Kortikosteroid
Kortikosteroid
Hanifah Ismael 10334073 Putri Harum S 10334081 Nia Kurniasari 10334085 Indra Setiawan 10334086 Elviana Sari 10334087
hormon kortikosteroid
Hormon kortikosteroid merupakan golongan hormon steroid yang diproduksi di korteks adrenal. Hormon kortikosteroid terlibat dalam sistem fisiologis seperti respon stres, respon kekebalan tubuh dan pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat, katabolisme protein, kadar elektrolit darah dan perilaku.
Glukokortikoid kortisol/hidrokortison. Hormon ini mengendalikan karbohidrat, metabolisme protein dan antiinflamasi, dengan mencegah pelepasan fosfolipid, menurunkan aksi eosinofil dan mekanisme lainnya. Mineralokortikoid aldosteron, kortikosteron, desoksikorton. Hormon-hormon ini mempengaruhi metabolisme garam dan air
2.
3.
4.
5.
Sintesa dimulai dari hipotalamus yang melepaskan CRH (hormon pelepas kortikotropin) Kemudian hipofisis akan mensekresi ACTH (kortikotropin) sebagai respon terhadap hormon kortikotropin hipotalamus (CRH). ACTH mempengaruhi pembentukan hormon kelenjar adrenal yang berbeda pada setiap zona di adrenal (Mineralokortikoid=aldosteron, Fasciculata=kortikosteroid, hormon androgen). Glukokortikoid bertindak sebagai penghambat umpan balik sekresi ACTH (kortikotropin) dan CRH. Keadaan Stress akan meningkatkan sekresi CRH di hipotalamus.
Glukokortikoid
Penamaan glukokortikoid (glukosa + korteks + steroid) regulator glukosa yang disintensis pada korteks adrenal dan mempunyai struktur steroid Sintesa glukokortikoid terjadi Zona fasciculate korteks adrenal (bagian tengah) Sekresi glukokortikoid diatur oleh penurunan hipotalamus hipofisis.
Kerja glukokortikoid
Menstimulasi glukoneogenesis protein dengan peningkatan penguraian protein (kerja katabolik) meningkatkan kadar gula darah dan pembentukan glikogen dalam hati (kerja diabetogenik) Menurunkan nilai ambang ginjal terhadap glukosa Pada anak-anak menghambat (pada dosis tinggi) pertumbuhan Menghambat proses-proses radang tidak tergantung pada proses terjadinya (kerja
Menekan pembentukan fibroblas serta sintesis kolagen ( kerja antiproliferatif) Menurunkan fungsi jaringan limfe, sehingga menyebabkan limfopenia dan mengecilnya limfosit (kerja imunsupresif) Menurunkan jumlah granulosit eosinofil dan meningkatkan jumlah trombosit dalam darah Menggeser mundur sekresi ACTH dan gonadotropin dari adenohipofisis dan menghambat fungsi kelenjar gonad Menaikkan kemampuan terangsang otak dan menurunkan nilai ambang kejang Memiliki kerja psikotropik, euforia, akan tetapi kadang-kadang juga kerja depresi.
Mineralokortikoid
Mineralokortikoid (misalnya hormon aldosteron) dibentuk pada zona Glomerulosa korteks adrenal(bagian paling luar). Produksi aldosteron dipengaruhi oleh sistem Renin-Angiotensin Hormon ini mengatur keseimbangan elektrolit dengan meningkatkan retensi natrium dan ekskresi kalium. Aktivitas fisiologis membantu dalam mempertahankan tekanan darah normal dan curah jantung. Defisiensi mineralokortikoid mengarah pada hipotensi, hiperkalemia, penurunan curah jantung, dan dalam kasus akut, syok, kelebihan mineralokorkoid mengakibatkan hipertensi dan hipokalemia.
Meningkatkan reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dalam tubulus ginjal Merangsang transport natrium dan kalium di kelenjar keringat, kelenjar air liur, dan sel epitel usus. Pada keadaan berlebihan meningkatkan volume cairan ekstrasel dan tekanan arteri serta hanya sedikit mempengaruhi konsentrasi natrium plasma. Aldosteron berlebihan meningkatkan sekresi ion hydrogen tubulus dan menyebabkan alkalosis ringan.
Efek antiradang (inflamasi) berdasarkan efek vasokontriksi. Daya imunosupresif dan antialergi. Peningkatan glukoneogenesis , yaitu pembentukan glukosa distimulasi, penyimpanannya sebagai glikogen ditingkatkan) Efek katabol, yaitu merintangi pembentukan protein dari asam-asam amino, sedangkan pengubahannya ke glukosa dipercepat. Pengubahan pembagian lemak. Umumnya penumpukan lemak di atas tulang selangka dan muka yang menjadi bundar (moon face).
Penggunaan kortikosteroid
Terutama digunakan untuk mengatasi radang, apapun penyebabnya dan di manapun lokasinya Pada asma hebat pada penyakit gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti berbagai jenis alergi, dan lupus Dengan sifatnya yang menurunkan sistem kekebalan, kortikosteroid juga dapat digunakan untuk pasien yang baru menjalani transplantasi organ untuk mencegah reaksi penolakan tubuh terhadap organ yang dicangkokkan pada pasien kanker untuk mencegah mual dan muntah akibat kemoterapi Pada ibu hamil yang memiliki resiko melahirkan prematur, untuk mematangkan paru-paru janin, sehingga jika harus lahir prematur paru-paru bayi sudah cukup kuat dan bekerja dengan
Defisiensi glukokortikoid
penyakit Addison Nama penyakit ini dinamai dari Dr Thomas Addison, dokter yang pertama kali mendeskripsikan penyakit inipada tahun 1855 gejala hipoglikemia, sensitivitas tinggi terhadap insulin, intoleransi terhadap stres, anoreksia, penurunan berat badan, nausea dan rasa lemah Penderita addison mempunyai tekanan darah rendah, penurunan laju filtrasi glomerulus, penurunan kemampuan tekanan mengekskresikan kelabihan air. Kadar Na plasma rendah, K tinggi Bisa tampak pigmentasi pada kulit dan membran mukosa
efek samping umumnya baru muncul pada penggunaan yang cukup lama (lebih dari sebulan secara rutin)
Cushing syndrome
Merupakan efek dari tingginya kadar kortisol dalam tubuh. Penderita akan mengalami peningkatan berat badan secara cepat. obesitas, pelemahan otot tubuh, gangguan tidur, gangguan mestruasi, rambut rontok, dan gangguan emosi.
Moon face
moon face atau wajah bulat seperti bulan adalah efek dari kortikosteroid di mana terjadi penumpukan lemak abnormal di wajah penderita. Moon face ini juga merupakan bagian dari gejala Cushing Syndrome
Buffalo Hump
Punuk kebo (terjemahan bebasnya). Pada penggunaan kortikosteroid jangka lama akan terjadi penumpukan lemak pada punggung penderita yang menyebabkan buffalo hump ini
Pada pemakaian kortikosteoid jangka panjang akan terjadi gangguan kalsium pada tulang. Tulang bukan merupakan jaringan yang diam melainkan jaringan dinamis yang beregenerasi. Karena penyerapan kalsium tulang terganggu, tulang akan kehilangan massanya sehingga tulang rapuh dan mudah patah.
Osteoporosis
Jerawat
Pemakaian kortikosteoid bisa mengurangi peradangan pada wajah, terutama jenis kortiosteroid topikal. Namun bila penggunaannya dalam jangka waktu lama, justru akan menyebabkan abnormalitas distribusi lemak yang dapat menyebabkan jerawat parah
Infeksi sekunder
Kortikosteroid adalah penekan sistem imun. Itulah sebab kortikosteroid ini juga digunakan sebagai obat alergi. Oleh sebab itu, penggunaan kortikosteroid jangka panjang dapat menyebabkan infeksi sekunder
pasien dengan resiko diabetes, kurangi asupan gula/karbohidrat untuk mengurangi resiko osteoporosis, tambahlah suplemen Calcium dan Vitamin D untuk mengurangi resiko hipertensi, kurangi asupan garam dalam makanan untuk mengurangi kegemukan, bisa dilakukan diet yang sesuai untuk menghindari terjadinya infeksi, hindarkan diri dari lingkungan hidup yang kotor dan polusi. Tambahkan suplemen makanan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. untuk menghindari gangguan lambung, minumlah obat ini setelah makan atau bersama snack, jangan pada saat perut kosong.
Golongan kortikosteroid
1. 2.
3.
4. 5.
6. 7.
Hidrokortison. Prednison: prednison, metilprednisolon, budesonida. Derivat 9-alfa-flour: triamsinolon, deksametason, betametason, halsinonida. Derivat 6-alfa-flour: fluokortolon, flunisolida Derivat diflour: fluosinonida, flumetason, diflukortolon, flutikason. Derivat klor: beklometason, mometason. Derivat klor-flour: klobetasol, klobetason, fluklorolon, halometason Mekanisme aksi mirip satu sama lain,hanya
mineralokortikoid
1.
2.
3. 4.
Aldosteron Deoksikortikosteron Kortikosteron Kortisol Namun sebagian besar aktivitas mineralokortikoid diperankan oleh aldosteron dan kortisol hanya memiliki aktivitas mineralokortikoid yang sangat lemah