produksi, dan kebijakan perusahaan lainnya. Pada intinya penggunaan modal kerja secara garis besar ditentukan oleh faktor dari dalam maupun luar perusahaan. Dimana faktor internal menyangkut hal yang berkaitan dengan proses produksi sementara faktor eksternal dipengaruhi oleh keadaan perekonomian dan pasar. 22 2.7 Cash Flow ( Aliran Kas ) Secara umum cash flow atau aliran kas dapat diartikan sebagai perhitungan yang disusun secara sistematis mengenai penerimaan aliran uang yang masuk (cash inflow), jumlah yang dikeluarkan (cash out-flow), dan dalam perhitungan aliran kas tersebut dapat dilihat dana yang dimiliki perusahaan pada waktu tertentu. Cash flow

juga memberikan pedoman dan dasar bagi para pimpinan perusahaan untuk mengambil keputusan sehubungan dengan masalah keuangan perusahaan. Menurut Sofyan Syafri Harahap (1998 : 261) aliran kas merupakan suatu informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan operasi, pembiayaan, dan investasi. Teknik analisis arus kas dapat dilihat dari dua keadaan yaitu : 1. Menganalisis dari laporan yang sudah dibuat perusahaan. 2. Melakukan analisis berdasarkan informasi hanya dari laporan neraca dan laba rugi. Adapun manfaat dari penyusunan cash flow antara lain : 1. Memberikan seluruh rencana penerimaan kas yang berhubungan dengan rencana keuangan perusahaan dan transaksi yang menyebabkan perubahan kas. 2. Sebagai dasar dalam menaksir kebutuhan dana untuk masa yang akan datang dan memperkirakan jangka waktu pengembalian kredit. 3. Membantu manajer untuk mengambil keputusan kebijakan finansial. 23 4. Bagi kreditur dapat melihat kemampuan perusahaan untuk membayar kredit yang diberikan kepadanya. Berikut adalah skema arus kas perusahaan industri : Skema 2.1 Skema Arus Kas Perusahaan Industri Barang dalam Proses

Persediaan Barang Biaya Tenaga Penyusutan Jadi Kerja Biaya Adm.dan Biaya Gaji dan Aktiva Bahan Penjualan Lain-lain Tetap Mentah Pembayaran Pembelian Penjualan Gaji & Biaya Aktiva Tetap Aktiva Tetap Piutang Hutang Dagang Dagang Penjualan Pengumpulan Tunai KAS Pembayaran Pembelian Investasi Pinjaman & Pembayaran Pinjaman Modal Sendiri Dividen Hutang Sumber : Suad Husnan (2006 : 86) 24 2.8 Profitabilitas Untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba, alat yang sering digunakan adalah profitabilitas. Menurut Bambang Riyanto (992 : 27) profitabilitas yaitu : Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan laba dengan aktivitas atau modal yang menghasilkan aktivitas tersebut, dengan kata lain profitabilitas

adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu Pengertian profitabilitas sebagai indikator terhadap hasil pelaksanaan operasi perusahaan menitikberatkan pada aspek ekonominya. Efektivitas ekonomi suatu perusahaan bergantung kepada kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Penggunaan profitabilitas sebagai indikator penilaian hasil operasi perusahaan dapat dipakai sebagai berikut : 1. Suatu indikasi tentang efektivitas manajemen. 2. Suatau alat untuk membuat proyeksi laba perusahaan. 3. Suatu alat pengendalian manajemen. Profitabilitas itu sendiri memiliki berbagai macam rasio-rasio dalam pengukurannya masing-masing yang akan dibahas lebih jelas pada bagian rasio-rasio keuangan. Pada intinya profitabilitas suatu perusahaan merupakan gambaran yang mengukur seberapa mampu perusahaan menghasilkan laba dari proses operasional yang telah dilaksanakan untuk menjamin kelangsungan perusahaan di masa yang akan datang. 25 2.9 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang disebut dengan siklus akuntansi. Laporan keuangan menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan selama satu periode. Selain itu, laporan keuangan juga menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan.

2.9.1 Bentuk Laporan Keuangan Laporan keuangan yang disusun guna memberikan informasi kepada berbagai pihak terdiri atas : 1. Neraca Neraca adalah laporan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu seperti yang tertera di dalam neraca. Neraca menunjukkan posisi kekayaan perusahaan pada waktu tertentu. Kekayaan disajikan pada sisi aktiva, sedangkan kewajiban dan modal sendiri pada sisi passiva. 2. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya selama periode waktu tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Komponen laporan laba rugi adalah pendapatan / penjualan, harga pokok penjualan, biaya pemasaran, biaya admininstrasi dan umum, pendapatan luar usaha dan biaya luar usaha. 26 3. Laporan Arus Kas Laporan arus kas menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Komponen dari laporan arus kas adalah kas dari / untuk kegiatan operasional, kas dari / untuk kegiatan investasi, dan dari / untuk kegiatan pendanaan. 2.9.2 Tujuan Laporan Keuangan

Pembuatan masing-masing laporan keuangan memiliki tujuan tersendiri, tujuan laporan keuangan adalah : a. Screening yaitu analisis yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa harus mendatangi lokasi secara langsung. b. Understanding yaitu memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya. c. Forecasting yaitu analisis yang digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang. d. Diagnosis yaitu analisis yang dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan, atau masalah lain dalam perusahaan. e. Evaluation yaitu analisis yang dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelolah perusahaan. 27 2.9.3 Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan salah satu sumber yang paling tinggi bagi para pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan akan lebih bermanfaat untuk keputusan ekonomi apabila dengan informasi tersebut dapat diprediksi kejadian di masa yang akan datang. Hasil analisis laporan keuangan akan mampu membantu menginterpretasikan berbagai hubungan kunci dan

kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan di masa yang akan datang. Analisis laporan keuangan adalah suatu metode dan teknik yang digunakan bagi manajemen keuangan perusahaan untuk mendeteksi atau mendiagnosis keadaan perusahaan melalui analisis laporan tersebut. Adapun dua metode yang biasa digunakan dalam menganalisis laporan keuangan, yaitu : a. Analisis Vertikal (Statis) Analalisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan hanya satu periode laporan keuangan saja. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode saja dan tidak diketahui perkembangan dari periode ke periode berikutnya. b. Analisis Horizontal Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis ini akan terlihat perkembangan perusahaan dari periode yang satu ke periode yang lainnya. 28 Kemudian disamping metode yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan, terdapat beberapa jenis teknik analisis laporan keuangan yaitu : a. Analisis perbandingan antara laporan keuangan b. Analisis tren c. Analisis persentase per komponen d. Analisis sumber dan penggunaan dana

e. Analisis sumber dan penggunaan kas f. Analisis rasio g. Analisis laba kotor h. Analisis titik pulang pokok atau titik impas (break event point) 2.10 Rasio-rasio Keuangan Dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan, seorang analis memerlukan adanya ukuran tertentu yang sering digunakan adalah rasio. Menurut Munawir (2004:297) : Rasio keuangan adalah angka-angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan terdiri dari : 1. Rasio Likuiditas 29 2. Rasio Leverage atau Solvabilitas 3. Rasio Profitabilitas atau Efisiensi 4. Rasio Aktivitas 2.10.1 Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditur dalam jangka pendek, serta mengukur apakah operasi perusahaan tidak

terganggu bila kewajiban jangka pendek ini segera ditagih. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga dengan kemampuannya untuk mengubah aktiva lancar. Rasio-rasio yang mungkin dipergunakan dalam pengukuran likuiditas adalah : a. Current Ratio yaitu rasio yang mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Rasio ini dinyatakan dengan rumus : Current Ratio = b. Quick ratio atau Acid Test Ratio yang dinyatakan dengan rumus : Quick Ratio = c. Rasio Modal Kerja Netto dengan Total Aktiva. Perbedaan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar menunjukkan kewajiban yang harus dipenuhi dalam waktu dekat dan disebut dengan modal kerja netto. 30 Modal kerja netto menunjukkan potensi cadangan kas dari perusahaan. Rasio ini dinyatakan dengan rumus: NWC TA = 2.10.2. Rasio Leverage atau Solvabilitas Rasio leverage atau solvabilitas merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang dan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika mengalami likuidasi. Ada empat rasio solvabilitas yang dapat

dimanfaatkan oleh perusahaan yaitu rasio hutang, Debt to Equity Ratio, Time Interest Earned Ratio, dan Debt Service Coverage Ratio. a. Rasio hutang mungkin dihitung berdasarkan atas hutang jangka panjang, mungkin juga seluruh hutang. Rasio ini dinyatakan dengan rumus : Rasio Hutang = b. Debt to Equity Ratio yang menunjukkan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri. Rasio ini dinyatakan dengan rumus : Debt to Equity Ratio = c. Time Interest Earned Ratio yang mengukur seberapa banyak laba operasi mampu membayar bunga hutang. Rasio ini dinyatakan dengan rumus : 31 Time Interest Earned Ratio = d. Debt Service Coverage Ratio mengukur kewajiban perusahaan dalam bentuk pembayaran angsuran pokok pinjaman. DSC dinyatakan dengan rumus : DSC = 2.10.3 Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. Rasio profitabilitas dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu Gross Profit Margin, Retun On Asset, Return On Equity, Return On Investment, Profit Margin, perputaran aktiva, perputaran piutang, dan perputaran persediaan.

a. Gross Profit Margin. Rasio yang membandingkan antara laba kotor (gross profit) dengan penjualan bersih. Rasio ini dinyatakan dengan rumus: GPM = b. Retun On Asset (ROA). Rasio ini menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. ROA dinyatakan dengan rumus : 32 ROA = c. Return On Equity (ROE) mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri. ROE dinyatakan dengan rumus : ROE = d. Return On Investment (ROI) menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang biasa dipoles dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. ROI dinyatakan dengan rumus : ROI = e. Operating Margin yang mengukur seberapa banyak keuntungan operasional bisa diperoleh dari setiap rupiah penjualan. Profit margin dinyatakan dengan rumus : Operating Margin = f. Net Profit Margin yaitu rasio yang membandingkan laba bersih perusahaan dengan penjualan bersih. Rasio ini dinyatakan dengan rumus : NPM = 33

g. Perputaran Aktiva yang mengukur seberapa banyak penjualan bisa diciptakan dari setiap rupiah aktiva yang dimiliki. Rasio ini dinyatakan dengan rumus: Perputaran Aktiva = h. Perputaran Piutang yang mengukur seberapa cepat piutang dilunasi dalam satu tahun. Rasio ini dinyatakan dalam rumus : Perputaran Piutang = i. Perputaran Persediaan yang mengukur berapa lama rata-rata barang berada di gudang. Rasio ini dinyatakan dengan rumus : Perputaran Persediaan = 2.10.4 Rasio Aktivitas Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam menggunakan sumber dananya. Rasio aktivitas diantaranya : a. Total Asset Turn Over Ratio yaitu rasio yang membandingkan antara jumlah penjualan netto dengan jumlah aktiva atau berapa kali dana yang diinvestasikan dalam aktiva berputar dalam satu periode . Rasio ini dinyatakan dengan rumus : TATO = 34 b. Working Capital Turn Over yaitu rasio yang membandingkan antara penjualan dengan modal kerja. Rasio ini dinyatakan dengan rumus : WCTO = 2.11 Hubungan antara Modal Kerja (WCTO), Current Ratio, dan Profitabilitas

Modal kerja merupakan dana yang digunakan untuk kelangsungan operasional perusahaan. Pada penelitian kali ini modal kerja digambarkan dengan menggunakan rasio Work Capital Turn Over yang mengukur perputaran modal kerja, dimana hasil penjualan dibagi dengan modal kerja. Modal kerja yang digunakan adalah modal kerja bersih yaitu selisih antara aktiva lancar dan passiva lancar. Secara teoritis, jika perputaran modal kerja meningkat maka profitabilitas yang diukur dengan Return On Asset juga akan meningkat. Hal ini terjadi karena apabila modal cepat berputar, maka penjualan akan meningkat, pemasukan perusahaan semakin banyak, keuntungan atau laba bersih yang dibandingkan dengan total aktiva mengalami kenaikan. Current Ratio sendiri menggambarkan kemampuan kemampuan perusahaan membayar kewajiban lancar dengan menggunakan aktiva lancarnya. Secara teoritis, jika Current Ratio meningkat, maka profitabilitas akan menurun (berbanding terbalik), karena sebagian dana yang dimiliki perusahaan digunakan hanya untuk melunasi hutang untuk mempertahankan likuiditas, sehingga dana untuk berinvestasi yang seharusnya bisa mendatangkan profit menjadi berkurang. 35 CURRENT RATIO WORK CAPITAL TURN OVER RETURN ON ASSET 2.12 Kerangka Pikir Skema 2.2 PT. SEMEN TONASA

MODAL KERJA Sumber : Almaidah Ekadini, 2012 HASIL ANALISIS 36 2.13 Hipotesis Dari pokok permasalahan yang telah diuraikan dan kerangka pemikiran teoritis, maka hipotesis yang dapat dikemukakan pada penelitian ini yaitu diduga bahwa penggunaan modal kerja pada PT. Semen Tonasa telah optimal untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan dan mampu meningkatkan profitabilitas

perusahaan, tetapi belum meningkat secara maksimal. 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitan Penelitian ini dilakukan pada PT. Semen Tonasa, Desa Biring Ere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep. Penelitian dilaksanakan selama kurun waktu kurang lebih satu bulan yaitu pada bulan November 2011. 3.2 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan ini adalah : 1. Riset Kepustakaan (Library Research) yaitu metode pengumpulan data dengan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan judul yang diajukan serta

bahan kuliah dari berbagai buku yang berkaitan dengan masalah yang dibahas untuk dijadikan landasan teori. 2. Riset Lapangan yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dilokasi (obyek penelitian) secara langsung. 38 3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis data 1. Data kuantitatif, yaitu data yang dapat dihitung atau data yang berupa angka-angka. Data ini dapat diperoleh dari laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi, ataupun dari laporan arus kas pada PT. Semen Tonasa. 2. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh tidak dalam bentuk angka-angka tetapi berupa gambaran umum perusahaan, sejarah singkat perusahaan, maupun informasiinformasi lisan yang menyangkut kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan. 3.3.2 Sumber Data 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan mengadakan observasi langsung pada perusahaan sebagai obyek penelitian. 2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh di luar perusahaan yaitu melalui bukubuku atau literatur yang berkaitan erat dengan masalah yang akan dibahas. 3.4 Metode Analisis Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen (variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat) dan variabel dependen

39 (terikat). Variabel independen dinyatakan dengan simbol X sedangkan variabel dependen dinyatakan dengan simbol Y. Untuk menguji kebenaran hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya, maka metode analisis yang digunakan penulis sebagai berikut : 3.4.1 Analisis Perputaran Modal Kerja. Metode analisis ini digunakan untuk melihat bagaimana perputaran modal kerja perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Rasio yang digunakan yaitu Working Capital Turn Over ( X1 ) yaitu dengan membandingkan antara penjualan dengan modal kerja : WCTO = 3.4.2 Metode Analisis Current Ratio Metode ini digunakan untuk melihat bagaimana rasio modal kerja yang dicapai perusahaan selama kurun waktu tertentu ( X2 ). Pada penelitian kali ini rasio yang digunakan adalah : Current Ratio = Current Ratio menggambarkan bagaimana aktiva lancar perusahaan mampu melunasi kewajiban lancar perusahaan dan dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja. 40 3.4.3 Analisis Rasio Profitabilitas

Analisis ini menggambarkan tingkat kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba serta efisiensi operasi perusahaan. Dalam pembahasan ini rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah Return On Asset atau ROA ( Y ) : Return On Asset = 3.5 Teknik Analisis Data Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh hubungan antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Statistik untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda dengan rumus: Dalam hal ini, Y = Return On Asset (ROA) a = konstanta persamaan regresi b1,b2 = koefisien regresi x1 = Working Capital Turn Over (WCTO) x2 = Current Ratio e = standar error 41 3.5.1. Pengujian Asumsi Regresi Model regresi yang digunakan dalam menguji hipotesis haruslah menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan asumsi klasik. Asumsi klasik regresi meliputi (Imam Ghozali dalam Sugiyono, 2002) : a. Uji Multikolinearitas

Masalah-masalah yang mungkin akan timbul pada penggunaan persamaan regresi berganda adalah multikolinearitas, yaitu suatu keadaan yang variabel bebasnya berkorelasi dengan variabel bebas lainnya atau suatu variabel bebas merupakan fungsi linier dari variabel bebas lainnya. Adanya Multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai variance inflation factor (VIF). Nugroho (2005) dalam Sujianto (2009) menyatakan jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 maka model terbebas dari multikolinearitas. b. Uji Autokorelasi Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi di antara anggota-anggota dari serangkaian observasi yang berderetan waktu (apabila datanya time series) atau korelasi antara tempat berdekatan (apabila cross sectional). Adapun uji yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya penyimpangan asumsi klasik ini adalah uji Durbin Watson (D-W stat) dengan ketentuan sebagai berikut (Sujianto, 2009:80) : 42 1. 1,65 < DW < 2,35 maka tidak ada autokorelasi. 2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 maka tidak dapat disimpulkan. 3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi auto korelasi. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedasitas. Metode yang dapat dipakai untuk mendeteksi gejala heterokedasitas antara lain: metode grafik, park glejser, rank spearman, dan barlett. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeteksi gejala

heteroskedasitas dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara ZPRED dan SRESID dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi Y sesungguhnya) yang terletak di Studentized. 1) Jika ada titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka mengidentifikasikan telah terjadi heterokedasitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas. 43 d. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang dapat dipakai untuk normalitas antara lain: analisis grafik dan analisis statistik. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya:

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal (menyerupai lonceng), regresi memenuhi asumsi normalitas. 2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 3.5.2 Rancangan Pengujian Hipotesis a. Uji F Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas. Tahapan uji F sebagai berikut: 44 1). Merumuskan hipotesis H0 : b1 = b2 = 0, tidak ada pengaruh perubahan WCTO dan CR terhadap ROA. H1 : b1 b2 0, minimal ada satu pengaruh pada perubahan proporsi WCTO dan CR terhadap ROA. 2). Menentukan tingkat signifikasi () dengan degree of freedom (df) dengan rumus n k 1 dengan tujuan untuk menentukan F tabel dengan rumus : () (1 ) ( 1)

2 2 nk r k R Fhitung Dimana R2 = TSS ESS Keterangan : R2 = Koefisien Determinasi ESS = Explained Sum of Squared TSS = Total Sum of Squared 1 r2 = Residual Sum of Squared N = Jumlah Observasi K = Jumlah Variabel bebas 45 3). Membandingkan hasil Fhitung dengan Ftabel dengan kriteria sebagai berikut: Jika F hitung > F tabel berarti H1 diterima. Jika F hitung F tabel berarti H0 diterima. b. Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen yang terdiri atas WCTO dan CR terhadap Return on Asset (ROA). Adapun langkahlangkah yang harus dilakukan dalam uji ini adalah sebagai berikut: 1). Merumuskan hipotesis H0 : b1 = b2 = 0, tidak ada pengaruh perubahan proporsi WCTO dan CR terhadap ROA. H1 : b1 b2 0, minimal ada satu pengaruh pada perubahan proporsi WCTO d an CR terhadap ROA. 2). Menentukan tingkat signifikasi () dengan degree of freedom (df) dengan rumus: n k 1 dengan tujuan untuk menentukan t tabel. 3). Menentukan t hitung dengan rumus. 4). Membandingkan hasil thitung dengan t tabel dengan kriteria sebagai berikut: Jika thitung > ttabel berarti H1 diterima. Jika t hitung t tabel berarti H0 diterima. 46 c. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisen determinasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 R2 1). Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan nilai koefisien deteminasi ini diformulasikan sebagai berikut: R2 =

TSS ESS R2 = Koefisien determinasi majemuk (multiple coeficient of determinant), yaitu proporsi variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas secara bersama-sama. ESS = Explained sum of squares, atau jumlah kuadrat yang dijelaskan atau variabel nilai variabel terikat yang ditaksir di sekitar rata-ratanya. TSS = Total sum of squares, atau total variabel nilai variabel terikat sebenarnya di sekitar rata-rata sampelnya. Bila R2 mendekati 1 (100%), maka hasil perhitungan menunjukkan bahwa makin baik atau makin tepat garis regresi yang diperoleh. Sebaliknya jika nilai R2 mendekati 0 maka menunjukkan semakin tidak tepatnya garis regresi untuk mengukur data observasi. 47 3.6 Identifikasi Variabel Penelitian Tabel 3.1 Ringkasan Variabel Penelitian Variabel Konsep Variabel Indikator Skala WCTO

(X1) (Indepeden) Untuk melihat bagaimana tingkat perputaran modal kerja perusahaan. Rasio Current Ratio (X2) (Independen) Untuk mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Rasio Return On Asset (Y) (Dependen) Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan dari seluruh kekayaan yang dimiliki. Rasio 48 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Semen Tonasa (Persero) adalah pabrik semen terbesar di kawasan timur Indonesia. Berdasarkan keputusan MPRS No. II/MPRS/1960 tanggal 5 Desember 1960, ditetapkan untuk mendirikan pabrik semen di Sulawesi Selatan yang berlokasi

di Desa Tonasa, Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep, sekitar 54 kilometer sebelah utara Makassar. Pabrik Semen Tonasa Unit I merupakan proyek dibawah Departemen Perindustrian dan merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Cekoslowakia yang dimulai sejak tahun 1960 dan diresmikan pada 2 November 1968. Pabrik ini menggunakan proses basah dengan kapasitas terpasang 110.000 ton semen/tahun. Pada 1984, pabrik Semen Tonasa Unit I dihentikan pengoperasiannya karena dianggap tidak ekonomis lagi. Berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.54 tahun 1971 tanggal 8 September 1971, pabrik Semen Tonasa ditetapkan sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk Perusahaan Umum (Perum). Selanjutnya, dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.1 tahun 1975 tahun 9 Januari 1975 bentuk Perum diubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). 49 Dalam rangka memenuhi kebutuhan semen yang semakin meningkat, berdasarkan persetujuan Bappenas No. 032/XC-LC/B.V/76 dan No. 2854/D.1/IX/ 76 tanggal 2 September 1976 dibangun pabrik Semen Tonasa Unit II. Pabrik yang merupakan hasil kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Kanada ini beroperasi pada tahun 1980 dengan kapasitas 510.000 ton semen/tahun dan dioptimalisasi menjadi 590.000 ton semen/tahun pada 1991. Pabrik Semen Tonasa Unit II terletak di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, yang berjarak sekitar 23 kilometer dari Pabrik Semen Tonasa Unit I.

Pada tahun 1982, berdasarkan persetujuan Bappenas No. 032/XC-LC/B.V/ 1981 dan No. 2177/WK/10/1981 tanggal 30 Oktober 1981 dilakukan perluasan dengan membangun pabrik Semen Tonasa Unit III yang berada di lokasi yang sama dengan pabrik Semen Tonasa Unit II. Pabrik yang berkapasitas 590.000 ton semen/tahun ini merupakan kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Jerman Barat. Pabrik selesai dibangun pada akhir tahun 1984 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 3 April 1985. Berdasarkan Surat Menteri Muda Perindustrian No. 182/MPP-IX/1990 tanggal 2 Oktober 1990 dan Surat Menteri Keuangan RI No. S1549/MK.013/1990 tanggal 29 November 1990, dilakukan perluasan dengan membangun pabrik Semen Tonasa Unit IV yang berkapasitas 2.300.000 ton semen/tahun. Pabrik berlokasi dekat dengan Tonasa Unit II dan Unit III. 50 4.2 Visi dan Misi Perusahaan 4.2.1 Visi Sesuai dengan kesepakatan perusahaan mengenai visi, PT. Semen Tonasa bertekad menjadi perusahaan persemenan terkemuka di Asia dengan tingkat efisiensi tinggi. Produsen semen yang lebih profitable, berorientasi masa depan, serta lebih kompetitif di pasar domestik dan internasional. Dengan tata nilai mendasar yang mendorong berkembangnya perusahaan, mengutamakan kualitas, efisiensi, ramah lingkungan, dan profesionalisme, PT.

Semen Tonasa bertekad mewujudkan misi perseroan dalam meningkatkan nilai perseroan kepada stakeholder, konsumen, dan karyawan. 4.2.2 Misi PT. Semen Tonasa (Persero) mempunyai misi, yaitu : 1. Meningkatkan nilai perusahaan sesuai keinginan stakeholders. 2. Memproduksi semen untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan kualitas dan harga bersaing serta penyerahan tepat waktu. 3. Menggunakan teknologi yang lebih efisien, aman, dan ramah lingkungan. 51 4. Membangun lingkungan kerja yang mampu membangkitkan motivasi karyawan untuk bekerja secara profesional. 4.3 Sistem Manajemen Dalam upaya mewujudkan visi dan misi, sistem manajemen perusahaan yang terintegrasi dan terpadu menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001, Sistem Manajemen ISO 14001, dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang disebut sebagai Sistem Manajemen Semen Tonasa. Manajemen PT. Semen Tonasa mempunyai komitmen untuk menjadi produsen semen yang ramah lingkungan. Komitmen tersebut diwujudkan dengan penerapan Sistem Manajemen ISO 14001 versi 2004 sesuai pemenuhan persyaratan yang berlaku, yaitu meminimalisasi dampak negatif dari operasi dan produk, pelaksanaan program efisiensi pemakaian sumber daya alam dan energi, melaksanakan kegiatan

konservasi lahan bekas tambang, serta membina hubungan harmonis dengan masyarakat sekitar. Lebih dari satu dekade PT. Semen Tonasa telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu baru ISO 9001:2000. Jaminan mutu dan kepuasan konsumen merupakan komitmen manajemen PT. Semen Tonasa dalam menghadapi persaingan yang ketat dengan produsen semen lain. Pemenuhan komitmen tersebut terwujud dalam upaya pemenuhan kualitas produk sesuai permintaan konsumen dan penyerahan produk tepat waktu dengan harga yang bersaing. PT. Semen Tonasa menyadari bahwa tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang sangat penting keberadaannya dalam mendukung kelangsungan operasional perusahaan maka kondisi keselamatan dan kesehatan karyawan harus 52 terjamin. Manajemen PT. Semen Tonasa berkomitmen mempertahankan kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat, dan sejahtera, bebas dari kecelakaan dan pencemaran lingkungan serta penyakit kerja yang diwujudkan melalui penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dengan predikat Bendera Emas terhadap audit SMK3 dari Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia. 4.4 Tujuan Perusahaan Dalam peraturan pemerintah No. 55 tahun 1990 Bab III pasal 4 disebutkan bahwa tanggung jawab pengelolaan perusahaan dilakukan oleh direksi sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar perusahaan.

Tujuan perusahaan sesuai dengan yang tercantum dalam anggaran dasar perusahaan yang telah diubah dengan akta No. 31 tanggal 9 Januari 1991, No. 191 tanggal 29 Mei 1991, dan No.40 tanggal 8 Juni 1991, ketiganya dibuat di hadapan Notaris Ny. Poebaningsih Adiwarsita, SH., di Jakarta dan telah disetuji oleh Menteri Kehakiman RI berdasarkan SK No. C2.2102.HT.0104 Tahun 1991 tanggal 12 Juli 1991. Perusahaan ini bertujuan turut melaksanakan serta menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya dan di bidang persemenan serta industri lain pada khususnya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka perusahaan menjalankan usaha di bidang : 1. Produksi Menambah atau mengolah bahan-bahan mentah tertentu menjadi bahan pokok yang diperlukan guna pembuatan semen, mengolah 53 bahan-bahan pokok menjadi berbagai macam semen, serta mengolah berbagai macam semen menjadi barang-barang jadi yang bermanfaat. 2. Pemberian Jasa Memberi jasa untuk industri semen, antara lain : studi penelitian, pengembangan, rancangan bangunan dan rekayasa industri konstruksi, manajemen, pengoperasian pabrik, pergudangan dan angkutan, reparasi, pemeliharaan peralatan, pabrikasi alatalat, konsultasi (kecuali konsultasi dalam bidang hukum), serta jasa industri lainnya. 3. Perdagangan

Penyelenggaraan kegiatan pemasaran dan distribusi berbagai macam semen serta barang-barang hasil produksi lainnya dengan cara-cara tertentu serta melakukan kegiatan-kegiatan perdagangan baik dalam maupun luar negeri. 4. Usaha lainnya Melakukan kegiatan usaha atau kegiatan lain yang merupakan sarana pelengkap atau penunjang guna mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan dapat pula mendirikan atau menjalankan perusahaan lain yang mempunyai hubungan dengan bidang usaha tersebut baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan badan lainnya selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta sesuai dengan ketentuan dan anggaran dasar perusahaan. PT. Semen Tonasa membawahi dua perusahaan yang bersifat sosial yaitu Yayasan Kesejahteraan Semen Tonasa (YKST) dan Yayasan Dana Pensiun dan Hari Tua. Selain itu, terdapat lima perusahaan yang bersifat komersil berada di 54 bawah pengendalian PT. Semen Tonasa, yaitu dua perusahaan yang seluruh sahamnya dikuasai oleh Yayasan Kesejahteraan Semen Tonasa dan tiga perusahaan komersil yang sahamnya dimiliki oleh YKST dan koperasi karyawan. Kelima perusahaan tersebut bergerak dalam bidang yang erat kaitannya dengan kegiatan operasional PT. Semen Tonasa atau distributor semen, transportasi bongkar muat barang yang diangkut dengan kapal laut serta pengurusan dokumen. Satu unit usaha lainnya yaitu koperasi yang seluruh sahamnya dikuasai oleh karyawan PT. Semen Tonasa yaitu yang berasal dari simpanan pokok dan simpanan wajib.

4.5 Produk PT. Semen Tonasa (Persero) telah menghasilkan produk-produk semen unggulan yaitu : 1. Semen Portland Tipe I (OPC) Semen Portland Jenis I adalah semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling klinker semen dan gypsum. Semen Portland Jenis I produksi PT. Semen Tonasa memenuhi persyaratan SNI No. 15-2049-2004 Jenis I dan ASTM C150-2004 tipe I. Semen jenis ini digunakan untuk bangunan umum dengan kekuatan tekanan yang tinggi (tidak memerlukan persyaratan khusus) seperti bangunan bertingkat tinggi, perumahan, jembatan, dan bendungan. 55 2. Semen Portland Pozzoland (PPC) Semen Portland Pozzoland adalah semen hidrolis yang terdiri dari campuran homogeny antara semen Portland dan Pozzoland halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan Pozzoland bersama-sama dimana kadar pozzoland 15 40 % massa Semen Portland Pozzoland. Semen Portland Pozzoland produksi PT.Semen Tonasa (Persero) memenuhi persyaratan SNI 15-0302-2004 tipe IP-U dengan kegunaan untuk bangunan bertingkat, konstruksi beton umum, dan konstruksi bangunan pada tanah yang cenderung lunak. 3. Semen Portland Komposit (PPC)

Semen Portland Komposit adalah bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama terak Semen Portlad dan gypsum dengan satu atau lebih bahan organik, atau hasil pencampuran bubuk Semen Portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Semen Portland Komposit produksi PT. Semen Tonasa memenuhi persyaratan SNI 15-7064-2004 yang memiliki kegunaan pada pemasangan batu bata, plesteran, pagar dinding, dan selokan. 4.6 Pemasaran 56 Keuntungan terbesar PT. Semen Tonasa berasal dari hasil penjualan semen dalam negeri di kawasan timur Indonesia. Kondisi saat ini menunjukkan tingginya konsumsi semen dalam negeri yang memberikan keuntungan bagi produsen semen nasional. Oleh karena itu, pasar semen dalam negeri tetap merupakan pasar utama yang potensial. Walaupun kondisi pasar dalam negeri sangat potensial, dengan penuh kesadaran perseroan senantiasa melakukan alternatif strategi-strategi yang terbaik untuk meningkatkan efisiensi operasional dan keuangan perusahaan. PT. Semen Tonasa berupaya keras menjalin kerjasama yang baik dengan para distributor sebagai mediator bisnis penjulan retail semen ke konsumen akhir di daerah pasar kawasan timur Indonesia seperti Sulawesi, Papua, Bali, Ambon, dan Nusa Tenggara. Selain itu, perseroan juga membangun kerjasama dengan proyek-proyek pembangunan infrastuktur pemerintah di kawasan tersebut dengan menunjuk distributor yang memadai untuk memediasi suplay semen ke kontraktor proyek.

Perusahaan juga mengekspor kelebihan produksinya ke pasar luar negeri seperti Kamboja, Filipina, Vietnam dan beberapa Negara tetap seperti Afrika Selatan, Bangladesh, Madagaskar, Malaysia, Singapura, dan Timor-Timur. 4.7 Struktur Organisasi Sejalan dengan laju perkembangan perusahaan serta bekal pengalaman dalam beberapa tahun terakhir ini, PT. Semen Tonasa dalam mengemban misinya selaku BUMN memelihara suatu rangkaian kerja yang harmonis dan teratur. 57 Keharmonisan ini hanya dapat terwujud dengan adanya suatu unit organisasi yang tersusun rapi sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya masing-masing. Dalam memenuhi hal ini, manajemen PT. Semen Tonasa menyusun unit organisasi sebagai berikut : 1. Dewan Direksi Dewan Direksi merupakan tingkat manajemen tertinggi dalam unit organisasi PT. Semen Tonasa. Dalam mempertanggungjawabkan kegiatan perusahaan, Dewan Direksi bertanggungjawab kepada Dewan Komisaris sebagai wakil pemegang saham. Dewan Direksi terdiri atas seorang Direktur Utama dan 3 (tiga) orang direktur yang menjadi pengarah/pembina dan penanggung jawab pada bidangnya masing-masing. Penanggung jawab terakhir terletak pada Direktur Utama. Selain bertanggung jawab atas kelancaran jalannya perusahaan, Direktur Utama juga mempunyai tugas dan tanggung jawab harian terhadap bidang-bidang tertentu. Adapun bidang-bidang yang mendapat pengawasan secara langsung dari Direktur

Utama adalah bidang umum dan bidang SDM. Selanjutnya ketiga dewan direktur yang membantu tugas Direktur Utama setiap harinya adalah : a. Direktur Keuangan dan Komersial Direktur ini menyelenggarakan kegiatan administratif perusahaan dan bertanggung jawab penuh atas semua aktivitas perusahaan. Tugas Direktur Keuangan dan Komersial meliputi : 58 - Pembuatan anggaran pendapatan dan belanja perusahaan serta mengadakan pengawasan atas pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja perusahaan tersebut. - Menyusun pendistribusian hasil produksi semen dengan jalan menyusun strategi pemasaran di seluruh daerah pemasaran termasuk pengangkutannya. - Merencanakan kegiatan pengadaan suku cadang, bahan baku, bahan pembantu, dan mesin-mesin lainnya sebagai kelengkapan dalam kegiatan produksi. b. Direktur Produksi Dalam menjaga stabilitas produksi, tugas Direktur Produksi adalah sebagai berikut : - Terselenggaranya kelancaran operasi Pabrik Unit II, Unit III, dan Unit IV yang meliputi pencapaian target produksi, pencapaian mutu produk, dan terlaksananya pemeliharaan masing-masing. - Terselenggaranya pemeliharaan fasilitas yang meliputi perumahan karyawan, gedung pabrik, dan gedung lainnya, pelabuhan khusus Biringkassi serta lingkungan hidup. c. Direktur Penelitian dan Pengembangan (Litbang)

Dalam mengembangkan perusahaan, tugas Direktur Litbang adalah melaksanakan kegiatan untuk merealisasi tujuan perusahaan dengan baik. Tugas-tugas tersebut meliputi : 59 - Terselenggaranya semua aktivitas perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek perluasan termasuk didalamnya pengurusan sumber dana untuk pembiayaan proyekproyek tersebut. - Penelitian terhadap efisiensi semua peralatan unit produksi yang ada dan yang akan digunakan baik dalam unit-unit yang telah ada maupun dalam proyek perluasan yang direncanakan. 2. Kepala Departemen Guna mendampingi kegiatan setiap harinya, Dewan Direksi dibantu oleh staf yang sesuai dengan bidangnya masing-masing yang dalam struktur organisasi disebut Kepala Departemen. Kepala Departemen yang terdapat struktur organisasi PT. Semen Tonasa adalah : - Kepala Departemen Umum - Kepala Departemen Sumber Daya Manusia - Kepala Departemen Satuan Pengawasan Intern - Kepala Departemen Administrasi Keuangan - Kepala Departemen Niaga - Kepala Departemen Operasi - Kepala Departemen Pemeliharaan

- Kepala Departemen Litbang Sistem Manajemen - Kepala Departemen Litbang Teknis dan Ekonomis 60 61 BAB V PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan merupakan penggambaran tentang hasil yang diperoleh dalam penelitian yang terdiri atas variabel-variabel independen dan variabel dependen. Dalam penelitian ini juga termasuk data atau keterangan yang terkait dengan laporan keuangan serta hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis. Data yang diperoleh merupakan data kondisi keuangan PT. Semen Tonasa yang dipublikasikan dari tahun 2006 hingga tahun 2010. Data ini diperoleh dari laporan keuangan dan laporan tahunan PT. Semen Tonasa dalam bentuk neraca, laporan laba rugi, dan data-data lainnya yang mendukung dalam penelitian ini. Sesuai dengan permasalahan dan perumusan model yang telah dikemukakan, serta kepentingan pengujian hipotesis, maka teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan analisis statistik. Analisis deskriptif merupakan analisis yang mengacu pada deskripsi kondisi perusahaan dan hasil wawancara yang dilakukan penulis. Analisis statistik merupakan analisis yang mengacu pada perhitungan data penelitian yang berupa angka-angka yang dianalisis dengan bantuan komputer melalui program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 19.

62 5.1 Analisis Deskriptif Modal Kerja dan Tingkat Profitabilitas pada PT. Semen Tonasa Analisis modal kerja dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan masukan kepada perusahaan bahwa salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam menjalankan usaha adalah pengelolaan modal kerja yang baik. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang penulis lakukan, PT. Semen Tonasa setiap tahunnya melakukan penambahan modal kerja untuk kebutuhan produksi serta untuk menambah kapasitas produksi. Modal kerja tersebut digunakan untuk membiayai proses operasioanal perusahaan seperti penambangan tanah liat, batu kapur, pengantongan semen, biaya listrik, penggunaan mesin hingga distribusi hasil produksi. Setiap tahunnya PT. Semen Tonasa mampu menghasilkan kurang lebih 3.480.000 ton semen yang terus-menerus dipantau oleh satuan Quality Control guna menjamin kualitas produksi. Produk semen yang dihasilkan kemudian dipasarkan ke seluruh Indonesia dan mancanegara. Dengan bobot produksi yang cukup besar PT. Semen Tonasa dapat memenuhi permintaan konsumen akan kebutuhan semen yang tiap tahunnya terus meningkat. Untuk itulah setiap tahunnya perusahaan mengeluarkan kebijakan untuk menambah modal kerja, agar kontinuitas produksi terus terjaga dan mampu memenuhi permintaan para konsumen. Melihat tingginya permintaan konsumen terhadap produk PT.Semen Tonasa, maka dapat dipastikan penjualan tiap tahunnya juga mengalami peningkatan. Jika penjualan

mengalami peningkatan, maka profitabilitas perusahaan pastinya akan meningkat karena keuntungan atau laba bersih yang 63 dihasilkan akan bertambah. Perusahaan dianggap berkinerja bagus jika berhasil melampaui target produksi dan penjualan meupun laba bersih. Berikut adalah data laba bersih yang dicapai PT. Semen Tonasa dari tahun 2006 hingga 2010. TABEL 5.1 Laba Bersih PT. Semen Tonasa Tahun 2006-2010 (Dalam Ribuan Rupiah) NO TAHUN SEMESTER LABA BERSIH TOTAL 1 2006 I 96.115.700 189.379.965 II 93.264.256 2

2007 I 99.201.338 211.704.695 II 112.503.357 3 2008 I 129.056.940 294.441.494 II 165.384.554 4 2009 I 229.165.515 429.722.633 II 200.557.118 5 2010

I 333.735.002 543.587.123 II 209.852.121 Sumber : Laporan Laba Rugi PT. Semen Tonasa Persero 2011 Berdasarkan data di atas terlihat bahwa setiap tahunnya PT. Semen Tonasa menghasilkan total laba bersih yang terus meningkat pada periode 5 tahun terakhir. Pada tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar Rp. 22.324.730.000 atau sekitar 10,55 % dari tahun 2006. Tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar Rp.82.736.799.000 atau 28,10 %. Tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar Rp.135.281.139.000 yakni 31,48 % dan pada tahun 2010 kenaikannya mencapai Rp.113.864.490.000 atau 20,95 %. Jika diteliti lebih lanjut maka akan terlihat 64 persentase kenaikan kecuali pada tahun 2010 yang mengalami penurunan persentase total laba bersih. Tetapi untuk keseluruhan, dalam 5 tahun terakhir, PT. Semen Tonasa mengalami perkembangan yang sangat pesat dilihat dari pendapatan laba bersihnya. Hal ini jelas dipengaruhi oleh tingginya permintaan semen utamanya pada pangsa pasar dalam negeri, khususnya daerah Indonesia Timur. Pangsa pasar luar negeri juga sangat potensial, selain itu PT. Semen Tonasa juga menawarkan harga yang kompetitif serta didukung oleh manajemen yang senantiasa melakukan berbagai

strategi alternatif terbaik yang meningkatkan efisiensi operasional dan keuangan perusahaan. 5.2 Hasil Analisis Variabel 5.2.1 Analisis Perputaran Modal Kerja PT. Semen Tonasa merupakan perusahaan yang memproduksi semen dalam skala besar. Dalam melaksanakan proses produksi tersebut, pastinya digunakan modal kerja yang besar pula untuk mencapai profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas perusahaan salah satunya dapat diukur dengan melihat perputaran modal kerja. Modal kerja itu sendiri digunakan untuk membeli bahan baku, mengolah bahan baku, dan biaya luar bahan baku seperti listrik, pemeliharaan mesin, gaji karyawan, biaya distribusi, dan lain-lain. Berikut akan dipaparkan hasil penjualan dan modal kerja bersih PT. Semen Tonasa tahun 2006 hingga 2010. 65 TABEL 5.2 Data Penjualan dan Modal Kerja PT. Semen Tonasa Tahun 2006-2010 ( Dalam Ribuan Rupiah) NO THN SMSTR PENJUALAN TOTAL

MODAL KERJA TOTAL 1 2006 I 700.578.980 1.520.005.829 236.980.115 514.930.954 II 819.426.849 277.950.839 2 2007 I 845.612.379 1.731.648.247 307.875.660 624.659.221 II 886.035.868 316.783.561

3 2008 I 1.067.933.200 2.204.847.236 306.965.551 785.566.051 II 1.136.914.036 478.600.500 4 2009 I 1.168.332.010 2.814.117.779 340.600.352 629.812.863 II 1.145.785.769 289.212.511 5 2010

I 1.561.399.100 2.723.863.787 47.980.215 94.436.866 II 1.162.464.687 46.456.651 Sumber : Neraca PT. Semen Tonasa 2011 Berdasarkan data pada tabel 5.2 dapat dilihat bahwa setiap tahunnya terjadi kenaikan penjualan, sampai terjadi penurunan total penjualan pada tahun 2010. Dimana pada tahun 2009 total penjualan mencapai angka Rp.2.814.117.779.000 dan pada tahun 2010 tercatat sebesar Rp.2.723.863.787.000. berarti terjadi penurunan penjualan sebesar Rp.90.253.992.000 atau sebesar 3,31%. Modal kerja bersih pada PT. Semen Tonasa pada periode 2006 hingga 2008 mengalami kenaikan di atas 10%, akan tetapi memasuki tahun 2009 mengalami penurunan yang cukup banyak dan drastis menurun pada tahun 2010 sebesar Rp. 534.375.997.000 atau kurang lebih lima kali lipat. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan kewajiban lancar perusahaan khususnya pada hutang 66 dividen, hutang leasing, biaya yang harus dibayarkan dan kewajiban lancar lainnya.

Setelah menganalisis hasil penjualan dan modal kerja, maka kita dapat menghitung perputaran modal kerja PT. Semen Tonasa tahun 2006 hingga 2010 dengan menggunakan analisis Working Capital Turn Over. Perhitungan ini menggunakan data PT. Semen Tonasa tahun 2006 hingga 2010 dengan memecah data menjadi data per semester tiap tahunnya. Dimana : WCTO = 1. Tahun 2006 ( I ) : x 1 kali = 2,96 kali 2. Tahun 2006 ( II ) : x 1 kali = 2,95 kali 3. Tahun 2007 ( I ) : x 1 kali = 2,75 kali 4. Tahun 2007 ( II ) : x 1 kali = 2,80 kali 5. Tahun 2008 ( I ) : x 1 kali = 3,45 kali 6. Tahun 2008 ( II ) : x 1 kali = 3,48 kali 7. Tahun 2009 ( I ) : x 1 kali = 3,43 kali 8. Tahun 2009 ( II ) : x 1 kali = 3,96 kali 67 9. Tahun 2010 ( I ) : x 1 kali = 32,54 kali 10.Tahun 2010 ( II ) : x 1 kali = 25,02 kali Setelah melakukan perhitungan terhadap tingkat perputaran modal kerja pada PT.Semen Tonasa tahun 2006 hingga 2010 dengan menggunakan data per semester, didapatkan hasil bahwa tiap tahunnya perputaran modal kerja menunjukkan hasil yang positif dan di atas standar perputaran 1 kali. Artinya perputaran modal kerja pada PT. Semen Tonasa menunjukkan hasil yang baik selama 5 tahun terakhir. Faktor

yang mendorong terjadinya perputaran modal kerja karena tingginya permintaan pasar akan produk semen, sehingga proses produksi hingga distribusi terus berlangsung, produk cepat terjual dipasaran dan modal kerja yang digunakan juga mengalami perputaran yang positif dan menunjukkan persentase yang terbilang tinggi. 5.2.2 Analisis Current Ratio Metode ini digunakan untuk melihat bagaimana rasio modal kerja yang dicapai perusahaan selama kurun waktu tertentu. Pada penelitian kali ini rasio yang digunakan adalah Current Ratio. Rasio ini mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Dimana : Current Ratio = 68 Sebelum menghitung current ratio, terlebih dahulu kita lihat bagaimana kondisi aktiva lancar dan kewajiban lancar PT. Semen Tonasa tahun 2006 hingga 2010 ditiap semesternya. TABEL 5.3 Data Aktiva Lancar dan Kewajiban Lancar PT. Semen Tonasa Tahun 2006-2010 ( Dalam Ribuan Rupiah) NO THN SMSTR

AKTIVA LANCAR TOTAL KEWAJIBAN LANCAR TOTAL 1 2006 I 229.798.266 802.159.247 136.592.321 287.228.293 II 572.360.981 150.635.972 2 2007 I 435.952.625 879.665.144 122.661.800 255.005.923 II

443.712.519 132.344.123 3 2008 I 690.015.677 1.196.788.836 198.360.711 411.222.785 II 506.773.159 212.862.078 4 2009 I 765.115.200 1.318.430.889 372.966.128 688.618.036 II 553.315.689 314.651.908

5 2010 I 533.158.672 1.017.517.644 500.805.311 923.080.778 II 484.358.972 422.275.467 Sumber : Laporan Laba Rugi PT. Semen Tonasa Persero 2011 1. Current Ratio 2006 ( I ) : x 100% = 168,24% 2. Current Ratio 2006 ( II ) : x 100% = 379,96% 3. Current Ratio 2007 ( I ) : x 100% = 355,41% 4. Current Ratio 2007 ( II ) : x 100% = 335,27% 69 5. Current Ratio 2008 ( I ) : x 100% = 347,86% 6. Current Ratio 2008 ( II ) : x 100% = 238,06% 7. Current Ratio 2009 ( I ) : x 100% = 205,14% 8. Current Ratio 2009 ( II ) : x 100%= 175,85% 9. Current Ratio 2010 ( I ) : x 100% = 106,46% 10. Current Ratio 2010 ( II ) : x 100% = 114,70%

Berdasarkan hasil perhitungan Current Ratio pada PT. Semen Tonasa diperoleh hasil yaitu pada tahun 2007 CR mengalami peningkatan, dan terus mengalami penurunan sejak tahun 2008 hingga 2010. Secara teori semakin rendah tingkat likuiditas, maka profitabilitas mengalami peningkatan karena dana yang dimiliki oleh perusahaan dapat digunakan untuk berinvestasi yang mendatangkan profit atau keuntungan, dibandingkan jika hanya digunakan untuk melunasi hutang perusahaan. 5.2.3 Analisis Rasio Profitabilitas Profitabilitas merupakan salah satu tolak ukur tingkat keberhasilan suatu perusahaan, karena menunjukkan kinerja dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (laba bersih). Pada pembahasan kali ini profitabilitas akan diukur dengan menghitung ROA (Return On Asset) yaitu rasio untuk 70 mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dari seluruh kekayaan yang dimiliki PT. Semen Tonasa tahun 2006 hingga 2010. Rumus menghitung Return On Asset yaitu : ROA = TABEL 5.4 Data Laba bersih dan Total Aktiva PT. Semen Tonasa Tahun 2006-2010 ( Dalam Ribuan Rupiah) NO THN

SMSTR LABA BERSIH TOTAL AKTIVA TOTAL 1 2006 I 96.115.700 189.379.965 776.858.181 1.503.411.326 II 93.264.256 726.553.145 2 2007 I 99.201.338 211.704.695 742.128.914 1.533.638.112

II 112.503.357 791.509.198 3 2008 I 129.056.940 294.441.494 902.179.097 1.858.066.211 II 165.384.554 955.887.114 4 2009 I 229.165.515 429.722.633 1.081.986.398 2.401.347.403 II 200.557.118

1.382.361.005 5 2010 I 333.735.002 543.587.123 2.006.117.553 3.510.477.336 II 209.852.121 1.504.359.783 Sumber : Laporan Laba Rugi PT. Semen Tonasa Persero 2011 1. Return On Asset 2006 ( I ) : x 100% = 12,37% 2. Return On Asset 2006 ( II ) : x 100% = 12,83 % 71 3. Return On Asset 2007 ( I ) : x 100% = 13,37 % 4. Return On Asset 2007 ( II ): x 100% = 14,21% 5. Return On Asset 2008 ( I ) : x 100% = 14,31% 6. Return On Asset 2008 ( II ): x 100% = 17,30% 7. Return On Asset 2009 ( I ) : x 100% = 21,18% 8. Return On Asset 2009 ( II ): x 100% = 14,51% 9. Return On Asset 2010 ( I ): x 100% = 16,64%

10. Return On Asset 2010 ( II ) : x 100% = 13,95% Berdasarkan hasil perhitungan Return On Asset pada PT. Semen Tonasa selama 5 tahun terakhir menunjukkan peningkatan selama tahun 2006 hingga 2009. Tahun 2006 perusahaan mampu menghasilkan total laba bersih sebesar 12,60 % dari total aktiva, tahun 2007 meningkat menjadi 13,80%, begitupun tahun 2008 dan 2009 masing-masing sebesar 15,85% dan 17,90%. Pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 2,42%. Dapat disimpulkan bahwa profitabilitas dalam hal ini Return On Asset pada PT. Semen Tonasa tahun 2006 hingga 2010 pada umumnya telah menunjukkan perkembangan yang baik meski mengalami penurunan pada tahun 2010. Perkembangan ini utamanya disebabkan 72 tingginya permintaan akan produk PT. Semen Tonasa, baik di dalam maupun di luar negeri. 5.3 Analisis Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen 5.3.1 Analisis Pengaruh Perputaran Modal Kerja (WCTO) terhadap Profitabilitas (ROA) Setelah menghitung hasil dari masing-masing variabel, selanjutnya akan kita lihat hubungan antara perputaran modal kerja yang menggunakan rasio Working Capital Turn Over yang merupakan variabel independen (X1) terhadap profitabilitas yang merupakan variabel dependen (Y) yang diukur dengan menghitung Return On Asset. TABEL 5.5

Hasil Perhitungan Perputaran Modal Kerja PT. Semen Tonasa dan Return On Asset Tahun 2006 2010 NO TAHUN WCTO (Kali) ROA (%) 1 2006 ( I ) 2,96 12,37 2 2006 ( II ) 2,95 12,83 3 2007 ( I ) 2,75 13,37 4 2007 ( II )

2,80 14,21 5 2008 ( I ) 3,45 14,31 6 2008 ( II ) 3,48 17,30 7 2009 ( I ) 3,43 21,18 8 2009 ( II ) 3,96 14,51 73 9 2010 ( I ) 32,54

16,64 10 2010 ( II ) 25,02 13,95 Sumber : PT. Semen Tonasa (data diolah) Berdasarkan perhitungan WCTO dan ROA diperoleh rata-rata hasil bahwa semakin tinggi Working Capital Turn Over, maka Return On Asset akan semakin meningkat (berbanding lurus). Semakin sering modal kerja berputar, maka semakin besar laba bersih yang didapatkan sehingga profitabilitas akan meningkat. Hal menunjukkan bahwa modal kerja yang digunakan telah memadai untuk menjalankan operasional perusahaan. Gambar 5.1 Kurva Pengaruh WCTO Terhadap ROA Sumber : PT. Semen Tonasa (data diolah) 0 10 20 30 40 50 60

2006 (I) 2006 (II) 2007 (I) 2007 (II) 2008 (I) 2008 (II) 2009 (I) 2009 (II) 2010 (I) 2010 (II) ROA WCTO 74 5.3.2 Analisis Pengaruh Current Ratio Terhadap Profitabilitas (ROA) Selanjutnya akan diperlihatkan hubungan Current Ratio (X2) terhadap Return On Asset (Y). Hasil perhitungan kedua variabel tersebut ditunjukkan pada tabel 5.6. TABEL 5.6 Hasil Perhitungan Current Ratio PT. Semen Tonasa dan Return On Asset Tahun 2006 2010 NO TAHUN Current Ratio

(%) ROA (%) 1 2006 ( I ) 168,24 12,37 2 2006 ( II ) 379,96 12,83 3 2007 ( I ) 355,41 13,37 4 2007 ( II ) 335,27 14,21 5 2008 ( I ) 347,86

14,31 6 2008 ( II ) 238,06 17,30 7 2009 ( I ) 205,14 21,18 8 2009 ( II ) 175,85 14,51 9 2010 ( I ) 106,46 16,64 10 2010 ( II ) 114,70 13,95 Sumber : PT. Semen Tonasa (data diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan Current Ratio dan Return On Asset, terlihat hasil bahwa saat ROA mengalami peningkatan, Current Ratio cenderung menurun, sebaliknya jika ROA menurun, maka Current Ratio mengalami 75 kenaikan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Saat PT. Semen Tonasa mencapai tingkat likuiditas yang tinggi, perusahaan terlalu fokus pada kewajiban melunasi hutang dan mengabaikan investasi yang seharusnya menambah keuntungan. Di satu sisi saat PT. Semen Tonasa berhasil mengurangi kewajibannya, total aktiva bertambah, dan memberi peluang bagi datangnya profitabilitas yang lebih besar karena digunakan sebagai penambah dana investasi dan deposito perusahaan. Gambar 5.2 Kurva Pengaruh Current Ratio Terhadap ROA Sumber : PT. Semen Tonasa (data diolah) 0 10 20 30 40 50 60 2006 (I) 2006 (II)

2007 (I) 2007 (II) 2008 (I) 2008 (II) 2009 (I) 2009 (II) 2010 (I) 2010 (II) PENGARUH CURRENT RATIO TERHADAP ROA ROA CURRENT RATIO 76 5.4 Statistika Deskriptif Untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai data variabel dalam penelitian ini maka digunakanlah tabel statistik deskriptif. Tabel statistik deskriptif ini meliputi nilai rata-rata (mean), jumlah data (N) dan standar deviasi dari dua variabel independen yaitu Working Capital Turn Over (WCTO) dan Current Ratio sebagai variabel yang mempengaruhi Return on Asset (ROA) pada PT. Semen Tonasa , seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini: Tabel 5.7 Statistik Deskriptif Variabel Independen (Dengan Return on Asset/ROA sebagai Variabel Dependen)

Sumber : PT. Semen Tonasa (data diolah) Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 buah, yang diambil dari laporan keuangan PT. Semen Tonasa periode 2006 sampai dengan 2010 dan dipecah menjadi data per semesternya. Dari tabel di atas, juga dapat diketahui bahwa nilai mean atau rata-rata ROA adalah sebesar 15,067% dengan standar deviasi 2,64265%. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode penelitian, secara statistik dapat dijelaskan bahwa tingkat perolehan laba PT. Semen Tonasa terhadap Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N ROA (Y) 15,0670 2,64265 10 WCTO (X1) 8,3340 3,16026 10 CR (X2) 242,6950 104,11666 10 77 asetnya termasuk dalam kategori baik. Sementara standar deviasi yang lebih kecil dari ROA menunjukkan bahwa data variabel ROA bisa dikatakan baik. Rasio WCTO diperoleh rata-rata sebesar 8,334 dengan standar deviasi 3,16026. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik, selama periode penelitian rasio WCTO pada PT. Semen Tonasa sudah di atas 1 kali. Sehingga dapat disimpulkan rasio perputaran modal kerja yang dimiliki dapat dikatakan baik karena positif dan di atas 1 kali. Sementara standar deviasi yang masih lebih kecil jika dibandingkan nilai mean-nya menunjukkan bahwa simpangan data pada WCTO relatif baik. Rata-rata (mean) dari Current Ratio adalah 242,695% dengan nilai standar deviasi sebesar 104,11666%. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik, selama periode penelitian besarnya Current Ratio sudah memenuhi rasio likuiditas yang baik bagi

perusahaan. Angka 104,11666% yang lebih kecil dari nilai mean Current Ratio menunjukkan bahwa data variabel CR tergolong baik. 5.5 Hasil Analisis Data 5.5.1 Pengujian Asumsi regresi 5.5.1.1 Uji Multikolinearitas Masalah-masalah yang mungkin akan timbul pada penggunaan persamaan regresi berganda adalah multikolinearitas, yaitu suatu keadaan yang variabel bebasnya berkorelasi dengan variabel bebas lainnya atau suatu variabel bebas merupakan fungsi linier dari variabel bebas lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi di antara variabel independen (Ghozali, 2005). 78 Adanya Multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai variance inflation factor (VIF). Nugroho (2005) dalam Sujianto (2009) menyatakan jika nilai tolerance di bawah 1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 maka model terbebas dari multikolinearitas. Tabel 5.8 Uji Multikolinearitas Coefficientsa a. Dependent Variable: ROA (Y) Sumber : PT. Semen Tonasa (data diolah) Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat bahwa nilai tolerance dan VIF dari variabel WCTO adalah sebesar 0,542 dan 1,845. Untuk variabel Current Ratio sebesar 0,542

dan 1,845.Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam model ini tidak terdapat masalah multikolinearitas antara variabel bebas karena nilai tolerance berada di bawah 1 dan nilai VIF jauh di bawah angka 10. Model Correlations Collinearity Statistics Zero-order Partial Part Tolerance VIF 1 (Constant) WCTO (X1) ,098 ,504 ,481 ,542 1,845 CR (X2) -,295 -,312 -,310 ,542 1,845 79 5.5.1.2 Uji Autokorelasi Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi di antara anggota-anggota dari serangkaian observasi yang berderetan waktu (apabila datanya time series) atau korelasi antara tempat berdekatan (apabila cross sectional). Adapun uji yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya penyimpangan asumsi klasik ini adalah uji Durbin Watson (D-W stat) dengan ketentuan sebagai berikut (Sujianto, 2009:80) : 4. 1,65 < DW < 2,35 maka tidak ada autokorelasi. 5. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 maka tidak dapat disimpulkan. 6. DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi auto korelasi. Tabel 5.9 Uji Autokorelasi Model Summaryb Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change .559 4.434 2 7 .047 1,671 a. Predictors: (Constant), CR (X2),

WCTO (X1) b. Dependent Variable: ROA (Y) Sumber : PT. Semen Tonasa (data diolah) 80 Berdasarkan hasil perhitungan SPSS di atas, dapat diketahui bahwa nilai Durbin Watson pada Model Summary adalah sebesar 1,671. Oleh karena 1,671>1,21 , maka hal ini berarti tidak terjadi autokerelasi pada model regresi yang digunakan dalam penelitian 5.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedasitas. Pengujian untuk melihat ada atau tidaknya heteroskedisitas dapat dilakukan dengan melihat scatter plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika titik-titik pada scatter plot tersebut membentuk pola tertentu yang teratur (misal bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka dapat diindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedasitas yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 5.3 Uji Heteroskedastisitas Sumber : PT. Semen Tonasa (data diolah) 81

Berdasarkan scatter plot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi heteroskedasitas. 5.5.1.4 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang dapat dipakai untuk normalitas antara lain analisis grafik dan analisis statistik. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya : 3) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal (menyerupai lonceng), regresi memenuhi asumsi normalitas. 4) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Gambar berikut ini memperlihatkan hasil uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini : 82 Gambar 5.3 Uji Normalitas Histogram

Sumber : PT. Semen Tonasa (data diolah) Gambar histogram di atas menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal karena bentuk kurva memiliki kemiringan yang cenderung imbang dan kurva berbentuk menyerupai lonceng (mendekati pola distribusi normal). 83 Gambar 5.4 Uji Normalitas Probability Plot Sumber : PT. Semen Tonasa (data diolah) Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas karena data menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran data searah mengikuti garis diagonal tersebut. 5.5.2 Pengujian Hipotesis Dalam menguji hipotesis digunakan analisis regresi linear berganda, karena variabel bebasnya lebih dari satu yakni terdiri dari variabel Working Capital Turn Over (X1) dan variabel Current Ratio (X2). 84 5.5.2.1 Uji F Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas . Dalam uji ini kita melihat pengaruh variabel WCTO (X1) dan variabel CR (X2) bersama-sama terhadap variabel ROA (Y) yang digambarkan pada tabel berikut ini: Tabel 5.10

Hasil Uji F ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 20,024 2 10,012 5,434 ,047a Residual 42,829 7 6,118 Total 62,853 9 a. Predictors: (Constant), CR (X2), WCTO (X1) b. Dependent Variable: ROA (Y) Sumber : PT. Semen Tonasa (data diolah) Hipotesis berbunyi : H0 : b1 = b2 = 0, tidak ada pengaruh perubahan CR dan WCTO terhadap ROA. H1 : b1 b2 0, minimal ada satu pengaruh pada perubahan proporsi WCTO dan CR terhadap ROA. Pada tabel menunjukkan angka hasil uji F menghasilkan Fhitung sebesar 5,434. Sementara itu nilai pada tabel distribusi nilai F pada taraf signifikansi 5% adalah 4,74. Oleh karena Fhitung 5,434 > F tabel 4,74 maka H1 diterima dan H0 ditolak, dengan tingkat signifikansi 0,047 (lebih kecil dari 0,05) artinya antara 85 WCTO dan CR memiliki pengaruh linear terhadap ROA. Dengan kata lain, variabelvariabel independen secara simultan mempengaruhi variabel dependen. 5.5.2.2 Uji t Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen yang terdiri atas WCTO dan CR terhadap Return on Asset (ROA). Pada tabel di bawah dapat kita lihat hasil uji-t tersebut. Tabel 5.11 Hasil Uji-t

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 4,483 8,304 ,540 ,606 WCTO (X1) 8,908 5,775 ,540 3,131 ,041 CR (X2) -,014 0,009 -,540 -2,543 ,047 a. Dependent Variable: ROA Sumber : PT. Semen Tonasa (data diolah) Berdasarkan data hasil olahan SPSS di atas, maka diperoleh penjelasan sebagai berikut: 1. Variabel Working Capital Turn Over (WCTO) mendapatkan statistik uji t = 3,131 dengan signifikansi 0,041. Koefisien hasil uji t dari WCTO menunjukkan tingkat signifikansi 0,041 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan 0,05 (< 5%). Untuk t hitung yang dihasilkan adalah sebesar 3,131 86 sedangkan t tabelnya adalah 2,365. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel (3,131 > 2,365), maka dapat disimpulkan bahwa WCTO berpengaruh positif dan signifikan mempengaruhi Return on Asset (ROA) dengan tingkat kepercayaan 95%. 2. Variabel Current Ratio mendapatkan statistik uji t = -2,543 dengan signifikansi 0,047. Koefisien hasil uji t dari CR menunjukkan tingkat signifikansi 0,047 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan 0,05 (< 5%). Untuk t hitung yang dihasilkan sebesar -2,543 sedangkan t tabelnya adalah 2,365. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel -2,543 > 2,365), maka dapat disimpulkan bahwa CR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada tingkat kepercayaan 95%.

Dari hasil uji t di atas dapat disimpulkan bahwa variabel independen WCTO berpengaruh positif signifikan terhadap variabel dependen ROA. Pada variabel CR berpengaruh negatif dan juga signifikan terhadap ROA. 5.5.3 Uji Korelasi Untuk mengetahui hubungan antara Working Capital Turn Over (WCTO) dan Current Ratio terhadap Return on Asset (ROA) pada PT. Semen Tonasa digunakan uji korelasi. Uji korelasi merupakan sebuah analisis yang digunakan untuk menyelidiki hubungan antara dua variabel. 87 Tabel 5.12 Uji Korelasi Sumber : PT. Semen Tonasa (data diolah) Untuk menafsirkan angka korelasi antar variabel menurut Ari Pratisto (2009 : 115) digunakan kriteria sebagai berikut : 0- 0.25 : korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada) > 0,25 0,5 : korelasi cukup > 0,5 0,75 : korelasi kuat > 0,75 1 : korelasi sangat kuat Berdasarkan data yang diperoleh dari SPSS dapat ditafsirkan hubungan antara variabel-variabel sebagai berikut : Correlations ROA WCTO Current Ratio Pearson Correlation ROA (Y) 1,000 ,745 -,522 WCTO (X1) ,745 1,000 ,634 CR (X2) -,522 ,634 1,000 Sig. (1-tailed) ROA (Y) . ,007 ,021 WCTO (X1) ,007 . ,024 CR (X2) ,021 ,024 . N ROA (Y) 10 10 10 WCTO (X1) 10 10 10 CR (X2) 10 10 10 88

Hubungan Return on Asset (Y) terhadap Working Capital turn Over (X1) Berdasarkan data dari tabel di atas dapat diperoleh korelasi antara ROA (Y) dengan WCTO (X1) yaitu sebesar 0,745. Hal ini berarti terdapat hubungan yang kuat antara ROA dengan WCTO. Korelasi dua variabel tersebut signifikan karena nilai probabilitasnya 0,007 (<0.025). Hubungan Return on Asset (Y) terhadap Current Ratio (X2) Berdasarkan data dari tabel di atas dapat diperoleh korelasi antara ROA (Y) dengan CR (X2) yaitu sebesar -0,522 yang berarti terdapat hubungan yang kuat. Korelasi dua variabel tersebut signifikan karena nilai probabilitasnya 0,021 (<0.025). 5.5.4 Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisen determinasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 R2 1). Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil analisis data diperoleh hasil sebagai berikut : 89 Tabel 5.13 Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb a. Predictors: (Constant), CR (X2), WCTO (X1) b. Dependent Variable: ROA (Y) Sumber : Data Statistik yang Diolah, 2011

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai R square adalah 0,559. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 55,9% Return on Asset (ROA) dari PT. Semen Tonasa dipengaruhi oleh variasi dari kedua variabel independen yang digunakan, yaitu Working Capital Turn Over dan Current Ratio. Sedangkan sisanya sebesar 44,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model penelitian, seperti Debt to Equity Ratio. Dengan demikian, hubungan kedua variabel bisa dikatakan cukup kuat karena nilai R square mendekati angka 1. 5.6 Hasil Analisis Regresi Berganda Pembuatan persamaan regresi berganda dapat dilakukan dengan menginterpretasikan angka-angka yang ada di dalam unstandardized coefficient beta pada tabel berikut: Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,748a ,559 ,433 4,65641 90 Tabel 5.14 Hasil Analisis Regresi Berganda Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 4,483 8,304 ,540 ,606 WCTO (X1) 8,908 5,775 ,540 3,131 ,041 CR (X2) -,014 0,009 -,540 -2,543 ,047 a. Dependent Variable: ROA Sumber : PT. Semen Tonasa (data diolah)

Dari Tabel di atas, dengan memperhatikan angka yang berada pada kolom Unstandardized Coefficient Beta, maka dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = 4,483 + 8,908X1 + (-0,014)X2 Dari persamaan regresi di atas maka dapat diinterpretasikan beberapa hal, antara lain: 1. Nilai konstanta persamaan di atas adalah sebesar 4,483 Angka tersebut menunjukkan tingkat Return on Asset (ROA) yang diperoleh oleh perusahaan bila tingkat WCTO dan CR diabaikan. 2. Variabel Working Capital Turn Over (WCTO) memiliki nilai koefisien regresi yang positif yaitu sebesar 8,908. Nilai koefisien positif menunjukkan bahwa WCTO terhadap jumlah ROA berpengaruh positif. Hal ini 91 menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan WCTO sebesar 1 persen, maka nilai ROA akan mengalami peningkatan sebesar 8,908% dengan asumsi variabel independen yang lain dianggap konstan. 3. Variabel Current Ratio memiliki nilai koefisien regresi yaitu sebesar -0,014 Nilai koefisien yang negatif ini menunjukkan bahwa CR berpengaruh negatif terhadap ROA. Hal ini berarti setiap kenaikan tingkat CR sebesar 1 persen maka nilai ROA akan mengalami penurunan begitu pula sebaliknya, sebesar 0,014% dengan asumsi bahwa variabel independen yang lain dianggap konstan. 92 BAB VI

PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis paparkan terhadap data penelitian yang telah terkumpul kemudian diolah mengenai pengaruh Working Capital Turn Over (WCTO) dan Current Ratio terhadap Return on Asset (ROA) pada PT. Semen Tonasa periode 2006-2010, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa Working Capital Turn Over berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset. Current Ratio berpengaruh negatif dan juga signifikan terhadap Return On Asset pada PT. Semen Tonasa. 2. PT. Semen Tonasa memiliki modal kerja yang optimal dan telah menggunakan modal kerja tersebut secara efektif dan efisien untuk lebih meningkatkan secara maksimal profitabilitas perusahaan karena terlihat dari perputaran modal kerja yang selalu positif dan rata-rata mengalami kenaikan pada periode 5 tahun terakhir. Hal ini sekaligus menjawab masalah dalam penelitian. 93 3. Variabel independen yang paling berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA) adalah Working Capital Turn Over. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang lebih besar dibandingkan dengan variabel independen lainnya yakni sebesar 3,131 dengan signifikansi 0,041. Sedangkan Current Ratio memiliki hasil uji t sebesar -2,543 dengan signifikansi 0,047.

4. Hasil estimasi dari model regresi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel-variabel independen yang ada mampu menjelaskan jumlah Return on Asset (ROA) sebesar 55,90%, sedangkan sisanya 44,10% dijelaskan oleh faktor lain di luar model penelitian ini. 6.2 Saran Setelah melakukan penelitian, pembahasan, dan merumuskan kesimpulan dari hasil penelitian, maka penulis memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan untuk dijadikan masukan dan bahan pertimbangan yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain sebagai berikut: 1. Penulis menyarankan agar PT. Semen Tonasa mengurangi jumlah hutang, khusunya hutang lancar untuk mengefisienkan aktiva lancar sebab jika perputaran modal kerja meningkat dan aktiva bisa dialihkan untuk investasi diharapkan laba perusahaan juga akan ikut meningkat. 2. PT. Semen Tonasa agar mempertahankan sistem operasional perusahaan yang ada saat ini dan lebih efektif lagi dalam pelaksanaannya agar 94 memaksimalkan penggunaaan modal kerja (dana) dan penggunaan waktu yang nantinya akan berdampak lebih baik lagi bagi perusahaan. 3. Penelitian ini akan lebih baik dengan memasukkan beberapa variabel yang dianggap perlu atau mendukung penelitian ini, misalnya mengenai Debt to Equity dan rasio modal kerja lainnya serta menggunakan data yang lebih banyak dan terperinci lagi.

4. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis memberikan saran kepada peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian terhadap modal kerja dan profitabilitas secara fokus dan aplikatif dengan menambah jumlah objek penelitian maupun memperpanjang dan mendetailkan data time series, misalnya perbulan di tiap tahun penelitian serta diharapkan agar dapat menambah referensi tentang materi ini. 95 DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Kamaruddin. 1997. Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja. Jakarta : Rineka Cipta Alwi, Syafaruddin. 1994. Alat-alat Analisis Dalam Pembelanjaan. Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi Offset Daft. Richard. 2006. Management. 6th edition. Diterjemahkan oleh Edward Tanujaya dan Shirly Tiolina. Jakarta : Salemba Empat Djarwanto, PS. 1996. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : BPFE Ghozali, Imam dalam Sugiyono. 2002. Regresi. Jakarta Harahap, Sofyan Syafri. 1998. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Hasan, M. Iqbal. 2008. Pokok-pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). Cetakan Keempat. Jakarta : Bumi Aksara Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Cetakan Kelima. Yogyakarta : UPP STIM YKPN

Martono dan Agus Hartijo. 2007. Manajemen Keuangan. Cetakan Ketiga. Jakarta: Graha Pustaka Munawir, S. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Ketujuh. Yogyakarta : Liberty Pratisto, Ari. 2009. Statistika Deskriptif. Cetakan Ketiga. Jakarta: Rineka Cipta Riduwan. 2009. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Cetakan Kedua. Bandung : Alfabeta 96 Riyanto, Bambang. 1992. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Ketiga, Cetakan Kelimabelas. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Gajah Mada Sujianto, Agus Eko. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 19.0. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher Sutrisno. 2005. Dasar-dasar Ilmu Manajemen Keuangan. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Gajah Mada Syamsuddin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Ketujuh, Cetakan Kesepuluh. Semarang : Gudang Buku Weston dan Coopeland. Manajemen Modal Kerja (Edisi Indonesia). Cetakan Kelima. Jakarta. Graha Pustaka Winaryo, Sigit dan Sujana Ismaya. 2003. Kamus Besar Ekonomi. Cetakan Kesatu. Bandung : CV Pustaka Grafika

Anda mungkin juga menyukai