Anda di halaman 1dari 9

Penyimpangan terhadap Nilai - Nilai Pancasila dalam Pemilu/kada di Indonesia dari Tahun 1955 - 2009

Reza Mega Ardhilia ABSTRACT Dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Setiap kegiatan penyelenggaraan negara harus berpedoman pada Pancasila. Sesuai dengan Pancasila sila keempat, Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang artinya pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pemilu/kada merupakan wujud dari adanya demokrasi. Pemilu/kada diselenggarakan oleh KPU/D. Tugas KPU sangat berat karena harus mengatur pelaksanaan pemilu secara demokratis. Di Indonesia, Pemilu pertama kali dilaksanakan pada tahun 1955 hingga tahun lalu,2009. Pelaksanaan Pemilu secara langsung oleh rakyat terjadi untuk pertama kalinya pada tahun 2004. Sepuluh kali Indonesia melaksanakan Pemilu bukan tanpa tantangan. Banyak permasalahan dan penyimpangan yang terjadi. Seperti ditemukannya ijazah palsu, korupsi, money politics, intimidasi, kampanye negatif, DPT ganda, tidak berhak tapi memilih, dan sebagainya. Hal- hal tersebut jelas melanggar nilai- nilai Pancasila terutama sila keempat dan menunjukkan inkonsistensi nilai- nilai Pancasila dalam kehidupan bernegara serta lemahnya mental para pejabat. Untuk meminimalisir hal tersebut, perlu peran serta masyarakat untuk mengembangkan sikap saling jujur, menghargai pendapat, dan berpegang teguh pada Pancasila. Kata Kunci : Inkonsistensi Pancasila, Demokrasi, Pemilu, KPU, money politics, dan Korupsi.

1.

Pendahuluan Setiap negara di dunia pasti

dalam suatu Negara, bahkan di dunia pemilu sering diidentikkan dengan

memiliki dasar negara. Dasar negara bagi suatu negara berfungsi untuk mengatur segala kegiatan penyelenggaraan

symbol demokrasi (Bingham Powell, 1982). Pemilu dalam Negara demokrasi merupakan syarat utama mengingat yang menamakan dirinya Negara demokrasi tapi tidak melaksanakan Pemilu, hal itu merupakan kebohongan belaka (Drs. Sukarna, 1994, hal 74). Ada lima indikator bagi pemilu yang demokratis, yakni : 1. Legitimasi berdasarkan pemerintah rakyat; 2. Pengaturan yang mengorganisasi bargainning memperoleh dilaksanakan melalui untuk legitimasi pemilu klaim tersebut pemerintah bahwa mewakili

kehidupan bernegara di berbagai bidang. Tanpa dasar negara maka negara tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas, sehingga memungkinkan untuk

timbulnya kekacauan (Suardi, 2000, hal 6). Dasar negara kita, Indonesia, adalah Pancasila. Untuk itu dalam

menjalankan pemerintahan di berbagai bidang, kita harus berpedoman pada Pancasila tersebut. Tidak terkecuali di bidang politik. Pelaksanaan politik di Indonesia berpedoman pada Pancasila, dimana disebutkan dalam sila keempat bahwa negara kita adalah ini negara

yang kompetitif; 3. Sebagian orang dewasa dapat ikut serta dalam proses pemilihan baik sebagai pemilih maupun sebagai calon untuk menduduki jabatan penting; 4. Pemimpin dipilih dengan interval yang teratur dan pemilih dapat

demokrasi.

Sekarang

kesadaran

masyarakat akan pentingnya demokrasi sangat tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari peran serta masyarakat dalam

Pemilu baik yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemilu memiliki hubungan yang signifikan dengan kehidupan demokrasi

memilih

diantara

beberapa

constituency) atas dasar suara terbanyak (pluralitas). Dalam sistem ini, negara dibagi dalam sejumlah distrik pemilihan yang kurang lebih hampir sama jumlah penduduknya. Jumlah penduduk dalam distrik berbeda-beda dari satu negara dengan negara lain. Di Inggris, misalnya satu distrik kira-kira mewakili 500.000 penduduk, sedang di India dapat

alternatif (bukan calon tunggal); 5. Terjaminnya seperti hak-hak dasar,

kebebasan

berbicara, dan

kebebasan

berkumpul

kebebasan pers. Secara teoritis, kelima hal di atas dapat terlaksana jika penyelenggara

pemilu tersebut bebas dari intervensi pemerintah (M. Jafar Nashir, 2008). Paling tidak, ada tiga hal penting yang bisa dipakai sebagai indikator suksestidaknya yaitu pemilu sistem dan pelaksanaan pemilu, pemilu,

mencapai 2.000.000 penduduk. Karena satu distrik hanya berhak atas satu wakil, maka calon yang memperoleh suara terbanyak dianggap menang. Gejala ini dinamakan the first past the post. Artinya suara yang mendukung calon yang kalah dianggap hilang dan tidak dihitung lagi untuk membantu partainya di distrik lainnya. Sistem pemilu distrik sering dipakai oleh negara- negara yang menganut sistem kepartaian dwi partai, seperti Amerika Serikat, India, Malaysia dan Inggris. Sedang sistem proporsional, satu wilayah (daerah pemilihan) memilih beberapa wakil (multiyang member jumlahnya

penyelenggara penegakan

mekanisme

hukum atas pelanggaran yang terjadi dalam apakah pemilu. Sejalan dengan Nomor itu, 12

Undang-Undang

Tahun 2003 tentang Pemilu mampu menciptakan pemilu yang aman, adil dan demokratis. Pertama; Sistem Pemilu. Pada umumnya, kita mengenal dua sistem pemilu dengan beberapa variasinya, yaitu sistem distrik dan sistem proporsional (Drs. Sukarna, 1994, hal 75). Dalam sistem distrik, satu wilayah (distrik pemilihan) memilih satu wakil tunggal (single member

constituency),

ditentukan atas dasar rasio tertentu, misalnya satu wakil parlemen untuk 500.000 penduduk. Dalam sistem ini,

suatu

kesatuan

administratif-

2. A. Pemilu

Bahasan Pengertian dan Landasan Hukum

pemerintahan (provinsi, kabupaten/kota) dipakai sebagai daerah pemilihan.

Jumlah suara yang diperoleh setiap partai menentukan jumlah kursi di parlemen, artinya rasio perolehan suara antar partai sama dengan rasio perolehan kursi di parlemen. Negara-negara yang menganut sistem ini adalah negara-negara dengan banyak partai seperti Nederland, Italia, Swedia dan Indonesia. Sepanjang sejarah Indonesia,

Kata

demokrasi

berasal

dari

bahasa Yunani yaitu demos yang berarti rakyat dan kratos yang berarti

kekuasaan/pemerintahan (Sukarna,1994, hal 59). Sehingga demokrasi dapat diartikan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pemerintahan yang Semua kewenangannya anggota pada rakyat. (yang

telah diselenggarakan 10 kali pemilu presiden dan wakil presiden, DPR, DPRD, dan DPD, yaitu pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, dan 2009 (Wikipedia bahasa Indonesia). Pelaksanaan pemilu tersebut bukan tanpa rintangan. Banyak

masyarakat

memenuhi syarat) diikutsertakan dalam kehidupan kenegaraan misalnya dalam aktivitas pemilu. Menurut UU Republik Indonesia No. 10 Tahun 2008 pasal 1, Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara

penyimpangan yang terjadi yang sudah pasti hal tersebut menunjukkan

langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan berdasarkan

inkonsistensi kita pada dasar negara, Pancasila. Untuk itu penulis tertarik untuk mengambil yang bahasan terjadi tentang dalam

Republik

Indonesia

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pelaksanaan dari demokrasi itu telah dilakukan dari dahulu di berbagai daerah di Indonesia hingga Indonesia merdeka sampai sekarang ini. Demokrasi di

penyimpangan

pemilu/kada di Indonesia.

negara Indonesia bersumberkan dari Pancasila dan UUD 1945 sehingga sering disebut dengan demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila berintikan

memiliki hak menggunakan suara. Bebas berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun, kemudian suara yang diberikan Rahasia berarti oleh pemilih

musyawarah untuk mencapai mufakat, dengan berpangkal tolak pada paham kekeluargaan dan kegotongroyongan. B. Pelaksanaan dan Penyimpangan

bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri. Sedangkan jujur mengandung arti bahwa pemilihan

dalam Pemilu/kada di Indonesia Pemilu di Indonesia

umum harus dilaksanakan sesuai dengan aturan untuk memastikan bahwa setiap warga negara yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang akan terpilih dan adil adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih, ataupun tanpa ada

diselenggarakan setiap lima tahun sekali oleh Komisi Pemilihan Umum ( KPU ) (UU No.10 tahun 2008,pasal 4). Tugas yang dilaksanakan KPU ini sangat berat yaitu mengatur pelaksanaan Pemilu agar dapat terlaksana secara demokratis,

mulai dari seleksi bakal calon, persiapan kertas suara, hingga pelaksanaan pemilu. Pemilu di Indonesia menganut asas Luber dan Jurdil. Luber adalah singkatan dari langsung, umum, bebas, dan rahasia. Sedangkan Jurdil singkatan dari jujur dan adil (UU No.10 tahun 2008,pasal 2). Langsung berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan. Umum berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah

pengistimewaan

diskriminasi

terhadap peserta atau pemilih tertentu (Wikipedia bahasa Indonesia). Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu, tetapi juga penyelenggara pemilu. Sejak tahun 1955 Indonesia sudah melaksanakan Pemilu untuk memilih anggota DPR dan badan Konstituante (Wikipedia bahasa Indonesia). Tahun 2004, Indonesia melaksanakan Pemilu secara langsung untuk pertama kalinya

oleh rakyat untuk menentukan presiden dan wakil presiden, anggota DPR, DPRD, DPD, dan kepala daerah. Tahun kesepuluh melaksanakan 2009 kalinya Pemilu. lalu adalah Indonesia Meskipun

itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum (Wikipedia bahasa Indonesia). dilakukan Praktik dengan politik cara uang

pemberian

demikian pelaksanaannya masih jauh dari nilai nilai Pancasila yang

sembako, uang, dsb kepada masyarakat dengan tujuan untuk menarik simpati masyarakat agar mereka memberikan suaranya untuk partai yang bersangkutan. Jadi rasional sekali jika untuk menjadi kepala daerah saja harus mempunyai banyak uang. Kalau cara awalnya saja sudah salah seperti itu, pasti dalam memimpin daerah nantinya ia tidak akan ikhlas. Ia akan memikirkan bagaimana caranya untuk mengembalikan uang yang cukup banyak yang ia keluarkan untuk menjadi kepala daerah. Hal itu sangat korupsi. Penyimpangan lain yang sering terjadi Banyak adalah parpol masalah yang kampanye. pada saat memungkinkan terjadinya

seharusnya dijadikan pedoman. Disanasini masih ditemukan dalam banyak

penyimpangan

pelaksanaan

pemilu/kada. Hal tersebut dapat kita lihat dari ditemukannya pemakaian ijazah palsu oleh bakal calon, seperti lima caleg kota Dumai, tiga caleg Bekasi, 152 caleg Riau, Cirebon, dan Jambi pada tahun 2004 lalu (Sinar Harapan,2004). Itu tentunya sangat memprihatinkan sekali. Seandainya bagaimana calon dengan tersebut daerah lolos yang

dipimpinnya jika pemimpinnya adalah orang yang bermental korup. Tidak hanya itu, praktek money politics juga marak terjadi seperti di Tanjung Balai, Sumatera Utara (Glori K.

berkampanye membawa anak anak di bawah umur, memasang atribut di luar ketentuan, kampanye di luar jadwal atau bahkan tanpa ijin, seperti yang dilakukan oleh caleg di Yogyakarta, Semarang,

Wadrianto,2009) dan masih banyak lagi daerah lainnya. Money politics adalah suatu bentuk pemberian atau janji

menyuap seseorang baik supaya orang

Banten, Jakarta, dan Solo pada tahun 2004 lalu (Sinar Harapan,2004). Tidak hanya itu, permasalahan lain yang timbul antara lain, surat suara tertukar baik antardapil maupun tingkat provinsi seperti yang terjadi di Bali dan Nangroe Aceh Darussalam, DPT

yaitu korupsi dana pemilu. Hal itu sangat memprihatinkan. Dari situ kita dapat melihat rendahnya mental pejabat kita. Mereka menggunakan kekuasaannya

hanya untuk menyenangkan diri sendiri. Hal hal di atas sudah pasti menunjukkan adanya inkonsistensi nilainilai Pancasila dalam sila kehidupan keempat.

bermasalah, KPPS tidak memberikan undangan, surat suara rusak, DPT ganda, tidak berhak tapi memilih, memilih tidak di bilik suara atau bilik suara kurang bisa mengakomodasi asas rahasia, intimidasi oleh oknum pegawai pemerintah

bernegara

terutama

Pancasila yang sejak dulu kita sepakati sebagai dasar falsafah negara kita justru tidak kita hiraukan. Bagaimana negara kita akan maju? Untuk itu perlu langkah serius dari berbagai elemen masyarakat untuk mengembangkan sikap saling

terhadap warga agar mencoblos salah satu calon, dan adanya kampanye negatif yang dapat mengarah pada munculnya fitnah (Glori K. Wadrianto,2004). Dalam pemilu/kada tentu ada pihak yang menang dan ada yang kalah. Seringkali pihak yang kalah tidak dapat menerima kekalahannya dengan lapang dada sehingga dia akan mengerahkan massanya untuk mendatangi KPU/D setempat. Kasus kasus yang pernah terjadi adalah pembakaran kantor KPUD di Sumatera. Hal itu membuktikan lemahnya kesadaran politik masyarakat. Selain itu, penyimpangan juga dilakukan oleh KPUD Jakarta (2004)

menghargai perbedaan, saling jujur, dan dalam menggunakan hak pilih harus berdasarkan hati nurani. Kita jangan mau disogok, bentuknya pidana Pancasila. karena korupsi bagaimana adalah pun

tindakan dengan

dan

bertentangan

3.

Kesimpulan dan Saran Berdasarkan pembahasan yang

telah

diuraikan

tadi, bahwa

kita

dapat

menyimpulkan

pelaksanaan

pemilu dari periode ke periode tidak luput dari berbagai permasalahan dan

penyimpangan terhadap Pancasila seperti korupsi, money politics, ijazah palsu, pelanggaran kampanye, dsb. Untuk itu kita perlu meminimalisir hal tersebut dengan cara mengembangkan sikap jujur, saling menghargai pendapat, dan tetap berpegang teguh pada Pancasila. Bangsa yang belajar adalah bangsa yang selalu berbenah diri setiap waktu. Saran yang dapat

Tahun Paradigma.

2004.

Yogyakarta:

Drs. Sukarna. 1994. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Mandar Maju Damanik, Caroline. 2009. Enam Kasus Pelanggaran Pemilu Sudah P21. (on line),(http://regional.kompas.com /Enam.Kasus.Pelanggaran.Pemil u.Sudah.P21 diakses 22 Oktober 2010)

direkomendasikan yaitu kita sebagai warga Negara Indonesia wajib berperan serta aktif dalam berbagai kegiatan kenegaraan seperti dalam pelaksanaan pemilu. Kita harus menggunakan hak pilih secara bijaksana dan kepada semua pemimpin kepercayaan rakyat jangan lengah sedikit pun terhadap hal- hal yang dapat mengeruhkan kepentingan nasional kita. Karena yang dapat menjamin hak menentukan nasib Indonesia, bukan

Ina. 2004 .Pelanggaran Pemilu Merata di Daerah. (on line),

(http://www.sinarharapan.co.id/berita/na s10 diakses pada 22 Oktober 2010) Miriam, Budiardjo. 1981. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta:Gramedia. MYS. 2009. Pelanggaran Pemilu 205 Kasus. Jakarta:Kompas

orang lain, melainkan bangsa Indonesia sendiri. Daftar Pustaka Drs. H. Kaelan, M.S. 2004. Pendidikan Pancasila, Edisi Reformasi Nashir,

(http://nasional.kompas.com/Pela nggaran.Pemilu.205.Kasus diakses 22 Oktober 2010) M. Jafar. 2008. Evaluasi

Pelaksanaan Pemilu 2004. (on line),

(http://nashir6768.multiply.com/jou
rnal/item/8 diakses 22 Oktober 2010)

Wikipedia bahasa Indonesia. Pemilihan Umum di Indonesia. (on line),


(http://id.wikipedia.org/wiki/Pemi

lihan_umum_di_Indonesia Riz. 2009. Pemilu Gugatan Penyimpangan dalam diakses 22 Oktober 2010 ) Dibenarkan

UU.(on line), (diakses pada 22 Oktober 2010 di

http://berita.kapanlagi.com/huku m-kriminal/gugatanpenyimpangan-pemiludibenarkan-dalam-uu ) Suardi, Abubakar,dkk. 2000. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 SMU. Jakarta:Yudhistira.

UU No.10 tahun 2008. (on line),


(http://www.dpd.go.id/dpd.go.id/p

eraturan_uu/ diakses 22 Oktober 2010)

Wikipedia bahasa Indonesia. Politik Uang. (on line),

(http://id.wikipedia.org/wiki/Polit

ik_uang 2010)

diakses

22

Oktober

Anda mungkin juga menyukai