Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan seks merupakan salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampakdampak negatif yang tidak diharapkan seperti pelecehan seksual, kehamilan yang tidak direncanakan, aborsi, Penyakit Menular Seksual (PMS) (Sarwono, 2002) Pendidikan seks yang diberikan kepada rema!a sebenarnya memberikan pengetahuan mengenai fungsi organ reproduksi, cara men!aga dan memelihara organ reproduksi, dan yang tak kalah penting bahwa pendidikan seks memberikan pengetahuan mengenai cara bergaul yang sehat dan bertanggung !awab sesuai dengan nilai-nilai a!aran agama dan norma yang berlaku dalam masyarakat Setelah mendapatkan bekal mengenai pendidikan seks, maka diharapkan mereka dapat melindungi diri sendiri dari bahaya pelecehan seksual ("riswanto, 200#) Pendidikan seks yang diberikan di $ndonesia masih di batasi oleh norma masyarakat Masyarakat $ndonesia masih sangat kokoh memegang dan menganut norma agama, mereka masih menganggap tabu serta kurang terbuka menyangkut kehidupan seksual %al ini mengakibatkan banyak ter!adinya aktifitas seksual yang tidak bertanggung !awab yang dapat merusak masa depan rema!a Serta efek dari aktifitas seksual diluar nikah yang menyebabkan kehamilan pada usia rema!a dapat meningkatkan angka kematian ibu dan bayi akibat belum sempurnanya alat reproduksi, dan hubungan seks bebas dapat menyebabkan penyakit menular seksual ("riswanto, 200#) 1

Masa rema!a menun!ukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa seksual &alam masa ini, rema!a berkembang ke arah kematangan Sebagian rema!a mengalami kebingungan untuk memahami

tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan olehnya Seperti boleh atau tidaknya melakukan pacaran, melakukan onani, atau ciuman "ebingungan ini akan menimbulkan suatu perilaku seksual yang kurang sehat dikalangan rema!a (Soet!iningsih, 200') (ema!a sebagai generasi muda merupakan aset nasional yang sangat penting karena pada pundaknya terletak tanggung !awab kelangsungan hidup bangsa Masa rema!a seringkali merupakan masa yang kritis dimana mereka dihadapkan pada berbagai masalah &ata demografi menun!ukkan bahwa rema!a merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia Menurut )orld %ealth *rgani+ation ()%*) tahun ,--. sekitar ,/. dari penduduk dunia adalah rema!a berumur ,0-,- tahun Sekitar -00 !uta berada dinegara yang sedang berkembang $ndonesia sebagai salah satu negara berkembang yang mempunyai penduduk usia rema!a cukup besar Menurut 0iro Pusat Statistik (0PS) tahun ,--kelompok umur ,0-,- tahun adalah sekitar 221, yang terdiri dari .0,-1 rema!a laki-laki dan '-,,1 rema!a perempuan (Soet!iningsih, 200') Sedangkan berdasarkan Proyeksi Penduduk $ndonesia tahun 2000 2 202., 0PS, 03PP453S, 657P3, 200. pada tahun 2008 !umlah rema!a usia ,0 2' tahun terdapat sekitar #' !uta atau 29, #'1 dari !umlah penduduk $ndonesia (0""05, 2009) :umlah rema!a yang tidak sedikit itu merupakan potensi yang sangat berarti dalam melan!utkan pembangunan di $ndonesia 6paya untuk menggali potensi telah dilakukan seperti pembinaan perilaku, peningkatan mutu gi+i, serta penumbuhan kesadaran hidup sehat Meskipun begitu, upaya pembangunan yang dilakukan, menyebabkan perubahan pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kehidupan rema!a &engan adanya 2

ketidakseimbangan upaya pembangunan yang dilakukan terhadap rema!a, akhirnya menimbulkan masalah salah satunya adalah perubahan mendasar yang menyangkut sikap dan perilaku seksual pra nikah dikalangan rema!a 0erbagai kasus dan hasil penelitian menun!ukkan adanya kecenderungan pergeseran nilai-nilai tersebut (5otoatmod!o, 2008) 0erdasarkan sur;ey yang dilakukan 0adan "oordinasi "eluarga berencana 5asional (0""05) terhadap 2 990 responden usia ,.-2' tahun di enam kabupaten/kota :awa 0arat pada Mei 2002 diperoleh data bahwa <-,#.1 responden pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah )alaupun angka tersebut tidak bisa menggambarkan perilaku seksual rema!a di seluruh $ndonesia, namun hasil sur;ey tersebut sangat layak untuk di!adikan pela!aran dan cermin bahwa perilaku seksual rema!a sudah sampai pada taraf memprihatinkan (Saifuddin, 200#) &i $ndonesia sebanyak #<1 rema!a usia SMP dan SM3 sudah melakukan hubungan seksual diluar nikah :umlah ini meningkat dari tahun sebelumnya Peningkatan ini antara lain disebabkan pergaulan hidup bebas, faktor lingkungan keluarga dan media massa (&epkes ($, 200-) Sur;ei yang dilakukan oleh =entra Muda Putroe Phang (=MPP) propinsi 5anggroe 3ceh &arussalam yang beker!a sama dengan Perkumpulan "eluarga 0erencana $ndonesia (P"0$) tahun 200'-200. didapatkan data rema!a yang bermasalah terhadap perilaku seksual ber!umlah ,,. orang &iantaranya berpacaran dan melakukan hubungan seksual .- orang (.,,91), homoseks/kelainan seks 2, orang (,9,'1), melakukan aborsi . orang (','1), perkosaan . orang (','1), hamil diluar nikah . orang (','1), dan terlibat narkoba 20 orang (,8,.1) Sedangkan data dari wilayatul hisbah (2009) "abupaten 3ceh >engah didapatkan kasus khalwat yang pelakunya rema!a usia SM3 yaitu ' pasang rema!a

Mengingat masih banyaknya rema!a tidak mengetahui atau salah paham hal-hal dasar yang berkaitan dengan seksual, untuk itu rema!a memerlukan pendidikan seks "etidaktahuan akan fungsi organ seks dan penyakit seksual bisa mengurangi kemampuan para rema!a untuk melakukan tindakan pre;entif dari hal-hal negatif yang terkait dengan fungsi organ seksual (Saifuddin, 200#) &ari pengamatan awal peneliti, SM3 5egeri , >akengon 3ceh >engah merupakan salah satu sekolah menengah umum yang letaknya sangat strategis, dengan tersedianya teknologi dan komunikasi yang mudah ter!angkau seperti mudahnya mengakses internet, tele;isi, koran atau ma!alah yang dapat memberikan pesan seksualitas kepada rema!a SM3 Sehingga banyak dari siswa dan siswi yang berpacaran dan menonton film porno yang mempertun!ukkan aktifitas seksual tidak wa!ar Selan!utnya data di tahun 2009 didapat 2 orang siswi yang hamil diluar nikah 0erdasarkan latar belakang di atas, selan!utnya penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut dengan !udul ? @%ubungan pendidikan seks dengan perilaku seksual pada rema!a di SM3 5egeri , >akengon "abupaten 3ceh >engah >ahun 200-A B. Perumusan Masalah 0erdasarkan uraian diatas, maka yang men!adi rumusan masalah adalah @ 3pakah ada hubungan pendidikan seks dengan perilaku seksual pada rema!a di SM3 5egeri , >akengon "abupaten 3ceh >engah >ahun 200- BA C. Tujuan Penelitian , >u!uan 6mum 4

6ntuk mengetahui hubungan pendidikan seks dengan perilaku seksual pada rema!a di SM3 5egeri , >akengon "abupaten 3ceh >engah >ahun 2002 >u!uan "husus a 6ntuk mengetahui pendidikan seks pada rema!a di SM3 5egeri , >akengon "abupaten 3ceh >engah >ahun 200b 6ntuk mengetahui perilaku seksual pada rema!a di SM3 5egeri , >akengon "abupaten 3ceh >engah >ahun 200c 6ntuk mengetahui hubungan pendidikan seks dengan perilaku seksual pada rema!a di SM3 5egeri , >akengon "abupaten 3ceh >engah >ahun 200D. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai perilaku seksual pada rema!a telah banyak dilakukan di indonesia, antara lain oleh ? 1. 7ifi 7achri (200-) dengan !udul %ubungan pendidikan seks dalamkeluarga dengan perilaku seksual rema!a di SM35 < 0ukitinggi, hasil penelitian ditemukan ada hubungan yang bermakna antara penddikan seks dalam keluarga dengan perilaku seksual rema!a di SM3 5 < 0ukittinggi >ahun 200- dengan nilai p C 0,00- Dang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah latar 0elakang, tu!uan penelitian, kerangka konsep, lokasi penelitian ob!ek penelitian sama-sama ditu!ukan kepada rema!a 2 Dulian 4ndarto (200#), dengan !udul Ahubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual berisiko pada rema!a di SM" 5egeri ' yogyakarta A %asil penelitiannya mengatakan bahwa ada pengaruh antara faktor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi terhadap perilaku seksual Dang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah latar 0elakang, tu!uan penelitian, kerangka konsep, lokasi penelitian "esamaan dalam penelitian ini 5 "esamaan dalam penelitian ini adalah rancangan yang digunakan yaitu cross sectional,

adalah rancangan yang digunakan yaitu cross sectional, ob!ek penelitian sama-sama ditu!ukan kepada rema!a E. Manfaat Penelitian %asil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan nantinya dapat bermanfaat ? , Secara teoritis a 0agi ilmu pengetahuan Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan untuk menambah informasi seputar pengetahuan rema!a mengenai pendidikan seks sebagai tindakan pencegahan ter!adinya perilaku seksual b 0agi ilmu kebidanan Sebagai bahan literatur dan dapat memberikan informasi tentang bagaimana tingkat pengetahuan rema!a mengenai pendidikan seks sebagai tindakan pencegahan ter!adinya perilaku seksual 2 Secara praktis a 6ntuk kebi!akan kesehatan agar dapat menangani masalah kesehatan, terutama perilaku seksual pada rema!a Sehingga apabila terdapat masalah dapat dengan segera mengambil kebi!akan dalam menindaklan!uti permasalahan dan kendala yang ter!adi b 6ntuk tempat penelitian, bidan atau tenaga kesehatan lainnya dapat memahami hubungan pendidikan seks dengan perilaku seksual pada rema!a di SM3 5egeri , >akengon "abupaten 3ceh >engah, agar dapat men!adi acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan, sarana dan prasarana kepada rema!a c &iharapkan bagi peneliti selan!utnya dapat mengembangkan penelitian yang telah ada dengan memperluas ;ariabel yang akan diteliti dan metode penelitian yang berbeda serta tempat penelitian yang berbeda 6

BAB II TIN AUAN PU!TAKA A. Pen"i"ikan !eks Pendidikan berasal dari kata didik, mendidik yang berarti memelihara dan memberi latihan ( a!aran ) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran Sedangkan arti pendidikan sendiri adalah proses pengubahan sikap dan tingkahlaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya penga!aran dan latihan, perbuatan dan cara mendidik Sedangkan Pendidikan seksual adalah upaya penga!aran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak se!ak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan Menurut professor Eawshi, pendidikan seksual adalah untuk memberi pengetahuan yang benar kepada anak yang menyiapkan untuk beradaptasi secara baik dengan sikap-sikap seksual dimasa depan dan kehidupannya, pemberian pengetahuan ini menyebabkan anak memperoleh kecenderungan logis yang benar terhadap masalah-masalah seksual dan reprodukinya (Madani, 200<) Pendidikan seks merupakan pengetahuan secara biologis, termasuk pengetahuan alat-alat reproduksi perempuan dan laki-laki, proses 7

reproduksi yaitu kehamilan dan kelahiran, pengetahuan dan pemahaman cara penularan PMS dan %$F/3$&S Menurut )orld %ealth *rgani+ation ()%*), pendidikan seks seharusnya tidak terbatas sampai pengetahuan biologis, tetapi berperan untuk melindungi kesehatan dan keamanan masyarakat lewat pendidikan Pendidikan seksual merupakan cara penga!aran atau pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual &engan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yan berhubungan dengan seksualitas dalam bentuk yang wa!ar Menurut Singgih, & Eunarsa, penyampaian materi pendidikan seksual ini idealnya diberikan pertama kali oleh orang tua dirumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orang tuanya sendiri >etapi sayangnya di $ndonesia tidak semua orang tua mau terbuka terhadap anak didalam membicarakan permasalahan seksual (3dmin, 2009) B. Tujuan Pen"i"ikan !eks Sesuai dengan kesepakatan International conference of sex

Education and family planning tahun 1962, tu!uan pendidikan seks adalah untuk menghasilkan manusia-manusia dewasa yang dapat men!alankan kehidupan yang bahagia karena dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya, serta bertanggung !awab terhadap dirinya dan terhadap orang lain (>an!ung, 2008) Sedangkan "ri "endall sebagaimana dikutip %arlina Martono menyebutkan, tu!uan pendidikan seks antara lain ? (>an!ung, 2008) , Membentuk pengertian tentang perbedaan seks antara pria dan wanita dalam keluarga, peker!aan dan seluruh kehidupan, yang selalu berubah dan berbeda dalam tiap masyarakat dan kebudayaan 2 Membentuk pengertian tentang peranan seks didalam kehidupan manusia dan keluarga, dan hubungan antara seks dan cinta 8

< '

Mengembangkan pengertian diri sendiri sehubungan dengan fungsi dan kebutuhan seks Membantu rema!a dalam mengembangkan kepribadiannya sehingga mampu untuk mengambil keputusan yang bertanggung !awab, misalnya dalam memilih !odoh Pendidikan seks yang diberikan kepada rema!a sebenarnya

memberikan pengetahuan mengenai fungsi organ reproduksi, cara men!aga dan memelihara organ reproduksi, dan yang tak kalah penting bahwa pendidikan seks memberikan pengetahuan mengenai cara bergaul yang sehat dan bertanggung !awab sesuai dengan nilai-nilai a!aran agama dan norma yang berlaku dalam masyarakat Setelah mendapatkan bekal mengenai pendidikan seks, maka diharapkan mereka dapat melindungi diri sendiri dari bahaya pelecehan seksual Pendidikan seks dapat mencegah perilaku seks bebas, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, pelecehan seksual, dan mencegah penularan berbagai penyakit kelamin ("riswanto, 200#) C. Manfaat Pen"i"ikan !eks

Manfaat dari pendidikan seksualitas yang diberikan pada anak antara lain ? (3l madani, 200') , 3nak akan mengerti dan puas dengan peran !enis kelaminnya 2 Mereka akan menerima setiap perubahan fisik yang dialami dengan wa!ar dan apa adanya < Menghapus rasa ingin tahu yang tidak sehat ' Memperkuat rasa percaya diri dan bertanggung !awab pada dirinya . Mengerti dan memahami betapa besarnya kuasa sang pencipta 0eberapa hal yang men!adi pertimbangan mengapa pendidikan seksualitas perlu diberikan, yakni ? (3l madani, 200')

, 7itrahnya pada tahapan perkembangan ini rema!a mempunyai rasa ingin tahu yang amat tinggi terhadap hal-hal baru dan menarik, apalagi yang berbau seks saat ini dikemas semenarik mungkin dan di klaim sebagai suatu hasil karya seni yang bernilai tinggi Perasaan ingin tahu yang terus di!e!ali dengan informasi yang Gmenarik namun sesatH membuat mereka tergoda untuk mencoba segala hal yang berkaitan dengan seks 2 Mau tidak mau mereka akan mengalami pubertas, dimana pada masa tersebut mereka akan mengalami perubahan-perubahan fisik dan !iwa yang sangat cepat dan masih labil Sayangnya, sebagian besar dari mereka tidak mengetahui secara pasti dan !elas apa yang akan mereka alami < 7aktor perbaikan gi+i Pertumbuhan fisik yang sangat pesat tidak dibarengi dengan kematangan mentalnya karena terlalu diman!akan dengan hal-hal praktis dan berlebihan 3kibatnya sang anak tumbuh men!adi sosok 30E yang kuat secara fisik tetapi lemah mentalnya ' Para pencari keuntungan dengan sangat !eli dan bebasnya men!adikan seks sebagai sebuah tontonan yang menarik Para rema!a tersebut tidak pernah tahu akibat buruk yang akan mereka alami . "ampanye pemerintah untuk menanggulangi bahaya seks adalah save seks with condom %al tersebut tentu sa!a membuka peluang bagi rema!a untuk mencoba melakukan hubungan seks Mereka berfikir, asalkan menggunakan kondom seks adalah aman dan boleh dilakukan # 7enomena penyimpangan seksual semakin sering berseliweran secara bebas diberbagai media baik cetak maupun elektronik Para rema!a sudah menganggap hal tersebut suatu hal yang lumrah bagi mereka Mereka sudah mulai berfikir bahwa hal tersebut adalah sebuah pilihan hidup Men!adi seorang homoseks, lesbian, atau waria adalah hak masing-masing orang yang perlu di hargai Sayangnya mereka hampir tidak pernah mendapatkan informasi tentang seksualitas yang benar, sehat dan lurus 10

8 Seksualitas mau tidak mau, suka ataupun tidak adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita (asanya, akan lebih bi!ak menyikapinya !ika anak tahu apa hakekat seksualitas yang seutuhnya Mereka harus tahu mana yang benar dan mana yang salah Sehingga mereka akan men!adi lebih tenang dan kokoh melewati masa perkembangannya dalam menghadapi hal-hal yang menyimpang yang ter!di di lingkungan sekitar 6sia rema!a boleh dibilang merupakan masa-masa kritis dalam upaya memberikan pendidikan seksualitas dalam perspektif yang tepat Sesuai dengan tingkat perkembangan aspek kognitif, fisik, mental, emosional dan sosial maka pada usia ,#-,9 tahun anak sudah dapat mengenali dengan baik nilai-nilai yang dibangun dalam keluarga 5ilai keluarga adalah hal-hal yang dianggap baik, yang men!adi landasan berdirinya keluarga dan men!adi panduan bagi pencapaian tu!uan keluarga Pada masa ini anak perlu dibantu untuk memahami pentingnya nilai keluarga terkait dengan perilaku seksual yang mereka !alankan 6ntungnya, perkembangan kognitif, mental dan emosional mereka memungkinkan berlangsungnya sebuah komunikasi yang lebih berisi 3rtinya, rema!a pada usia ini umumnya sudah mulai bisa memahami, dan mengenali nilai-nilai fundamental yang di bangun oleh keluarganya ("riswanto, 200#) Perbedaan pandangan tentang perlunya pendidikan seks bagi rema!a dapat dilihat dari penelitian )%* (,-8-) di ,# negara 4ropa yang hasilnya adalah ? a . negara mewa!ibkannya disetiap sekolah b # negara menerima dan mensahkannya dengan undang-undang tetapi tidak mengharuskannya disetiap sekolah c 2 negara secara umum menerima pendidikan seks, tetapi tidak mengukuhkannya dengan undang-undang d < negara tidak melarang, tetapi !uga tidak mengembangkannya

11

Pandangan yang mendukung pendidikan seks antara lain dia!ukan oleh Ielnik dan "im yang menyatakan bahwa rema!a yang telah mendapatkan pendidikan seks tidak cenderung !arang melakukan hubungan seks, tetapi mereka yang belum pernah mendapatkan pendidikan seks cenderung lebih banyak mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki (Sarwono, 2002) Pendidikan seksual sudah waktunya untuk diberikan secara terbuka >idak hanya dalam lingkup keluarga namun !uga dalam kurikulum pendidikan di sekolah Pendidikan seks yang benar adalah pendidikan seks yang dapat men!elaskan kepada para rema!a mengenai seksualitas dalam dimensinya yang ternyata sangat luas, yang dapat memadukan antara pengetahuan, perilaku seksual dan akibat yang akan di capai, antara emotional attachment (cinta dan nafsu) dengan tanggung !awab yang harus di pikul (>intin, 2009) D. Materi #en"i"ikan seks Materi pendidikan seks sangat ber;ariasi, sebuah sur;ey oleh Margareth >erry *rr di 3merika dibicarakan dikalangan rema!a adalah sebagai berikut ? , "ehamilan pada rema!a Manusia secara biologis mempunyai kebutuhan seksual (ema!a perlu mengendalikan naluri seksualnya dan menyalurkannya men!adi kegiatan yang positif, seperti olah raga dan mengembangkan hobi yang membangun Penyaluran yang berupa hubungan seksual dilakukan setelah bekeluarga, untuk melan!utkan keturunan 2 "epribadian dan seksualitas Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang ter!adi secara fisik, ke!iwaan dan kematangan seksual akan memudahkan rema!a untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya $nformasi tentang haid dan mimpi basah, serta 12

tentang alat reproduksi rema!a laki-laki dan wanita perlu diperoleh setiap rema!a Pada umumnya orang menganggap bahwa pendidikan seks hanya berisi tentang pemberian informasi alat kelamin dan berbagai macam posisi dalam berhubungan kelamin %al ini tentunya akan membuat orang tua merasa khawatir 6ntuk itu perlu diluruskan kembali pengertian tentang pendidikan seks, pendidikan seks berusaha menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan mengubah anggapan negati;e tentang seks &engan pendidikan seks kita dapat memberitahu rema!a bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan wa!ar ter!adi pada semua orang, selain itu rema!a !uga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual beresiko sehingga mereka dapat menghindarinya < "esuburan "emampuan bereproduksi dikenal dengan istilah fertilitas :ika seorang wanita melakukan hubungan seksual dan tidak menggunakan pelindung di sekitar masa suburnya, peluang sperma pasangan prianya akan membuahi o;um kira-kira <01 Pada masa pubertas, ketika anak laki-laki dan perempuan mulai memproduksi sel-sel seks yang telah matang (sperma dan o;um), seorang wanita biasanya akan tetap subur sampai berusia '.-.0 tahun ketika o;ariumnya berhenti melepaskan o;um sama sekali dan mencapai masa menopause Pria tetap subur sampai usia yang !auh lebih lan!ut, meskipun kualitas spermanya mulai memburuk setelah usia '0 tahun ' "eluarga berencana Pengenalan fungsi dan !enis alat kontrasepsi merupakan salah satu pengetahuan yang bisa orang tua kenalkan pada anaknya pengenalan ini bisa dibarengi dengan pen!elasan bahwa fungsi utama alat kontrasepsi adalah sebagai pengatur kehamilan dalam keluarga Pen!elasan ini bisa dibarengi dengan pen!elasan menyangkut proses ter!adinya kehamilan hingga bayi lahir 13

. Menghindari hubungan seks Pergaulan yang sehat antara rema!a laki-laki dan perempuan, serta kewaspadaan terhadap masalah rema!a yang banyak ditemukan (ema!a memerlukan informasi tentang seks agar selalu waspada dan berperilaku reproduksi sehat dalam bergaul dengan lawan !enisnya &isamping itu rema!a memerlukan pembekalan tentang kiat-kiat untuk mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam menghadapi godaan, seperti a!akan untuk melakukan hubungan seksual Menurut ninuk (dalam MiJdad, 200,) mengemukakan bahwa materi pendidikan seks meliputi hal pokok sebagai berikut ? , Proses pertumbuhan anak-anak menu!u dewasa, termasuk perkembangan organ-organ seksualnya meliputi perubahan tubuh yang ter!adi (primer dan sekunder) pada masa rema!a dan akibat-akibat sosial yang ditimbulkan 2 Proses reproduksi manusia mulai dari bagaimana ter!adi konsepsi diteruskan dengan pertumbuhan !anin dalam kandungan dan diakhiri dengan proses kelahiran < Segi etika dari perilaku seksual, peran sosial dari laki-laki dan wanita serta tanggung !awab masing-masing baik sebelum maupun sesudah menikah Pendidikan seks di $ndonesia seyogyanya tetap dimulai dari rumah 3lasan utamanya karena masalah seks merupakan masalah yang sangat pribadi 5amun disisi lain banyak orang tua yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan anak-anak rema!a mereka Selain pihak orang tua yang masih belum terbuka tentang seks, sehubungan dengan masih kuatnya berlaku tabu-tabuan sehubungan dengan masalah seks, orang tua !uga sering kali kurang paham perihal masalah ini Pengetahuan yang terbatas itulah yang menyebabkan orang tua kurang dapat berfungsi sebagaimana sumber dalam pendidikan seks 14

&ipihak lain, anggapan masyarakat bahwa pendidikan seks hanyalah menga!arkan cara-cara berhubungan seks, merupakan anggapan dan pendapat yang keliru, dan anggapan tersebut !ustru akan menghambat proses penga!aran pendidikan seks itu sendiri dalam upaya memberikan informasi yang benar dan menghindari informasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa ("riswanto, 200#) Pada akhirnya, semua cara yang digunakan dalam menyampaikan pendidikan seks tersebut, berpulang kepada setiap orang tua 3rtinya, orangtua harus berusaha mencari cara yang tepat tentang penyampaian pendidikan seks sesuai dengan kemampuannya &engan demikian, para rema!a akan lebih menghargai dan mengetahui hubungan seksual yang sebenarnya bila tiba saatnya nanti (&ianawati, 200#) E. Pengertian $emaja (ema!a atau adolescence berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan "ematangan yang dimaksud tidak hanya kematangan fisik sa!a, tetapi !uga kematangan sosial dan psikologis Masa rema!a adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis Masa rema!a, yakni antara usia ,0-,tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas Masa rema!a adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa ()idyastuti, 200-) Menurut World ealth !rgani"ation ()%*) rema!a merupakan indi;idu yang sedang mengalami masa peralihan yang secara berangsurangsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan !iwa dari !iwa kanak-kanak men!adi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan men!adi relati;e mandiri (5otoatmod!o, 2008) 6sia rema!a adalah masa transisi dari anak-anak menu!u dewasa Seorang rema!a bukanlah seorang kanak-kanak lagi, tapi !uga belum bisa dikatakan dewasa "arena berada di tengah-tengah antara kanak-kanak dan dewasa, wa!arlah !ika dalam usia rema!a, seseorang mengalami 15

kegelisahan dan krisis identitas

&alam usia rema!a, ibarat bunga,

seseorang sedang mekar-mekarnya 6sia rema!a adalah masa yang indah sekaligus rawan &alam usia rema!a, seseorang gampang terpengaruh oleh hal-hal yang positif dan negati;e, serta hal-hal yang kreatif dan destruktif (Saifuddin, 200#) Masa rema!a berlangsung melalui < tahapan,yaitu ? ()idyastuti, 200-) , Masa rema!a awal (usia ,0-,2 tahun) 2 Masa rema!a menengah (usia ,<-,. tahun) < Masa rema!a akhir (usia ,#-,- tahun)

Ciri%&iri remaja Masa rema!a mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya =iri-ciri rema!a tersebut antara lain ? a Masa rema!a sebagai periode penting, karena ter!adi perkembangan fisik dan mental yang cepat b Masa rema!a sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari masa anakanak ke masa dewasa c Masa rema!a sebagai periode perubahan, ter!adi perubahan emosi tubuh, minat dan peran, perubahan nilai-nilai dan tanggung !awab d Masa rema!a sebagai usia bermasalah, karena kebanyakan rema!a tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah dan karena rema!a merasa sudah mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri e Masa rema!a sebagai masa mencari identitas diri $dentitas diri yang dicari rema!a berupa usaha untuk mencari siapa diri, apa perannya dalam masyarakat, apakah ia seorang anak atau dewasa f Masa rema!a sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, anggapan sterotipe budaya yang bersifat negati;e terhadap rema!a, mengakibatkan orang dewasa tidak simpatik terhadap perilaku rema!a yang normal 16

g Masa rema!a sebagai masa yang tidak realistik, rema!a melihat dirinya dan orang lain sebagai mana yang mereka inginkan 7ase perkembangan perilaku seksual rema!a (Soet!iningsih, 200') ? a (ema!a 3wal Merupakan tahap awal/permulaan, rema!a sudah mulai tampak ada perubahan fisik yaitu fisik sudah mulai matang dan berkembang Pada masa ini rema!a sudah mulai melakukan onani karena telah seringkali terangsang secara seksual akibat pematangan yang dialami (angsangan ini diakibatkan oleh faktor internal yaitu meningkatnya kadar testosteron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan >idak !arang dari mereka yang memilih untuk melakukan aktifitas non fisik untuk melakukan fantasi atau menyalurkan perasaan cinta dengan teman lawan !enisnya yaitu dengan bentuk hubungan telepon, suratmenyurat atau menggunakan sarana computer b (ema!a Menengah Pada masa ini rema!a sudah mengalami pematangan fisik secara penuh, yakni adanya mimpi basah dan adanya menstruasi Pada masa ini gairah seksual rema!a sudah mencapai puncak sehingga mereka mempunyai kecenderungan mempergunakan kesempatan untuk melakukan sentuhan fisik c (ema!a akhir Pada masa ini, rema!a sudah mengalami perkembangan fisik secara penuh, sudah seperti orang dewasa Mereka telah mempunyai perilaku seksual yang sudah !elas dan mereka sudah mulai mengembangkannya dalam bentuk pacaran '. Pengertian Perilaku Perilaku adalah semua kegiatan atau akti;itas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar 17

Skinner seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon) (5otoatmod!o, 200<) (. Perilaku seksual Perilaku seksual rema!a terdiri dari tiga buah kata yang memiliki pengertian yang sangat berbeda Perilaku dapat diartikan sebagai respon organisme atau respon seseorang terhadap stimulus (rangsangan) yang ada (notoatmod!o, ,--<) Sedangkan seksual adalah rangsangan atau dorongan yang timbul berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun dariluar dirinya (5otoatmod!o, 2008) Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan !enisnya maupun dengan sesama !enis &alam hal ini, perilaku seksual pada rema!a dapat diwu!udkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama &alam hal ini tingkah laku seksual di urutkan sebagai berikut ? a b c d e f g h i ! 0erkencan 0erpegangan tangan Mencium pipi 0erpelukan Mencium bibir Memegang buah dada di atas ba!u Memegang buah dada dibalik ba!u Memegang alat kelamin di atas ba!u Memegang alat kelamin dibawah ba!u Melakukan senggama

(Sarwono, 200#) 18

Menurut Sarwono (2002), Secara garis besar perilaku seksual pada rema!a di sebabkan oleh ? a Meningkatnya libido seksual &idalam upaya mengisi peran sosial, seorang rema!a mendapatkan moti;asinya dari meningkatnya energy seksual atau libido, energy seksual ini berkaitan erat dengan kematangan fisik b Penundaan usia perkawinan &engan meningkatnya taraf pendidikan masyarakat, dengan makin banyaknya anak-anak perempuan yang bersekolah, makin tertunda kebutuhan untuk mengawinkan anak-anaknya

c >abu larangan Sementara usia perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana orang tidak boleh melaksanakan hubungan seksual sebelum menikah d "urangnya informasi tentang seks (ema!a yang sudah mulai berkembang kematangan seksualnya secara lengkap !ika hal iini kurang mendapat pengarahan dari orang tua maka pengendalian perilaku seksual akan sulit e Pergaulan semakin bebas Ee!ala ini banyak ter!adi di kota besar, banyak kebebasan pergaulan antar !enis kelamin pada rema!a 0eberapa aktifitas seksual yang sering di!umpai pada rema!a yaitu? (Soet!inigsih,200') , Masturbasi atau onani Masturbasi merupakan suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual unutk pemenuhan kenikmatan seksual 19

2 Percumbuan, seks oral dan seks anal >ipe ini saat sekarang banyak dilakukan oleh rema!a untuk menghindari ter!adinya kehamilan >ipe hubungan seksual model ini merupakan alternati;e aktifitas seksual yang dianggap aman oleh rema!a masa kini < %ubungan seksual 3da dua perasaan yang saling bertentangan saat rema!a pertama kali melakukan hubungan seksual Pertama muncul perasaan nikmat, menyenangkan, indah, intim dan puas Pada sisi lain muncul perasaan cemas, tidak nyaman, khawatir, kecewa dan perasaan bersalah &ari hasil penelitian tampak bahwa rema!a laki-laki yang paling terbuka untuk menceritakan pengalaman hubungan seksualnya dibandingkan dengan rema!a perempuan "urangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa rema!a sangat merugikan rema!a sendiri termasuk keluarganya, sebab pada masa ini rema!a mengalami perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosi, sosial dan seksual "urangnya pemahaman ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain ? adat istiadat, agama, dan kurangnya informasi dari sumber yang benar Pemahaman yang benar tentang seksualitas manusia sangat diperlukan khususnya untuk para rema!a demi perilaku seksualnya dimasa dewasa sampai mereka menikah dan memiliki anak (Soet!iningsih, 200') H. Dam#ak #erilaku seksual remaja , "ehamilan tidak diinginkan 0anyak rema!a putri yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan harus terus melan!utkan kehamilannya "onsekuensi dari keputusan yang mereka ambil adalah melahirkan anak yang dikandungnya dalam usia yang relati;e muda %amil dan melahirkan dalam usia rema!a merupakan salah satu faktor resiko kehamilan yang tidak !arang membawa kematian ibu 20

2 Penyakit menular seksual (PMS) / %$F/3$&S 3danya kebiasaan berganti-ganti pasangan dan melakukan anal seks menyebabkan rema!a semakin rentan untuk tertular PMS/%$F, seperti sifilis, Eonore, %erpes, "lamidia dan 3$&S korban berusia antara ,8 hingga 2- tahun < Psikologis &ampak lain dari perilaku seksual rema!a adalah konsekuensi psikologis Setelah kehamilan ter!adi, pihak perempuanlah korban utama dalam masalah ini "odrat untuk hamil dan melahirkan menempatkan rema!a perempuan dalam posisi terpo!ok yang sangat dilematis &alam pandangan masyarakat, rema!a putri yang hamil merupakan aib keluarga, mencoreng nama baik keluarga Penghakiman sosial ini tidak !arang membuat rema!a putri diliputi perasaan bingung, cemas, malu, dan bersalah yang dialami rema!a setelah mengetahui kehamilannya (5otoatmod!o, 2008) &ari data yang ada menun!ukkan bahwa usia penderita %$F/3$&S paling banyak menyerang

21

BAB III KE$AN(KA K)N!EP A. Kerangka k*nse# Pendidikan seks dibutuhkan bagi rema!a agar mereka memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk membuat keputusan berdasarkan informasi yang telah mereka terima Pendidikan seks yang benar dapat membantu menunda akti;itas seksual dan bukan mempercepatnya Pendidikan seks dapat dilihat sebagai peluang untuk mempengaruhi perilaku seksual rema!a (=arlson, 2009) 6ntuk memper!elas pernyataan diatas berikut ini digambarkan kerangka konsep yang akan diteliti dalam penelitian sebagai berikut ?

+aria,le In"e#en"en

+aria,le De#en"en

Pendidikan seks

Perilaku seksual remaja

22

Eambar , "erangka "onsep

B. Defenisi )#erasi*nal >able , &efenisi operasional

23

5o ,

Fariabel Fariabel &ependen Perilaku !eksual remaja

&efenisi *perasional Suatu kegiatan yang dilakukan rema!a mulai dari perasaan tertarik baik dengan lawan !enis maupun dengan sesama !enis, tentang tindakan seksualitas yang berupa berkencan, berciuman, bermesraan, sampai melakukan hubungan intim Pen!elasan / informasi mengenai seksualitas manusia yang diberikan kepada anak se!ak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks

=ara 6kur Penyebaran kuesioner dengan kriteria ? - Perilaku positif bila responden men!awab K .01 dari pertanyaan yang diberikan

3lat 6kur "uisioner berupa soal 8

Skala ukur *rdinal

%asil 6kur - Perilaku positif - Perilaku negatif

Fariabel $ndependen Pen"i"ikan seks

- Perilaku negatif bila responden men!awab L .01 dari pertanyaan yang diberikan Penyebaran "uisioner kuesioner berupa ,. dengan kriteria ? soal - 0aik bila responden men!awab L .01 dari pertanyaan yang diberikan - "urang 0aik bila responden men!awab K.01 dari pertanyaan yang diberikan

*rdinal

- 0aik - "urang

C. Hi#*tesa Penelitian 3da hubungan antara pendidikan seks dengan perilaku seksual pada rema!a di SM3 5egeri , >akengon "abupaten 3ceh >engah >ahun 200BAB I+ METED)L)(I PENELITIAN A. enis Penelitian 24

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sur;ei analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu ;ariabel sebab dan akibat yang ter!adi pada ob!ek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (5otoatmod!o, 200.) 6ntuk mengetahui %ubungan 3ntara Pendidikan Seks dengan Perilaku Seksual pada (ema!a di SM3 5egeri , >ahun 200B. Tem#at "an -aktu #enelitian Penelitian dilakukan di SM3 5egeri , >akengon "abupaten 3ceh >engah yang dilaksanakan pada tanggal ,--20 :anuari 20,0 C. P*#ulasi "an sam#el #enelitian , Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rema!a SM3 5egeri , >akengon 3ceh >engah yang ber!umlah #., orang 2 Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh rema!a kelas $ dan $$ yang sedang menempuh studi di SM3 5egeri , >akengon Metode pengambilan sampel menggunakan tehnik #roportional stratified random sampling yaitu populasi dibagi dalam strata$strata (sub populasi), kemudian pengambilan sampel dilakukan dalam setiap strata (5otoatmod!o, 2002) Sub!ek penelitian ditentukan dengan kriteria tertentu yaitu ? rema!a tahap menengah dan tahap akhir usia antara ,.-,- tahun, laki-laki dan perempuan, bersedia men!adi responden Perhitungan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slo;in ((5otoatmod!o, 200.) sebagai berikut ? 25

nC

N 1 + N (d 2 )

keterangan ? n ? :umlah sampel 5? :umlah populasi d ? >ingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,0.) nC
489 1 + 489(0.052 )
489

n C 2,22 n % 220,2 C 220 orang Maka berdasarkan rumus slo;in di atas, didapat !umlah sampel untuk penelitian ini adalah ber!umlah 220 orang &engan !umlah responden lakilaki ,,0 orang dan responden perempuan ,,0 orang Selan!utnya sampel ini diambil menggunakan tehnik proporsi sampel Penentu M sampel siswa pada setiap kelas masing-masing dihitung dengan rumus proporsional sampling (3rikunto, 200#) & siswa tiap kelas & populasi 0erdasarkan rumus proporsional tersebut maka !umlah sampel pada setiap kelas dapat ditentukan sebagai berikut ? >able 2 Proporsi !umlah sampel pada SM3 5egeri , >akengon N*. , 2 Kelas ,/, ,/2 P*#ulasi sis-a ', '0 umlah sam#el ,9,' C ,9 orang ,8,- C ,9 orang 26 N & 'ampel minimal

< ' . # 8 9 ,0 ,, ,2

,/< ,/' ,/. ,/# ,/8 2 $P3 , 2 $P3 2 2 $P3 < 2 $P3 ' 2 $PS , >otal

'2 <<'< <# '0 ', '< ', '' '9-

,9,9 C ,- orang ,8,# C ,9 orang ,8,# C ,9 orang ,-,< C ,- orang ,#,, C ,# orang ,8,- C ,9 orang ,9,' C ,9 orang ,-,< C ,- orang ,9,' C ,9 orang ,-,8 C 20 orang 220 orang

Sumber ? &ata primer 200-

D. Cara #engum#ulan "ata &ata yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder, data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup yang telah disusun sama untuk semua responden sehingga tidak ter!adi bias untuk men!aring informasi yang ingin diketahui sesuai dengan tu!uan penelitian "uesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner pendidikan seks dan perilaku seksual 6ntuk menghindari kesalahan dalam memberikan !awaban, peneliti memberi pen!elasan kepada responden tentang petun!uk kepada responden tentang petun!uk dalam pengisian kuesioner &ata sekunder diperoleh dengan cara studi kepustakaan yaitu dengan cara mencari berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti %al ini dimaksudkan untuk memperoleh data-data mengenai konsep-konsep yang mendukung penelitian yang hendak dipakai dalam penelitian E. Instrumen Penelitian 3dapun $nstrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang ditu!ukan kepada rema!a yang berisi 22 pertanyaan terdiri 27

dari ;ariable terikat sebanyak 8 pertanyaan (3dopsi dari ">$ 3rmiyadi) pertanyaan dalam bentuk dichotomous choice (5otoatmod!o, 200.) 6ntuk mengukur pendidikan seks dan perilaku seksual rema!a digunakan alat ukur kuesioner dengan bentuk soal tertutup ( Setiap pertanyaan bila !awaban yang benar nilainya , dan bila !awaban yang salah nilainya 0 >otal nilai keseluruhan sebanyak ,. yang dibagi dalam 2 kategori yaitu baik nilainya L .01, kurang nilainya K .01 6ntuk mengukur perilaku seksual rema!a dibagi dalam dua kategori yaitu perilaku negatif nilainya L .01 dan perilaku positif nilainya K .01 '. Peng*lahan "an analisa "ata , Pengolahan data &ata dalam penelitian ini dikumpulkan dan diolah dengan cara sebagai berikut ? (3limul, 2008) a Editing, adalah upaya untuk memeriksakan kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan, hal ini dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul b c )oding, merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori Entri data, adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana d Melakukan teknik analisis, adalah statistika yang membahas cara-cara meringkas, menya!ikan dan mendeskripsikan suatu data dengan tu!uan agar mudah dimengerti 2 3nalisa &ata a 3nalisa uni;ariat 3nalisa uni;ariat dilakukan terhadap tiap ;ariabel dari hasil penelitian Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan 28

distribusi dan persentase dari tiap ;ariabel

"emudian ditentukan

persentase (P) untuk tiap-tiap katagori dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh (0udiarto, 2002) sebagai berikut ?

PC

N ,001

"eterangan ? P ? Persentase f ? 7rekwensi yang teramati 5 ? :umlah sampel 3nalisa uni;ariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing ;ariable dependen, yaitu ? perilaku seksual rema!a dan ;ariable independen, yaitu ? pendidikan seks b 3nalisa 0i;ariat 3nalisa bi;ariat merupakan analisa hasil dari ;ariabel-;ariabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan ;ariabel terikat 3nalisa yang digunakan adalah hasil tabulasi silang 6ntuk mengu!i hipotesa dilakukan analisa statistik dengan menggunakan u!i data kategori )hi$'*uare +est ( O 2 ) pada tingkat kemaknaanya adalah -.1 (p P 0,0.) Sehingga dapat diketahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistik, dengan menggunakan program khusus '#'' ,or Windows Melalui perhitungan )hi$'*uare selan!utnya ditarik suatu kesimpulan, bila nilai P lebih kecil dari nilai alpha (0,0.) maka %o ditolak 29

dan %a diterima, yang menun!ukkan ada hubungan bermakna antara ;ariabel terikat dengan ;ariabel bebas (. Pr*ses Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu ? , >ahap persiapan Pada tahap ini dilakukan pengumpulan bahan pustaka dan data sebagai bahan materi untuk penyusunan proposal Selan!utnya dengan proposal ini diseminarkan dan diterima, selan!utnya dilakukan pengurusan surat i+in penelitian yang dilakukan sesuai prosedur administrasi yang berlaku 2 >ahap pelaksanaan Proses penelitian dilakukan dengan cara mengun!ungi sekolah Sebelumnya peneliti memberitahukan maksud dan tu!uan serta men!elaskan tatacara pengisian kuesioner dalam penelitian ini, selan!utnya untuk diteruskan ke responden Peneliti !uga memberikan surat persetu!uan men!adi responden kepada setiap rema!a Setelah mendapatkan persetu!uan responden, peneliti menetapkan sampel &ari '9- siswa ditetapkan sampel 220 siswa dengan cara menun!uk siswa secara acak pada setiap kelas, yang ber!umlah ,2 kelas "uesioner disebarkan bagi siswa yang ditun!uk secara acak pada tiap kelas Setelah kuesioner disebarkan, kemudian dikumpulkan kembali dan langsung diteliti tentang kelengkapannya, bila ditemukan adanya pertanyaan yang belum di!awab maka peneliti langsung meminta responden untuk mengisi ulang kuesioner tersebut saat itu !uga < >ahap penyusunan laporan 30

>ahap akhir dilakukan penyusunan dan penya!ian hasil analisa data dan pembahasan hasil-hasil penelitian Selan!utnya membuat kesimpulan serta saran sebagai tindak lan!ut hasil penelitian H. Kesulitan "an kelemahan #enelitian , "esulitan Penelitian Pada saat melakukan pengumpulan data kuisioner harus di bagikan pada waktu bersamaan, dan peneliti merasa kesulitan dalam proses pembagian kuisioner di karenakan siswa dan siswi yang terlalu banyak yang terbagi dalam beberapa kelas 2 "elemahan Penelitian a Metode penelitian yang digunakan hanya berupa kuesioner b Fariabel yang digunakan masih sedikit

31

BAB + HA!IL DAN PEMBAHA!AN


A. Hasil Penelitian , Eambaran 6mum >empat Penelitian a Se!arah SM3 5egeri , >akengon berdiri pada tahun ,-.8, menempati lokasi gedung peninggalan >iong %oa, terletak diatas tanah seluas < 00'9 meter persegi Secara fisik SM3 5egeri , >akengon adalah baik dari aspek ruang bela!ar dan sarana penun!ang kegiatan termasuk kategori yang memadai Se!ak pertama kali berdiri, SM3 5egeri , >akengon mengalami ,< kali pergantian kepala sekolah SM3 5egeri , >akengon di 5egerikan dengan 5omor S" Q 82/S"/& $$$/,-.-, tepatnya pada tanggal . *ktober ,-.- Maka nama sekolah yang dari SM3 swatantera Raut >awar men!adi SM3 5egeri 30= Saat ini dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan satu orang wakil kepala sekolah, serta dibantu oleh '< tenaga penga!ar dan 8 staf sebagai tenaga tata usaha Retak ruang guru di SM3 5egeri , >akengon sangat strategis, karena terletak ditengah-tengah kelas yang ada %al ini senga!a diciptakan untuk memudahkan dalam memberikan pengawasan terhadap murid-murid yang ber!umlah #., siswa Secara keseluruhan lokasi SM3 5egeri , >akengon dikelilingi pagar beton sehingga memperkecil para siswa untuk membolos dan mempermudah pengawasan terhadap siswa yang terlambat 32

b Pembagian kelas di SM3 5egeri , >akengon :umlah kelas yang ada di SM3 5egeri , >akengon sebanyak ,# kelas dengan perincian sebagai berikut ? >abel < :umlah kelas di SM3 5egeri , >akengon N*. , 2 < Kelas "elas O "elas O$ "elas O$$ :umlah 'rekuensi 8 kelas . kelas ' kelas ,# kelas

(Sumber ? 3rsip SM3 5egeri , >akengon, 200-)

Pembagian ruang dan gedung 7asilitas ruang dan gedung SM3 5egeri , >akengon, adalah sebagai berikut ? , "eadaan fisik sekolah 2 (uang ? Permanen ? ? , buah ? , buah ? , buah ? , buah ? ,# buah ? , buah ? , buah ? , buah

a (uang kepala sekolah b (uang Euru c >ata usaha

d (uang Raboratorium e (uang teori f (uang perpustakaan

g (uang *S$S h Eudang

2 3nalisa 6ni;ariat 33

0erdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal ,sampai dengan 20 !anuari 20,0 terhadap 220 orang rema!a, maka diperoleh hasil sebagai berikut?

a Pendidikan Seks >abel ' &istribusi 7rekuensi (ema!a 0erdasarkan Pendidikan Seks di SM3 5egeri , >akengon "abupaten 3ceh >engah 7rekuensi ,'9 82 220 Persentase (1) #8,< <2,8 ,00

5o Pendidikan Seks , 0aik 2 "urang :umlah

Sumber? &ata Primer (diolah tahun 20,0)

0erdasarkan tabel diatas memperlihatkan bahwa persentase rema!a yang mendapatkan pendidikan seks yang baik (#8,<1), lebih besar dari rema!a yang mendapatkan pendidikan seks yang kurang (<2,81) b Perilaku Seksual rema!a >abel . &istribusi 7rekuensi (ema!a 0erdasarkan Perilaku Seksual di SM3 5egeri , >akengon "abupaten 3ceh >engah 7rekuensi ,9' <# 220 Persentase (1) 9<,# ,#,' ,00

5o Perilaku Seksual , Positif 2 5egatif :umlah

Sumber? &ata Primer (diolah tahun 20,0)

34

0erdasarkan tabel diatas memperlihatkan bahwa persentase rema!a yang beperilaku positif (9<,#1) lebih besar beperilaku negatif (,#,'1) dari rema!a yang

< 3nalisa 0i;ariat a %ubungan Pendidikan Seks dengan Perilaku Seksual (ema!a >abel #
Pendidikan Seks 5egatif "urang 0aik >otal f ' <2 <# 1 .,# 2,,# 28,2 Positif f #9 ,,# ,9' 1 -',' 89,' 9<,# f 82 ,'9 220 1 ,00 ,00 ,00

%ubungan Pendidikan Seks dengan Perilaku Seksual (ema!a di SM3 5egeri , >akengon "abupaten 3ceh >engah
Perilaku Seksual Pada (ema!a >otal P .alue 0,00. CI 0,082 0,#2)$ 0,2,<

Sumber? &ata Primer (diolah tahun 20,0)

0erdasarkan hasil perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa rema!a dengan pendidikan seks baik ber!umlah ,'9 orang, dengan <2 orang mempunyai perilaku negatif (2,,#1) dan ,,# orang yang berperilaku posititf (89,'1) (ema!a dengan pendidika seks yang kurang ber!umlah 82 orang, dengan ' orang yang mempunyai perilaku negatif (.,#1) dan #9 orang yang mempunyai perilaku positif (-','1) 0erdasarkan hasil analisa statistik menggunakan u!i )hi$s*uare, memakai rumus #earson )hi '*uare pada nilai SC 0,0. dan df C , didapat nilai p C 0,00. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan seks dengan perilaku seksual pada rema!a di SM3 5egeri , >akengon "abupaten 3ceh >engah >ahun 200- &ari hasil analisis diperoleh pula nilai *( C 0,2,<, artinya rema!a dengan pendidikan

35

seks kurang mempunyai peluang 0,2,< kali untuk melakukan perilaku seksual dibandingkan dengan rema!a yang pendidikan seksnya baik B. Pem,ahasan , %ubungan Pendidikan Seks dengan Perilaku Seksual rema!a %asil analisa statistik pada tabel # dengan menggunakan u!i chi s*uare menun!ukkan hubungan tersebut bermakna, dimana nilai p$value 0,00. (p - 0,0.) %al tersebut berarti hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara pendidikan seks dengan perilaku seksual rema!a terbukti atau dapat diterima 3danya hubungan tersebut dikuatkan oleh pendapat kriswanto (200#) Pendidikan seks yang diberikan kepada rema!a sebenarnya memberikan pengetahuan mengenai fungsi organ reproduksi, cara men!aga dan memelihara organ reproduksi, dan yang tak kalah penting bahwa pendidikan seks memberikan pengetahuan mengenai cara bergaul yang sehat dan bertanggung !awab sesuai dengan nilai-nilai a!aran agama dan norma yang berlaku dalam masyarakat Setelah mendapatkan bekal mengenai pendidikan seks, maka diharapkan mereka dapat melindungi diri sendiri dari bahaya pelecehan seksual Pendidikan seks dapat mencegah perilaku seks bebas, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, pelecehan seksual, dan mencegah penularan berbagai penyakit kelamin >ingkat pendidikan seks meskipun menun!ukkan angka yang lebih baik namun rema!a dengan pendidikan seks yang kurang masih tinggi, hal ini disebabkan oleh masih kurangnya informasi atau pen!elasan tentang pendidikan seks yang diterima rema!a sehingga pemahaman rema!a tentang pendidikan seks hanya berhubungan dengan pornografi, pemahaman yang keliru mengenai seksualitas pada rema!a men!adikan mereka mencoba untuk bereksperimen mengenai masalah seks tanpa menyadari bahaya yang timbul dari perbuatannya, dan ketika permasalahan yang ditimbulkan oleh perilaku seksnya mulai bermunculan, 36

rema!a takut untuk mengutarakan permasalahan tersebut kepada orang tua (&he de, 2002) 5amun dipihak lain, anggapan bahwa dengan pendidikan seks anak-anak yang belum saatnya tahu tentang seks !adi mengetahuinya dan karena dorongan keingintahuan yang besar yang ada pada rema!a, mereka !adi ingin mencobanya (Sarwono, 2002) Pengetahuan tentang pendidikan seks mendukung seseorang dalam berpikir dan menelaah sesuatu hal untuk bersikap atau berbuat, semakin tinggi pengetahuan, semakin mudah untuk menerima hal-hal baru, sehingga mereka akan mudah merespon dan bertindak terhadap konsep baru, sehingga rema!a ingin mencoba apa yang mereka ketahui, apabila pengetahuannya kurang, akan sulit untuk bersikap dan bertindak &i 3merika pendidikan seks disekolah-sekolah tidaklah membantu mengurangi munculnya penyakit kelamin atau kehamilan para rema!a %al ini disebabkan pendidikan seks itu sendiri tidak mampu mengubah kebiasaan-kebiasaan seks para rema!a Menurut Mario )right 4lderman, dalam sebuah laporan, dari setiap 20 anak rema!a, ,0 orang diantaranya aktif melakukan hubungan seksual :a!ak pendapat yang dilakukan oleh Rouis %arris pada tahun ,-9# menemukan bahwa .81 warga 5egara yang berusia ,8 tahun, '# 1 warga 5egara yang berusia ,# tahun, dan 2-1 warga negara yang berusia,. tahun melakukan praktik seks "ini diperkirakan sekitar 901 anak gadisyang memasuki perguruan tinggi telah melakukan hubungan seksual paling sedikit satu kali Melakukan kebaktian digere!a tidak banyak membantu mereka dalam mengurangi seksual pada rema!a Pandangan yang mendukung pendidikan seks antara lain dia!ukan oleh Ielnik dan "im yang menyatakan bahwa rema!a yang telah mendapatkan pendidikan seks tidak cenderung !arang melakukan hubungan seks, tetapi mereka yang belum pernah mendapatkan pendidikan seks cenderung lebih banyak mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki (Sarwono, 2002) 37 perilaku

(ema!a pada umumnya saat memasuki usia rema!a tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks dan selama hubungan pacaran berlangsung pengetahuan itu bukan sa!a tidak bertambah, akan tetapi malah bertambah dengan informasi-informasi yang salah %al yang terakhir ini disebabkan oleh orang tua tabu membicarakan seks, sehingga anak berpaling ke sumber-sumber yang tidak akurat, khususnya teman (ema!a kota kini semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah %al itu berkaitan dengan hasil sebuah penelitian, ,0-,21 rema!a di :akarta pengetahuan seksnya sangat kurang $ni mengisyaratkan pendidikan seks bagi anak dan rema!a secara intensif terutama di rumah dan di sekolah, makin penting Pengetahuan yang setengah-setengah !ustru lebih berbahaya ketimbang tidak tahu sama sekali "ata-kata bi!ak ini nampaknya !uga berlaku bagi para rema!a tentang pengetahuan seks kendati dalam hal ini ketidaktahuan bukan berarti lebih tidak berbahaya &alam kaitan dengan hubungan seksual, bisa diambil contoh ada rema!a yang berpendapat, kalau hanya sekali bersetubuh, tidak bakal ter!adi kehamilan 3tau, meloncat-loncat atau mandi sampai bersih segera setelah melakukan hubungan seksual bisa mencegah kehamilan 0eberapa akibat yang tentunya memprihatinkan ialah ter!adinya pengguguran kandungan dengan berbagai risikonya, perceraian pasangan keluarga muda, atau ter!angkitnya penyakit menular seksual, termasuk %$F yang kini sudah mendekam di tubuh ratusan orang di $ndonesia 0andingkan dengan temuan Marlene M, psikolog yang berpraktek di "alifornia, 3S, bahwa setiap tahun terdapat , dari ,9 gadis rema!a 3merika Serikat hamil sebelum nikah dan , dari . pasien 3$&S tertular %$F pada usia rema!a ("ompas =yber Media, 200.) Secara garis besar perilaku seksual pada rema!a disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain ? meningkatnya libido seksual, menurunnya usia kematangan sekual akan diikuti oleh meningkatnya aktifitas seksual pada usia-usia yang dini Ee!ala ini diungkapkan oleh " 7ury dimana <<1 anak perempuan dan .01 anak laki-laki dibawah usia ,# tahun telah 38

melakukan

hubungan hasrat

seks seksual

Perubahan-perubahan rema!a

hormonal

yang ini

meningkatkan

Peningkatan

hormon

menyebabkan rema!a membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu Penyaluran tersebut tidak dapat disalurkan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, peker!aan, persiapan mental dan lain-lain) tabu larangan damana norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah 6ntuk rema!a yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut "ecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media masa yang dengan teknologi yang canggih (cth? F=&, buku stensilan, Photo, ma!alah, internet, dan lain-lain) men!adi tidak terbendung lagi (ema!a yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap *rangtua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, men!adikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat !arak dengan anak dalam masalah ini Priyonggo (2002) mengemukakan bahwa berdasarkan hasil penelitian menun!ukkan bahwa orang tua yang tidak lagi dianggap sebagai tempat yang aman dan mampu melindungi anggota keluarganya akan menimbulkan persoalan-persoalan yang semakin pelik pada anak, salah satunya yaitu masalah perilaku seksual pranikah Pendidikan seksual sudah waktunya diberikan secara terbuka >idak hanya dalam lingkup keluarga namun !uga dalam kurikulum pendidikan di sekolah Pendidikan seks yang benar adalah pendidikan seks yang dapat men!elaskan kepada para rema!a mengenai seksualitas 39

dalam dimensinya yang ternyata sangat luas, yang dapat memadukan antara pengetahuan, perilaku seksual dan akibat yang akan di capai, antara emotional attachment (cinta dan nafsu) dengan tanggung !awab yang harus di pikul (>intin, 2009) Pendidikan seks di $ndonesia seyogyanya tetap dimulai dari rumah 3lasan utamanya karena masalah seks merupakan masalah yang sangat pribadi 5amun disisi lain banyak orang tua yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan anak-anak rema!a mereka Selain pihak orang tua yang masih belum terbuka tentang seks, sehubungan dengan masih kuatnya berlaku tabu-tabuan sehubungan dengan masalah seks, orang tua !uga sering kali kurang paham perihal masalah ini Pengetahuan yang terbatas itulah yang menyebabkan orang tua kurang dapat berfungsi sebagaimana sumber dalam pendidikan seks Raily dan Matulessy (200') !uga menyatakan bahwa informasi atau pengetahuan mengenai seksualitas yang diberikan pada rema!a lebih baik dan tepat !ika dilakukan dalam keluarga, karena anak dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga, sehingga cara lain yang dapat diusahakan untuk mengurangi perilaku seksual pranikah pada rema!a adalah dengan meningkatkan kualitas komunikasi orang tua-anak Menurut asumsi peneliti, adanya hubungan tersebut karena dengan adanya pendidikan seks yang benar akan memberikan pengetahuan dan mendidik rema!a agar berperilaku yang baik dalam hal seksual sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan sehingga rema!a dapat menempatkan diri dan mengendalikan diri dari perilaku seksual yang tidak bertanggung !awab melalui tindakan pencegahan seks bebas 3kan tetapi pendidikan seks tidak selalu membuat rema!a dapat bersikap positif atau negatif terhadap perilaku seksual, hal ini tergantung dari watak atau keyakinan yang dimiliki oleh setiap rema!a, hanya sa!a untuk hal ini peran orang tua, dan sekolah untuk lebih menanamkan pendidikan seks tersebut untuk menumbuhkan rasa tanggung !awab pada setiap rema!a dan 40

menanamkan pendidikan akhlak sehingga dapat membentengi rema!a untuk tidak bersikap kearah yang merugikan dirinya sendiri

BAB +I KE!IMPULAN DAN !A$AN


A. Kesim#ulan 0erdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 220 orang rema!a di &i SM3 5egeri , >akengon "abupaten 3ceh >engah >ahun 200-, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut ? , (ema!a dengan pendidikan seks baik ber!umlah ,'9 orang (#8,<1), sedangkan rema!a dengan pendidikan seks yang kurang ber!umlah 82 orang (<2,81) 2 < (ema!a yang mempunyai perilaku positif atau baik ber!umlah ,9' orang (9<,#) dari 220 responden 3da hubungan antara pendidikan seks dengan perilaku seksual rema!a dengan nilai p - value C 0,00. (p P 0,0.) B. !aran , "epada siswa SM3 5egeri , >akengon "abupaten 3ceh >engah, untuk dapat meningkatkan pengetahuan seks yang benar dari berbagai sumber informasi baik dari orang tua, guru, media ;isual dan audio ;isual serta mengadakan diskusi ilmiah dengan mengikutsertakan berbagai kalangan seperti ulama untuk memberikan berbagai pendidikan akhlak dan moral kepada siswa, serta para 41

tenaga kesehatan atau pakar dalam bidang kesehatan reproduksi untuk dapat menambah ilmu pengetahuan dan cara hidup yang sehat agar terhindar dari penyakit menular seksual dan terhindar dari perilaku seksual pranikah 2 "epada siswa SM3 5egeri , >akengon "abupaten 3ceh >engah dan para penga!ar khususnya mata pela!aran biologi agar lebih banyak memberikan pengetahuan tentang pendidikan seks kepada rema!a pada setiap kesempatan karena pendidikan yang didapat dari guru akan lebih mudah dimengerti dan dapat diterima oleh siswa, dan diharapkan kepada sekolah untuk mengadakan seminar kepada para siswa dan wali murid untuk mensosialisasikan pendidikan tentang seks se!ak dini kepada anak, karena banyak sekali siswa yang tidak mendapatkan sumber informasi tentang pendidikan seks dari orang tuanya yang masih menganggap tabu membicarakan masalah seks pada anak dan bahkan ada anak yang dimarahi bila menanyakan masalah pendidikan seks pada orang tua, sehingga banyak rema!a yang mencari informasi dengan teman-teman sebayanya < "epada tenaga kesehatan, untuk dapat memberikan penyuluhanpenyuluhan tentang pendidikan seks pada rema!a sehingga informasinya lebih terarah ' "epada peneliti lain yang tertarik dengan penelitian yang sama hasilnya dapat di!adikan sebagai bahan perbandingan dan bahan ka!ian, dan diharapkan dapat memperluas wawasan dengan menambah ;ariabel yang akan diteliti, dan dapat meneliti dengan !enis penelitian yang berbeda

42

Anda mungkin juga menyukai