Anda di halaman 1dari 13

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian prospek Menururt Paul R.

. Krugman (2003:121) menyatakan bahwa Prospek adalah peluang yang terjadi karena adanya usaha seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya juga untuk mendapatkan profit atau keuntungan.

Menurut Djasmin (1994:28) kebijakan perusahaan untuk meningkatkan kinerja penjualan dengan meraih peluang yang ada serta mengatasi berbagai hambatan dan ancaman baik dalam jangka panjang maupun jangkan pendek.

Siswanto Sutejo (1945;28) menyimpulkan secara jelas prospek adalah ; Suatu gambaran keseluruhan, baik ancaman ataupun peluang dari kegiatan pemasaran yang akan datang yang berhunbungan dengan ketidak pastian dari aktifitas pemasaran atau penjualan.

B. Kompetensi kesehatan lingkungan 1. Paham untuk melakukan pengukuran parameter kesehatan lingkungan (Fisika, kimia, radioaktif, social).

biologi, 2.

Mampu melakukan analisis permasalahan kesehatan lingkungan (air bersih, limbah, pengelolaan

pengelolaan

sampah, pengendalian vector, sanitasi makanan, pencemaran lingkungan dan toksikologi lingkungan, 3. lingkungan sosial).

Mampu melakukan prediksi dampak kesehatan lingkungan dan mernacang alternatifpengelolaan untuk

alternatif

penyelesaian permasalahan kesehatan lingkungan permukiman dan industri (air bersih, pengelolaan limbah, pengelolaan sampah, pengendalian vector, sanitasi makanan, pencemaran 4. lingkungan dan toksikologi lingkungan, lingkungan sosial).

Mampu melakukan modifikasi dan manipulasi lingkungan untuk penyelesaian kesehatan lingkungan

permasalahan

permukiman dan industri (air bersih, pengelolaan limbah, pengelolaan sampah, pengendalian vector, sanitasi makanan,

pencemaran lingkungan dan toksikologi lingkungan, lingkungan sosial).

C. Pendayagunaan tenaga kesehatan lingkungan dalam pelayanan kesehatan Pendayagunaan tenaga kesehatan adalah upaya pemerataan, pembinaan, dan pengawasan tenaga kesehatan. Beberapa permasalahan klasik dalam pendayagunaan tenaga kesehatan antara lain: 1. Kurang serasinya antara kemampuan produksi dengan pendayagunaan 2. Penyebaran tenaga kesehatan yang kurang merata 3. Kompetensi tenaga kesehatan kurang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan 4. Pengembangan karir kurang berjalan dengan baik 5. Standar profesi tenaga kesehatan belum terumuskan dengan lengkap 6. Sistem penghargaan dan sanksi tidak berjalan dengan semestinya. Sanitarian merupakan tenaga profesi kesehatan yang telah mengikuti pendidikan formal sesuai dengan standar Departemen Kesehatan RI dan mempunyai ketrampilan dan keahlian dibidang penyehatan lingkungan. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.19/KEP/M.PAN/11/2000 yang tertuang pada BAB I pasal 1 menyatakan, bahwa Sanitarian adalah pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengamatan, pengawasan dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka perbaikan kualitas kesehatan lingkungan untuk dapat memelihara, melindungi dan meningkatkan cara-cara hidup bersih dan sehat. pengawasan kesehatan lingkungan adalah suatu upaya untuk mengetahui tingkat risiko pencemaran dan atau penyimpangan standar, persyaratan, kriteria kesehatan media lingkungan dan rekomendasi tindak lanjut perbaikan kualitasnya. Kegiatan tenaga sanitarian adalah kegiatan yang dilakukan oleh tenaga sanitarian berupa upaya-upaya peningkatan derajat kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit berbasis lingkungan yang meliputi kegiatan penyusunan, perencanaan, pengamatan dan pengawasan kesehatan lingkungan, pemberdayaan masyarakat dan kegiatan penunjang lainnya untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya penyuluhan kesehatan lingkungan dalam rangka perbaikan kualitas lingkungan untuk memelihara, melindungi dan meningkatkan cara-cara hidup bersih dan sehat.

Dalam melaksanakan tugas profesinya seorang sanitarian harus selalu bekerjasama dengan profesi lain dan berkoordinasi dengan lintas sektor terkait untuk mengatasi permasalahan kesehatan lingkungan di wilayah kerjanya. Mengingat permasalahan kesehatan lingkungan sangat luas dan kompleks, maka keberadaan petugas sanitarian di puskesmas adalah mutlak. Salah satu kegiatan pokok sanitarian puskesmas adalah melaksanakan kegiatan pengawasan kualitas air sehingga selalu tersedia informasi keadaan sanitasi sarana air bersih dan kualitas air di wilayahnya. Dengan demikian selalu tersedia pula rekomendasi untuk tindak lanjut terhadap upaya perlindungan pencemaran, perbaikan kualitas air dan penyuluhan kepada pihak terkait. Adapun kegiatan pengawasan kualitas air meliputi : Inpeksi sanitasi pada sarana sumber air, Pengambilan sample (contoh) air di lapangan dan Pengiriman ke Laboratorium Kesehatan Daerah, Pemeriksaan kualitas air di lapangan serta memberikan rekomendasi & saran tindak lanjut bagi perbaikan sarana sumber air maupun kualitas air yang dihasilkan. D. Pengaruh pasar bebas profesi kesehatan lingkungan

E. Tantangan pasar bebas profesi kesehatan lingkungan 1. Tantangan Global Adanya perobahan pada suatu belahan dunia akan memberi pengaruh pada belahan dunia lainnya. Demikian pula halnya pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan yang titik akhirnya akan dipengaruhi oleh perkembangan di dunia perdagangan. Perdagangan global seperti kerjasama ekonomi Asia Pasifik (APEC), AFTA, WTO, wilayah regional (ASEAN), wilayah bilateral (MALINDO), semuanya bermuara kearah pasar bebas. Hal ini menuntut adanya regulasi dan deregulasi dalam upaya memberi keamanan kepada para investor, konsumen, upah buruh dan perlindungan lingkungan (ISO 9000, ISO 14000 dll) 2. Nasional (program pembangunan) Kebijakan nasional tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Jangka Panjang. Tantangan ini tertuang dalam program-program pembangunan tahunan

Program-Program Pembangunan Kesehatan Lingkungan dan Program Kesehatan Lingkungan terkait meliputi sbb.; a. Program Kesehatan Lingkungan meliputi sbb.; Program Lingkungan Sehat Kegiatan Pokok meliputi sbb.: 1) Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar 2) Pemeliharaan dan pengawasan kalitas lingkungan 3) Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan; dan 4) Pengembangan wilayah sehat b. Program Kesehatan Lingkungan terkait meliputi sbb.; 1) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan Pokok terkait dengan Kesehatan Lingkungan meliputi sbb.: a) Pemngembangan Media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) b) Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat seperti

Posyandu , UKS dan generasi muda c) Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat (dalam hal KL) 2) Program-Program Upaya Kesehatan Masyarakat Kegiatan Pokok terkait dengan KL meliputi sbb.; a) Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya b) Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas dan jaringannya c) Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generic essensial d) Peningkatan pelayanan kesehatan termasuk kesehatan lingkungan e) Penyediaan biaya operasional dan pemelihraan 3) Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kegiatan pokok terkait dengan KL meliputi sbb.:

a) Pencegahan dan penanggulangan factor risiko b) Penemuan dan tatalaksana penderita c) Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah d) Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit 4) Sumber Daya Kesehatan Kegiatan pokok meliputi sbb.: a) Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan (KL) b) Peningkatan keterampilan dan profesionalisme tenaga kesehatan mellaui pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan. c) Pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringannya serta rumah sakit d) Pembinaan tenaga kesehatan e) Penyusunan standar kompetensi dan regulasi profesi kesehatan (KL). 5) Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan Kegiatan pokok meliputi sbb.: a) Pengkajian dan penyusunan kebijakan b) Pengembangan system perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pengen-dalian, pengawasan dan penyempurnaan administrasi keuangan, serta hukum Kes. c) Pengembangan system informasi Kes. d) Pengembangan system kesehatan daerah, dan e) Peningkatan jaminan pembiayaan kesehat-an masyarakat secara kapitasi dan pra upaya terutama bagi penduduk miskin yang berkelanjutan 6) Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kegiatan Pokok meliputi sbb.: a) Penelitian dan pengembangan b) Pengembangan tenaga peneliti, sarana dan prasarana penelitian dan c) Penyebarluasan dan Pemeliharaan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan.

3. Otonomi Daerah Amanat UU Dasar th.1945 Pasal 18, diikuti dengan UU No.1 Th.1945, UU No.22 th. 1948, UU. No.1 th. 1957, Pempres No.6 th. 1969, Penpres No.5 th. 1960, UU. No.18 th. 1965 dan 1974 (UU.No.5) tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. UU. No. 22 th. 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.25 th. 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Pasal 11 (2) UU No.22 th.1999, dinyatakan bahwa Bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, perumahan, koperasi, dan tenaga kerja.

Pelaksanaan otonomi daerah dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan strategis, baik nasional maupun internasional, dan gerakannya sangat cepat dan sifatnya dinamis. Perkembangan ini membuka peluang secara terbuka kepada pelaksanaan Otonomi Daerah yang menetapkan bahwa reformasi merupakan momentum yang tepat bagi realisasi Otonomi Daerah, sehingga potensi sumber daya daerah akan terangkat di dalam era globalisasi. Namun kendala utamanya adalah krisis politik yang belum selesai sampai saat ini. Titik berat Otonomi Daerah adalah Daerah Tingkat II yaitu Kab. dan Kota, sedang Propnsi merupakan wilayah administratif. Dampak adalah makin besarnya urusan yang diserahkan kepada Daerah diperlukan tenaga profesional baik di propinsi, maupun daerah otonom. 4. Konsumen Batasan konsumen bukan saja pada masyarakat umum, tetapi juga masyarakat khusus seperti industri jasa (transportasi, tempat-tempat umum), industri produksi dan manufaktur, instansi pemerintah, dan lainnya.

Untuk itu diperlukan teknologi produktif, yang berorientasi pada lingkungan dan kesehatan masyarakat, maka dikembangkan Bapedal, Meneg PPLH, Komosi-komisi AMDAL dan berbagai upaya swasta yang memberi perhatian pada masalah dampak terhadap lingkungan. 5. Tuntutan Standar Operasional Institusi Pendidikan (Standar Pendidikan Nasional) Suka tidak suka, mau tidak mau, maka setiap unit pndidikan harus menjalankan Standar Pendidikan Nasional (SPN) meliputi otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu dan evaluasi yang transparan. Terkait dengan jaminan mutu maka unit pelaksana pendidikan harus selalu melakukan perobahan mengikuti kebutuhan para stakeholder (mahasiswa, orang tua, pemerintah dan para dosen) maka pengelola unit pendidikan harus menlaksanakannya, Peningkatan mutu harus selalu disesuaikan dan berkelanjutan (continous

improvement) dan sesuai dengan SPN 6. Tuntutan Pertumbuhan dan Perkembangan Kelembagaan Pendidikan/Ketenagaan Kesehatan Lingkungan a. Pengembangan Keilmuan Bila dibandingkan dengan ilmu dan teknologi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan memang lebih khusus. Namun bila ditinjau dari aspek-aspek dan komponen-komponennya, kesehatan lingkungan ini sendiri masih bersifat umum dan sudah saatnya untuk dikembangkan lebi tajam kearah konsentrasi-konsentrasi yang lebih tajam. Demikian halnya perbedaan antara pendidikan akdemik dan pendidikan keahlian. Semakin tinggi pendidikan akademik, semakin luas wawasan ilmiahnya. Sedang pendidikan keahlian semakin tinggi semakin khusus bidang keahliannya. Departemen Kesehatan juga mengembangkan dua hal meliputi; 1) ketenagaan (APK menjadi AKL, bergabung dalam Politenik Kesehatan menjadi Jurusan Kesehatan Lingkungan Diploma III, selanjutnya dikembangan Program Diploma IV

sejak th. 2008) dan 2) pengembangan program (dikembangan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan sejak tahun 1993) Tuntutan Standar Operasional Pelayanan, di mana selama ini upaya kesehatan lingkungan dilaksanakan oleh tenaga lulusan D1, D3, S1 dan S2, mereka terdistribusi pada tugas-tugas perencanaan (S1 dan S2) dan tugas-tugas operasional (D1 dan D3). Bila dicermati perkembangan tuntutan di atas maka kualifikasi jajaran opersional perlu ditingkatkan. Tuntutan kualitas dan kuantitas semakin hari semakin meningkat. Kualifikasi yang dituntut bukan saja kemampuan, tetapi juga jenjangnya. Upaya peningkatan kemampuan dan jenjang mutlak diperlukan dalam rangka menghadapi era persaingan bebas yang sudah sangat dekat. Upaya kesehatan lingkungan bukan hanya tanggung jawab Departemen Kesehatan RI, tetapi juga departemen lainnya seperti Departemen Perindustrian, Pariwisata, Pertanian dan sektor lainnya. b. Pertumbuhan dan perkembangan kelembagaan Meantisipasi pelaksanaan pasar bebas Asean, APEC, maka pengembangan kelembagaan seperti Poltekkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan, dengan peningkatan spesialisasi dan jenjang ke Diploma-Empat dan bila memungkinkan dengan ketersediaan sumber daya diusulkan ke Spesialisasi Satu dengan konsentrasi-konsentrasi yang lebih tajam. F. Peluang pasar bebas kesehatan lingkungan 1. Visi, misi, sasaran dan arah kebijakan Departemen Kesehatan Visi; Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan (2010-2014) Misi Depkes RI (2010-2014) 1) Meningkatkan derjat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani

2) Melindungi ksehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan 3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan dan 4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik Salah satu strategi Depkes (2010-2014) adalah: Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu. Sasaran utamanya adalah menurunkan angka kematian bayi dari 35 menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup serta Arah kebijakan ditujukan pada peningkat kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan dan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat di samping persyaratan dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dasar Amanat UU No.36 tah. 2009 tentang Kesehatan Perimbangannya: 1) Kes. adalah hak asasi manusia 2) Prinsip non diskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan 3) gangguan kesehatan menimbulkan gangguan ekonomi 4) setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan Kesehatan Lingkungan Hal-hal yang perlu dicermati sbb.: 1) Pasal 1 (Sumber Daya Kesehatan, tenaga kesehatan) 2) Pasal 16 (tanggung jawab pemerintah) 3) Pasal 21 (perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dan Pengaturan dengan UU Tenaga Kesehatan) 4) Pasal 22 (Kualifikasi miminum) 5) Pasal 23 (Izin bagi tenaga kesehatan)

6) Pasal 24 (kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedure operasional) 7) Pasal 162 dan Pasal 163 (kesehatan lingkungan) 2. Essensi Pelayanan Kesehatan Lingkungan sebagai Upaya Preventif dan Promotif Konsep awal penyebab penyakit adalah lingkungan, dapat kita lihat konsep niasma theory yang dikenal dengan ma area atau udara buruk. Hasil penyelidikan John Snow di Inggris menyimpulkan bahwa lingkunganlah sebagai mata rantai terjadinya penularan penyakit. Sehingga muncul semboyan Prevention is better than care yang ditopang dengan pemahaman mekanisme peranan lingkungan dalam konteks penularan penyakit. Selanjutnya memunculkan batasan sbb.: sanitation is the prevention of disease by eliminating or controlling the environmental factors which form links in the chain of transmission (WHO) (Sanitasi adalah tindakan pencegahan penyakit dengan memutus atau

mengendalikan faktor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit. Perkembangan selanjutnya adalah dengan perkembangan IPTEK mendorong kerusakan lingkungan secara kuantitatif meningkat secara kualitatif secara kompleks. Terkait dengan masalah ini para ahli menyampaikan konsep baru tentang penyakit yaitu konsep kesehatan lingkungan. 3. Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Lingkungan. Berkembangnya Desa Siaga yang memberi peluang di samping tenaga Bidan (menangani masalah kesehatan yang ringan), Gizi (melakukan deteksi dini terhadap maslah yang dihadapi masyarakat) dan tenaga Kesehatan Lingkungan (Sanitasi) yang diharapkan menangani segala faktor lingukungan yang memberi pengaruh pada masalah kesehatan dalam wilayah kerjanya. 4. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan

Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pada hidup bersih dan sehat Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan: Info thn 2002 persentase masyarakat yang akses terhadap air bersih sekitar 50% rumah tangga dan sanitasi dasar sekitar 63,5%. Kesehatan lingkungan yang merupakan kgiatan lintas program dan lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan Sampai saat ini penyakit yang berbasis lingkungan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, seperti penyakit Demam Berdarah Dengue sekitar 0,019/1.000 penduduk, angka kematian pada kejadian luar biasa (KLB) 3/1.000 penduduk. Penyakit TB Paru, diperkirkan oleh WHO (th.1999) setiap tahun di Indonesia terjadi 583.000 kasus baru, kematian sekitar 140.000 orang, artinya setiap 100.000 penduduk terdapat 130 penderita TB Paru BTA positip. Proporsi penderita Pneumonia Balita yang berobat ke Puskesmas sekitar 3/10.000 Balita (th.2002). Diare sesuai hasil survei Sub Direktorat Diare dan Penyakit Pencernaan ditemukan insiden Diare 374/1.000 penduduk (th.2003), Malaria dengan Annual Malaria Incidence (AMI) sekitar 22,27/1.000 pddk, yaitu kesakitan Malaria tanpa konfirmasi laboratorium dan Annual Parasite Incidence (API) yaitu angka kesakitan malaria dengan konfirmasi laboratorium sekitar 0,47/1.000 pddk (tahun 2002). Masalah ini diketahui, terbanyak terdapat di wilayah kerja Puskesmas dan penyakit terbanyak adalah yang terkait dengan kesehatan lingkungan. Demikian pula upaya pengobatan penyakit dan upaya peningkatan dan perbaikan kualitas lingkungan dikerjakan tersendiri, tidak terintegrasi dengan upaya terkait lainnya.

Petugas medis dan atau paramedis melaksanakan upaya penyembuhan dan pengobatan tanpa memperdulikan kondisi lingkungan perumahan/permukiman si pasien. Di sisi lain petugas kesehatan lingkungan melakukan upaya kesehatan lingkungan tanpa memperhatikan permasalahan penyakit dan atau kesehatan

masyarakat di lokasi/kawasan tersebut.

Integrasi upaya kesehatan lingkungan dan upaya pemberantasan penyakit berbasis lingkungan semakin relevan dengan diterapkannya Paradigma Sehat untuk upayaupaya kesehatan dimasa mendatang (Hasil Rapat Kerja Menteri Kesehatan RI dengan Komisi VI DPR-RI, tanggal 15 September 1998). Dengan paradigma ini maka pembangunan kesehatan lebih terfokus pada upaya promotif dan preventif dibanding upaya kuratif dan rehabilitatif. 5. Pelayanan Kesehatan Lingkungan/Sanitasi Lingkungan yang Mandiri (Klinik Sanitasi) Melalui Klinik Sanitasi diharapkan upaya pelayanan kesehatan promotif, preventif dan kuratif dilaksanakan secara terintegrasi melalui pelayanan kesehatan

pemberantasan penyakit berbasis lingkungan di luar maupun di dalam gedung Puskesmas. Puskesmas memiliki misi untuk menyelenggarakan upaya kesehatan esensial yang bermutu, merata, dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat, untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Untuk itu dilakukan dengan cara membina peran serta, upaya kesehatan inovatif, dan pemanfaatan teknologi tepat guna. Bertitik tolak dari hal-hal di atas, maka lahir konsep Klinik Sanitasi sebagai suatu upaya terobosan yang memadukan ketiga jenis upaya pelayanan kesehatan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara terpadu, terarah dan berkesinambungan. Konsep ini pertamakali diperkenalkan dan dikembangkan oleh Puskesmas Wanasaba Kabupaten/Kota Lombok Timur Propinsi Nusa Tenggara Barat sejak Nopember 1995 dan selanjutnya kegiatan ini diikuti oleh beberapa Puskesmas yang ada di Propinsi Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Saat ini (th. 2003) Klinik Sanitasi sudah dikembangkan lebih dari 1.000 Puskesmas di seluruh Propinsi di Indonesia. Dengan makin berkembangnya kegiatan Klinik Sanitasi maka kepada mahasiswa khususnya yang bergerak dibidang kesehatan lingkungan dan atau sanitasi, perlu disosialisasikan agar pengembangannya jauh lebih baik dan lebih berkembang kearah yang positif dan menguntungkan semua pihak.

Anda mungkin juga menyukai

  • Dasar Dasar STTU Pemeriksaan
    Dasar Dasar STTU Pemeriksaan
    Dokumen25 halaman
    Dasar Dasar STTU Pemeriksaan
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Koruptor Datang Generasi Mudamu Diterlantarkan
    Koruptor Datang Generasi Mudamu Diterlantarkan
    Dokumen4 halaman
    Koruptor Datang Generasi Mudamu Diterlantarkan
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Biogas+Bank Sampah
    Biogas+Bank Sampah
    Dokumen4 halaman
    Biogas+Bank Sampah
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Geografi
    Geografi
    Dokumen22 halaman
    Geografi
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Untitled 1
    Untitled 1
    Dokumen11 halaman
    Untitled 1
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Proposal PKN
    Proposal PKN
    Dokumen6 halaman
    Proposal PKN
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Tugas Sosiologi
    Tugas Sosiologi
    Dokumen5 halaman
    Tugas Sosiologi
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Esai Hukum UGM Fix
    Esai Hukum UGM Fix
    Dokumen15 halaman
    Esai Hukum UGM Fix
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Wahai Dzat Yang Membolak
    Wahai Dzat Yang Membolak
    Dokumen1 halaman
    Wahai Dzat Yang Membolak
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Sabun Nuvo
    Sabun Nuvo
    Dokumen3 halaman
    Sabun Nuvo
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Esai Balai Bahasa
    Esai Balai Bahasa
    Dokumen9 halaman
    Esai Balai Bahasa
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Esai Balai Bahasa
    Esai Balai Bahasa
    Dokumen9 halaman
    Esai Balai Bahasa
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Tugas Sosiologi
    Tugas Sosiologi
    Dokumen5 halaman
    Tugas Sosiologi
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Bab I Tirtomoyo
    Bab I Tirtomoyo
    Dokumen5 halaman
    Bab I Tirtomoyo
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Karakteristik Iklim Tropis Indonesia
    Karakteristik Iklim Tropis Indonesia
    Dokumen19 halaman
    Karakteristik Iklim Tropis Indonesia
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • ADKL
    ADKL
    Dokumen1 halaman
    ADKL
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Tugas Sosiologi
    Tugas Sosiologi
    Dokumen5 halaman
    Tugas Sosiologi
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Standar Minimal Rumah
    Standar Minimal Rumah
    Dokumen35 halaman
    Standar Minimal Rumah
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Perencanaan 1
    Perencanaan 1
    Dokumen28 halaman
    Perencanaan 1
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • JENIS
    JENIS
    Dokumen5 halaman
    JENIS
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Sejak Kecil
    Sejak Kecil
    Dokumen1 halaman
    Sejak Kecil
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • In Sen Erator
    In Sen Erator
    Dokumen1 halaman
    In Sen Erator
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Nama Judul ADKL 2011
    Nama Judul ADKL 2011
    Dokumen4 halaman
    Nama Judul ADKL 2011
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Post 1
    Post 1
    Dokumen3 halaman
    Post 1
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Air Bersih
    Air Bersih
    Dokumen7 halaman
    Air Bersih
    Rilla Fahimah
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 3
    Kelompok 3
    Dokumen1 halaman
    Kelompok 3
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Seminar
    Seminar
    Dokumen1 halaman
    Seminar
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Nama Judul ADKL 2011
    Nama Judul ADKL 2011
    Dokumen4 halaman
    Nama Judul ADKL 2011
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat
  • Tugas Penaganan
    Tugas Penaganan
    Dokumen2 halaman
    Tugas Penaganan
    Prita Bibo Yaenab
    Belum ada peringkat