Anda di halaman 1dari 4

BAB II BIODIESEL PLANT DESIGN 2.1.

Pengertian Biodiesel Secara Umum Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai bahan bakar alternatif dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan. Secara Teknis Biodiesel atau Fatty Acid Methyl Esters (FAME jika direaksikan dengan methanol), na. Merupakan bahan bakar yang mengandung mono alkil ester dari rantai panajng asam lemak yang dihasilkan oleh minyak hayati, dengan nama teknis B100 (murni biodiesel) berdasarkan ASTM D 6751. Proses Untuk Menghasilkan Biodiesel Secara Singkat

Gambar 1.1. Process flow scheme for biodiesel production Untuk mendapatkan biodiesel yang sesuai dengan spesifikasi mesin diesel, minyak hayati yang telah melewati proses ekstraksi (Oil) diharuskan mengurangi nilai viskositasnya dengan metode : 1. Pyrolysis 2. Microemulsification (cosolvent blending) 3. Blending with Petrodiesel 4. Transesterification/Esterification Dari ke empat proses diatas, proses transifikasi merupakan metode yang paling banyak digunakan karena biaya yang dikeluarkan lebih murah untuk mendapatkan hasil biodiesel yang lebih banyak karena katalis yang digunakan merupakan golongan alkalin sehingga minyak hayati direaksikan dengan methanol pada perbandingan 3 molmethanol : 1 moloil. Oleh karena itu, kami lebih berminat untuk memilih proses metode transifikasi. 2.2. Sistem Produksi Biodiesel Proses transifikasi dapat dilakukan dengan cara sistem batch atau sistem continous. Sistem continous memiliki beberapa jenis teknik seperti supercritical, reactive destillation, static mixer dan yang terbaru adalah menggunakan teknik microwave. Perbedaan dari masingmasing teknik dapat dilihat pada tabel 2-1.

Tabel 2-1. Karakteristik berbagai jenis produksi biodiesel

2.3.

Reactive Destillation

Teknik reactive destillation merupakan sebuah cara yang relatif baru dan belum tereksplorasi secara luas untuk memproduksi biodiesel. Prinsip dari teknik ini adalah minyak hayati yang terdiri dari trigliserida di campur dengan alkohol dan katalis, dipanaskan hingga temperatur campuran tersebut berada dibawah titik didih alkohol agar reaksi dapat terjadi didalam kolom pereaksi. Setelah reaksi terjadi, maka akan menghasilkan campuran metil ester/biodiesel, gliserol, dan berbagai jenis produk lainnya.

Gambar 2-1. Reaksi kimia proses transifikasi Reaksi esterifikasi dan transesterifikasi merupakan reaksi bolak balik yang relatif lambat. Untuk mempercepat jalannya reaksi dan meningkatkan hasil, proses dilakukan dengan pengadukan yang baik, penambahan katalis dan pemberian reaktan berlebih agar reaksi bergeser ke kanan. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi transesterifikasi adalah pengadukan, suhu, katalis, perbandingan pereaksi dan waktu reaksi (Darnoko and Cheriyan, 2000). Berdasarkan gambar 2-1, terlihat bahwa perbandingan stikiometri yang dibutuhkan untuk reaksi adalah 3 : 1. Berdasarkan tabel 2-1 dapat diketahui bahwa jenis porses reactive destillation memiliki waktu untuk reaksi yang tidak jauh berbeda dengan jenis proses supercritical, dan temperature yang diperlukan pun rendah. Hal ini dapat memberikan efisiensi proses pereaksian yang lebih baik karena kalor yang dibutuhkan lebih rendah dari proses supercritical. Begitupun untuk perbandingan kebutuhan alkohol terhadap minyak untuk reaksi juga lebih rendah dari supercritical.

Gambar 2-2. Reactive destillation reactor ( literature Singh, Thompson et al. 2004; Thompson and He 2007, peterson 2004) Sistem ini terdiri dari beberapa kolom destilasi ( 10 tingkat berdasarkan literatur ) dengan bagian input terletak pada bagian atas kolom dimana awal reaksi terjadi pada campuran ( minyak, methanol dan katalis). Campuran tersebut secara perlahan bergerak kebawah melewati pelat-pelat. Beberapa alkohol yang tidak bereaksi menguap dan terjebak sehingga ruangan pada kolom akan memiliki cadangan alkohol yang nantinya akan bereaksi dengan campuran yang baru masuk ke kolom tersebut.

Anda mungkin juga menyukai