m
V 2
Di dapat dari, Persamaan-persamaan berikut:
v
0
=V
m
sin t 0s s t
=-V
m
sin t 2 s s t
Tanda minus tampak pada persamaan kedua, sebab selama setengah siklus gelombang
yang kedua adalah sinusoidal, tetapi membalikkan. Rata-rata atau nilai tegangan dc
nya adalah:
V
dc
= ) (
2
1
2
0
0
t d v
}
=
(
+
} }
) ( ) sin ( ) ( ) sin (
2
1
2
0
t d t V t d t V
m m
= | |
2
0
cos cos
2
1
t V t V
m m
+
= | |
m
V 2
Arus maksimum regulator IC yang dikirim ke beban tergantung pada tiga faktor,
yaitu:
1. Temperatur.
2. Perbedaan antara tegangan input dan output atau disebut diferensial input
output.
3. Arus beban.
2.5.2 Regulator Tegangan Negatif
Pada rangkaian operational amplifier dan microprocessor dibutuhkan catu daya yang
membutuhkan dua polaritas sumbertegangan, misal +5V dan -5V. Seri LM 79XXC,
LM 79LXX adalah regulator tegangan negatif 3 terminal. Seri LM 79XXC dikemas
dalam kemasan daya TO-200 dan mampu mengeluarkan arus 1,5 A. Sifat-sifat
regulator LM79XXC adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai pengaman daerah, hubung singkat dan termik.
2. Penindasan kerut (ripple) tinggi.
3. Arus keluaran 1,5 A.
4. Tegangan keluaran diatur mula 4%.
Untuk seri LM79LXX AC, piranti ini telah dirancang untuk mengeluarkan tegangan
tetap dan dapat diperoleh dalam kemsan TO-92 dengan 3 kawat. Sifat-sifat regulator
ini adalah sebagai berikut :
1. Arus keluaran 100 mA.
2. Mudah dikompensasi dengan kodensator kapasitas kecil 0,1 A.
3. Mudah diatur untuk tegangan keluaran tinggi.
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
21
4. Penyimpangan tegangan keluaran diatur 5 %.
Gambar berikut memperlihatkan regulator negatif tiga terminal yang tegangan
outputnya dapat diatur.
Gambar 2.12 Regulator Negatif
2.6 Dual Tone Multi Frequency (DTMF)
Dual Tone Multiple Frequency (DTMF) adalah teknik mengirimkan angka-angka
pembentuk nomor telepon yang dikodekan dengan 2 nada yang dipilih dari 8 buah
frekuensi yang sudah ditentukan. 8 frekuensi tersebut adalah 697 Hz, 770 Hz, 852 Hz,
941 Hz, 1209 Hz, 1336 Hz, 1477 Hz dan 1633 Hz, seperti terlihat dalam Gambar 2.13
angka 1 dikodekan dengan 697 Hz dan 1209 Hz, angka 9 dikodekan dengan 852 Hz
dan 1477 Hz. Kombinasi dari 8 frekuensi tersebut bisa dipakai untuk mengkodekan 16
tanda, tapi pada pesawat telepon biasanya tombol A B C dan D tidak dipakai.
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
22
Gambar 2.13 Kombinasi nada DTMF
Teknik DTMF meskipun mempunyai banyak keunggulan dibanding dengan cara
memutar piringan angka, tapi secara teknis lebih sulit diselesaikan. Alat pengirim
kode DTMF merupakan 8 rangkaian osilator yang masing-masing membangkitkan
frekuensi aneh di atas, ditambah dengan rangkaian pencampur frekuensi untuk
mengirimkan 2 nada yang terpilih. Sedangkan penerima kode DTMF lebih rumit lagi,
dibentuk dari 8 buah filter yang tidak sederhana dan rangkaian tambahan lainnya.
Beberapa pabrik membuat IC khusus untuk keperluan DTMF, diantaranya yang
banyak dijumpai adalah MC145436 buatan Motorola, MT8870, MT8880 dan MT8888
buatan Mitel Semikonductor.
MC145436 dan MT8870 merupakan penerima DTMF, menerima sinyal dari
saluran telepon kalau ternyata sinyal yang diterima tadi merupakan kombinasi nada
yang sesuai dengan ketentuan DTMF, mengeluarkan kode biner sesuai dengan
kombinasi nada tersebut. MT8880 dan MT8888 merupakan penerima dan pengirim
DTMF, selain bisa berfungsi sebagai penerima DTMF, bisa pula dipakai untuk
membangkitkan nada DTMF sesuai dengan angka biner yang diterimanya.
Saluran data (data bus) dan sinyal-sinyal kontrol MT8880 dirancang sesuai
dengan karakteristik mikrokontroler buatan Motorola (misalnya MC68HC11),
sedangkan MT8888 disesuaikan dengan mikrokontroler buatan Intel (termasuk
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
23
AT80C51). Tapi untuk AT89C2051 yang memang tidak punya saluran data (data bus)
perbedaan kedua IC itu tidak ada artinya, mengingat saluran data dan sinyal
kontrolnya disimulasikan lewat program.
Gambar 2.14 IC-IC DTMF buatan Mitel
2.7 Bahasa Assembly MCS-51
Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S51 adalah
bahasa assembly untuk MCS-51. angka 51 merupakan jumlah instruksi pada bahasa
ini hanya ada 51 instruksi. Instruksi-instruksi tersebut antara lain :
1. Instruksi MOV
Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register
tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.
Contoh pengisian nilai secara langsung
MOV R0,#20h
Perintah di atas berarti : isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).
Tanda #sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai.
Contoh pengisian nilai secara tidak langsung
MOV 20h,#80h
...........
............
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
24
MOV R0,20h
Perintah di atas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20
Heksadesimal ke register 0 (R0).
Tanpa tanda #sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah
alamat.
2. Instruksi DJNZ
Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk
mengurangi nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil
pengurangannya belum nol. Contoh ,
MOV R0,#80h
Loop: ...........
............
DJNZ R0,Loop
............
R0 -1, jika belum 0 lompat ke loop, jika R0 = 0 maka program akan
meneruskan ke perintah pada baris berikutnya.
3. Instruksi ACALL
Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu. Contoh :
.............
ACALL TUNDA
.............
TUNDA:
.................
4. Instruksi RET
Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin
pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan. Contoh,
ACALL TUNDA
.............
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
25
TUNDA:
.................
RET
5. Instruksi JMP (Jump)
Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu. Contoh,
Loop:
.................
..............
JMP Loop
6. Instruksi JB (Jump if bit)
Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang
dimaksud berlogika high (1). Contoh,
Loop:
JB P1.0,Loop
.................
7. Instruksi JNB (Jump if Not bit)
Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang
dimaksud berlogika Low (0). Contoh,
Loop:
JNB P1.0,Loop
.................
8. Instruksi CJNZ (Compare Jump If Not Equal)
Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register
dengan suatu nilai tertentu. Contoh,
Loop:
................
CJNE R0,#20h,Loop
................
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
26
J ika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin
Loop. Jika nilai R0 sama dengan 20h,maka program akan melanjutkan
instruksi selanjutnya..
9. Instruksi DEC (Decreament)
Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang
dimaksud dengan 1. Contoh,
MOV R0,#20h R0 =20h
................
DEC R0 R0 =R0 1
.............
10. Instruksi INC (Increament)
Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang
dimaksud dengan 1. Contoh,
MOV R0,#20h R0 =20h
................
INC R0 R0 =R0 +1
.............
11. Dan lain sebagainya
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
27
2.8 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)
Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan pada sebuah
editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE). Tampilannya seperti gambar
berikut:
Gambar 2.15 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)
Setelah program selesai ditulis, kemudian di-save dan kemudian di-Assemble (di-
compile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan kesalahan. J ika
masih ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam penulisan
perintah atau ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu
sampai tidak ada pesan kesalahan lagi.
Software 8051IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke
dalam bilangan heksadesimal, proses perubahan ini terjadi pada saat peng-compile-an.
Bilangan heksadesimal inilah yang akan dikirimkan ke mikrokontroler.
2.9 Software Downloader
Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke mikrokontroler
digunakan software ISP- Flash Programmer 3.0a yang dapat didownload dari internet.
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
28
Tampilannya seperti gambar berikut:
Gambar 2.16 ISP- Flash Programmer 3.a
Cara menggunakannya adalah dengan meng-klik Open File untuk mengambil file
heksadesimal dari hasil kompilasi 8051IDE, kemudian klik Write untuk mengisikan
hasil kompilasi tersebut ke mikrokontroler .
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
29
BAB III
PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM
3.1 Rangkaian Power Supplay (PSA)
Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari tiga keluaran, yaitu (+) 5 volt, (+) 12 volt dan
() 12 volt. Keluaran (+) 5 volt digunakan untuk menghidupkan seluruh rangkaian,
keluaran (+) 12 volt digunakan untuk menghidupkan relay dan keluaran (-) 12 volt
untuk mensupplay tegangan negatip Op-Amp. Rangkaian tampak seperti gambar di
bawah ini:
Gambar 3.1 Rangkaian Power Supplay (PSA)
Trafo merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan tegangan
dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 15 volt AC akan disearahkan dengan
menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 15 volt DC akan diratakan oleh kapasitor
2200 F. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan agar keluaran yang
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
30
dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan masukannya. LED
hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP TIP 32 disini
berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian,
sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh
arus yang cukup besar. Tegangan (+) 12 volt DC langsung dihasilkan oleh regulator
tegangan LM7812. Dan tegangan (-) 12 volt dihasilkan oleh regulator tegangan
LM7912.
3.2 Perancangan Rangkaian DTMF Dekoder
Rangkaian ini berfungsi untuk mengubah nada tone yang diterima menjadi 4 bit
data biner. Rangkaian DTMF decoder datunjukkan oleh gambar berikut ini :
Gambar 3.2 Rangkaian DTMF Dekoder
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
31
Komponen utama dari rangkaian ini adalah IC MT8870. IC ini merupakan IC
DTMF decoder. IC ini akan merubah tone yang ada pada inputnya menjadi 4 bit data
biner. J ika tone yang diterimanya tone 1, maka output dari rangkaian ini adalah 0001,
tone yang diterimanya tone 2, maka output dari rangkaian ini adalah 0010, demikian
seterusnya. Output dari rangkaian ini akan dihubungkan ke mikrokontroler sehingga
mikrokontroler dapat mengenali data yang dikirimkan oleh rangkaian ini untuk
kemudian diolah oleh mikrokontroler untuk melaksanakan instruksi selanjutnya
Input rangkaian ini dihubungkan dengan penguat sehingga sinyal (tone) yang
berasal dari HP akan diinputkan ke pin 2 dari IC ini. Rangkaian penguat ini berfungsi
untuk menguatkan sinyal yang diterima oleh HP (kabel speaker pada hansfree).
Karena sinyal yang diterima oleh HP sangat kecil, sehingga dibutuhkan penguat.
Komponen utama dari rangkaian penguat ini adalah Op Amp 741, yang merupakan IC
penguat. Pada rangkaian ini terjadi penguatan sebesar :
2 220.000
tan 733
1 300
R
Pengua A kali
R
= = = =
3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51
Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh system yang ada.
Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar berikut ini:
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
32
Gambar 3.3 Rangkaian mikrokontroler AT89S51
Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini dilakukan karena
mikrokontroller AT89S51 tidak menggunakan memori eskternal. Pin 18 dan 19
dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan capasitor 33 pF. XTAL ini akan mempengaruhi
kecepatan mikrokontroller AT89S51 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam
program. Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke
tinggi akan me-reset mikrokontroller ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang
merupakan saluran/bus I/O 8 bit open collector dapat juga digunakan sebagai
multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program
eksternal. Pada port 0 ini masing masing pin dihubungkan dengan resistor 4k7 ohm.
Resistor 4k7 ohm yang dihubungkan ke port 0 befungsi sebagai pull up( penaik
tegangan ) agar output dari mikrokontroler dapat mentrigger transistor. Pin 1 sampai
8 adalah port 1. Pin 21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah port 3.
Pin 39 yang merupakan P0.0 dihubungkan dengan sebuah resistor 330 ohm dan
sebuah LED. Ini dilakukan hanya untuk menguji apakah rangkaian minimum
mikrokontroller AT89S51 sudah bekerja atau belum. Dengan memberikan program
sederhana pada mikrokontroller tersebut, dapat diketahui apakah rangkaian minimum
tersebut sudah bekerja dengan baik atau tidak. J ika LED yang terhubug ke Pin 39
sudah bekerja sesuai dengan perintah yang diberikan, maka rangkaian minimum
tersebut telah siap digunakan. Pin 20 merupakan ground dihubungkan dengan ground
pada power supplay. Pin 40 merupakan sumber tegangan positif dihubungkan dengan
+5 volt dari power supplay.
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
33
3.4 Rangkaian Relay Lampu
Rangkaian relay pada alat ini berfungsi untuk memutuskan atau menghubungkan
lampu dengan kunci. Gambar rangkaian relay ini ditunjukkan pada gambar 3.4
berikut ini:
Gambar 3.4 Rangkaian relay
Output dari relay yang satu dihubungkan ke kunci dan yang lainnya dihubungkan
ke lampu, hubungan yang digunakan adalah normally close. Prinsip kerja rangkaian
ini pada dasarnya memanfaatkan fungsi transistor sebagai saklar elektronik. Tegangan
atau sinyal pemicu dari transistor berasal dari mikrokontroler port 0.1 (P0.1). Pada
saat logika pada port 0.1 adalah tinggi (high), maka transistor mendapat tegangan bias
dari kaki basis. Dengan adanya tegangan bias ini maka transistor akan aktif
(saturation), sehingga adanya arus yang mengalir ke kumparan relay. Hal ini akan
menyebabkan sakar pada relay menjadi terbuka, sehingga hubungan kunci ke lampu
akan terputus, dan jika kunci diaktifkan, maka lampu tidak akan menyala. Begitu juga
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
34
sebaliknya pada saat logika pada P0.1 adalah rendah (low) maka relay tidak dialiri
arus. Hal ini akan menyebabkan saklar pada relay tertutup, sehingga kunci dengan
lampu akan terhubung, dan jika kunci diaktifkan, maka lampu akan menyala.
3.5 Rangkaian Alarm
Rangkaian alarm pada alat ini berfungsi untuk memutuskan atau menghubungkan
sumber tegangan 12 volt dengan buzzer. Gambar rangkaian alarm ini ditunjukkan
pada gambar 3.5 berikut ini:
Gambar 3.5 Rangkaian alarm
Output dari relay yang satu dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan yang
lainnya dihubungkan ke buzzer. Hubungan yang digunakan adalah normally open.
Prinsip kerja rangkaian ini pada dasarnya memanfaatkan fungsi transistor sebagai
saklar elektronik. Tegangan atau sinyal pemicu dari transistor berasal dari
mikrokontroler port 0.0 (P0.0). Pada saat logika pada port 0.0 adalah tinggi (high),
maka transistor mendapat tegangan bias dari kaki basis. Dengan adanya tegangan bias
ini maka transistor akan aktif (saturation), sehingga adanya arus yang mengalir ke
kumparan relay. Hal ini akan menyebabkan sakar pada relay menjadi tertutup,
sehingga hubungan sumber tegangan 12 volt ke buzzer akan terhubung dan buzzer
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
35
akan berbunyi. Begitu juga sebaliknya pada saat logika pada P0.0 adalah rendah (low)
maka relay tidak dialiri arus. Hal ini akan menyebabkan saklar pada relay terputus,
sehingga sumber tegangan 12 volt dengan buzzer akan terputus dan buzzer tidak
berbunyi.
3.6 Perancangan Rangkaian Sensor Tegangan
Rangkaian ini berfungsi untuk mengirimkan sinyal ke mikrokontroler jika kunci
diaktifkan. Gambar rangkaian sensor tegangan tampak seperti gambar di bawah ini:
Gambar 3.6 Rangkaian Sensor Tegangan
Tegangan 12 volt yang berasal dari baterei diturunkan dengan menggunakan
pembagi tegangan. Sesuai dengan rumus pembagi tegangan, maka outputnya adalah:
( ) ( )
2
1 2
1000
12
4700 1000
2,1
Out cc
Out
R
V xV x v
R R
V Volt
O
= =
+ O + O
=
Tegangan 2,1 Volt ini kemudian diinputkan ke basis transistor sehingga transistor
C945 menjadi aktif. Aktifnya transistor akan mengakibatkan kolektor yang terhubung
dengan P0.2 mendapatkan tegangan 0 volt dari ground. Sinyal low (tegangan 0 volt)
inilah yang kemudian dideteksi oleh mikrokontroler sebagai sinyal ketika kunci
diaktifkan.
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
36
3.7 Perancangan Software
Perancangan software merupakan kunci utama dalam mengendalikan perangkat keras
yang ada di dalam sistem. Software ini berupa program dalam bahasa assembly untuk
MCS-51. Hasil dari perancangan program tersebut diisikan ke dalam komponen
mikrokontroler AT89S51 melalui software downloader ISP- Flash Programmer 3.0a.
; ============= ;
; program pengaman kenderaan ;
; ============= ;
Alarm Bit P0.0
Lampu Bit P0.1
Sensor Bit P0.2
utama:
Clr Alarm
Clr Lampu
Clr p2.7
;=routine hidup mesin=;
start:
call cek_sensor
mov a,p2
anl a,#0fh
cjne a,#2,start
call benar
ljmp utama
benar:
mov a,p2
anl a,#0fh
cjne a,#11,benar
clr alarm
setb Lampu
jb sensor,$
call delay
jnb sensor,$
call delay
clr Lampu
ret
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
37
cek_sensor:
jb sensor,sensor_Aman
alarm_aktif_lagi:
setb p2.7
mov 69h,#10
loop_alarm_aktif_lagi:
Setb Alarm
call tunda
clr alarm
call tunda
djnz 69h,lanjut
clr p2.7
lanjut:
mov a,p2
anl a,#0fh
cjne a,#12,loop_alarm_aktif_lagi
clr alarm
call tunda
ljmp start
sensor_Aman:
ret
tunda:
mov r7,#255
tnd:
mov r6,#255
djnz r6,$
djnz r7,tnd
ret
delay:
mov r7,#2
dly:
mov r6,#255
dl:
mov r5,#255
djnz r5,$
djnz r6,dl
djnz r7,dly
ret
end
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
38
BAB IV
ANALISA RANGKAIAN DAN SOFTWARE
4.1 Diagram Blok dan Cara Kerja Rangkaian
Didalam merancang dan membuat suatu sistem, terlebih dahulu dilakukan
perencanaan blok diagram hingga skema rangkaian keseluruhan agar menghasilkan
sistem yang baik. Diagram blok merupakan hubungan berurutan satu atau lebih
komponen yang memiliki kesatuan kerja tersendiri.
Gambar 4.1 : Diagram blok rangkaian
Dari gambar diagram diatas dapat diketahui prinsip kerja dari alat keamanan
kendaraan ini. Setelah Hp(T) menghubungi Hp(R) maka dari Hp(R) dapat kita
kendalikan alat. Dimana Sinyal dari Hp(R) akan diterima Hp(T) dan akan masuk ke
HP
(R)
DTMF
Decoder
M
i
k
r
o
k
o
n
t
r
o
l
e
r
A
T
8
9
S
5
1
Relay
Alarm/Buzer
Relay
Sensor
Tegangan
Lampu
HP
(T)
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
39
blok rangkaian DTMF, didalam DTMF sinyal tadi diubah menjadi data digital yang
akan masuk ke mikrokontroler AT89S51, didalam mikrokontroler data digital tadi
dproses dan sesuai dengan program yang dibuat, perintah dari Hp(R) akan dieksekusi,
sehingga alat dapat berjalan sesuai dengan perintah yang diberi.
4.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S51
Pengujian rangkaian mikrokontroler dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ini
dengan sebuah transistor A733 yang dihubungkan dengan sebuah LED indikator,
dimana transistor disini berfungsi sebagai saklar untuk mengendalikan hidup/mati
LED. Dengan demikian LED akan menyala jika transistor aktif dan sebaliknya LED
akan mati jika transistor tidak aktif. Tipe transistor yang digunakan adalah PNP A733,
dimana transistor ini akan aktif (saturasi) jika pada basis diberi tegangan 0 volt (logika
low) dan transistor ini akan tidak aktif jika pada basis diberi tegangan 5 volt (logika
high). Basis transistor ini dihubungkan ke pin I/O mikrokontroler yaitu pada kaki 28
(P2.7). Langkah selanjutnya adalah mengisikan program sederhana ke mikrokontroler
AT89S51. Programnya adalah sebagai berikut :
Loop:
Cpl P2. 7
Acal l t unda
sj mp l oop
t unda:
mov r 7, #255
t nd:
mov r 6, #255
dj nz r 6, $
dj nz r 7, t nd
r et
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
40
Program di atas akan mengubah logika yang ada pada P2.7 selama selang waktu
tunda. J ika logika pada P2.7 high maka akan diubah menjadi low, demikian jiga
sebaliknya jika logika pada P2.7 low maka akan diubah ke high, demikian seterusnya.
Logika low akan mengaktifkan transistor sehingga LED akan menyala dan logika
high akan menonaktifkan transistor, sehingga LED padam. Dengan demikian program
ini akan membuat LED berkedip terus-menerus. J ika LED telah berkedip terus
menerus sesuai dengan program yang diinginkan, maka rangkaian mikrokontroler
telah berfungsi dengan baik.
4.3 Pengujian Rangkaian Penguat
Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan cara mengukur tegangan pada
input dari Op-Amp dan tegangan pada outputnya. Dari hasil pengukuran didapat nilai
tegangan sebagai berikut :
Kondisi Input Output
Tidak ada sinyal 0,9 mV 172,2 mV
Ada sinyal 18,3 mV 1,93 V
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran tegangan input OP-Amp
Dari data yang ada, didapatkan penguatan yang dihasilkan oleh rangkaian sebesar 191
kali untuk kondisi tidak ada sinyal dan 105 kali penguatan untuk kondisi ketika ada
sinyal (penekanan pada salah satu tombol HP).
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
41
4.4 Pengujian Rangkaian DTMF Dekoder.
Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan mengubungkan input dari
rangkaian ini ke rangkaian penguat, kemudian menghubungkannya dengan kabel
speaker pada HP. Selanjutnya tombol pada HP ditekan dan dilihat outpunya. Dari
hasil pengujian didapatkan data sebagai berikut :
Table 4.2 Hasil output yang dihasilkan dari tombol-tombol Handphone
Tombol LED1 LED2 LED3 LED4
1 ON OFF OFF OFF
2 OFF ON OFF OFF
3 ON ON OFF OFF
4 OFF OFF ON OFF
5 ON OFF ON OFF
6 OFF ON ON OFF
7 ON ON ON OFF
8 OFF OFF OFF ON
9 ON OFF OFF ON
0 OFF ON OFF ON
* ON ON OFF ON
# OFF OFF ON ON
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
42
4.5 Pengujian Rangkaian Relay Lampu
Pengujian rangkaian relay dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt dan 0
volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis NPN,
transistor jenis ini akan aktif jika pada basis diberi tegangan >0,7 volt dan tidak aktif
jika pada basis diberi tegangan <0,7 volt. Aktifnya transistor akan mengaktifkan
relay. Pada alat ini relay digunakan untuk memutuskan hubungan lampu dengan
kunci, dimana hubungan yang digunakan adalah normally close (NC), dengan
demikian jika relay aktif maka hubungan lampu ke kunci akan terputus, sebaliknya
jika relay tidak aktif, maka lampu dengan kunci akan terhubung.
Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt pada basis transistor,
jika relay aktif dan hubungan lampu dengan kunci terputus, maka rangkaian ini telah
berfungsi dengan baik.
Pengujian selanjutnya dilakukan dengan menghubungkan input rangkaian ini
ke mikrokontroler pada P0.1, kemudian memberikan program sederhana pada
mikrokontroler AT89S51. Program yang diberikan adalah sebagai berikut:
Set b P0. 1
. . . . . . . .
Perintah di atas akan memberikan logika high pada P0.1, sehingga P0.1 akan
mendapatkan tegangan 5 volt. Tegangan 5 volt ini akan mengaktifkan transistor
C945, sehingga relay juga menjadi aktif dan hubungan lampu dengan kunci terputus.
Berikutnya memberikan program sederhana untuk menonaktifkan relay. Programnya
sebagai berikut:
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
43
Cl r P0. 1
. . . . . . . .
Perintah di atas akan memberikan logika low pada P0.1, sehingga P0.1 akan
mendapatkan tegangan 0 volt. Tegangan 0 volt ini akan menonaktifkan transistor
C945, sehingga relay juga menjadi tidak aktif dan hubungan lampu dengan kunci
terhubung.
4.6 Pengujian Rangkaian Buzzer
Sama seperti pada rangkaian relay lampu, pengujian rangkaian relay dapat dilakukan
dengan memberikan tegangan 5 volt dan 0 volt pada basis transistor C945. Transistor
C945 merupakan transistor jenis NPN, transistor jenis ini akan aktif jika pada basis
diberi tegangan >0,7 volt dan tidak aktif jika pada basis diberi tegangan <0,7 volt.
Aktifnya transistor akan mengaktifkan relay. Pada rangkaian ini relay digunakan
untuk memutuskan hubungan buzzer dengan sumber tegangan 12 volt, dimana
hubungan yang digunakan adalah normally open (NO), dengan demikian jika relay
aktif maka hubungan buzzer ke sumber tegangan akan terhubung, sebaliknya jika
relay tidak aktif, maka hubungan buzzer ke sumber tegangan akan terputus.
Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt pada basis transistor,
jika relay aktif dan buzzer berbunyi, maka rangkaian ini telah berfungsi dengan baik.
Pengujian selanjutnya dilakukan dengan menghubungkan input rangkaian ini ke
mikrokontroler pada P0.0, kemudian memberikan program sederhana pada
mikrokontroler AT89S51. Program yang diberikan adalah sebagai berikut:
Set b P0. 0
. . . . . . . .
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
44
Perintah tersebut akan memberikan logika high pada P0.0, sehingga P0.0 akan
mendapatkan tegangan 5 volt. Tegangan 5 volt ini akan mengaktifkan transistor
C945, sehingga relay juga menjadi aktif dan buzzer berbunyi. Berikutnya memberikan
program sederhana untuk menonaktifkan relay. Programnya sebagai berikut:
Cl r P0. 0
. . . . . . . .
Perintah di atas akan memberikan logika low pada P0.0, sehingga P0.0 akan
mendapatkan tegangan 0 volt. Tegangan 0 volt ini akan menonaktifkan transistor
C945, sehingga relay juga menjadi tidak aktif dan buzzer tidak berbunyi.
4.7 Pengujian Rangkaian Sensor Tegangan
Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan mengaktifkan kunci, sehingga
tegangan 12 volt dari baterei akan terhubung dengan rangakaian, kemudian mengukur
tegangan output dari rangkaian tersebut. Dari hasil pengujian didapatkan pada saat
kunci tidak diaktifkan, maka output dari rangkaian ini adalah 4,7 volt. Ketika kunci
diaktifkan, maka output dari rangkaian ini adalah 0 volt. Dengan demikian rangkaian
ini telah berfungsi dengan baik.
Pengujian selanjutnya adalah dengan menghubungkan rangkaian ini dengan
rangkaian mikrokontroler pada P0.2, kemudian memberikan program sederhana pada
mikrokontroler.
Program sebagai berikut :
J b P0. 2, $
Set b P0. 1
. . . . .
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
45
Program di atas akan menunggu adanya sinyal low yang dikirimkan rangkaian
sensor tegangan, dimana sensor tegangan tersebut dihubungkan dengan P0.2. Program
akan terus menunggu sampai ada sinyal low yang dikirimkan oleh rangkaian sensor
tegangan. J ika ada sinyal low yang dikirimkan oleh rangkaian sensor tegangan, maka
program akan menghidupkan LED indikator yang dihubungkan ke P0.1.
4.8 Analisa Software
Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S51 ini adalah
bahasa assembly untuk MCS-51. Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa
assembly tersebut dituliskan pada sebuah editor, yaitu 8051 Editor, Assembler,
Simulator (IDE). Setelah program selesai ditulis, kemudian di-save dan kemudian di-
Assemble (di-compile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan
kesalahan. J ika masih ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam
penulisan perintah atau ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki
terlebih dahulu sampai tidak ada pesan kesalahan lagi. Software 8051IDE ini
berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke dalam bilangan heksadesimal,
proses perubahan ini terjadi pada saat peng-compile-an. Bilangan heksadesimal inilah
yang akan dikirimkan ke mikrokontroler. Untuk mengirimkan bilangan-bilangan
heksadesimal ini ke mikrokontroler digunakan software ISP- Flash Programmer 3.0a.
; ============= ;
; program pengaman kenderaan ;
; ============= ;
Alarm Bit P0.0
Lampu Bit P0.1
Sensor Bit P0.2
utama:
Clr Alarm
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
46
Clr Lampu
Clr p2.7
;=routine hidup mesin=;
start:
call cek_sensor
mov a,p2
anl a,#0fh
cjne a,#2,start
call benar
ljmp utama
benar:
mov a,p2
anl a,#0fh
cjne a,#11,benar
clr alarm
setb Lampu
jb sensor,$
call delay
jnb sensor,$
call delay
clr Lampu
ret
cek_sensor:
jb sensor,sensor_Aman
alarm_aktip_lagi:
setb p2.7
mov 69h,#10
loop_alarm_aktip_lagi:
Setb Alarm
call tunda
clr alarm
call tunda
djnz 69h,lanjut
clr p2.7
lanjut:
mov a,p2
anl a,#0fh
cjne a,#12,loop_alarm_aktip_lagi
clr alarm
call tunda
ljmp start
sensor_Aman:
ret
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
47
tunda:
mov r7,#255
tnd:
mov r6,#255
djnz r6,$
djnz r7,tnd
ret
delay:
mov r7,#2
dly:
mov r6,#255
dl:
mov r5,#255
djnz r5,$
djnz r6,dl
djnz r7,dly
ret
end
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
48
Mulai
Kosongkan Port yang
digunakan
Cek Sensor
Alarm=0
(Low)
Lampu=1
(high)
Sensor=0
(Low)
Lampu=0
(Low)
Alarm=1
(high)
Alarm=0
(Low)
Tekan tmbl (#)
Tekan tmbl (*)
Tekan tmbl (2)
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
4.9 Flowchart dari program alat keamanan kendaraan
Gambar 4.3 Diagram alir (Flowchart) pada alat keamanan kendaraan
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan perencanaan alat hingga pengujian dan pembahasan sistem,
maka penulis dapat menarik kesimpulan, antara lain:
1. Saat alat dalam keadaan stand by, kendaraan akan hidup setelah menekan
tombol 2 dan * dari handphone, tetapi apabila kendaraan dicoba hidupkan
tanpa menekan tombol tersebut terlebih dahulu maka alarm akan berbunyi.
2. Dari program yang dibuat didapat, untuk mematikan alarm ditekan tombol #
pada handphone, lalu matikan kunci kontak kendaraan.
5.2 Saran
Setelah dilakukan penelitian ini diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan saran
untuk penelitian lebih lanjut, yaitu:
1. Dalam pengembangan selanjutnya, agar rangkaian yang digunakan tidak
terganggu, sebaiknya alat ini dikemas dalam bentuk yang lebih aman dan
terlindungi, sehingga penggunaannya dapat lebih efektif.
2. Dalam pengembangannya alat ini dapat digunakan untuk sistem kontrol
otomatis dari jarak jauh.
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009
50
DAFTAR PUSTAKA
Agfianto. 2004. Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55/ Teori dan Aplikasi.
Edisi Kedua. Yogyakarta : Gava Media.
Bhisop, Owen. 2004. Dasar-dasar Elektronika. Jakarta : Erlangga
Budiharto Widodo, Firmansyah. 2005. Elektronika Digital Dan Mikroprosesor.
Yogyakarta : ANDI Yogyakarta.
http://www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=24&fname=semua.htm. Diakses
Tanggal 23 Juli 2008
http://www.electroniclab.com/index.php?action=doclist&poinID=5&doctitle=LabMik
ro. Diakses tanggal 29 Juli 2008
http://iddhien.com/index.php?option=com_content&task=category§ionid=10&id
=21&Itemid=106. Diakses tanggal 31 Juli 2008
Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler
AT89S51, 2008.
USU Repository 2009