Anda di halaman 1dari 139

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.

id)

Tw-II 2012

KATA PENGANTAR
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi

perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah, perkembangan perbankan dan sistem pembayaran, informasi tentang keuangan daerah serta prospek perekonomian daerah Sulawesi Tenggara. Kajian ini disusun secara triwulanan oleh Kantor Bank Indonesia Kendari baik dengan menggunakan data internal maupun data yang diperoleh dari instansi terkait di luar Bank Indonesia. Untuk itu, tanggung jawab penulisan laporan ini sepenuhnya berada pada Bank Indonesia KPw Sulawesi Tenggara. Kami berharap kajian ini dapat terus ditingkatkan mutu, isi dan cara penyajiannya sehingga Untuk dapat itu, bermanfaat bagi para guna pihak perbaikan yang dan

membutuhkannya.

saran dan

masukan

penyempurnaan buku kajian ini sungguh akan kami hargai. Akhirnya, kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang memungkinkan tersusunnya buku kajian ini dan kiranya kerja sama, saling tukar menukar informasi dan data dapat terus berkelanjutan.

Kendari, 7 Februari 2013 BANK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Dian Nugraha Deputi Direktur

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-II 2012

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-II 2012

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GRAFIK DAFTAR TABEL RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I. 1.1 1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.3 1.3.1 1.3.2 1.3.3 1.3.4 1.3.5 1.3.6 1.3.7 1.3.8 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO KONDISI UMUM PDRB MENURUT PENGGUNAAN 4 5 6 8 9 12 13 13 14 15 16 17 18 18 19 21 23 23 26 29 30 33 35 36 37 39 39 41 42 42 44 47 49 i iii v vii 1

Konsumsi
Investasi Ekspor & Impor PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA Sektor Pertanian Sektor Pertambangan Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor Bangunan Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan Sektor Lainnya

BOKS 1 DAMPAK PENETAPAN PERATURAN MENTERI NO.7 TAHUN 2012........................................................... BOKS 2 PERKEMBANGAN KAKAO......................................................................................................................... BAB II. 2.1 2.2 2.3 BAB III. 3.1 3.1.1 3.1.2 3.1.3 3.2 3.2.1 3.2.2 BAB IV. 4.1 4.2 4.3 BAB V. 5.1 5.2 5.3 BAB VI. 6.1 6.2 PERKEMBANGAN INFLASI Kondisi Umum Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Disagregasi Inflasi PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Perbankan Bank Umum Bank Perkreditan Rakyat.. Perbankan Syariah PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Pembayaran Tunai Perkembangan Pembayaran Non Tunai KEUANGAN DAERAH Kondisi Umum Realisasi Anggaran Belanja Pada APBD Triwulan II 2012 Realisasi Anggaran Pendapatan Pada APBD Triwulan II 2012 KETENAGAKERJAAN DAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN Kondisi Umum Ketenagakerjaan Kesejahteraan PROSPEK EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Prospek Ekonomi Makro Prospek Inflasi

LAMPIRAN DATA

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-II 2012

DAFTAR GRAFIK
Nama Grafik Halaman Grafik 1.1 Grafik 1.2 Grafik 1.3 Grafik 1.4 Grafik 1.5 Grafik 1.6 Grafik 1.7 Grafik 1.8 Grafik 1.9 Nominal dan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Pangsa PDRB Penggunaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara (Y-O-Y) Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Penerimaan Pajak Konsumsi Air Pertumbuhan Kendaraan Bermotor Perkembangan Kredit Konsumsi Kredit Investasi 4 6 7 7 7 7 8 8 9 9 10 10 11 13 13 14 15 16 16 17 18 23 23 24 24 25 25 25 25 25 26 26 27 28 28 30 30 31 31 32 32

Grafik 1.10 Penjualan Semen Grafik 1.11 Nilai dan Volume Ekspor Grafik 1.12 Arus Muat Pelabuhan Grafik 1.13 Arus Bongkar Pelabuhan Grafik 1.14 Pangsa Sektoral Grafik 1.15 Produksi Padi Sulawesi Tenggara Grafik 1.16 Produksi Bijih Nikel PT.Antam, Tbk Grafik 1.17 Produksi Ferronikel PT. Antam, Tbk Grafik 1.18 Tingkat Hunian Hotel Grafik 1.19 Arus Bongkar Muat Grafik 1.20 Jumlah Arus Penumpang di Bandara Haluoleo Kendari Grafik 1.21 Aset Perbankan Di Sulawesi Tenggara Grafik 2.1 Grafik 2.2 Grafik 2.3 Grafik 2.4 Grafik 2.5 Grafik 2.6 Grafik 2.7 Grafik 2.8 Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Kendari yoy Perkembangan Inflasi Kendari mtm Dan ytd Kontributor Inflasi Kendari Iflasi Aktual vs Historis Inflasi Kelompok Bahan Makanan Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan Inflasi Kelompok Transpor, Keuangan, Komunkasi dan Jasa Keuangan Inflasi Kelompok Sandang Inflasi Kelompok Perumahan

Grafik 2.10 Perkembangan Disagregasi Inflasi Kendari Grafik 2.11 Inflasi Kelompok Administered Price... Grafik 2.12 Perkembangan Harga Komoditas Volatile Food Grafik 2.13 Pola Curah Hujan di Sulawesi Tenggara Grafik 2.14 Inflasi Kelompok Inflasi Inti Grafik 3.1 Grafik 3.2 Grafik 3.3 Grafik 3.4 Grafik 3.5 Grafik 3.6 Pertumbuhan (g) dan Nominal Kredit Penggunaan (%, Juta) Pangsa dan Nominal Kredit Penggunaan (%, Juta) Pertumbuhan (g) dan Nominal Kredit Penggunaan (%, Juta) Pangsa dan Nominal Kredit Penggunaan (%, Juta) Pertumbuhan DPK (%, Juta) Pangsa dan Nominal DPK

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-II 2012

Grafik 5.1 Grafik 5.2 Grafik 5.3 Grafik 5.4 Grafik 5.5 Grafik 5.6 Grafik 6.1 Grafik 6.2

Angkatan Kerja dan Penduduk Pekerja di Sulawesi Tenggara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Tenggara dan Nasional Persentase Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama NTP Sulawesi Tenggara NTP Sulawesi Tenggara, Sulampua, Nasional Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Tenggara Indeks Keyakinan Konsumen Inflasi Bulanan dan Ekspektasi Inflasi Kota Kendari

43 43 44 45 45 46 47 49

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-II 2012

DAFTAR TABEL
Nama Tabel Halaman
Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 1.4 Tabel 1.5 Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 6.1 Tabel 6.2

Pertumbuhan PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara (Y-O-Y) Kontribusi PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara (Y-O-Y) Pertumbuhan Tiap Sektor Y-O-Y Kontribusi Pertumbuhan Sektoral (yoy) Perkembangan Kredit Perumahan/Ruko Perkembangan Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Perkembangan Indikator Bank Umum dan BPR Perkembangan BOPO Bank Umum Perkembangan Rasio NIM Bank Umum Perkembangan Indikator BPR Perkembangan Indikator Perbankan Syariah Data Indikator Sistem Pembayaran Provinsi Sulawesi Tenggara Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara s.d Tw. II-2012 (Rupiah) Realisasi Belanja Hingga Triwulan II 2012 (Rupiah) Realisasi Pendapatan Hingga Triwulan II 2012 (Rupiah) Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Tenggara Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Berdasarkan Penggunaan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Berdasarkan Sektoral

5 5 12 12 17 25 29 33 33 34 36 38 39 40 41 43 45 47 48

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

Ringkasan Eksekutif

Tw-II 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN IV-2012

PERKEMBANGAN EKONOMI Perekonomian Sulawesi Tenggara (Sultra) tercatat tumbuh 10,41% (yoy) yang tercatat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di tahun 2011 yang sebesar 8,66% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Sultra tersebut melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 6,23%, meski pangsa sumbangan terhadap ekonomi nasional masih relatif kecil dibandingkan provinsi lainnya yaitu sebesar 0,61%. Berdasarkan periodenya, mengikuti tren pada triwulan sebelumnya, pada triwulan IV-2012, perekonomian Sulawesi Tenggara kembali tumbuh tinggi yaitu sebesar 9,59% (y.o.y) meski melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 11,58%. Pada sisi penggunaan, sama dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan tinggi ekonomi Sulawesi Tenggara kembali ditopang oleh peningkatan investasi dan diikuti oleh konsumsi rumah tangga. Pada sisi sektoral, sama dengan triwulan sebelumnya peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara ditopang oleh tiga sektor utama yaitu sektor sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan-hotel-restauran (PHR) dan sektor bangunan..

INFLASI Perkembangan harga pada tingkat nasional pada tahun 2012 tercatat mengalami inflasi sebesar 4,30% (yoy) yang didorong oleh inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan (5,68%, yoy) dan makanan jadi-minuman-rokok-tembakau (6,11%, yoy)1. Tren peningkatan inflasi pada level nasional juga terindikasi pada inflasi Sulawesi Tenggara yang diwakili oleh inflasi Kota Kendari yang lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi nasional. Perkembangan harga di tahun 2012 tercatat mengalami inflasi sebesar 5,23% (yoy) yang didorong oleh inflasi tinggi pada kelompok bahan makanan (10,86%, yoy) dan makanan jadi-minumanrokok-tembakau (4,91%, yoy). Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, inflasi pada triwulan IV-2012 mengalami penurunan yaitu dari 1,50% (qtq) menjadi 0,09% (qtq). Penurunan inflasi tersebut bersumber dari menurunnya tekanan pada kelompok bahan

Sumber : Rilis Inflasi Desember 2013 oleh BPS

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

Ringkasan Eksekutif

Tw-II 2012

makanan, makanan jadi, sandang, kesehatan dan pendidikan. Sumbangan masing-masing kelompok tersebut terhadap inflasi masing-masing sebesar -0,06%, 0,03%, 0,002% 0,01% dan -0,01% (Tabel 2.1). Pada sisi lain, kelompok perumahan dan transpor mengalami peningkatan inflasi dari 0,10% dan -0,20% dengan sumbangan masing-masing sebesar 0,07% dan 0,06%. Berdasarkan disagregasinya, penurunan inflasi pada periode laporan terutama dipengaruhi oleh menurunnya inflasi volatile food (bahan makanan bergejolak) dan kelompok core, meski terjadi peningkaan inflasi pada kelompok administered price. Pada periode laporan, inflasi

volatile food menurun dari 3,41% (qtq) pada akhir triwulan-III 2012 menjadi -0,16% (qtq)
pada akhir triwulan-IV 2012. Kelompok core pada periode berjalan mengalami penurunan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 1,25% menjadi 0,12% (qtq). PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perbankan pada triwulan IV-2012 menunjukkan perkembangan yang cukup tinggi dengan parameter pertumbuhan positif aset sebesar 27,34%. Sehingga secara total, aset perbankan pada triwulan IV-2012 menjadi Rp15,20 Triliun. Perkembangan aset tersebut didorong oleh ekspansi kredit yang tumbuh sebesar 29,98%. Pertumbuhan kredit tersebut lebih tinggi dari perkembangan DPK (Dana Pihak Ketiga) yang tumbuh sebesar 16,82% sehingga mendorong angka LDR (Loan to Deposit Ratio) menjadi sebesar 107,66%. Sementara itu, tingkat kesehatan penyaluran kredit juga masih berada pada level cukup aman yang terukur dari angka NPL (Non Performing Loan) yang relatif kecil sebesar 1,53% Perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang tinggi dengan indikator pertumbuhan aset sebesar 99,15%. Peningkatan aset tersebut didorong oleh penyaluran kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang cukup agresif, dengan pertumbuhan masingmasing sebesar 49,10% dan 25,59% (Tabel 3.5). Disparitas pertumbuhan kredit dengan DPK tersebut menyebabkan angka FDR perbankan syariah cukup besar yaitu 103,84% Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang kartal khususnya untuk
2

keperluan transaksi (transaction motive), pada tahun 2012 Kantor Bank Indonesia Kendari telah mengedarkan uang kartal baik melalui perbankan maupun langsung kepada masyarakat yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara sebesar Rp2.851,46 Milyar, jumlah tersebut lebih tidak mengalami perubahan signifikan dari tahun 2011 yang tercatat sebesar Rp2.829,73 Milyar.

Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

Ringkasan Eksekutif

Tw-II 2012

KEUANGAN DAERAH Kinerja penyerapan anggaran belanja APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara hingga akhir triwulan IV-2012 relatif cukup optimal. Dari total anggaran belanja daerah sebesar Rp2,05triliun, telah direalisasikan sebesar 81,42% atau sebesar Rp1,67 Triliun. Persentase realisasi anggaran terbesar merupakan belanja operasi dan belanja modal, masing-masing sebesar 81,72% dan 12,05% dari anggaran. Hingga akhir triwulan IV tahun 2012, belanja modal yang dialokasikan sebesar Rp413 milyar, hanya terealisasi sebesar Rp201 milyar atau 48,77% dari anggaran. Dari sisi pendapatan, pendapatan APBD hingga triwulan IV tahun 2012 terealisasi dengan baik, yaitu sebesar Rp1,76 Triliun atau 94,88% dari total anggaran pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara yang dialokasikan sebesar Rp1,85 Triliun. Pencapaian ini berasal dari transfer dana perimbangan dan pendapatan asli daerah yang meliputi pajak, restribusi dan laba perusahaan daerah. Plafond transfer dari dana perimbangan sebesar Rp1,02 Triliun yang yang memberi sumbangan sebesar 57,87% terhadap APBD Provinsi Sulawesi Tenggara.

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Pada triwulan IV-2012 kinerja indikator kesejahteraan Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami trend peningkatan dari triwulan III-2012. Hal ini tercermin dari menurunnya angka kemiskinan dari 14,61% dari jumlah penduduk menjadi 13,06%, dimana jumlah penduduk miskin pedesaan turun sebanyak 31.250 jiwa. Selain itu, indeks Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami peningkatan sebesar 0,08% dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 106,15 menjadi 106,23. Sedangkan jumlah pengangguran periode data Agustus 2012 mengalami peningkatan sebesar 0,98% dari tahun 2011. Berdasarkan data BPS posisi Agustus 2012, persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan dari 3,06% pada tahun 2011 menjadi 4,04% atau jumlah pengangguran meningkat dari 32.451 orang menjadi 41.078 orang. Kinerja indikator ketenagakerjaan ini tidak searah dibandingkan data pengangguran nasional yang menunjukkan penurunan atau membaik dari 6,56% pada tahun 2011 menjadi 6,14% pada Agustus 2012. Pada akhir tahun 2012 terjadi peningkatan pada indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tenggara, dimana NTP pada triwulan IV-2012 tercatat sebesar 106,23 naik 0,08% dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar 106,15. Peningkatan indeks Nilai Tukar Petani terjadi pada sub sektor tanaman pangan (NTP-P) 0,52%, sub sektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) 0,44% dan perikanan NTP-Pi) 0,55%. Sementara itu, sub sektor yang mengalami penurunan indeks NTP adalah sub sektor Hortikultura (NTP-H) dan peternakan (NTP-P) masing-masing turun sebesar -1,89% dan -0,33%

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

Ringkasan Eksekutif PROSPEK EKONOMI

Tw-II 2012

Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan I-2013 diperkirakan masih akan tumbuh meski mengalami perlambatan dibandingkan triwulan I-2012. Angka pertumbuhan pada periode triwulan IV-2012 diproyeksi ada pada kisaran 7,75% + 0,5% (y.o.y) Pergerakan harga-harga di Kota Kendari pada triwulan I-2013 diperkirakan cenderung mengalami penurunan dibanding laju inflasi triwulan I-2012. Meski demikian, diperkirakan masih akan terjadi inflasi meski relatif rendah, dengan beberapa kelompok yang berpotensi memberikan tekanan terhadap inflasi yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok sandang serta kelompok transportasi. Pada kelompok bahan makanan, tekanan inflasi akan muncul pada komoditas daging sapi ras, telur serta sayuran. Kondisi ini dipicu oleh faktor suplai yang berkurang akibat curah hujan yang tinggi yang berimplikasi pada distribusi yang kurang lancar. Selanjutnya, pada kelompok makanan jadi, inflasi akan terjadi pada komoditas gula, minuman kemasan serta rokok. Kemudian, pada kelompok sandang, kenaikan harga terutama akan terjadi pada komoditas perlengkapan sekolah khususnya dengan persiapan untuk ujian akhir sekolah dan ujian masuk perguruan tinggi. Perkiraan kondisi inflasi tersebut juga tercermin dari angka ekspektasi inflasi 3 bulan kedepan pada Survei Konsumen di Kota Kendari yaitu dengan angka Saldo Bersih (SB) 1663 yang mencerminkan triwulan I-2013. optimisme ekspektasi masyarakat akan terjadinya kenaikan inflasi pada

Angka SB di atas 100 mencerminkan bahwa konsumen cenderung optimis bahwa akan terjadi kenaikan harga atau inflasi, sebaliknya jika dibawah 100 maka konsumen cenderung pesimis akan terjadi kenaikan harga atau inflasi.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-IV 2012

BABI PERKEMBANGAN EKONOMIMAKRO

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

1.1 KONDISI UMUM


Perekonomian Sulawesi Tenggara (Sultra) tercatat tumbuh 10,41% (yoy) yang tercatat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di tahun 2011 yang sebesar 8,66% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Sultra tersebut melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 6,23%, meski pangsa sumbangan terhadap ekonomi nasional masih relatif kecil dibandingkan provinsi lainnya yaitu sebesar 0,61%. Dari sisi sektoral, pertanian masih menjadi sektor yang memiliki pangsa terbesar, yang diikuti oleh sektor perdagangan, jasa-jasa dan pengangkutan. Kemudian, dari sisi penggunaan, pengeluaran konsumsi dan investasi memegang peranan terbesar dalam pembentukan perekonomian Sulawesi Tenggara. Berdasarkan periodenya, mengikuti tren pada triwulan sebelumnya, pada triwulan IV-2012, perekonomian Sulawesi Tenggara kembali tumbuh tinggi yaitu sebesar 9,59% (y.o.y) meski melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 11,58%. Sama dengan periode sebelumnya, pertumbuhan tersebut juga mengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 7,84% (yoy) (Grafik 1.1). Kemudian, pengukuran triwulanan juga menunjukkan perekonomian Sulawesi Tenggara yang tumbuh moderat yaitu sebesar 0,20%(q.t.q) (Lampiran PDRB). Berdasarkan harga berlaku, nominal PDRB triwulan IV2012 tercatat sebesar Rp9,48 Triliun, sementara atas dasar harga konstan nominal PDRB tercatat sebesar Rp3,64 Triliun.
Grafik 1.1 Nominal dan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara (yoy)
Billions
14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2009 2010
PDRB(SkalaKanan)
7.40%7.47% 8.98% 8.32%7.43% 8.73% 8.23% 6.65% 8.94% 8.47%8.17% 11.58% 11.21% 10.10% 7.84% 9.59%

4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 2011 2012

Pertumbuhan(SkalaKiri)

Sumber : BPS Prov. SUltra

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

Pada sisi penggunaan, sama dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan tinggi ekonomi Sulawesi Tenggara kembali ditopang oleh peningkatan investasi dan diikuti oleh konsumsi rumah tangga. Peningkatan investasi ditopang oleh investasi pada sektor pertambangan, industri pengolahan dan bangunan. Kemudian, peningkatan konsumsi sejalan dengan kondisi musiman perayaan Hari Raya Haji dan Hari Natal yang meningkatkan konsumsi masyarakat baik untuk bahan makanan, sandang, perumahan dan transportasi. Lebih lanjut, sama dengan triwulan sebelumnya, ekspor pada periode laporan juga mengalami penurunan pertumbuhan dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yang disebabkan oleh larangan ekspor barang komoditas tambang ore sejak Mei 2012. Selanjutnya, kondisi penurunan pertumbuhan juga terjadi pada komponen impor, yang disebabkan oleh tidak terdapatnya aktivitas impor luar negeri pada periode laporan, yang berbeda dengan kondisi pada periode tahun sebelumnya masih terdapat aktivitas impor luar negeri. Pada sisi sektoral, sama dengan triwulan sebelumnya peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara ditopang oleh tiga sektor utama yaitu sektor sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan-hotel-restauran (PHR) dan sektor bangunan. Sektor pertambangan dan penggalian kembali tumbuh tinggi pada periode laporan, yang ditopang oleh pertambangan nikel dan aspal yang kandungannya cukup besar di bumi Sulawesi Tenggara. Pada sektor PHR, pertumbuhan didorong oleh arus kunjungan ke Sulawesi Tenggara yang cukup tinggi, serta peningkatan konsumsi masyarakat khususnya pada perayaan Hari Raya Haji dan Hari Natal. Kemudian, pada sektor bangunan, pertumbuhan ditopang oleh penyelesaiaan proyek pembangunan pemerintah dan swasta sebelum tutup buku tahun anggaran.

1.2 PDRB MENURUT PENGGUNAAN


Pada sisi penggunaan sama dengan periode sebelumnya, posisi komponen investasi kembali mendominasi perekonomian Sulawesi Tenggara dengan kontribusi tertinggi diantara komponen lainnya yaitu sebesar 4,85%. Kontribusi tersebut meningkat dibandingkan tahun 2011 yang disebabkan oleh semakin tingginya aktivitas investasi di Sulawesi Tenggara khususnya pada sektor pertambangan dan bangunan. Kemudian, komponen konsumsi yang pada tahun 2011 memiliki kontribusi terbesar, pada periode laporan mengalami penurunan, hal ini diperkirakan disebabkan oleh mulai adanya peralihan perekonomian Sulawesi Tenggara dari konsumtif ke produktif yang juga tercermin dari pertumbuhan sektoral yang akan dibahas pada bagian berikutnya.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara (yoy)


PENGGUNAAN 2010 2011 Q1 Q2 Q3 Q4 2011 2012 Q1 Q2 Q3 Q4

RumahTangga Pemerintah Investasi Eksporbarangdanjasa Dikurangi imporbarangdanjasa


PRODUK DOMESTIK BRUTO

5.20% 6.52% 13.00% 8.45% 6.89%


8.21%

11.03% 12.65% 10.82% 6.32% 10.11% 14.06% 20.78% 13.69% 22.27% 17.73% 6.44% 1.65% 6.44% 12.64% 6.92% 11.23% 6.38% 0.61% 8.27% 6.41% 16.51% 17.72% 12.12% 18.84% 16.27%
10.04% 8.67% 8.22% 7.85% 8.68%

4.94% 7.78% 7.25% 17.23% 4.89%


10.10%

8.03% 10.71% 14.34% 9.52% 7.95%


11.21%

8.02% 9.41% 15.31% 5.80% 3.92%


11.58%

8.11% 6.78% 13.86% 3.53% 4.82%


9.59%

Sumber : BPS Sultra

Tabel 1.2 Kontribusi PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara (yoy) Penggunaan Kontribusi 2011 Kontribusi Tw-4 2012

RumahTangga Konsumsi Pemerintah Investasi Ekspor Impor

4.43% 3.54% 3.98% 1.91% 5.18%


Sumber : BPS Sultra

4.01% 1.32% 4.85% 1.11% 1.70%

Berdasarkan pangsanya, konsumsi rumah tangga masih merupakan komponen dengan pangsa terbesar yaitu 52,14%, kemudian diikuti oleh komponen investasi dan konsumsi pemerintah yang masing-masing sebesar 34,50% dan 21,18%. Besarnya peranan konsumsi rumah tangga tersebut didorong oleh karakteristik masyarakat Sulawesi Tenggara yang konsumtif. Namun, secara historis, pangsa konsumsi rumah tangga mulai mengalami penurunan seiring dengan semakin besarnya pangsa investasi yang mengindikasikan mulai adanya peralihan perekonomian dari konsumsi menjadi produksi.
Grafik 1.2 Pangsa PDRB Penggunaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara (yoy)

90%
30.29% 31.63% 32.77% 32.66%

70%
19.93% 19.62%

50% 30% 10%


3.84% 3.37%

21.31%

20.86%

53.61%

52.12%

52.03%

50.83%

6.11%

0.0619

10%

2009
KonsumsiRumahTangga

2010

2011
Investasi

Q42012
NetEkspor

KonsumsiPemerintah

Sumber : BPS

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

1.2.1 KONSUMSI
Kegiatan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2012 mengalami

perkembangan yang positif tercermin dari pertumbuhan tahunan sebesar 8,11% (Tabel 1.1). Pertumbuhan tersebut meningkat pada level moderat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 6,32% (Tabel 1.1). Hasil survei Bank Indonesia terhadap 100 responden konsumen di Kota Kendari juga mengkonfirmasi peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut yang terukur dari angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada pada level optimis sebesar 108,5 pada Desember 2012 (Grafik 1.3). Optimisme tersebut didorong oleh adanya optimisme kenaikan panghasilan saat ini dibandingkan dengan penghasilan pada tahun sebelumnya dengan angka indeks sebesar 126 (Grafik 1.4) Selain itu, peningkatan konsumsi juga terkonfirmasi dari meningkatnya indikator keyakinan masyarakat akan kondusifnya kondisi ekonomi saat ini untuk melakukan aktivitas konsumsi pada Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) yang berada pada level optimis sebesar 137 (Grafik 1.4). Lebih lanjut, optimisme akan kenaikan penghasilan saat ini juga tercermin dari peningkatan penerimaan pajak pada KPP Pratama Kendari sebesar 34,56%1 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun besaran penerimaan pajak didominasi oleh penerimaan pajak penghasilan yang mencerminkan peningkatan pendapatan masyarakat yang dikenai pajak.

Grafik 1.3 Indeks Keyakinan Konsumen


150 125 100 75 50 25 0
Jun Jul Aug Sep 2011 Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei 2012 Jun Jul Agust Sept

Grafik 1.4 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini


135
155 125 95 65 35 5 Jun 25 Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun 2011 2012 Jul Agust Sept

IndeksKeyakinanKonsumen IndeksEkspektasiKonsumen

IndeksKondisiEkonomiSaatIni

Penghasilansaatinidibandingkan6blnyanglalu Ketersediaanlapangankerjasaatini Ketepatanwaktupembelian(konsumsi)barangtahanlama IndeksKondisiEkonomiSaatIni

Sumber : LBU

Sumber : LBU

Selain indikator indeks keyakinan tersebut, beberapa indikator lainnya juga mencerminkan pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga dengan pertumbuhan cukup tinggi antara lain konsumsi air, dan pertumbuhan kendaraan bermotor di Sulawesi Tenggara. Konsumsi air di Kota Kendari pada triwulan IV-2012
1

sia

Proyeksi penerimaan pajak Provinsi Sulawesi Tenggara

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

tumbuh 10,12% secara tahunan (Grafik 1.6) dengan rata-rata pemakaian air sebesar 37 M . Pertumbuhan tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan pemasangan air di Kota Kendari, selain itu rata-rata pemakaian air juga mengalami peningkatan, yang pada tahun 2011 sebesar 35 M . Selanjutnya, jumlah kendaraan bermotor roda dua dan roda empat juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 12,15% dan 14,32 (Grafik 1.7) yang mencerminkan peningkatan pembelian kendaraan bermotor roda dua dan empat. Tren peningkatan akses pembiayaan oleh perbankan melalui kredit konsumsi terhadap masyarakat juga turut mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga yang pada periode laporan mengalami pertumbuhan sebesar 30,65 (y.o.y) (Grafik 1.8).
Grafik 1.5 Penerimaan Pajak
140 120 100 80 60 40 20
3 3

Grafik 1.6 Konsumsi Air


20% 15% 10% 5% 0%
1200

800 600 400 200 0


Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2009 2010 2011 2012

Milyar

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2 2012

Q3

5% 10%

2010

2011

PajakPenghasilan

PPN&PPnBM

PendapatanatasPldanPIB
KonsumsiAirRumahTangga(M3)(Skalakiri) GrowthKonsumsiAirRumahTangga(skalakanan)

Sumber : KPP Kendari

Sumber : PDAM Kendari

Grafik 1.7 Pertumbuhan Kendaraan Bermotor


20000 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2010 2011

Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Konsumsi


Triliun
7.00 6.00 5.00 4.00 30% 3.00 2.00 1.00 0.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2007 2008
Konsumsi(SkalaKiri)

100% 80% 60% 32.18% 40% 20% 15.32% 0% 20% 40%


Q2 Q3 Q4 2012

2009

2010

2011

2012

JumlahRoda2(SkalaKiri)

JumlahRoda4(SkalaKiri)

gJumlahRoda2(Skalakanan)

gJumlahRoda4(Skalakanan)

GrowthKonsumsi(SkalaKanan)

Sumber : Polda Sulawesi Tenggara

Sumber : LBU

Berbagai indikator peningkatan konsumsi tersebut mencerminkan adanya kenaikan daya beli masyarakat sebagai pendorong konsumsi. Pada periode laporan, peningkatan pendapatan masyarakat terutama berasal dari tambahan pendapatan melalui panen padi yang berlangsung pada beberapa sentra produksi utama bagi penduduk yang berprofesi sebagai pertani dan penghasilan melalui hasil tambang, perdagangan serta jasa-jasa seiring peningkatan pertumbuhan pada sektor tersebut. Selain itu, peningkatan konsumsi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 9

Thousands
60% 50% 40% 20% 10% 0%

10.12% 1000

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

juga didorong oleh perayaan hari besar keagamaan antara lain Hari Raya Haji dan Hari Natal yang meningkatkan konsumsi bahan makanan, sandang dan perumahan bagi masyarakat yang merayakannya. Selain peningkatan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2012 juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu 6,78% (y-o-y). Angka tersebut menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 22,27% (Tabel 1.1). Beberapa faktor yang diperkirakan menyebabkan penurunan pertumbuhan tersebut yaitu realisasi pada periode berjalan yang relatif kecil dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya yang sudah tumbuh tinggi di kisaran 7% - 10%, dan relatif kecilnya alokasi realisasi belanja pemerintah karena program yang difokuskan untuk bantuan masyarakat secara langsung.

1.2.2 INVESTASI
Perkembangan investasi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV-2012 masih menunjukkan tren peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 13,86% (y.o.y) (Tabel 1.1). Salah satu indikator pertumbuhan investasi adalah pertumbuhan kredit

investasi pada triwulan IV-2012 yang tumbuh sebesar 48,10% (y-o-y) (Grafik 1.9). Penyaluran kredit investasi sebagian besar direalisasikan terhadap sektor konstruksi yang juga dikonfirmasi oleh peningkatan pertumbuhan konsumsi semen di Sulawesi Tenggara dari 17,86% pada triwulan III-2012 menjadi 69,28% (y-o-y) (Grafik 1.10). Beberapa investasi konstruksi besar yang saat ini sedang dikembangkan di Sulawesi Tenggara adalah pembangunan super blok Damai Jaya Lestari di Kolaka yang terdiri dari hotel, mall, pusat grosir serta masjid, pembangunan Favehotel Kendari, pembangunan hotel Clarion, pembangunan perumahan mewah Citra Land Kendari, pembangunan perumahan mewah Kemaraya, pembangunan pusat rekreasi Teluk Kendari, pembangunan pelabuhan kontainer Bungkutoko, pembangunan pabrik pengolahan Nikel di Konawe Utara oleh PT.Jilin Ferrous dari Cina, pembangunan power plan di Konawe Utara serta berbagai pembangunan lainnya.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

10

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

Grafik 1.9 Kredit Investasi


Triliun
1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2007 2008
Investasi(SkalaKiri)

53.70%

60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%

2009

2010

2011

2012

GrowthInvestasi(SkalaKanan)

Sumber : LBU

Selain investasi pada sektor konstruksi, sektor pertambangan dan pertanian juga turut menjadi tujuan investasi utama. Hal ini juga terindikasi dari tingginya arus kunjungan ke Sulawesi Tenggara yang tujuan utamanya adalah untuk survei investasi. . Komoditas utama sektor pertambangan saat ini yaitu Nikel dan Aspal, merupakan tujuan penyaluran investasi yang banyak diminati oleh investor dalam dan luar negeri. Pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara juga sudah menjalin kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Cina untuk investasi pertambangan dan industri pengolahan.
Grafik 1.10 Penjualan Semen
160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0 q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 2009 2010
PenjualanSemen
2

100% 80% 60% 40% 17.86% 20% 0% 20% 40% 2011 2,012

gPenjualanSemen(qtq)

Sumber : LBU

Untuk semakin meningkatkan aliran investasi ke Sulawesi Tenggara berbagai pembenahan masih dinantikan oleh investor agar mempermudah investasi yang dilaksanakan di Sulawesi Tenggara. Beberapa kendala yang dihadapi investor dalam realisasi investasi antara lain birokrasi pengurusan izin yang relatif sulit dan dengan jangka waktu relatif
2

Hasil survei BI Kendari

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

11

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

lama, infrastruktur listrik, pelabuhan, pergudangan dan jalan yang masih minim, tidak adanya kejelasan batas kuasa pertambangan antar pemilik kuasa pertambangan serta aksesbilitas yang masih terbatas.

1.2.3 EKSPOR & IMPOR


Ekspor Sulawesi Tenggara pada triwulan IV-2012 menunjukkan pertumbuhan yang relatif rendah yaitu sebesar 3,53% (y.o.y), namun meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2011 sebesar 0,61% (Tabel 1.1). Pencatatan ekspor pada PDRB Sulawesi Tenggara merupakan gabungan dari ekspor luar negeri dan perdagangan antar pulau. Rendahnya pertumbuhan ekspor tersebut terindikasi dari penurunan ekspor luar negeri sebesar 14,47% yang disebabkan oleh penurunan ekspor hasil tambang khususnya komoditas nikel, sebagai dampak penetapan larangan ekspor bahan mentah yang berlaku sejak Mei 2012 melalui Peraturan Menteri ESDM No.7 Tahun 2012.
Grafik 1.11 Nilai dan Volume Ekspor
Millions

8,000.00 7,000.00 6,000.00 5,000.00 4,000.00 3,000.00 2,000.00 1,000.00


Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2010
nilai(USD) gNilai(Q32012,48,62%)

500% 400% 300% 200% 100% 0% 100%


2011 2012
Volume(Kg) gVolume(Q32012,53,06%)

Sumber : Bank Indonesia

Lebih lanjut, dari sisi perdagangan antar pulau, penurunan ekspor yang lebih dalam mampu ditahan dengan perkembangan yang tinggi perdagangan antar pulau. Hal ini tercermin dari pertumbuhan tinggi arus muat pelabuhan sebagai indikator perdagangan antar pulau sebesar 39,62% (Grafik 1.12).

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

12

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

Grafik 1.12 Arus Muat Pelabuhan


70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2008 2009
Muat

1 39.62% 0.8 0.6 0.4 0.2 0 0.2 0.4 0.6


2010
gMuat

2011

2012

Sumber : Pelindo Kendari

Impor Sulawesi Tenggara pada periode berjalan secara tahunan menunjukkan pertumbuhan yang melambat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu dari 12,12% menjadi 4,82% (Tabel 1.1). Impor Sulawesi Tenggara dihitung dari dua kegiatan yaitu impor antar pulau dan impor luar negeri. Perlambatan impor yang terjadi disebabkan oleh tidak terdapatnya impor luar negeri pada periode pengamatan, berbeda dengan periode tahun sebelumnya yang masih terdapat kegiatan impor luar negeri. Penurunan impor diperkirakan didorong oleh tidak terdapatnya aktivitas impor luar negeri pada periode laporan, sementara pada periode yang sama tahun 2011 terdapat impor senilai US$6,08 Juta . Meski mengalami penurunan akibat tidak adanya aktivitas impor, penurunan tersebut mampu ditahan dengan tingginya pertumbuhan perdagangan antar pulau. Hal ini terkonfirmasi oleh data arus bongkar pada pelabuhan Kendari sebagai indikator perdagangan antar pulau atau impor. Arus bongkar pada periode laporan mencatatkan pertumbuhan yang sangat tinggi mencapai 396,24% (yoy). Pertumbuhan tinggi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu tingginya arus masuk barang konsumsi ke
3

Sulawesi Tenggara akibat permintaan konsumsi yang tinggi, hal ini juga tercermin dari pertumbuhan tinggi konsumsi mencapai 8,11% (yoy) yang 85% didatangkan dari luar Sulawesi Tenggara. Kemudian, bertambahnya perusahaan kontainer baru di awal tahun 2012 yaitu PT.Tanto di pelabuhan Kendari turut membantu meningkatkan arus masuk barang ke Sulawesi Tenggara. Karena pertumbuhan impor lebih tinggi dibandingkan

Data Ekspor Impor SITC Bank Indonesia

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

13

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

dengan pertumbuhan ekspor menyebabkan Net Balance arus perdagangan memiliki arah negatif.
Grafik 1.13 Arus Bongkar Pelabuhan
500,000 450,000 400,000 350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000
2008 2009
Bongkar

396.24%

4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0.5

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2010
gBongkar

2011

2012

Sumber : Pelindo Kendari

1.3

PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Perkembangan perekonomian Sulawesi Tenggara secara sektoral pada triwulan IV-2012 menunjukkan pertumbuhan yang positif pada seluruh sektor (Tabel 1.3).
Tabel 1.3 Pertumbuhan Tiap Sektor Y-O-Y (dalam persen)

Sektor

2010

2011 Q1 Q2 Q3 Q4

2011 Q1 Q2

2012 Q3 Q4

Pertanian Pertambangan Industri Listrik,GasdanAir Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasajasa

1.20% 22.99% 18.77% 8.62% 15.83% 12.09% 9.04% 12.61% 1.35%

0.20% 38.50% 9.71% 13.32% 16.87% 11.20% 11.67% 19.42% 1.72%

0.68% 35.56% 8.20% 6.23% 15.03% 10.11% 12.43% 15.61% 3.57%


8.67%

1.37% 33.91% 7.94% 9.97% 10.13% 12.23% 7.08% 13.85% 3.61%


8.17%

3.55% 32.66% 1.55% 15.56% 8.61% 10.49% 7.78% 11.34% 5.68%


7.85%

1.59% 35.12% 6.72% 11.10% 12.76% 11.12% 9.63% 18.23% 3.59%


8.68%

5.11% 52.72% 6.61% 20.22% 10.61% 11.89% 8.78% 8.28% 6.46%


10.10%

7.39% 40.79% 0.46% 20.94% 13.19% 12.11% 10.42% 8.52% 8.76%


11.21%

4.41% 42.58% 6.67% 20.88% 12.73% 12.59% 11.97% 13.31% 8.69%


11.58%

1.55% 43.14% 8.30% 19.56% 18.48% 11.14% 6.49% 11.82% 5.91%


9.59%

PDRB BPS Sulawesi 8.21% Tenggara 8.94% Sumber:

Sektor yang memiliki kontribusi tertinggi yaitu sektor pertambangan, sektor perdagangan-hotel-restauran dan sektor bangunan. Sementara sektor yang memiliki kontribusi terendah terhadap pertumbuhan ekonomi adalah sektor listrik-gas-air (Tabel 1.4).

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

14

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

Tabel 1.4 Kontribusi Pertumbuhan Sektoral (yoy)

Sektor Pertanian Pertambangan Industri Listrik,GasdanA Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasajasa

2010 0.40% 1.18% 1.50% 0.06% 1.35% 2.03% 0.79% 0.72% 0.18%

2011 0.52% 2.04% 0.59% 0.08% 1.13% 1.91% 0.85% 1.08% 0.45%

2012Q4 0.45% 2.78% 0.69% 0.16% 1.42% 2.02% 0.59% 0.78% 0.69%

Sumber : BPS Prov. Sultra

Pada periode ini, sumbangan sektor pertanian kembali mengalami penurunan pangsa yaitu dari 31,71% pada tahun 2011 menjadi 30,12%. Pada sisi lain, sektor pertambangan mengalami peningkatan pangsa dari 6,08% pada tahun 2011 menjadi 7,09% (Grafik 1.14). Peningkatan pangsa tersebut disebabkan oleh peningkatan eksplorasi

pertambangan komoditas nikel dan aspal.

Grafik 1.14 Pangsa Sektoral

100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%

13.05% 7.89% 15.75% 8.15% 8.86%

13.2% 8.8% 16.8% 8.5% 8.0%

12.4% 8.8% 17.4% 9.1% 8.8%

12.03% 9.21% 18.62% 8.56% 6.93%

11.37% 8.84% 19.61% 9.17% 6.60%

5.19%
34.66%

5.1%
33.1%

5.8%
31.0%

6.08%
31.71%

7.09%
30.12%

2008
Pertanian Perdagangan

2009
Pertambangan Angkutan

2010
Industri Keuangan

2011

2012Q4
Bangunan

Listrik,GasdanAir Jasajasa

Sumber : BPS Prov. Sultra

Perkembangan tiap

sektor ekonomi yang memiliki kontribusi terhadap pembentukan

PDRB akan dianalisis lebih lanjut dalam sub bab berikut ini.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

15

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

1.3.1 Sektor Pertanian


Grafik 1.15 Produksi Padi Sulawesi Tenggara
200000 180000 160000 140000 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2012
LuasPanen(Ha) gLuasPanen

300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% 50% 100% Q3 2010


ProduksiPadi(Ton) gProduksi

2011
LuasLahan(Ha) gLuasLahan

Sumber : Dinas Pertanian Prov. Sultra

Pada

periode

laporan,

perkembangan

sektor

pertanian

menunjukkan

pertumbuhan sebesar 1,55% (y.o.y) yang mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,55% (yoy) (Tabel 1.3). Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan pertumbuhan sektor pertanian yaitu

penurunan produksi padi sebesar 5,12% (Grafik 1.15), penurunan produksi Kakao yang diperkirakan mencapai 10% karena masa panen yang sudah lewat dan penurunan hasil ikan tangkap karena cuaca dengan curah hujan dan gelombang laut tinggi di bulan November dan Desember.

1.3.2

Sektor Pertambangan

Meski telah diterapkannya Peraturan Menteri ESDM No.7 Tahun 2012, namun tren pertumbuhan tinggi sektor pertambangan masih berlanjut pada periode laporan dengan angka pertumbuhan sebesar 43,14% (y.o.y) dan meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 32,66% (Tabel 1.3). Peningkatan pertumbuhan sektor pertambangan juga terkonfirmasi dari peningkatan hasil pertambangan komoditas bijih nikel dari PT.Antam, Tbk yang tumbuh sebesar 36,57% (y.o.y) (Grafik 1.16). Peningkatan produksi bijih nikel tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan yang datang dari Eropa, Korea dan Cina. Diperkirakan peningkatan pertambangan tersebut selain dari masih tingginya permintaan luar negeri, juga ditopang oleh beroperasinya mesin FENi 3 PT. Antam, yang mengolah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

16

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

bijih nikel menjadi ferronikel sehingga mendorong peningkatan permintaan hasil tambang bijih nikel untuk diolah.

Grafik 1.16 Produksi Bijih Nikel PT.Antam, Tbk

Sumber : PT.Antam

Tingginya pertumbuhan sektor pertambangan pada tahun 2012 juga mencatatkan rekor baru sebagai pertumbuhan tertinggi sepanjang 6 tahun periode pengamatan. Tingginya minat investor asing menjadi salah satu pendorong utama peningkatan pesat sektor pertambangan selama 6 tahun pengamatan. Selain itu, promosi pemerintah daerah terhadap kekayaan alam yang ada di bumi Sulawesi Tenggara juga turut meningkatkan investasi pertambangan. Namun peran pemerintah daerah dalam menjaga sustainibilitas pengolahan

pertambangan sangat diperlukan khususnya agar eksplorasi hasil pertambangan memiliki nilai tambah baik nilai tambah industri juga teknologi dan sumber daya manusia dalam pengolahan hasil pertambangan.

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan


Tren pertumbuhan positif sektor industri pengolahan kembali berlanjut, pada periode laporan perkembangan sektor industri pengolahan tercatat tumbuh positif sebesar 8,30% (y.o.y) (Tabel 1.3) yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2011 sebesar 1,55% (yoy). Pertumbuhan positif sektor industri pengolahan dikonfirmasi oleh produksi ferronikel PT.Antam sebagai perusahaan industri pengolahan terbesar, yang pada periode laporan tumbuh 86,31% dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.17).
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 17

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

Saat ini, hanya PT.Antam, Tbk yang memiliki pabrik pengolahan bijih nikel menjadi ferronikel, sehingga pertumbuhan sektor industri pengolahan masih belum optimal. Namun, rencana jangka panjang pemerintah daerah dan PT.Antam, Tbk merencanakan pembangunan pabrik pengolahan ferronikel di Konawe Utara yang diharapkan dapat beroperasi mulai tahun 2014. Penurunan ini juga diduga disebabkan oleh sentralisasi produksi hasil pertambangan menjelang penetapan UU Minerba yang melarang ekspor bahan baku mentah.
Grafik 1.17 Produksi Ferronikel PT.Antam, Tbk
7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

200% 150% 100% 20,36% 0,10% 50% 100% 50% 0%

2009

2010
Ferronikel(TonNi)

2011
gFerronikel

2012
gFerronikel

Sumber : PT.Antam

1.3.4 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PH)


Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada periode laporan masih tumbuh positif sebesar 11,14% (yoy) (Tabel 1.3) yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2011 sebesar 10,49% (yoy). Pertumbuhan sektor PHR antara lain ditandai dengan naiknya tingkat penghunian kamar hotel (TPK) di Sulawesi Tenggara dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dari 54,62% menjadi 55,81% (Grafik 1.18). Lebih lanjut, aktivitas perdagangan di Sulawesi Tenggara juga menunjukkan pertumbuhan yang positif yang tercermin dari pertumbuhan aktivitas arus bongkar muat di pelabuhan Kendari yang cukup tinggi yaitu sebesar 286,57% (y.o.y) (Grafik 1.19). Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan sektor PHR antara lain pelaksanaan Hari Raya Haji dan Hari Natal, pelaksanaan rapat oleh instansi pemerintahan dan swasta, serta bertambahnya satu buah pusat perbelanjaan Lippo Mall Kendari yang cukup mewah dan berbagai restauran yang menjamur seiring tingginya arus kunjungan ke Sulawesi Tenggara.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

18

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

Grafik 1.18 Tingkat Hunian Hotel


70 60 50
42.11 40.27 59.12 54.62 53.13 44.09 55.39 52.34 46.73 48.16 46.82 46.43 50.44 48.93 55.81

40 30 20 10

34.67 28.54

36.5

Feb

Mar

Apr

Agust

Sept

Sept

Jul

Jul

Agu

Nov

Mei

2012

Sumber : BPS Sultra

Grafik 1.19 Arus Bongkar Muat


600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2008 2009
Bongkar&Muat

286.57%

2010

2011
gBongkar&Muat

2012

Sumber : Pelindo Kendari

1.3.5 Sektor Bangunan


Perkembangan sektor bangunan pada triwulan IV-2012 menunjukkan

pertumbuhan sebesar 14,84% (y.o.y) (Tabel 1.3) mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yang sebesar 8,61% (yoy). Relatif tingginya pertumbuhan sektor bangunan juga sesuai dengan tingginya pertumbuhan kredit perumahan/ruko pada perbankan yaitu 23,60% (y.o.y) menjadi sebesar Rp779,21 Milyar (Tabel 1.5).
Tabel 1.5 Perkembangan Kredit Perumahan/Ruko
2011 Q1 Q2 Q3 Q4 KPRs/dType 70 412,743 424,650 476,129 530,044 KPRDi atasType 70 44,023 72,849 82,960 100,386 Total 563,778 643,458 559,089 630,430 Penggunaan Pangsa 2011 84.08% 15.92% 100% 2012 Q1 Q2 Q3 Q4 549,856 772,284 525,060 585,952 120,967 180,788 190,320 193,258 670,823 953,072 715,380 779,210 Pangsa 2012 75.20% 24.80% 100% yoy Q42012 10.55% 92.51% 23.60%

Sumber: Laporan Bank Umum

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

Nov

350% 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% 50%

Dec

Des

Jan

Okt

Jun

Okt

19

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

Tingginya pertumbuhan sektor bangunan juga tercermin dari tingginya konsumsi semen di Sulawesi Tenggara yang tumbuh 69,28% (yoy) (Grafik 1.10). Aktivitas pembangunan oleh swasta diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan sektor bangunan yang relatif tinggi antara lain pembangunan perumahan mewah di Kota Kendari, pembangunan dua hotel berbintang di Kota Kendari, serta pembangunan ruko yang saat ini sedang berkembang pesat di tiga kota terpadat di Sulawesi Tenggara yaitu Kota Kendari, Bau-Bau dan Kolaka.

1.3.6 Sektor Angkutan dan Komunikasi


Grafik 1.20 Jumlah Arus Penumpang Di Bandara Haluoleo Kendari
250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2009 2010 2011 2012 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0% 0.0%

Kinerja sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan IV2012 menunjukkan

perkembangan yang cukup baik dengan positif pertumbuhan yaitu sebesar yang 6,49%

(Tabel 1.3). Peningkatan sektor angkutan meningkatnya ditandai jumlah dengan arus

JumlahPenumpang(skalakanan)

growthKunjungan(skalakiri)

Sumber : Bandara Haluoleo

penumpang yang menggunakan alat transportasi udara di bandara

Haluoleo. Pada periode berjalan jumlah penumpang yang tiba di bandara Haluoleo tercatat sebanyak 115.728 orang, dan jumlah penumpang yang berangkat tercatat

sebanyak 111.093 orang (Grafik 1.20) yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 22,23% dan 17,17% (y.o.y). Peningkatan pertumbuhan sektor angkutan diperkirakan didorong oleh meningkatnya aktivitas bisnis di Sulawesi Tenggara khususnya pada sektor pertambangan yang mengundang minat investor dalam negeri dan luar negeri. Peningkatan tersebut juga didukung oleh semakin tingginya aksesbilitas daerah-daerah di Sulawesi Tenggara melalui penambahan penerbangan ke daerah Wangi-Wangi, Bau-Bau dan Kolaka. Selain itu dukungan penambahan armada ke Kota Kendari yaitu penerbangan Lion Air dari 2x penerbangan menjadi 4x penerbangan serta Garuda Indonesia dari 1x penerbangan menjadi 2x penerbangan juga menambah pertumbuhan sektor angkutan. Sementara pada sektor komunikasi, telekomunikasi yang berkembang pesat khususnya dalam hal akses internet tanpa kabel menjadi pendorong utama pertumbuhan sektor komunikasi.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

20

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

1.3.7 Sektor Keuangan


Sektor keuangan pada triwulan IV-2012 tumbuh sebesar 11,82% (y.o.y) (Tabel 1.3). Pertumbuhan tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 11,34% dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara sebesar 0,78% (Tabel 1.4).
Grafik 1.21 Aset Perbankan Di Sulawesi Tenggara (Juta,%)
0.6 55.64% 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0.1 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Aset gAset 0.56% 26.48% 17.14% 9.22% 21.52% 17.29% 14.90% 16000000 14000000 42.14% 12000000 10000000 27.32% 8000000 6000000 4000000 2000000 0

Pertumbuhan tinggi tersebut juga tercermin aset pada perbankan yang 15,10

peningkatan Sulawesi tercatat

Tenggara sebesar Rp

Triliun atau tumbuh 27,32% dibandingkan periode yang

sama tahun 2011 (grafik 1.21).

Sumber : LBU

Selain

itu,

perkembangan

sektor keuangan juga tercermin dari pertumbuhan penyaluran kredit yang pada triwulan IV-2012 tumbuh sebesar 29,92% (y.o.y) atau menjadi sebesar Rp10,59 Triliun (Tabel Indikator Perbankan).

1.3.8 Sektor Lainnya


Perkembangan sektor listrik, gas & air bersih (LGA) serta sektor jasa-jasa pada triwulan IV-2012 menunjukkan pertumbuhan yang positif masing masing sebesar 19,56% (y.o.y) dan 5,91% (y.o.y). Pertumbuhan agresif sektor LGA didorong oleh peningkatan penggunaan gas rumah tangga seiring dengan beroperasinya stasiun gas di Kota Kendari. Sementara itu, peningkatan pertumbuhan sektor jasa-jasa antara lain didorong oleh peningkatan aktivitas jasa pendidikan, jasa pemerintahan serta jasa sosial khususnya pada saat pelaksanaan Hari Raya Haji dan Hari Natal.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

21

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-IV 2012

BABII PERKEMBANGAN INFLASI

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB II Perkembangan Inflasi

Tw-IV 2012

2.1 KONDISI UMUM TAHUN 2012 Perkembangan harga pada tingkat nasional pada tahun 2012 tercatat mengalami inflasi sebesar 4,30% (yoy) yang didorong oleh inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan (5,68%, yoy) dan makanan jadi-minuman-rokok-tembakau (6,11%, yoy) . Kondisi inflasi tersebut mengalami peningkatan dibanding dengan inflasi di tahun 2011 yang tercatat sebesar 3,79% (yoy). Peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya tekanan pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi yang disebabkan oleh peningkatan ekspektasi kenaikan harga akibat tarik ulur kenaikan bahan bakar minyak bersubsidi. Meski meningkat, namun angka inflasi nasional tersebut masih berada dalam kisaran sasarannya yaitu 4,5 1 persen. Tren peningkatan inflasi pada level nasional juga terindikasi pada inflasi Sulawesi Tenggara yang diwakili oleh inflasi Kota Kendari yang lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi nasional. Perkembangan harga di tahun 2012 tercatat mengalami inflasi sebesar 5,23% (yoy) yang didorong oleh inflasi tinggi pada kelompok bahan makanan (10,86%, yoy) dan makanan jadi-minuman-rokok-tembakau (4,91%, yoy). Angka inflasi tersebut meningkat moderat dibandingkan dengan angka inflasi di tahun 2011 yang sebesar 5,09% (yoy). Sama halnya dengan level nasional, peningkatan inflasi di Kota Kendari juga didorong oleh peningkatan tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi akibat tarik ulur kenaikan bahan bakar minyak bersubsidi dan cuaca ekstrim pada periode awal dan akhir tahun. Inflasi di Kota Kendari juga masih dalam kisaran sasaran inflasi nasional dan masih dalam kategori cukup stabil dibandingkan dengan rata-rata inflasi historis selama 10 tahun terakhir yang sebesar 9,52%. Lebih lanjut, angka inflasi Sulawesi Tenggara tersebut diantara 17 provinsi di Kawasan Timur Indonesia, menempati urutan ke-10 inflasi tertinggi. Posisi tersebut mengalami perubahan dibanding kondisi di tahun 2011, Sulawesi Tenggara menempati urutan tertinggi ke-3. Berdasarkan periode triwulanan, inflasi di tahun 2012 terkonsentrasi pada triwulan I dan III yang masing-masing memiliki pangsa 44,76% dan 28,98% terhadap total inflasi 2012. Faktor cuaca dan musiman menjadi pendorong inflasi yang terjadi pada masing-masing periode tersebut.
1

Sumber : Rilis Inflasi Desember 2013 oleh BPS

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

26

BAB II Perkembangan Inflasi

Tw-IV 2012

Grafik 2.4 Inflasi Kawasan Timur Indonesia


Maluku KalimantanBarat SulawesiUtara KalimantanSelatan SulawesiTengah KalimantanTengah KalimantanTimur NTT Gorontalo SulawesiTenggara PapuaBarat Bali Papua SulawesiSelatan NTB MalukuUtara SulawesiBarat 0 1 2 3
Wilayah 2012 I 5.75 4.52 8.84 3.60 5.94 6.03 5.78 5.82 6.67 3.70 4.06 5.10 3.81 2.50 0.95 5.91 8.65 4.54 1.94 2.07 4.95 II 5.82 4.32 8.51 5.02 5.58 5.51 4.83 7.00 6.31 4.15 3.84 4.65 3.24 4.99 3.73 5.95 6.25 4.30 1.80 4.11 5.02 III 5.19 4.38 6.36 5.21 5.28 5.13 5.39 5.48 4.76 4.78 4.48 2.03 3.71 6.78 5.23 5.40 7.07 3.87 2.95 5.52 5.05 IV* 4.59 4.71 3.99 5.33 5.83 5.96 5.61 6.19 5.84 4.98 4.41 5.23 3.28 5.87 6.04 5.31 6.73 3.29 4.52 5.07 5.24

6.73 6.19 6.04 5.96 5.87 5.84 5.61 5.33 5.31 5.23 5.07 4.71 4.52 4.41 3.99 3.29 3.28 4 5 6 7 8

Balnustra Bali NTB NTT Kalimantan Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Sulampua Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat KTI

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

2.2 INFLASI TRIWULAN IV-2012 Pada periode laporan, pergerakan harga di Kota Kendari mengalami inflasi sebesar 0,09% (qtq), kemudian berdasarkan data bulanan, inflasi periode laporan terkonsentrasi pada bulan November dan Desember dengan inflasi sebesar 0,27% (mtm) dan 0,03% (mtm), sementara pada bulan Oktober terjadi deflasi sebesar 0,21% (Grafik 2.1). Inflasi pada bulan Oktober dan November tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 yang sebesar -2,98%, dan -0,17%. Kondisi tersebut juga menjadi penyebab meningkatnya inflasi tahun laporan dibandingkan tahun 2011. Namun, meski mengalami peningkatan, angka inflasi pada bulan Desember masih lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 2011 yang sebesar 0,21%. Dibandingkan historisnya, inflasi pada bulan Oktober dan Novermber lebih tinggi, namun inflasi dibulan Desember tercatat lebih rendah. (Grafik 2.2).
Grafik 2.1 Inflasi Bulanan Kota Kendari
%,YTD %,MTM

Grafik 2.2 Inflasi Historis Kota Kendari


TwIV12
0.09

Okt'12

Nov'12

Des'12
0.20 0.02

8.90

5.74 4.04 0.76 1.64 2.99

6.13 8.31 5.08 4.90 5.09 (0.17) 0.19 2.81 2.91 2.36 0.79 1.82 0.79 1.34 0.21 0.44 0.10 0.66 0.62 (0.21) 0.27 0.03 (0.92) 2.14 3.59 4.24 5.15 4.95 5.20 5.23

(0.21)

(0.28)

0.36

(0.55)

(2.98)

(1.21)
TriwulanIV Ratarata (qtq,%) InflasiTwIV 20092011 Okt'12 (mtm,%)

1.04
Ratarata InflasiOkt' 20092011 Nov'12 (mtm,%) Ratarata InflasiNov' 20092011 Des'12 (mtm,%) Ratarata InflasiDes' 20092011

9 2011

10 11 12

10 11 12

2012

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

27

BAB II Perkembangan Inflasi

Tw-IV 2012

Sumber : BPS Sultra

Sumber : BPS Sultra

Kemudian, pada angka tahunan, inflasi di akhir tahun 2012 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi di tahun 2011 yang sebesar 5,09% (Grafik 2.3).
Grafik 2.3 Inflasi Tahunan Kota Kendari
%,MTM
8.31 5.09 4.04 2.36
2.99 0.76 1.64 (0.55) (2.98) (0.17) 0.19 0.79 1.34 0.21 0.44 0.10 0.66 0.62 (0.92) (0.21) 0.27 0.03

%,YTD

5.15 3.59

5.23

9 2011

10

11

12

10

11

12

2012

Sumber : BPS Sultra

Peningkatan inflasi tahunan pada periode laporan dipengaruhi oleh meningkatnya inflasi

administered price (harga yang diatur pemerintah), inflasi volatile food (bahan makanan
bergejolak), dan juga pada inflasi inti yang akan dibahas pada sub bab disagregasi inflasi.

2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG


Tabel 2.1 Inflasi Kelompok Komoditas
Kelompok BahanMakanan Makananjadi,minuman,rokokdantembakau Perumahan,air,listrik,gasdanbahanbakar Sandang Kesehatan Pendidikan,rekreasi danolahraga Transpor,komunikasi danjasakeuangan
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

TW III Inflasi(qtq) 3.42% 2.18% 0.10% 2.84% 1.22% 0.60% 0.20%

Inflasi(qtq) 0.25% 0.20% 0.29% 0.05% 0.61% 0.15% 0.33%

TW IV Sumbangan(qtq) 0.06% 0.03% 0.07% 0.00% 0.01% 0.01% 0.06%

Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, inflasi pada triwulan IV-2012 mengalami penurunan yaitu dari 1,50% (qtq) menjadi 0,09% (qtq). Penurunan inflasi tersebut bersumber dari menurunnya tekanan pada kelompok bahan makanan,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 28

BAB II Perkembangan Inflasi

Tw-IV 2012

makanan jadi, sandang, kesehatan dan pendidikan. Sumbangan masing-masing kelompok tersebut terhadap inflasi masing-masing sebesar -0,06%, 0,03%, 0,002% 0,01% dan -0,01% (Tabel 2.1). Pada sisi lain, kelompok perumahan dan transpor mengalami peningkatan inflasi dari 0,10% dan -0,20% dengan sumbangan masingmasing sebesar 0,07% dan 0,06%. Pada sub bahasan ini akan dibahas beberapa kelompok yang memberikan dampak signifikan yaitu bahan makanan, makanan jadi, perumahan dan transportasi. Inflasi pada kelompok bahan makanan mengalami penurunan dari 3,42% (qtq) menjadi 0,25% (qtq) yang didorong oleh deflasi yang terjadi pada sub kelompok sayur-sayuran, dari 10,46% menjadi -8,48%, buah-buahan dari 6,86% menjadi -1,73% dan ikan segar dari 3,46% menjadi -0,75% (qtq). Kemudian, pada sub kelompok daging& hasilnya dan kacangkacangan mengalami penurunan inflasi masing-masing dari 9,01% dan 20,00% menjadi 2,30% dan 5,54% (Grafik 2.5).
Grafik 2.5 Inflasi Bahan Makanan
0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 0.10 0.20 0.30
1 2 3 4 1 2 2010
BAHANMAKANAN(0,2%,QTQ) DAGING&HASILNYA(2,3%,QTQ) SAYURSAYURAN(8,5%,QTQ) KACANGKACANGAN(5,5%,QTQ) BUAHBUAHAN(1,7%,QTQ)

2009

2011

2012

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

Berdasarkan komoditasnya, penurunan harga terbesar terjadi pada komoditas bayam, kangkung, pakis, daun kelor, daun kacang panjang muda (sub kelompok sayur-sayuran), jagung manis, pisang, semangka, pepaya muda (sub buah-buahan), dan kacang mete (sub kelompok kacang-kacangan) (Tabel 2.2). Kemudian, pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, tembakau terjadi penurunan inflasi dari 2,18% menjadi 0,20% (qtq) yang didorong oleh penurunan inflasi pada sub kelompok minuman tidak beralkohol dari 9,27% menjadi -2,83% (qtq) dan rokok, tembakau dan minuman beralkohol lainnya dari 1,85% menjadi 1,23% (Grafik 2.6). Meski terjadi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 29

BAB II Perkembangan Inflasi

Tw-IV 2012

penurunan, namun inflasi yang terjadi di periode laporan menunjukkan adanya kenaikan harga pada komoditas di kelompok makanan jadi. Berdasarkan komoditasnya, kenaikan harga terbesar terjadi pada komoditas martabak, makanan bayi, soto (makanan jadi) teh, kopi bubuk, susu bubuk, susu cair kemasan (minuman tidak beralkohol), serta rokok kretek, rokok kretek filter, dan rokok putih (rokok, tembakau dan minuman beralkohol) (Tabel 2.2).
Grafik 2.6 Inflasi Makanan Jadi
0.13 0.11 0.09 0.07 0.05 0.03 0.01 0.01
1 2 2009 3 4 1 2 2010 3 4 1 2 2011 3 4 1 2 2012 3 4
MAKANANJADI,MINUMAN,ROKOK& TEMBAKAU(0,2%,QTQ) MAKANANJADI(0,6%,QTQ) MINUMANYANGTIDAKBERALKOHOL( 2,8%,QTQ) KACANGKACANGAN(5,5%,QTQ)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

Selanjutnya pada kelompok perumahan terjadi peningkatan inflasi dari 0,10% menjadi 0,29% (qtq) yang bersumber dari peningkatan inflasi pada sub kelompok biaya tempat tinggal dari 0,47% menjadi 0,60% (qtq) dan penyelenggaraan rumah tangga dari 0,07% menjadi 0,40% (qtq) (Grafik 2.7). Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga terbesar adalah besi beton, kayu balokan, keramik, tukang bukan mandor, panci, upah pembantu rumah tangga, dan pembasmi nyamuk elektrik (Tabel 2.2).
Grafik 2.7 Inflasi Perumahan
0.11

0.06

0.01

0.04
1 2 2009 3 4 1 2 2010 3 4 1 2 2011
BiayaTempatTinggal PerlengkapanRumahtangga

2 2012

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS&BB BahanBakar,PenerangandanAir PenyelenggaraanRumahtangga

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

30

BAB II Perkembangan Inflasi

Tw-IV 2012

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

Pada kelompok transportasi terjadi peningkatan inflasi dari -0,20% menjadi 0,33% (qtq) yang didorong oleh peningkatan inflasi pada sub kelompok transportasi dari -0,36% menjadi 0,40% (qtq), dan komunikasi dan pengiriman dari 0,05% menjadi 0,20% (qtq) (Grafik 2.8). Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga terbesar adalah angkutan udara (transportasi), dan telepon seluler (komunikasi dan pengiriman) (Tabel 2.2).
Grafik 2.8 Inflasi Transportasi

0.10 0.05 0.00 0.05 0.10


1 2 2009
KomunikasiDanPengiriman JasaKeuangan

2 2010

2 2011

2 2012

TRANSPOR,KOMUNIKASIDANJASAK

Transpor SaranadanPenunjangTranspor

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

Tabel 2.2 Komoditas Penyumbang Inflasi

Komoditas cabe merah jeruknipis/limau cabe rawit pepaya sawi hijau kerang bajumuslim bajumuslim besi beton

Inflasi 112.54% jaket

Komoditas

Inflasi

Komoditas

Inflasi 9.40% 8.66% 8.52% 8.29% 8.22% 7.11% 7.02% 6.93% 6.92% 5.18%

12.50% busi 11.99% kacanghijau 11.75% bawangmerah 11.45% kecap(isi) 10.24% ongkosbidan 10.16% wortel 9.95% 9.73% 9.71% tempe layang dokterspesialis

43.68% korekapi gas 39.19% kol putih/kubis 31.06% baronang 30.09% tomatsayur 25.00% ketelapohon 15.38% tongkol 14.21% ketimun

38.75% cel.panjangbahandrill 11.54% nangkamuda

dagingayamkampung 21.20% dagingsapi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

31

BAB II Perkembangan Inflasi

Tw-IV 2012

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

2.3 DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan disagregasinya, penurunan inflasi pada periode laporan terutama

dipengaruhi oleh menurunnya inflasi volatile food (bahan makanan bergejolak) dan kelompok core, meski terjadi peningkaan inflasi pada kelompok administered price.
Grafik 2.9 Disagregasi Inflasi
14% 9% 4% 1% 6% 11% Inflasi(0,09%,QTQ) volatile(0,16%,QTQ)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2009 2010 2011 2012

Core(0,12%,QTQ) administered(0,36%,QTQ)

Pada periode laporan, inflasi volatile food menurun dari 3,41% (qtq) pada akhir triwulan-III 2012 menjadi -0,16% (qtq) pada akhir triwulan-IV 2012 (Grafik 2.9). Kelompok volatile food terutama didominasi oleh bahan makanan utama konsumsi masyarakat. Meski mengalami penurunan, namun inflasi volatile food tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata historis 2009-2011 yang sebesar -5,92% (qtq) (Grafik 2.10). Kondisi ini disebabkan karena pada tahun-tahun sebelumnya dampak faktor musiman lebih rendah didorong oleh permasalahan cuaca yang pada periode laporan mengalami

peningkatan signifikan (Grafik 2.11).


Grafik 2.10 Disagregasi Inflasi Historis

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

32

BAB II Perkembangan Inflasi

Tw-IV 2012

IHK
0.09 (0.01)

Core 0.12 0.51

Volatile (0.16)

Adm. Prices 0.63 0.36

TwIV'12 Ratarata TwIV'12 Ratarata TwIV'12 Ratarata TwIV'12 Ratarata (mtm,%) InflasiTw (mtm,%) InflasiTw (mtm,%) InflasiTw (mtm,%) InflasiTw IV2009 IV2009 IV2009 IV2009 2011 2011 2011 2011

(5.92)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara diolah

Kelompok core pada periode berjalan mengalami penurunan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 1,25% menjadi 0,12% (qtq) (Grafik 2.9). Kelompok core tersebut terdiri dari kelompok sandang, makanan jadi, perumahan dan kesehatan. Meski relatif kecil, namun penurunan inflasi pada periode laporan mampu menahan inflasi umum yang lebih tinggi karena faktor gangguan cuaca. Angka inflasi core tersebut juga lebih

rendah dibandingkan dengan rata-rata historis tahun 2009-2011 yang sebesar 0,12% (qtq) (Grafik 2.10). Penurunan inflasi core pada periode laporan didorong oleh stabilnya sisi penawaran meski terdapat peningkatan demand yang cukup tinggi. Kestabilan sisi penawaran tersebut terutama didukung oleh distribusi yang relatif lancar dengan adanya perbaikan dan penambahan infrastruktur pelabuhan dan jalan, serta bertambahnya perusahaan kontainer tujuan Kota Kendari.
Grafik 2.11 Curah Hujan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

33

BAB II Perkembangan Inflasi

Tw-IV 2012

350 300 250 200 150 100 50 0

milimeter

Sumber: BMKG

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agust Sept

Okt

Nov

Des

StamarKendari
Sumber : BMKG

StamarBetoambare Baubau

StamarPomalaaKolaka

Inflasi administered price Kota Kendari yang terdiri dari kelompok komoditas yang diatur oleh pemerintah mengalami inflasi pada level moderat yaitu sebesar 0,36% (qtq) (Grafik 2.10). Inflasi yang terjadi pada periode laporan tersebut merupakan peningkatan yang ekstrim setelah mengalami deflasi pada periode sebelumnya. Namun dibandingkan dengan inflasi historis tahun 2009-2011 yang sebesar 0,63% (qtq) (Grafik 2.10), inflasi tersebut masih relatif rendah. Beberapa faktor yang mendorong inflasi tersebut antara lain peningkatan tarif pesawat udara akibat permintaan yang tinggi serta cuaca yang dengan curah hujan tinggi, serta kenaikan harga rokok sebagai salah satu komoditas pada kelompok administered price

inflation.

2.4 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI Meski inflasi secara triwulanan mengalami penurunan, namun secara tahunan angka inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode tahun 2011. Kondisi tersebut ditopang oleh faktor ekspektasi inflasi tinggi yang terjadi saat adanya tarik ulur kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, serta kondisi cuaca di periode triwulan IV-2012 yang mengalami curah hujan tinggi. Kemudian, dalam langkah pengendalian inflasi, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) sudah melakukan berbagai langkah untuk menekan inflasi baik dari sisi permintaan maupun penawaran jangka pendek dan jangka panjang, antara lain : 1. Untuk pembentukan ekspektasi, informasi harga secara rutin selain dipublikasikan melalui media cetak koran sebagaimana yang sudah berjalan, juga perlu diperkuat melalui papan informasi harga elektronik yang ditempatkan pada pasar-pasar utama di Kota Kendari sebagaimana yang dilakukan di kota lain seperti Palangkaraya.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 34

BAB II Perkembangan Inflasi

Tw-IV 2012

2. Sebagai bentuk pengendalian inflasi pada jangka panjang, TPID memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah terkait kendala infrastruktur dan tenaga kerja pelabuhan sebagai berikut: a. Mempercepat pembangunan pelabuhan Bungkutoko sehingga dapat beroperasi di awal tahun 2013. b. Mendirikan pusat pergudangan yang berguna sebagai tempat stok komoditas konsumsi sekaligus memberikan solusi perhentian kontainer yang datang, sehingga tidak harus mengantri di lapangan parkir kontainer pelabuhan. c. Menganjurkan kepada Administrasi Pelabuhan agar membuat shift malam bagi tenaga buruh bongkar pelabuhan sehingga aktivitas bongkar dapat dilakukan pada malam hari. 3. Terkait kendala antrian bahan bakar minyak bersubsidi beberapa rekomendasi yang diusulkan adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi kebutuhan BBM bersubsidi Solar bagi sektor pertambangan, sektor industri, dan sektor pertanian sekaligus alat transportasi yang digunakan untuk kegiatan masing-masing sektor, yang kemudian diberikan tempat khusus pengisian. b. Bekerja sama dengan pihak kepolisian dalam menindak tegas oknum yang melakukan penyimpangan BBM bersubsidi solar dengan terlebih dahulu mengidentifikasi alat transportasi (kendaraan) yang tidak wajar dalam pengisian Solar.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

35

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-IV 2012

BABIII PERKEMBANGAN PERBANKAN DANSISTEM PEMBAYARAN

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

BABIII PerkembanganPerbankan TwIV2012

3.1 PERKEMBANGAN PERBANKAN Perbankan pada triwulan IV-2012 menunjukkan perkembangan yang cukup tinggi dengan parameter pertumbuhan positif aset sebesar 27,34%. Sehingga secara total, aset perbankan pada triwulan IV-2012 menjadi Rp15,20 Triliun.

Perkembangan aset tersebut didorong oleh ekspansi kredit yang tumbuh sebesar 29,98%. Pertumbuhan kredit tersebut lebih tinggi dari perkembangan DPK (Dana Pihak Ketiga) yang tumbuh sebesar 16,82% sehingga mendorong angka LDR (Loan to Deposit Ratio) menjadi sebesar 107,66%. Sementara itu, tingkat kesehatan penyaluran kredit juga masih berada pada level cukup aman yang terukur dari angka NPL (Non Performing Loan) yang relatif kecil sebesar 1,53% (Tabel 3.1). Perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang tinggi dengan indikator pertumbuhan aset sebesar 99,15%. Peningkatan aset tersebut didorong oleh penyaluran kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang cukup agresif, dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 49,10% dan 25,59% (Tabel 3.5). Disparitas pertumbuhan kredit dengan DPK tersebut menyebabkan angka FDR perbankan syariah cukup besar yaitu 103,84% (Tabel 3.3). Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Bank Umum dan BPR
Indikator Aset(juta) Total Aset AsetBankUmum AsetBPR DPK(juta) Total DPK DPKBankUmum DPKBPR Kredit(juta) Total Kredit KreditBankUmum KreditBPR LoantoDepositRatio(LDR) Total LDR LDRBankUmum LDRBPR NonPerformingLoan(NPL) Total NPL NPLBankUmum NPLBPR 2008 2009 TAHUNDATA 2010 2011 2012 Pangsa 2011 2012 Growth(yoy) 2011 2012

5,902,029 7,167,926 8,410,911 11,929,782 15,182,935 41.84% 27.27% 5,855,031 7,115,034 8,345,530 11,861,936 15,103,075 99.43% 99.47% 42.14% 27.32% 46,998 52,892 65,381 67,846 79,860 0.57% 0.53% 3.77% 17.71% 4,605,105 5,253,945 6,026,553 4,563,263 5,207,284 5,971,945 41,842 46,661 54,609 3,819,816 4,763,447 6,145,828 3,787,686 4,725,364 6,095,220 32,130 38,083 50,608 82.95% 83.00% 76.79% 2.79% 2.77% 4.59% 90.66% 90.75% 75.29% 2.22% 2.18% 7.20% 101.98% 101.90% 107.91% 2.29% 2.29% 4.10% 8,483,884 8,428,271 55,612 9,906,231 40.78% 16.77% 9,850,242 99.34% 99.43% 41.13% 16.87% 55,989 0.66% 0.57% 1.84% 0.68%

8,203,189 10,648,884 33.48% 29.81% 8,152,585 10,592,103 99.38% 99.47% 33.75% 29.92% 50,605 56,781 0.62% 0.53% 0.01% 12.20% 96.69% 96.73% 109.89% 1.21% 1.38% 11.75% 107.50% 107.53% 98.60% 5.19% 11.18% 5.07% 11.17% 1.84% 10.27%

1.52% 47.11% 25.89% 1.45% 1.14% 1.44% 39.46% 4.76% 15.38% 0.11% 0.09% 186.48% 30.81%

Sumber : LBU dan LBBPR 3.1.1 Bank Umum Pertumbuhan aset perbankan tahun 2012 yang cukup tinggi (27,34%), didorong oleh pertumbuhan aset pada bank umum sebesar 27,32% (Tabel Indikator Perbankan).

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

29

BABIII PerkembanganPerbankan TwIV2012

Namun, pertumbuhan tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 42,14%. Penurunan pertumbuhan aset juga terindikasi dari penurunan pertumbuhan kredit sebagai pembentuk dari aset perbankan. Pertumbuhan kredit pada tahun 2012 tercatat sebesar 29,92% lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit pada tahun 2011 yang sebesar 33,75%. Berdasarkan nominalnya, angka penyaluran kredit bank umum Sulawesi Tenggara mencapai Rp10,59 Triliun. Dari sisi penggunaan, penurunan pertumbuhan kredit didorong oleh penurunan pertumbuhan kredit modal kerja dan konsumsi, yaitu dari masing-masing sebesar 31,81% dan 34,04% pada tahun 2011 menjadi 23,63% dan 30,63% pada tahun 2012. Pada sisi lain, kredit investasi tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan dari 39,28% pada tahun 2011 menjadi 48,10% pada tahun 2012 (Grafik 3.1).

Grafik 3.1 Pertumbuhan (g) dan Nominal Kredit Penggunaan Thn.2008 s.d. 2012 (%, Triliun)

Grafik 3.2 Pangsa dan Nominal Kredit Penggunaan Thn.2012 (%, Milyar)

Sumber : LBU

Sumber : LBU

Dari sisi jenis penggunaan, pangsa kredit terbesar masih terkonsentrasi pada kredit konsumsi dengan nominal Rp6,11 Triliun atau 57,69% dari total kredit. Sementara kredit modal kerja dan investasi tercatat sebesar Rp3,35 Triliun dan Rp1,12 Triliun atau masingmasing memiliki pangsa 31,71% dan 10,59% dari total kredit (Grafik 3.2). Dari sisi sektoral, penurunan kredit tercermin dari penurunan pertumbuhan kredit pada beberapa sektor utama yaitu sektor jasa dunia usaha, perdagangan-hotel-restauran (PHR), pertanian, serta jasa sosial. Penurunan pertumbuhan paling besar terjadi pada sektor jasa sosial dan jasa dunia usaha yaitu masing-masing dari 4,48% dan 432,40% di tahun 2011 menjadi sebesar -71,80% dan 29,41% pada tahun 2012. Penurunan pertumbuhan di sektor PHR dan pertanian berada pada kisaran moderat yaitu masingmasing sebesar 41,61% dan 53,19% di tahun 2011 menjadi 34,98% dan 30,65% pada tahun 2012 (Grafik 3.3). Penurunan pertumbuhan kredit tersebut diperkirakan disebabkan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

30

BABIII PerkembanganPerbankan TwIV2012

oleh pelunasan kredit sehingga baki debet kredit berkurang, serta alokasi penyaluran kredit investasi yang diperbesar seiring dengan peningkatan aktivitas pembangunan infrastruktur usaha di Sulawesi Tenggara. Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit Sektoral Grafik 3.4 Pangsa Kredit Sektoral

Sumber : LBU

Sumber : LBU

Berdasarkan pangsanya, dominasi penyaluran kredit sektoral masih pada sektor PHR dengan pangsa sebesar 26,68%. Sementara itu, sektor lainnya, yang memberikan sumbangan cukup tinggi terhadap perekonomian Sulawesi Tenggara yaitu sektor pertanian, pertambangan, industri dan konstruksi memiliki pangsa kredit relatif kecil masing-masing sebesar 2,72%, 0,47%, 1,24% dan 2,84%. Penyebab relatif kecilnya pangsa pada sektor-sektor tersebut disebabkan oleh tingginya tingkat risiko khususnya pada sektor pertanian, serta dominasi pelaku usaha besar pada sektor pertambangan, industri dan konstruksi yang memiliki kekuatan modal cukup besar sehingga dimana sesuai dengan kewenangan memutus kredit, pemberian pinjaman berskala besar dilakukan oleh kantor pusat atau kantor wilayah bank yang berada di luar Sulawesi Tenggara. Namun, meski penyaluran kredit mengalami penurunan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, angka pertumbuhan kredit bank umum pada tahun 2012 masih berada pada level yang cukup tinggi sebesar 29,98% (yoy). Tingginya penyaluran kredit tersebut disebabkan oleh kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara yang sedang berkembang pesat dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 11,58% (yoy). Perkembangan tersebut mencerminkan kenaikan produktivitas masyarakat Sulawesi Tenggara serta diiringi dengan kenaikan pola konsumsi sehinga mendorong untuk permintaan kredit terhadap perbankan baik untuk kredit modal kerja maupun konsumsi. Lebih lanjut, pertumbuhan penyaluran kredit yang cukup tinggi pada periode laporan, ditopang oleh pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang cukup tinggi yang tercatat tumbuh sebesar 16,77% dengan nominal Rp9,91 Triliun. Penghimpunan DPK tersebut juga mengalami penurunan pertumbuhan dibandingkan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

31

BABIII PerkembanganPerbankan TwIV2012

periode tahun 2011 yang tercatat sebesar 40,78%. Penurunan pertumbuhan DPK tersebut disebabkan oleh penurunan pertumbuhan pada giro, tabungan dan deposito masing-masing dari 42,62%, 38,30% dan 49,09% pada tahun 2011 menjadi 30,71%, 16,92% dan 6,58% pada tahun 2012. Namun, meski mengalami penurunan pertumbuhan, pertumbuhan DPK pada tahun 2012 masih pada kategori cukup tinggi, yang didorong oleh peningkatan pendapatan masyarakat seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang juga cukup tinggi, peningkatan kesadaran masyarakat untuk menabung, serta akses perbankan yang semakin meningkat di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan pangsanya, dominasi DPK masih terdapat pada tabungan dengan pangsa 63,27% atau sebesar Rp6,23 Triliyun. Hal ini mengindikasikan bahwa penghimpunan dana sebagian besar berasal dari masyarakat menengah kebawah. Grafik 3.4 Pertumbuhan DPK Grafik 3.5 Pangsa dan Nominal DPK

Sumber : LBU

Sumber : LBU

Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penghimpunan DPK mengakibatkan angka LDR bank umum berada pada angka yang cukup tinggi yaitu 107,66%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan LDR pada tahun 2011 yang tercatat sebesar 96,69%. Kondisi ini menunjukkan bahwa alokasi DPK sudah digunakan secara optimal untuk pembiayaan perekonomian Sulawesi Tenggara. Mengacu kepada kondisi penyaluran kredit dan penghimpunan dana yang tumbuh tinggi, efisiensi perbankan juga mengalami peningkatan yang tercermin dari angka rasio biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO) yang relatif rendah. Rasio BOPO pada tahun 2012 tercatat sebesar 48,86%, lebih rendah dibandingkan rata-rata tahun 2011 yang tercatat sebesar 55,53% (Grafik 3.6).

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

32

BABIII PerkembanganPerbankan TwIV2012

Grafik 3.6 Perkembangan BOPO Bank Umum

Sumber : LBU Selain efisiensi perbankan, salah satu ukuran peningkatan kinerja perbankan adalah rasio Net Interest Margin (NIM). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam

penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6% keatas. Semakin besar rasio ini maka pendapatan bunga dari aktiva produktif yang dikelola bank meningkat sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio NIM bank Umum di Sulawesi Tenggara, pada tahun 2012 tercatat sebesar 11,67%, yang menunjukkan bahwa sudah cukup efektif menempatkan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Akan tetapi rasio tersebut mengalami penurunan dibanding tahun 2011 yang tercatat sebesar 12,87%, penurunan ini seiring dengan peningkatan pertumbuhan DPK yang merupakan beban biaya bunga serta bertambahnya jumlah kantor bank yang berdampak pada penetapan bunga pinjaman yang semakin kompetitif, yang berpengaruh terhadap pendapatan bank. Tabel 3.2 Perkembangan Rasio NIM Bank Umum
Tahun 2009 2010 2011 2012 Pend.Bunga 751.741 947.512 1.286.480 1.505.008 Giro 28.355 21.786 33.002 56.948 BiayaBunga Dep Tab 73.538 74.985 83.954 82.033 106.355 97.624 119.918 91.556 Kredit DPK 176.878 4.725.364 187.773 6.084.763 236.981 8.152.585 268.422 10.592.103 Pendapatan BungaBersih 574.863 759.739 1.049.499 1.236.586 NIM 12,17% 12,49% 12,87% 11,67%

Sumber : LBU 3.1.2 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Perkembangan pesat pada perbankan umum juga diikuti oleh perkembangan positif BPR di Sulawesi Tenggara melalui pertumbuhan tinggi aset dan kredit pada periode

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

33

BABIII PerkembanganPerbankan TwIV2012

laporan. Saat ini, terdapat 15 BPR di Sulawesi Tenggara, yang terdiri dari 8 BPR milik swasta dan 7 BPR milik pemerintah daerah. Pada tahun 2012, aset 15 BPR dimaksud sudah mencapai Rp103,134 Milyar, tumbuh 29,14% (yoy). Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan aset pada tahun 2011 yang sebesar 17,71%. Tabel 3.3 Perkembangan Indikator BPR
INDIKATOR Total Asset (juta) Dana Pihak Ketiga/DPK (juta) - Deposito - Tabungan Kredit Jenis Penggunaan (juta) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi Kredit Sektoral (juta) - Pertanian - Pertambangan - Industri - Listrik, Gas dan Air - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan restoran - Transportasi dan Komunikasi - Jasa-Jasa - Lainnya Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio NPLs Gross 2008 52,892 46,661 18,530 28,132 38,083 24,696 146 13,241 38,083 2,772 283 19,198 2,550 13,281 7.20% 2009 65,381 54,609 27,147 27,462 50,608 32,984 13 17,611 50,608 3,009 655 25,466 3,736 17,742 4.10% 2010 67,846 55,612 28,568 27,044 50,605 35,924 152 14,528 50,605 5,416 1 796 26,413 3,395 14,585 11.75% 2011 2012 Pangsa Growth y-o-y 29.14% 9.81% 22.44% 0.42% 38.27%

79,860 103,134 55,989 61,480 23,868 32,121 56,781 42,624 361 13,796 56,781 6,687 34 1,722 17 391 30,651 35 3,303 13,941 29,224 47.53% 32,257 52.47% 78,509

61,040 77.75% 43.20% 0 0.00% -99.88% 17,469 22.25% 26.63% 38.27% 16.25% 12,755 90.74% 220 0.28% 540.88% 5.94% 1,824 2.32% 9 972 41,019 52.25% 48 0.06% 4,350 0.01% -48.52% 1.24% 148.78% 33.83% 36.48% 31.72% 24.18% -20.58% -17.74% 78,509

5.54%

17,312 22.05%

75.29% 107.91% 109.89%

98.60% 78.31% 15.38% 12.65%

Meningkatnya pertumbuhan aset yang signifikan didorong oleh peningkatan penyaluran kredit yang tumbuh tinggi sebesar 38,27% yang juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2011 yang sebesar 12,20% (yoy). Adapun alokasi penyaluran kredit BPR didominasi oleh kredit modal kerja yaitu sebesar Rp61,04 Milyar atau 77,75% dari total kredit, yang disusul oleh kredit konsumsi sebesar Rp16,13 Milyar atau 21,51% (Tabel 3.3). Pada sisi sektoral, penyaluran kredit BPR sama halnya dengan perbankan umum, masih terkonsentrasi di sektor PHR sebesar Rp40,22 Milyar atau 53,04% dari total kredit, yang diikuti oleh sektor pertanian sebesar Rp17,46 Milyar atau 22,25% dari total kredit. Kemudian, dari sisi kategori debitur, penyaluran kredit BPR seluruhnya disalurkan kepada pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Lebih lanjut, perkembangan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BPR Sulawesi Tenggara juga mengalami peningkatan yang moderat yaitu sebesar 9,81% mengalami peningkatan dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2011 yang sebesar 0,68%

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

34

BABIII PerkembanganPerbankan TwIV2012

(yoy). Berdasarkan asalnya, DPK terutama berasal dari tabungan dengan pangsa 52,47%, sementara yang berasal dari deposito sebesar 47,53% (Tabel 3.3 Indikator BPR). Performa BPR pada tahun 2012 terbilang cukup baik, khususnya tercermin dari indikator LDR yang mencapai 78,31%, yang berarti masih memberikan ruang optimalisasi penyaluran kredit kepada masyarakat. Sama seperti periode-periode sebelumnya, dari sisi tingkat kesehatan, performa penyaluran kredit masih berada dalam kategori yang tidak sehat, hal ini tercermin dari rasio NPL atau kredit macet yang mencapai 12,65% dari total kredit yang disalurkan, meskipun lebih rendah dari tahun 2011 yang mencapai 15,38%, namun rasio NPL tersebut masih melebihi batas normal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 5%.

3.1.3 Perbankan Syariah Seiring dengan krisis keuangan global yang sudah berlangsung sejak tahun 2007, perbankan syariah menjadi primadona sektor keuangan. Hal ini disebabkan oleh karakteristik keuangan syariah yang relatif aman dari goncangan pasar keuangan modern saat ini yang penuh dengan spekulasi. Bank Indonesia dalam mengamankan sektor keuangan juga mendorong perkembangan perbankan syariah sebagai alternatif bagi masyarakat yang memiliki preferensi tingkat keamanan sekaligus mengamalkan nilai-nilai keagamaan. Perbankan syariah di Sulawesi Tenggara sudah berdiri sejak tahun 2004, yang kemudian terus berkembang dengan semakin meningkatnya minat dari masyarakat Sulawesi Tenggara. Pada tahun 2012, perbankan syariah turut memberikan sumbangsih

perkembangan terhadap perbankan di Sulawesi Tenggara, dengan pertumbuhan aset yang cukup tinggi yaitu 99,15% (yoy). Peningkatan aset tersebut didorong oleh penyaluran pembiayaan yang tumbuh tinggi mencapai 49,10% (yoy) (Tabel 3.5). Berdasarkan pangsanya, penyaluran pembiayaan perbankan syariah terbesar dialokasikan pada penggunaan untuk modal kerja sebesar 40,45% dari total kredit, yang kemudian diikuti untuk penggunaan konsumsi dan investasi masing-masing sebesar 29,93% dan 29,62% dari total kredit (Grafik 3.5). Dalam mendukung peningkatan penyaluran kredit, perbankan syariah juga melakukan aktivitas penghimpunan dana yang terdiri dari Giro, Tabungan dan Deposito. Tingginya pertumbuhan penyaluran pembiayaan pada periode tahun 2012 juga ditopang oleh pertumbuhan penghimpunan dana yang cukup tinggi namun masih lebih kecil dari pertumbuhan pembiayaan yaitu sebesar 25,59% (Table 3.4). Dengan disparitas pertumbuhan kredit dan pertumbuhan DPK tersebut menyebabkan FDR (Finance To

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

35

BABIII PerkembanganPerbankan TwIV2012

Deposit Ratio) perbankan syariah sangat tinggi yaitu sebesar 103,84% (Tabel 3.4). Kondisi ini mencerminkan bahwa animo masyarakat terhadap perbankan syariah sangat tinggi khususnya bagi pelaku usaha dalam pembiayaan usaha. Namun meski angka FDR berada pada level yang sangat tinggi, tingkat kesehatan penyaluran kredit perbankan syariah masih relatif aman, yang tercermin dari angka rasio NPF yang berada dibawah 5% yaitu sebesar 1,03% (Tabel 3.4). Hal ini menunjukkan bahwa masih besarnya peluang bagi pengembangan perbankan syariah di Sulawesi Tenggara khususnya dengan adanya jaminan kelancaran pembayaran oleh debitur yang tercermin dari angka NPF rendah. Tabel 3.4 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah
Indikator ASSET DPK Giro Tabungan Deposito KREDIT Modal Kerja Investasi Konsumsi FDR NPF Gross LABA

2009 246,500 210,292 14,980 118,185 77,127 156,847 105,873 461 50,513 74.59% 0.97% 14,491

Periode 2010 2011 306,453 501,021 247,902 354,112 14,946 17,006 140,930 216,389 92,026 120,717 186,581 309,713 82,281 140,279 62,950 89,926 41,350 79,508 75.26% 87.46% 1.52% 0.00% 15,931 18,705

Growth 2012 2011(y.o.y) 2012(y.o.y) 997,759 63.49% 99.15% 444,726 42.84% 25.59% 38,184 13.78% 124.53% 267,553 53.54% 23.64% 138,989 31.18% 15.14% 461,793 65.99% 49.10% 186,808 70.49% 33.17% 136,773 42.85% 52.10% 138,212 92.28% 73.83% 103.84% 16.21% 18.72% 1.03% 100.00% 103.00% 36,383 17.41% 94.51%

Pangsa 2011 2012

4.80% 8.59% 61.11% 60.16% 34.09% 31.25% 45.29% 40.45% 29.04% 29.62% 25.67% 29.93%

Grafik 3.7 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

36

BABIII PerkembanganPerbankan TwIV2012

3.2 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 3.2.1 Perkembangan Pembayaran Tunai a. Aliran Uang Keluar/Outflow Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang kartal1 khususnya untuk keperluan transaksi (transaction motive), pada tahun 2012 Kantor Bank

Indonesia Kendari telah mengedarkan uang kartal baik melalui perbankan maupun langsung kepada masyarakat yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara sebesar Rp2.851,46 Milyar, jumlah tersebut lebih tidak mengalami perubahan signifikan dari tahun 2011 yang tercatat sebesar Rp2.829,73 Milyar. Jumlah tersebut juga mencerminkan masih relatif rendahnya penggunaan alat pembayaran non tunai untuk transaksi ekonomi. Hal ini disebabkan para pelaku ekonomi masih berpendapat bahwa transaksi tunai lebih fleksibel dan cepat dibandingkan dengan non tunai seperti cek dan transfer atau alat pembayaran non tunai lainnya, meskipun dari sisi keamanan relatif lebih aman. Selain faktor tersebut, tingginya penggunaan alat pembayaran tunai disebabkan oleh masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki rekening di bank karena masih terbatasnya jaringan kantor bank. Oleh sebab itu, akses perbankan yang menjangkau seluruh masyarakat sangat diperlukan khususnya melalui pengembangan jaringan perbankan pada daerah dengan transaksi ekonomi yang cukup tinggi. B. Aliran Uang Masuk/Inflow Jumlah aliran uang kartal yang masuk dari perbankan dan masyarakat ke Kantor Bank Indonesia Kendari pada tahun 2012 sebesar Rp883,06 Milyar atau meningkat 47% dibandingkan besarnya aliran uang masuk ke Kantor Bank Indonesia Kendari pada tahun 2011. Meski mengalami peningkatan, namun arus inflow tersebut masih relatif kecil dibandingkan uang yang keluar yaitu 30,97% dari total outflow. Pangsa inflow yang relatif kecil tersebut disebabkan oleh penggunaan uang kartal di Sulawesi Tenggara yang masih relatif tinggi sehingga terjadi disparitas antara arus uang masuk dan arus uang keluar. Disparitas tersebut disebabkan oleh tingginya transaksi tunai dalam kegiatan ekonomi masyarakat Sulawesi Tenggara dengan pelaku ekonomi dari luar Sulawesi Tenggara, sehingga menyebabkan, uang yang masuk di Sulawesi Tenggara sebagian dibawa keluar.

Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

37

BABIII PerkembanganPerbankan TwIV2012

3.2.3 Perkembangan Pembayaran Non Tunai. Perkembangan perekonomian Sulawesi Tenggara pada tahun 2012 yang mengalami peningkatan juga tercermin dari meningkatnya aktivitas pembayaran non

tunai baik yang khususnya melalui BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). Kegiatan transaksi non tunai melalui sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement / BI-RTGS menunjukkan peningkatan, baik pada nominal maupun jumlah transaksi. Jumlah transaksi melalui BI-RTGS pada tahun 2012 tercatat sebanyak 83.295 transaksi meningkat dibandingkan tahun 2011 yang tercatat sebanyak 74.173 transaksi, sementara jumlah nominal transaksi tahun 2012 tercatat sebesar Rp99,22 Triliun meningkat dari Tahun 2011 yang tercatat sebesar Rp60,10,39 Triliun (Tabel 3.5). Meningkatnya transaksi dengan menggunakan BI-RTGS selain disebabkan oleh meningkatnya perekonomian Sulawesi Tenggara pada periode berjalan, dan juga diperkirakan disebabkan oleh mulai meningkatnya awareness masyarakat menggunakan transaksi non tunai. Pada sisi lain, aktivitas kliring juga mengalami peningkatan dari Rp2,67 Triliun pada tahun 2011 menjadi Rp3,31 Triliun pada tahun 2012. Seiring dengan peningkatan jumlah nominal kliring, jumlah warkat kliring juga mengalami peningkatan yaitu dari 127.721 lembar menjadi 137.748 lembar (Tabel 3.5). Penurunan aktivitas kliring ini diperkirakan disebabkan oleh peningkatan kapasitas transaksi ekonomi sehingga membuat masyarakat menggunakan akses RTGS dalam transaksi pengiriman uang.

Tabel 3.5 Data Indikator Sistem Pembayaran Provinsi Sulawesi Tenggara


Kegiatan Pembayaran Non Tunai SKNBI - Jumlah Warkat Kliring (lembar) - Nominal Trans.Kliring (juta) RTGS - Jumlah Warkat RTGS (lembar) - Nominal Trans.RTGS (miliar) Pembayaran Tunai (juta) - Aliran uang masuk (inflow) - Aliran uang keluar (outflow) - Net (Inflow - Outflow) - PTTB 704,173 2,123,775 (1,419,601) 204,164 670,982 1,906,129 (1,235,147) 97,124 549,876 2,078,621 (1,528,745) 120,756 600,326 2,829,732 (2,229,406) 429,930 883,063 2,851,463 (1,968,400) 166,359 9% 36% 46% 256% 47% 1% -12% -61% 52,319 53,556 57,392 57,925 68,141 69,238 74,173 60,104 83,295 99,224 9% -13% 12% 65% 157,156 2,343,455 166,439 3,019,079 143,115 2,866,322 127,721 2,674,562 137,748 3,311,484 -11% -7% 8% 24% 2008 2009 2010 2011 2012 Growth (y-o-y) 2011 2012

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

38

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-IV 2012

BABIV PERKEMBANGAN KEUANGANDAERAH

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB IV Keuangan Pemerintah

Tw-IV 2012

4.1 KONDISI UMUM Kinerja penyerapan anggaran belanja APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara hingga akhir triwulan IV-2012 relatif cukup optimal. Dari total anggaran belanja daerah sebesar Rp2,05triliun, telah direalisasikan sebesar 81,42% atau sebesar Rp1,67 Triliun. Persentase realisasi anggaran terbesar merupakan belanja operasi dan belanja modal, masingmasing sebesar 81,72% dan 12,05% dari anggaran. Hingga akhir triwulan IV tahun 2012, belanja modal yang dialokasikan sebesar Rp413 milyar, hanya terealisasi sebesar Rp201 milyar atau 48,77% dari anggaran. Dari sisi pendapatan, pendapatan APBD hingga triwulan IV tahun 2012 terealisasi dengan baik, yaitu sebesar Rp1,76 Triliun atau 94,88% dari total anggaran pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara yang dialokasikan sebesar Rp1,85 Triliun. Pencapaian ini berasal dari transfer dana perimbangan dan pendapatan asli daerah yang meliputi pajak, restribusi dan laba perusahaan daerah. Plafond transfer dari dana perimbangan sebesar Rp1,02 Triliun yang yang memberi sumbangan sebesar 57,87% terhadap APBD Provinsi Sulawesi Tenggara. Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara s.d.Tw IV-2012 (Rupiah)
No URAIAN APBDTA2012 (1) 1.857.752.225.122 545.728.695.356 1.009.154.179.766 302.869.350.000 2.056.564.248.649 1.525.243.438.639 413.708.311.309 13.352.310.105 104.260.188.596 (198.812.023.527) REALISASIs.d.TW.IV Share %THDAPBD (2) (3) (4)=(2)/(1) 1.762.667.052.207 100,00% 94,88% 453.524.978.226 25,73% 83,10% 1.020.125.146.481 57,87% 101,09% 289.016.927.500 16,40% 95,43% 1.674.352.693.858 100,00% 81,42% 1.368.346.823.771 81,72% 89,71% 201.745.682.105 12,05% 48,77% 0,00% 0,00% 104.260.187.982 6,23% 100,00% 88.314.358.349 100,00% 44,42%

1 PendapatanDaerah a PAD b DanaPerimbangan c Lain2PendapatanyangSah 2 BelanjaDaerah a BelanjaOperasi b BelanjaModal c BelanjaTidakTerduga d BelanjaBagi Hasil (Transfer) Surplus(defisit)

Sumber : Biro Keuangan Pemprov. Sulawesi Tenggara

4.2 REALISASI ANGGARAN BELANJA PADA APBD TRIWULAN IV 2012 Pada akhir triwulan IV 2012, APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara telah terealisasi sebesar Rp1,67 triliun atau 81,42% dari anggaran belanja APBD yang dialokasikan sebesar Rp1,05 Triliun. Belanja operasional yang meliputi belanja pegawai, barang, hibah, bantuan sosial dan keuangan yang dianggarkan sebesar Rp1,52 Triliun telah terealisasi sebesar 89,71%, dimana penyumbang terbesar secara nominal pada belanja pegawai yang mencapai Rp476 milyar atau 34,81% dari anggaran. Secara persentase,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

39

BAB IV Keuangan Pemerintah

Tw-IV 2012

serapan tertinggi pada belanja bantuan keuangan, belanja hibah, belanja pegawai dan belanja barang, masing-masing sebesar 96,82%; 96,58%; 87,34% dan 82,92% dari anggaran yang dialokasikan.. Sementara itu, kinerja belanja modal hingga triwulan IV 2012 masih belum optimal, hanya mencapai 48,77% dari anggaran yang dialokasikan sebesar Rp413 milyar. Pola serapan anggaran belanja modal yang relatif lambat dikhawatirkan berpotensi menghambat upaya untuk penyediaan sarana infrastruktur yang memadai dimana kondisi tersebut pada akhirnya dapat menjadi disinsetif bagi iklim investasi di Sulawesi Tenggara. Realisasi belanja modal sampai dengan triwulan IV tahun 2012 lebih rendah dari realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 73,02% dari anggaran yang dialokasikan sebesar Rp487 miliar. Sementara itu, realisasi belanja dari dana transfer bagi hasil hingga triwulan IV 2012 tercatat optimal yaitu telah mencapai Rp104 milyar atau 100% yang dianggarkan pada TA 2012. Tabel 4.2 Realisasi Belanja Hingga Triw IV-2012 (Rupiah)

URAIAN BelanjaOperasi BelanjaPegawai BelanjaBarang BelanjaBunga BelanjaHibah BelanjaBantuanKeuangan BelanjaTidakTerduga BelanjaTidakTerduga BelanjaBagi Hasil (Transfer) BelanjaTransferkeKab/Kota/Desa

APBDTA2012 (1) 1.525.243.438.639 545.390.009.437 304.259.461.251 29.090.088.000 406.341.753.761 240.162.126.190 13.352.310.105 13.352.310.105 104.260.188.596 104.260.188.596

REALISASIs.d.TW.IV Share %THDAPBD (2) (3) (4)=(2)/(1) 1.368.346.823.770 100,00% 89,71% 476.326.690.049 34,81% 87,34% 252.288.126.431 18,44% 82,92% 14.762.534.437 1,08% 50,75% 392.439.326.261 28,68% 96,58% 232.530.146.592 16,99% 96,82% 0,00% 0,00% 104.260.187.982 100,00% 100,00% 104.260.187.982 100,00% 100,00%

Sumber : Biro Keuangan Pemprov. Sulawesi Tenggara

4.3 REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN PADA APBD TRIWULAN IV 2012 Realisasi pendapatan daerah hingga triwulan IV 2012 tercapai cukup baik, secara nominal telah terealisasi sebesar Rp1,47 Triliun atau 79,32% dari total target pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Pencapaian ini berasal dari dana perimbangan dan pendapatan transfer yang meliputi pajak, restribusi dan laba perusahaan daerah yang realisasinya secara proporsional realatif baik hingga triwulan IV 2012. Plafond transfer dari dana perimbangan sebesar Rp1,02 Triliun milyar telah ditransfer sebesar 69,22% ke APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Optimalnya realisasi dana transfer tersebut terutama berasal dari realisasi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

40

BAB IV Keuangan Pemerintah

Tw-IV 2012

Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang masing-masing telah mencapai Rp870 miliar dan 34 miliar atau 100% dari target pendapatan DAU dan DAK TA. 2012. Selain itu, pendapatan dengan realisasi yang cukup baik juga dari Dana Bagi Hasil Pajak dan Non Pajak serta Dana Penyesuaian yang masing-masing terealisasi sebesar 110,53% dan 95,43% dari target anggaran. Sementara itu, pencapaian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) hingga akhir triwulan IV 2012 relatif cukup baik, yaitu sebesar Rp453 miliar atau 83,10% dari target PAD. Realisasi PAD yang cukup optimal disumbang oleh penerimaan pajak daerah, retribusi yang memberi kontribusi sebesar 74,29% dari total PAD yang diterima. Tabel 4.3 Realisasi Pendapatan Hingga Triw II-2012

URAIAN Pendapatan PendapatanAsli Daerah PendapatanPajakDaerah PendapatanRetribusi Daerah HasilPengelolaanKekayaanDaerahYangDipisahkan LainLainPADyangSah PendapatanTransfer DanaBagiHasil Pajak/BagiHasilBukanPajak DanaAlokasiUmum DanaAlokasiKhusus DanaPenyesuaiandanOtonomi Khusus

APBDTA2012 (1) 1.857.749.225.122 545.725.695.356 285.295.708.076 20.284.827.529 25.150.009.655 214.995.150.096 1.312.023.529.766 104.236.508.766 870.257.871.000 34.659.800.000 302.869.350.000

REALISASIs.d.TW.IV (2) 1.473.650.124.707 453.524.978.226 336.936.633.874 19.055.166.848 25.046.619.688 72.486.557.816 1.020.125.146.481 115.207.475.481 870.257.871.000 34.659.800.000 289.016.927.500

Share %THDAPBD (3) (4)=(2)/(1) 100,00% 79,32% 30,78% 83,10% 74,29% 118,10% 4,20% 93,94% 5,52% 99,59% 15,98% 33,72% 69,22% 77,75% 11,29% 110,53% 85,31% 100,00% 3,40% 100,00% 28,33% 95,43%

Sumber : Biro Keuangan Pemprov. Sulawesi Tenggara

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

41

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Tw-IV 2012

BABV PERKEMBANGAN TENAGAKERJA& INDIKATOR KESEJAHTERAAN

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tw-IV 2012

5.1 KONDISI UMUM


Pada triwulan IV-2012 kinerja indikator kesejahteraan Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami trend peningkatan dari triwulan III-2012. Hal ini tercermin dari menurunnya angka kemiskinan dari 14,61% dari jumlah penduduk menjadi 13,06%, dimana jumlah penduduk miskin pedesaan turun sebanyak 31.250 jiwa. Selain itu, indeks Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami peningkatan sebesar 0,08% dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 106,15 menjadi 106,23. Sedangkan jumlah pengangguran periode data Agustus 2012 mengalami peningkatan sebesar 0,98% dari tahun 2011. 5.2 KETENAGAKERJAAN Berdasarkan data BPS posisi Agustus 2012, persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan dari 3,06% pada tahun 2011 menjadi 4,04% atau jumlah pengangguran meningkat dari 32.451 orang menjadi 41.078 orang. Kinerja indikator ketenagakerjaan ini tidak searah dibandingkan data pengangguran nasional yang menunjukkan penurunan atau membaik dari 6,56% pada tahun 2011 menjadi 6,14% pada Agustus 2012. (Grafik 5.2) Dari sisi lapangan pekerjaan utama, meningkatnya tingkat pengangguran di Sulawesi Tenggara terutama dipengaruhi oleh penurunan penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian dan sektor lainnya (bangunan, angkutan, listrik gas & air minum, pertambangan dan keuangan) masing-masing sebesar -14,51% dan -4,19%. Meski demikian, terdapat peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor industri, perdagangan dan rumah makan, dan sektor jasa yang masing-masing tumbuh sebesar 22,57%; 6,51%; dan 0,67%. (Tabel 5.1 dan Grafik 5.3) Berdasarkan pangsanya, sektor pertanian masih merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja paling besar dengan pangsa 40,93% menurun dibandingkan tahun 2011 yang tercatat 45,51%. Selain itu, sektor lain yang memiliki pangsa dominan dalam penyerapan tenaga kerja adalah sektor perdagangan dan sektor jasa masing-masing sebesar 18,54% dan 18,09%, disusul sektor industri dan sektor lainnya (Bangunan, Angkutan, Listrik, Gas & Air Minum, Pertambangan dan Keuangan) masing-masing memiliki pangsa 6,50% dan 15,93%. (Tabel 5.1 dan Grafik 5.4).

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

50

BAB V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tw-IV 2012

Grafik 5.1 Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja di Sulawesi Tenggara

Grafik 5.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Tenggara dan Nasional

Sumber: data BPS diolah Sumber: data BPS diolah

Sumber: data BPS diolah

Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama

LapanganKerjaUtama Pertanian Industri Perdagangan,RM Jasa Lainnya*) SulawesiTenggara

Aug11 467,200 51,782 169,917 175,356 162,293 1,026,548

Aug12 Aug Growth 399,425 14.51% 63,469 22.57% 180,974 6.51% 176,526 0.67% 155,485 975,879 4.19% 4.94%

Pangsa 40.93% 6.50% 18.54% 18.09% 15.93% 100.00%

Ket: *) Bangunan, Angkutan, Listrik gas & air minum, Pertambangan dan Keuangan Sumber: data BPS diolah

Grafik 5.3 Jumlah Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama

Grafik 5.4 Persentase Jumlah Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama

Sumber: data BPS diolah

Sumber: data BPS diolah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

51

BAB V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tw-IV 2012

5.3 KESEJAHTERAAN 5.3.1 Nilai Tukar Petani (NTP) Pada akhir tahun 2012 terjadi peningkatan pada indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tenggara, dimana NTP pada triwulan IV-2012 tercatat sebesar 106,23 naik 0,08% dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar 106,15. Peningkatan indeks Nilai Tukar Petani terjadi pada sub sektor tanaman pangan (NTP-P) 0,52%, sub sektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) 0,44% dan perikanan NTP-Pi) 0,55%. Sementara itu, sub sektor yang mengalami penurunan indeks NTP adalah sub sektor Hortikultura (NTP-H) dan peternakan (NTP-P) masing-masing turun sebesar -1,89% dan -0,33%, (table 5.3). Penurunan yang terjadi pada sub sektor Hortikultura dipengaruhi oleh meningkatnya indeks yang dibayar sebesar 0,39% sedangkan indeks yang diterima mengalami penurunan sebesar -1,16%. Demikian halnya pada sub sektor peternakan terjadi penurunan pada indeks yang diterima sebesar -0,10% sedangkan indeks yang dibayar meningkat sebesar 0,58%. NTP Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2012 secara y.o.y mengalami penurunan sebesar -1,15%. Hal ini terjadi karena penurunan indeks nilai tukar petani terjadi pada seluruh sub sektor terkecuali sub sektor perikanan naik 0,48%. Secara y.o.y NTP sub sektor tanaman pangan turun -1,75%, hortikultura -4,24%, tanaman perkebunan rakyat 0,45%, dan peternakan 2,09%, (table 5.2). Secara Nasional, Nilai Tukar Petani mengalami peningkatan dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar 105,26 menjadi 105,87. Sedangkan NTP Sulampua mengalami penurunan dari periode sebelumnya tercatat sebesar 104,10 menjadi 103,87. Hal ini dapat dilihat pada grafik 5.6 NTP Sulawesi Tenggara, Sulampua dan Nasional yang menunjukkan bahwa NTP Provinsi Sulawesi Tenggara lebih tinggi dibandingkan NTP Nasional dan NTP Sulampua, (grafik 5.6).
Tabel.5.3 NTP Provinsi Sulawesi Tenggara
SubSektor 1.TanamanPangan(NTPP) 2.Hortikultura(NTPH) 3.TanamanPerkebunanRakyat(NTPPr) 4.Peternakan(NTPPt) 5.Perikanan(NTPPi) NTPGabungan
Sumber: data BPS diolah

2012 Perubahan TwIII TwIV 85.07 85.51 0.52% 120.94 118.65 1.89% 122.86 123.40 0.44% 90.19 89.89 0.33% 108.15 108.74 0.55% 106.15 106.23 0.08%

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

52

BAB V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tw-IV 2012

Tabel.5.2 NTP Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2011-2012


SubSektor 1.TanamanPangan a. Indeksyangditerima(lt) b. Indeksyangdibayar(lb) c. NilaiTukarPetani(NTPP) 2.Hortikultura a. Indeksyangditerima(lt) b. Indeksyangdibayar(lb) c. NilaiTukarPetani(NTPH) 3.TanamanPerkebunanRakyat Tabel 5.2 Nilai a. Indeksyang diterima (lt) Tukar b. Indeksyangdibayar(lb) c. NilaiTukarPetani(NTPPr) 4.Peternakan a. Indeks yang diterima (lt) Sumber: data BPS diolah b. Indeksyangdibayar(lb) c. NilaiTukarPetani(NTPPt) 5.Perikanan a. Indeksyangditerima(lt) b. Indeksyangdibayar(lb) c. NilaiTukarPetani(NTPPi) Gabungan a. Indeksyangditerima(lt) b. Indeksyangdibayar(lb) c. NilaiTukarPetani(NTPp) 2011 Desember 116.40 133.75 87.03 163.92 132.31 123.90 2012 Desember 117.70 137.64 85.51 162.72 137.14 118.65 Perubahan 1.12% 2.91% 1.75% 0.73% 3.65% 4.24% 3.42% 3.89% 0.45%

Petani (NTP) Sulawesi Tenggar 161.17 166.69


130.02 123.96 118.04 128.56 91.81 136.14 125.80 108.22 139.80 130.08 107.47 135.08 123.40

ah

119.04 0.85% Sumber: data BPS diolah 132.44 89.89 141.03 129.70 108.74 142.78 134.41 106.23 3.02% 2.09% 3.59% 3.10% 0.48% 2.13% 3.33% 1.15%

Sumber: data BPS diolah

Grafik 5.5 NTP Sulawesi Tenggara

Grafik 5.6 NTP Sulawesi Tenggara, Sulampua, Nasional

Sumber: data BPS diolah

Sumber: data BPS diolah

5.3.2 Jumlah Penduduk Miskin Pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tenggara per September 2012 mengalami penurunan sebanyak 30 ribu jiwa dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 334.280 jiwa atau sebesar 14,6% dari jumlah penduduk.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

53

BAB V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tw-IV 2012

Grafik 5.7 Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Tenggara

Sumber: data BPS diolah

Dari jumlah penduduk miskin tersebut, 90,29% atau 274.700 jiwa berada di daerah pedesaan sedangkan sisanya sebesar 10,37% atau 31.560 jiwa berada di daerah perkotaan. Persentase pangsa jumlah penduduk miskin di pedesaan pada bulan September 2012 mengalami penurunan sebanyak 31.250 jiwa dibandingkan data tahun 2011 yang tercatat sebanyak 305.950 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk miskin di perkotaan pada tahun 2012 tercatat sebanyak 31.560 jiwa meningkat sebanyak 3.230 jiwa dibanding tahun 2011 yang tercatat sebanyak 28.330 jiwa. Meski mengalami perbaikan, konsentrasi jumlah penduduk miskin di pedesaan masih menjadi tantangan pembangunan ekonomi dan wilayah oleh pemangku kepentingan terkait khususnya pemerintah daerah, mengingat potensi sumber daya alam Sulawesi Tenggara yang dominan berada di pedesaan khususnya di sektor primer pertanian namun hasilnya belum secara optimal mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedesaan secara lebih luas.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

54

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-IV 2012

BABVI PROSPEKEKONOMI

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB VI Prospek Ekonomi

Tw-IV 2012

6.1 PROSPEK EKONOMI MAKRO


Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan I-2013 diperkirakan masih akan tumbuh meski mengalami perlambatan dibandingkan triwulan I-2012. Angka pertumbuhan pada periode triwulan IV-2012 diproyeksi ada pada kisaran 7,75% + 0,5% (y.o.y) (Tabel 6.1).
Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara
Sektor 2011 2012 Q1 Q2 Q3 Q4 2012 2013 Q1* Q2* Q3* Q4*

Pertanian Pertambangan Industri Listrik,GasdanAir Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasajasa


PDRB

1.59% 35.12% 6.72% 11.10% 12.76% 11.12% 9.63% 18.23% 3.59%


8.68%

5.11% 52.72% 6.61% 20.22% 10.61% 11.89% 8.78% 8.28% 6.46%


10.10%

7.39% 40.79% 0.46% 20.94% 13.19% 12.11% 10.42% 8.52% 8.76%


11.21%

4.41% 42.58% 6.67% 20.88% 12.73% 12.59% 11.97% 13.31% 8.69%


11.58%

1.55% 43.14% 8.30% 19.56% 18.48% 11.14% 6.49% 11.82% 5.91%


9.59%

4.08% 43.03% 2.35% 20.37% 12.63% 11.92% 9.83% 10.98% 7.44%


10.41%

5.25% 20.15% 6.78% 10.50% 9.87% 8.92% 6.35% 5.43% 4.38%


7.96%

4.68% 21.35% 8.32% 15.12% 12.98% 11.79% 9.12% 7.31% 8.38%


9.68%

5.17% 18.15% 6.40% 10.38% 18.57% 11.45% 9.32% 11.95% 12.68%


10.65%

4.65% 29.40% 5.43% 19.53% 17.89% 10.60% 14.64% 9.12% 7.33%


10.49%

Sumber :BPS Sultra

Pada sisi penggunaan, peran konsumsi baik rumah tangga masih akan cukup kuat dalam menopang perekonomian Sulawesi Tenggara meski diperkirakan akan mengalami penurunan pertumbuhan. Prediksi ini didasarkan pada kondisi triwulan I-2013 didorong oleh kenaikan upah minimum provinsi yang mengalami peningkatan sebesar 10%.
Grafik 6.1. Indeks Keyakinan Konsumen
150 125 100 75 50 25 0
Jun Jul Aug Sep 2011 Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei 2012 Jun Jul Agust Sept

135

IndeksKeyakinanKonsumen IndeksEkspektasiKonsumen

IndeksKondisiEkonomiSaatIni

Sumber : SK Bank Indonesia Prov. Sultra

Perkiraan kinerja perekonomian tersebut sesuai dengan optimisme responden Survei Konsumen atas ekspektasi terhadap kondisi perekonomian yang akan datang pada Indeks Ekspektasi Konsumen dengan nilai SB sebesar 134,33 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 109,33 (Grafik 6.1). Optimisme pada Indeks Ekspektasi Konsumen tersebut menggambarkan ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian yang

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

55

BAB VI Prospek Ekonomi

Tw-IV 2012

mendorong mereka dalam melakukan konsumsi. Komponen pembentuknya antara lain, optimisme akan kenaikan penghasilan pada enam bulan yang akan datang, optimisme akan tersedianya lapangan kerja tambahan pada enam bulan yang akan datang serta optimisme akan kondisi ekonomi yang membaik. Selanjutnya, tren peningkatan investasi diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan I2013 meski sudah mendekati akhir tahun. Kondisi ini diukur dari masih tingginya minat investasi investor terhadap Sulawesi Tenggara yang sedang dan akan berjalan antara lain investasi pembangunan Lippo Mall Kendari, investasi perumahan Citra Land yang sedang mengadakan pembangunan tahap kedua, investasi ruko, investasi power plant di Konawe Utara serta investasi pembangunan pabrik nikel di Kabaena.
Tabel 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara
Sektor 2010 2011 Q1 Q2 Q3 Q4 2011 Q1 Q2 2012 Q3 Q4*

Pertanian Pertambangan Industri Listrik,GasdanAir Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasajasa


PDRB

1,20% 22,99% 18,77% 8,62% 15,83% 12,09% 9,04% 12,61% 1,35%


8,21%

0,20% 38,50% 9,71% 13,32% 16,87% 11,20% 11,67% 19,42% 1,72%


8,94%

0,68% 35,56% 8,20% 6,23% 15,03% 10,11% 12,43% 15,61% 3,57%


8,67%

1,37% 33,91% 7,94% 9,97% 10,13% 12,23% 7,08% 13,85% 3,61%


8,22%

3,55% 32,66% 1,55% 15,56% 8,61% 10,49% 7,78% 11,34% 5,68%


7,85%

1,59% 35,12% 6,72% 11,10% 12,76% 11,12% 9,63% 18,23% 3,59%


8,68%

5,11% 52,72% 6,61% 20,22% 10,61% 11,89% 8,78% 8,28% 6,46%


10,10%

7,39% 40,79% 0,46% 20,94% 13,19% 12,11% 10,42% 8,52% 8,76%


11,21%

4,41% 42,58% 6,67% 20,88% 12,73% 12,59% 11,97% 13,31% 8,69%


11,58%

2,19% 24,14% 7,73% 13,00% 12,13% 11,93% 16,55% 10,79% 4,41%


9,02%

Sumber :BPS Sultra

Pada sisi sektoral, kinerja sektor pertambangan, perdagangan-hotel-restoran (PHR), dan industri pengolahan diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. Kinerja sektor pertambangan diperkirakan akan masih didorong oleh aktivitas pertambangan yang masih berlanjut khususnya oleh PT. Antam yang masih akan memenuhi target produksi bijih nikel sebesar 545.578 WMT pada tahun 2013. Kemudian, target yang berbeda juga akan dipenuhi oleh PT.Antam untuk komoditas ferronikel yang merupakan komoditas utama pada sektor industri pengolahan, besar target produksi ferronikel pada triwulan I-2013 adalah 4712,69 Tni. Sektor PHR pada triwulan I-2012 antara lain dipengaruhi oleh (1) pelaksanaan kegiatan rapat koordinasi pemerintah daerah dan pusat di Sulawesi Tenggara, (2) kunjungan investor dalam negeri dan luar negeri untuk pemantauan potensi sektor pertambangan yang sedang gencar dipromosikan oleh pemerintah daerah Sulawesi Tenggara, serta (3) perkembangan pembangunan perhotelan dan restauran di Sulawesi Tenggara yang tumbuh tinggi.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

56

BAB VI Prospek Ekonomi

Tw-IV 2012

6.2 PROSPEK INFLASI


Pergerakan harga-harga di Kota Kendari pada triwulan I-2013 diperkirakan cenderung mengalami penurunan dibanding laju inflasi triwulan I-2012. Meski demikian, diperkirakan masih akan terjadi inflasi meski relatif rendah, dengan beberapa kelompok yang berpotensi memberikan tekanan terhadap inflasi yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok sandang serta kelompok transportasi. Pada kelompok bahan makanan, tekanan inflasi akan muncul pada komoditas daging sapi ras, telur serta sayuran. Kondisi ini dipicu oleh faktor suplai yang berkurang akibat curah hujan yang tinggi yang berimplikasi pada distribusi yang kurang lancar. Selanjutnya, pada kelompok makanan jadi, inflasi akan terjadi pada komoditas gula, minuman kemasan serta rokok. Kemudian, pada kelompok sandang, kenaikan harga terutama akan terjadi pada komoditas perlengkapan sekolah khususnya dengan persiapan untuk ujian akhir sekolah dan ujian masuk perguruan tinggi. Perkiraan kondisi inflasi tersebut juga tercermin dari angka ekspektasi inflasi 3 bulan kedepan pada Survei Konsumen di Kota Kendari yaitu dengan angka Saldo Bersih (SB) 1661 yang mencerminkan optimisme ekspektasi masyarakat akan terjadinya kenaikan inflasi pada triwulan I-2013.
Grafik 6.2. Inflasi bulanan dan Ekspektasi Inflasi Kota Kendari

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Angka SB di atas 100 mencerminkan bahwa konsumen cenderung optimis bahwa akan terjadi kenaikan harga atau inflasi, sebaliknya jika dibawah 100 maka konsumen cenderung pesimis akan terjadi kenaikan harga atau inflasi.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

57

BAB VI Prospek Ekonomi

Tw-IV 2012

Mengacu kepada perkiraan inflasi tersebut, dirumuskan beberapa isu strategis yang menjadi pendorong utama terjadinya inflasi pada periode triwulan I-2013, sebagai berikut: a. Ketergantungan yang masih cukup tinggi terhadap wilayah luar Sulawesi Tenggara, yang berdasarkan data I/O (Input/Output) BPS Sultra mencapai 85% dari total komoditas konsumsi masyarakat. Beberapa komoditas utama yang didatangkan dari luar Sulawesi Tenggara antara lain bumbu-bumbuan (bawang merah, cabe merah, tomat, sayuran), telur, daging ayam ras, gula pasir, minyak goreng, tepung dll. b. Sistem distribusi yang belum lancar akibat kendala dari sisi infrastruktur, cuaca serta alat transportasi yang terbatas. Sebagai ilustrasi, saat ini arus masuk barang ke Sulawesi Tenggara melalui jalur laut dan darat yang masing-masing memiliki kendala keterbatasan infrastruktur sebagai berikut: i. Pelabuhan Kota Kendari sebagai pintu masuk utama jalur laut memiliki keterbatasan infrastruktur yang mencakup tempat sandar kapal, area parkir kontainer, dan angkutan penjemputan yang terbatas. Selain infrastruktur juga terdapat keterbatasan tenaga kerja bongkar muat serta juru pandu sandar kapal di pelabuhan. ii. Jalur darat di Sulawesi Tenggara yang mencakup jalan provinsi Kolaka UtaraKendari sebagai jalur distribusi utama, saat ini dalam kondisi tidak mantap (75% dari total panjang jalan), sehingga menyebabkan peningkatan biaya transportasi yang diikuti peningkatan harga kebutuhan konsumsi masyarakat. c. Antrian bahan bakar minyak bersubsidi khususnya solar yang selalu terjadi di Kota Kendari dan di kabupaten/kota lainnya, menimbulkan ekspektasi inflasi bagi masyarakat, dan memiliki efek berantai yang menyebabkan biaya transportasi tinggi akibat waktu antri cukup lama. d. Kemudian, dari sisi permintaan, kenaikan harga akan didorong oleh pelaksanaan pemilihan gubernur Sulawesi Tenggara tanggal 4 November 2012. Berdasarkan isu strategis tersebut, dalam pengendalian inflasi, Tim Pengendali Inflasi Daerah memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut: a. Untuk pembentukan ekspektasi, informasi harga secara rutin selain dipublikasikan

melalui media cetak koran sebagaimana yang sudah berjalan, juga perlu diperkuat melalui papan informasi harga elektronik yang ditempatkan pada pasar-pasar utama di Kota Kendari sebagaimana yang dilakukan di kota lain seperti Palangkaraya. b. Sebagai bentuk pengendalian inflasi pada jangka panjang, TPID memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah terkait kendala infrastruktur dan tenaga kerja pelabuhan sebagai berikut:

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

58

BAB VI Prospek Ekonomi

Tw-IV 2012

1. Mempercepat

pembangunan

pelabuhan

Bungkutoko

sehingga

dapat

beroperasi di awal tahun 2013. 2. Mendirikan pusat pergudangan yang berguna sebagai tempat stok komoditas konsumsi sekaligus memberikan solusi perhentian kontainer yang datang, sehingga tidak harus mengantri di lapangan parkir kontainer pelabuhan. 3. Menganjurkan kepada Administrasi Pelabuhan agar membuat shift malam bagi tenaga buruh bongkar pelabuhan sehingga aktivitas bongkar dapat dilakukan pada malam hari. c. Terkait kendala antrian bahan bakar minyak bersubsidi beberapa rekomendasi yang diusulkan adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kebutuhan BBM bersubsidi Solar bagi sektor pertambangan, sektor industri, dan sektor pertanian sekaligus alat transportasi yang digunakan untuk kegiatan masing-masing sektor, yang kemudian diberikan tempat khusus pengisian. 2. Bekerja sama dengan pihak kepolisian dalam menindak tegas oknum yang melakukan penyimpangan BBM bersubsidi Solar dengan terlebih dahulu mengidentifikasi alat transportasi (kendaraan) yang tidak wajar dalam pengisian Solar.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

59

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-IV 2012

LAMPIRAN

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-IV 2012

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-IV 2012

Lampiran KER Sulawesi Tenggara Triwulan II-2012 a. Tabel Indikator Terpilih Inflasi dan PDRB
INDIKATOR MAKRO Indeks Harga Konsumen - IHK Kota Kendari Laju Inflasi Tahunan (yoy %) - Inflasi Kota Kendari PDRB - Harga Konstan (Rp. Juta) - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Bangunan - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Persewaan, dan Jasa - Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy %) Nilai Ekspor Non Migas (Rp Juta)*) Volume Ekspor Non Migas (ton)*) Nilai Impor Non Migas (Rp Juta) Volume Impor Non Migas (ton) 6,53% 2.963.566 861.383 221.287 261.285 22.989 272.722 523.587 269.870 169.820 360.622 8,98% 172,39 4.093.262 7,53% 3.121.385 896.869 240.729 273.158 23.344 293.771 547.355 276.540 200.062 369.557 8,32% 277,92 5.282.952 7,88% 3.241.134 1.023.226 202.895 226.231 28.522 281.655 614.195 289.433 196.089 378.889 8,17% 271,84 6.231.455 5,09% 3.307.506 1.053.104 178.040 220.078 31.468 286.386 633.726 307.176 206.893 390.634 7,84% 298,05 6.798.844 5,10% 12.735.800 3.794.887 1.034.152 956.803 105.040 1.173.061 2.265.094 1.119.807 753.980 1.532.974 10,10% 299,13 6.845.843 4,65% 3.477.672 970.859 333.602 271.963 28.232 332.394 611.908 305.333 221.131 402.249 11,21% 248,91 6.557.143 130,61 132,76 138,21 134,11 137,27 138,93 2011 Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV Trw. I 2012 Trw. II

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-IV 2012

Lampiran KER Sulawesi Tenggara Triwulan II-2012.... (Lanjutan) b. Perbankan


Data Indikator Perbankan (BU) Sulawesi Tenggara
(dalam milyar rupiah)

Indikator

2011 2012 Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Trw.II Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal
8.906 0 6.530 1.538 3.679 1.313 0 6.388 2.106 576 3.705 0 3.941 146 20 56 1 243 1.538 40 179 70 4.095 9.784 0 7.108 1.693 3.948 1.467 0 6.907 2.363 623 3.922 0 4.228 206 13 61 1 274 1.873 42 196 81 4.161 11.308 0 7.962 1.889 4.405 1.667 0 7.581 2.592 674 4.314 0 4.459 211 14 66 2 283 2.022 45 216 132 4.590 11.862 0 8.428 1.310 5.331 1.787 0 8.153 2.718 758 4.677 0 4.725 220 29 71 1 258 2.094 43 274 157 5.006 13.075 0 9.258 2.481 4.941 1.837 0 8.600 2.817 846 4.937 0 8.600 228 41 71 1 267 2.128 54 291 157 5.361 14.331 0 9.930 2.660 5.321 1.949 0 9.345 3.403 971 4.971 0 9.345 270 40 91 2 305 2.777 53 337 169 5.303 8.878.085 94,11% 1,55% 420.343

Growth q.t.q
9,61% 7,26% 7,24% 7,70% 6,11% 8,67% 20,83% 14,81% 0,68% 8,67% 18,45% -1,64% 27,59% 145,66% 13,99% 30,47% -1,85% 15,52% 7,58% -1,09% 8,44%

y.o.y
46,48% 39,70% 57,12% 34,78% 32,83% 35,30% 44,04% 55,97% 26,75% 121,05% 30,89% 213,07% 50,06% 309,13% 11,06% 48,28% 24,93% 71,87% 107,96% 27,44% 267,12%

Total Asset DPK Bank Umum - Giro - Tabungan - Deposito Kredit Bank Umum Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit (Sektoral) Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lainnya

Kredit UMKM (dibawah Rp5 M) 1.995.643 2.418.330 2.656.045 2.749.393 8.186.768 Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio NPLs BU (Gross) Laba/Rugi 97,81% 2,28% 180.865 97,17% 2,02% 362.680 95,21% 2,09% 547.780 96,73% 1,14% 778.286 92,89% 1,55% 200.441

Sumber : LBU

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-II 2012

KATA PENGANTAR
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi

perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah, perkembangan perbankan dan sistem pembayaran, informasi tentang keuangan daerah serta prospek perekonomian daerah Sulawesi Tenggara. Kajian ini disusun secara triwulanan oleh Kantor Bank Indonesia Kendari baik dengan menggunakan data internal maupun data yang diperoleh dari instansi terkait di luar Bank Indonesia. Untuk itu, tanggung jawab penulisan laporan ini sepenuhnya berada pada Bank Indonesia KPw Sulawesi Tenggara. Kami berharap kajian ini dapat terus ditingkatkan mutu, isi dan cara penyajiannya sehingga Untuk dapat itu, bermanfaat bagi para guna pihak perbaikan yang dan

membutuhkannya.

saran dan

masukan

penyempurnaan buku kajian ini sungguh akan kami hargai. Akhirnya, kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang memungkinkan tersusunnya buku kajian ini dan kiranya kerja sama, saling tukar menukar informasi dan data dapat terus berkelanjutan.

Kendari, 7 Februari 2013 BANK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Dian Nugraha Deputi Direktur

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-II 2012

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-II 2012

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GRAFIK DAFTAR TABEL RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I. 1.1 1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.3 1.3.1 1.3.2 1.3.3 1.3.4 1.3.5 1.3.6 1.3.7 1.3.8 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO KONDISI UMUM PDRB MENURUT PENGGUNAAN 4 5 6 8 9 12 13 13 14 15 16 17 18 18 19 21 23 23 26 29 30 33 35 36 37 39 39 41 42 42 44 47 49 i iii v vii 1

Konsumsi
Investasi Ekspor & Impor PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA Sektor Pertanian Sektor Pertambangan Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor Bangunan Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan Sektor Lainnya

BOKS 1 DAMPAK PENETAPAN PERATURAN MENTERI NO.7 TAHUN 2012........................................................... BOKS 2 PERKEMBANGAN KAKAO......................................................................................................................... BAB II. 2.1 2.2 2.3 BAB III. 3.1 3.1.1 3.1.2 3.1.3 3.2 3.2.1 3.2.2 BAB IV. 4.1 4.2 4.3 BAB V. 5.1 5.2 5.3 BAB VI. 6.1 6.2 PERKEMBANGAN INFLASI Kondisi Umum Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Disagregasi Inflasi PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Perbankan Bank Umum Bank Perkreditan Rakyat.. Perbankan Syariah PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Pembayaran Tunai Perkembangan Pembayaran Non Tunai KEUANGAN DAERAH Kondisi Umum Realisasi Anggaran Belanja Pada APBD Triwulan II 2012 Realisasi Anggaran Pendapatan Pada APBD Triwulan II 2012 KETENAGAKERJAAN DAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN Kondisi Umum Ketenagakerjaan Kesejahteraan PROSPEK EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Prospek Ekonomi Makro Prospek Inflasi

LAMPIRAN DATA

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-II 2012

DAFTAR GRAFIK
Nama Grafik Halaman Grafik 1.1 Grafik 1.2 Grafik 1.3 Grafik 1.4 Grafik 1.5 Grafik 1.6 Grafik 1.7 Grafik 1.8 Grafik 1.9 Nominal dan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Pangsa PDRB Penggunaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara (Y-O-Y) Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Penerimaan Pajak Konsumsi Air Pertumbuhan Kendaraan Bermotor Perkembangan Kredit Konsumsi Kredit Investasi 4 6 7 7 7 7 8 8 9 9 10 10 11 13 13 14 15 16 16 17 18 23 23 24 24 25 25 25 25 25 26 26 27 28 28 30 30 31 31 32 32

Grafik 1.10 Penjualan Semen Grafik 1.11 Nilai dan Volume Ekspor Grafik 1.12 Arus Muat Pelabuhan Grafik 1.13 Arus Bongkar Pelabuhan Grafik 1.14 Pangsa Sektoral Grafik 1.15 Produksi Padi Sulawesi Tenggara Grafik 1.16 Produksi Bijih Nikel PT.Antam, Tbk Grafik 1.17 Produksi Ferronikel PT. Antam, Tbk Grafik 1.18 Tingkat Hunian Hotel Grafik 1.19 Arus Bongkar Muat Grafik 1.20 Jumlah Arus Penumpang di Bandara Haluoleo Kendari Grafik 1.21 Aset Perbankan Di Sulawesi Tenggara Grafik 2.1 Grafik 2.2 Grafik 2.3 Grafik 2.4 Grafik 2.5 Grafik 2.6 Grafik 2.7 Grafik 2.8 Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Kendari yoy Perkembangan Inflasi Kendari mtm Dan ytd Kontributor Inflasi Kendari Iflasi Aktual vs Historis Inflasi Kelompok Bahan Makanan Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan Inflasi Kelompok Transpor, Keuangan, Komunkasi dan Jasa Keuangan Inflasi Kelompok Sandang Inflasi Kelompok Perumahan

Grafik 2.10 Perkembangan Disagregasi Inflasi Kendari Grafik 2.11 Inflasi Kelompok Administered Price... Grafik 2.12 Perkembangan Harga Komoditas Volatile Food Grafik 2.13 Pola Curah Hujan di Sulawesi Tenggara Grafik 2.14 Inflasi Kelompok Inflasi Inti Grafik 3.1 Grafik 3.2 Grafik 3.3 Grafik 3.4 Grafik 3.5 Grafik 3.6 Pertumbuhan (g) dan Nominal Kredit Penggunaan (%, Juta) Pangsa dan Nominal Kredit Penggunaan (%, Juta) Pertumbuhan (g) dan Nominal Kredit Penggunaan (%, Juta) Pangsa dan Nominal Kredit Penggunaan (%, Juta) Pertumbuhan DPK (%, Juta) Pangsa dan Nominal DPK

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-II 2012

Grafik 5.1 Grafik 5.2 Grafik 5.3 Grafik 5.4 Grafik 5.5 Grafik 5.6 Grafik 6.1 Grafik 6.2

Angkatan Kerja dan Penduduk Pekerja di Sulawesi Tenggara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Tenggara dan Nasional Persentase Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama NTP Sulawesi Tenggara NTP Sulawesi Tenggara, Sulampua, Nasional Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Tenggara Indeks Keyakinan Konsumen Inflasi Bulanan dan Ekspektasi Inflasi Kota Kendari

43 43 44 45 45 46 47 49

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-II 2012

DAFTAR TABEL
Nama Tabel Halaman
Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 1.4 Tabel 1.5 Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 6.1 Tabel 6.2

Pertumbuhan PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara (Y-O-Y) Kontribusi PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara (Y-O-Y) Pertumbuhan Tiap Sektor Y-O-Y Kontribusi Pertumbuhan Sektoral (yoy) Perkembangan Kredit Perumahan/Ruko Perkembangan Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Perkembangan Indikator Bank Umum dan BPR Perkembangan BOPO Bank Umum Perkembangan Rasio NIM Bank Umum Perkembangan Indikator BPR Perkembangan Indikator Perbankan Syariah Data Indikator Sistem Pembayaran Provinsi Sulawesi Tenggara Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara s.d Tw. II-2012 (Rupiah) Realisasi Belanja Hingga Triwulan II 2012 (Rupiah) Realisasi Pendapatan Hingga Triwulan II 2012 (Rupiah) Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Tenggara Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Berdasarkan Penggunaan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Berdasarkan Sektoral

5 5 12 12 17 25 29 33 33 34 36 38 39 40 41 43 45 47 48

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

Ringkasan Eksekutif

Tw-II 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN IV-2012

PERKEMBANGAN EKONOMI Perekonomian Sulawesi Tenggara (Sultra) tercatat tumbuh 10,41% (yoy) yang tercatat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di tahun 2011 yang sebesar 8,66% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Sultra tersebut melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 6,23%, meski pangsa sumbangan terhadap ekonomi nasional masih relatif kecil dibandingkan provinsi lainnya yaitu sebesar 0,61%. Berdasarkan periodenya, mengikuti tren pada triwulan sebelumnya, pada triwulan IV-2012, perekonomian Sulawesi Tenggara kembali tumbuh tinggi yaitu sebesar 9,59% (y.o.y) meski melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 11,58%. Pada sisi penggunaan, sama dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan tinggi ekonomi Sulawesi Tenggara kembali ditopang oleh peningkatan investasi dan diikuti oleh konsumsi rumah tangga. Pada sisi sektoral, sama dengan triwulan sebelumnya peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara ditopang oleh tiga sektor utama yaitu sektor sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan-hotel-restauran (PHR) dan sektor bangunan..

INFLASI Inflasi Kota Kendari secara akumulatif hingga akhir triwulan II 2012 telah mencapai 3,59% (y-

t-d) atau secara tahunan sebesar 4,65% (y-o-y) mengalami penurunan dibandingkan triwulan
sebelumnya 5,10% (y-o-y). Inflasi Kota Kendari tersebut lebih tinggi dari inflasi nasional dan sulampua (sulawesi, maluku, papua) yang masing-masing sebesar 4,53% (y-o-y) dan 4,14% (y-o-y). Namun perkembangan inflasi Kota Kendari tersebut masih berada pada sasaran pemerintah yakni 4,5%1% (y-o-y). Penurunan inflasi tahunan pada periode laporan dipengaruhi oleh melemahnya inflasi administered price (harga yang diatur pemerintah) dan inflasi volatile food (bahan makanan bergejolak), meski terjadi peningkatan pada inflasi inti. Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, inflasi Kota Kendari sepanjang triwulan II 2012 tercatat sebesar 1,21% (q-t-q) melemah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat 2,36% (q-t-q). Pelemahan inflasi pada periode laporan bersumber dari menurunnya tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan; kelompok transportasi, komunikasi dan jasa

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

Ringkasan Eksekutif

Tw-II 2012

keuangan; kelompok sandang; dan kelompok makanan jadi.

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perbankan pada triwulan II-2012 menunjukkan perkembangan yang cukup tinggi terukur dari pertumbuhan yang positif aset sebesar 46,29%. Sehingga secara total, aset perbankan pada triwulan II-2012 menjadi Perkembangan aset tersebut diakselerasi oleh ekspansi kredit yang tumbuh tinggi sebesar 32,14%. Tingginya pertumbuhan kredit tersebut ditopang oleh pertumbuhan DPK (Dana Pihak Ketiga) yang juga tinggi sebesar 38,34% sehingga

mendorong angka LDR (Loan to Deposit Ratio) menjadi sebesar 94,30%. Sementara itu, tingkat kesehatan penyaluran kredit juga masih berada pada level cukup aman yang terukur dari angka NPL (Non Performing Loan) yang relatif kecil sebesar 1,64% (Tabel 3.1). Perkembangan tinggi perbankan juga tercermin dari perbankan syariah dengan indikator pertumbuhan aset sebesar 47,85%. Peningkatan aset tersebut didorong oleh penyaluran kredit yang cukup tinggi melebihi pertumbuhan penjaringan dana pihak ketiga (DPK) masingmasing sebesar 69,46% dan 49,82%. Disparitas pertumbuhan kredit dengan DPK tersebut menyebabkan angka LDR perbankan syariah cukup besar yaitu 103,49%. Pada triwulan II-2012 Kantor Bank Indonesia Kendari telah mengedarkan uang kartal baik melalui perbankan maupun langsung kepada masyarakat yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara sebesar Rp791,06 Milyar, jumlah tersebut meningkat 24,10% dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yang sebesar Rp637,44 Milyar. Peningkatan tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara yang cukup tinggi pada triwulan II-2012 sebesar 11,21% (y.o.y).

KEUANGAN DAERAH Kinerja penyerapan anggaran belanja APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara hingga akhir triwulan II-2012 masih belum optimal. Dari total anggaran belanja daerah sebesar Rp2,02 triliun, baru sekitar 31,36% yang telah direalisasikan atau sebesar Rp633,94 milyar. Persentase realisasi anggaran terbesar ada pada belanja transfer dan belanja operasi, masingmasing sebesar 55,09% dan 36,99% dari anggaran. Adapun belanja modal yang dialokasikan sebesar Rp397 milyar, hingga akhir triwulan II realisasinya hanya sebesar 6,13% atau sebesar Rp24,35 milyar. Dari sisi pendapatan, realisasi pendapatan APBD hingga triwulan III mengalami pecapaian yang baik. Realisasi pendapatan APBD secara nominal sebesar Rp922,27 milyar atau sekitar 49,96% dari total anggaran pendapatan Pemerintah Provinsi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

Ringkasan Eksekutif

Tw-II 2012

Sulawesi Tenggara. Pencapaian ini berasal dari transfer dana perimbangan dan pendapatan asli daerah yang meliputi pajak, restribusi dan laba perusahaan daerah. Plafond transfer dari dana perimbangan sebesar Rp1.313,44 milyar yang sebagian besar dari hasil pajak, 53,88% telah ditransfer ke APBD Provinsi Sulawesi Tenggara.

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Kinerja indikator kesejahteraan hingga triwulan II 2012 masih melanjutkan trend perbaikan, tercermin dari meningkatnya indikator Nilai Tukar Petani (NTP) dan menurunnya jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tenggara. Di sisi lain, kinerja indikator ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara hingga posisi Februari 2012 sedikit mengalami penurunan, tercermin pada tingkat pengangguran yang mengalami sedikit peningkatan. Persentase Tingkat

Pengangguran Terbuka mengalami sedikit peningkatan dari 3,06% pada tahun 2011 menjadi 3,10% pada Februari 2012. Hal ini dipengaruhi oleh siklus perekonomian pada beberapa sektor ekonomi yang relatif menurun antara lain sektor konstruksi, sektor angkutan dan sektor pertambangan pasca tahun baru, perayaan Imlek dan belum mulainya aktifitas proyek konstruksi pemerintah pada awal tahun. Sementara itu, meningkatnya indeks NTP disebabkan oleh peningkatan aktifitas petani di sub sektor perkebunan dan perikanan seiring masuknya musim panen komoditas di sub sektor tersebut yang meningkatkan pendapatan petani. Sedangkan, penurunan jumlah penduduk miskin dominan terjadi di pedesaan seiring meningkatnya penggunaan tenaga kerja pada musim tanam yang terjadi di periode triwulan I 2012.

PROSPEK EKONOMI

Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan III-2012 diperkirakan masih akan tumbuh meski mengalami perlambatan dibandingkan triwulan II-2012. Angka pertumbuhan pada periode triwulan III-2012 diproyeksi ada pada kisaran 8,5% + 0,5% (y.o.y). Pada sisi penggunaan, peran konsumsi masih akan cukup kuat dalam menopang perekonomian Sulawesi Tenggara, khususnya konsumsi rumah tangga yang diprediksi

tumbuh pada kisaran 8% + 0,5% (yoy). Prediksi ini didasarkan pada kondisi triwulan III-2012 yang bertepatan dengan faktor musiman pelaksanaan hari raya keagamaan Idul Fitri yang mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Pada sisi sektoral, kinerja sektor perdagangan-hotel-restoran (PHR), angkutan dan sektor pertambangan diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-IV 2012

BABI PERKEMBANGAN EKONOMIMAKRO

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

1.1 KONDISI UMUM


Perekonomian Sulawesi Tenggara (Sultra) tercatat tumbuh 10,41% (yoy) yang tercatat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di tahun 2011 yang sebesar 8,66% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Sultra tersebut melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 6,23%, meski pangsa sumbangan terhadap ekonomi nasional masih relatif kecil dibandingkan provinsi lainnya yaitu sebesar 0,61%. Dari sisi sektoral, pertanian masih menjadi sektor yang memiliki pangsa terbesar, yang diikuti oleh sektor perdagangan, jasa-jasa dan pengangkutan. Kemudian, dari sisi penggunaan, pengeluaran konsumsi dan investasi memegang peranan terbesar dalam pembentukan perekonomian Sulawesi Tenggara. Berdasarkan periodenya, mengikuti tren pada triwulan sebelumnya, pada triwulan IV-2012, perekonomian Sulawesi Tenggara kembali tumbuh tinggi yaitu sebesar 9,59% (y.o.y) meski melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 11,58%. Sama dengan periode sebelumnya, pertumbuhan tersebut juga mengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 7,84% (yoy) (Grafik 1.1). Kemudian, pengukuran triwulanan juga menunjukkan perekonomian Sulawesi Tenggara yang tumbuh moderat yaitu sebesar 0,20%(q.t.q) (Lampiran PDRB). Berdasarkan harga berlaku, nominal PDRB triwulan IV2012 tercatat sebesar Rp9,48 Triliun, sementara atas dasar harga konstan nominal PDRB tercatat sebesar Rp3,64 Triliun.
Grafik 1.1 Nominal dan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara (yoy)
Billions
14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2009 2010
PDRB(SkalaKanan)
7.40%7.47% 8.98% 8.32%7.43% 8.73% 8.23% 6.65% 8.94% 8.47%8.17% 11.58% 11.21% 10.10% 7.84% 9.59%

4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 2011 2012

Pertumbuhan(SkalaKiri)

Sumber : BPS Prov. SUltra

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

Pada sisi penggunaan, sama dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan tinggi ekonomi Sulawesi Tenggara kembali ditopang oleh peningkatan investasi dan diikuti oleh konsumsi rumah tangga. Peningkatan investasi ditopang oleh investasi pada sektor pertambangan, industri pengolahan dan bangunan. Kemudian, peningkatan konsumsi sejalan dengan kondisi musiman perayaan Hari Raya Haji dan Hari Natal yang meningkatkan konsumsi masyarakat baik untuk bahan makanan, sandang, perumahan dan transportasi. Lebih lanjut, sama dengan triwulan sebelumnya, ekspor pada periode laporan juga mengalami penurunan pertumbuhan dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yang disebabkan oleh larangan ekspor barang komoditas tambang ore sejak Mei 2012. Selanjutnya, kondisi penurunan pertumbuhan juga terjadi pada komponen impor, yang disebabkan oleh tidak terdapatnya aktivitas impor luar negeri pada periode laporan, yang berbeda dengan kondisi pada periode tahun sebelumnya masih terdapat aktivitas impor luar negeri. Pada sisi sektoral, sama dengan triwulan sebelumnya peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara ditopang oleh tiga sektor utama yaitu sektor sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan-hotel-restauran (PHR) dan sektor bangunan. Sektor pertambangan dan penggalian kembali tumbuh tinggi pada periode laporan, yang ditopang oleh pertambangan nikel dan aspal yang kandungannya cukup besar di bumi Sulawesi Tenggara. Pada sektor PHR, pertumbuhan didorong oleh arus kunjungan ke Sulawesi Tenggara yang cukup tinggi, serta peningkatan konsumsi masyarakat khususnya pada perayaan Hari Raya Haji dan Hari Natal. Kemudian, pada sektor bangunan, pertumbuhan ditopang oleh penyelesaiaan proyek pembangunan pemerintah dan swasta sebelum tutup buku tahun anggaran.

1.2 PDRB MENURUT PENGGUNAAN


Pada sisi penggunaan sama dengan periode sebelumnya, posisi komponen investasi kembali mendominasi perekonomian Sulawesi Tenggara dengan kontribusi tertinggi diantara komponen lainnya yaitu sebesar 4,85%. Kontribusi tersebut meningkat dibandingkan tahun 2011 yang disebabkan oleh semakin tingginya aktivitas investasi di Sulawesi Tenggara khususnya pada sektor pertambangan dan bangunan. Kemudian, komponen konsumsi yang pada tahun 2011 memiliki kontribusi terbesar, pada periode laporan mengalami penurunan, hal ini diperkirakan disebabkan oleh mulai adanya peralihan perekonomian Sulawesi Tenggara dari konsumtif ke produktif yang juga tercermin dari pertumbuhan sektoral yang akan dibahas pada bagian berikutnya.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara (yoy)


PENGGUNAAN 2010 2011 Q1 Q2 Q3 Q4 2011 2012 Q1 Q2 Q3 Q4

RumahTangga Pemerintah Investasi Eksporbarangdanjasa Dikurangi imporbarangdanjasa


PRODUK DOMESTIK BRUTO

5.20% 6.52% 13.00% 8.45% 6.89%


8.21%

11.03% 12.65% 10.82% 6.32% 10.11% 14.06% 20.78% 13.69% 22.27% 17.73% 6.44% 1.65% 6.44% 12.64% 6.92% 11.23% 6.38% 0.61% 8.27% 6.41% 16.51% 17.72% 12.12% 18.84% 16.27%
10.04% 8.67% 8.22% 7.85% 8.68%

4.94% 7.78% 7.25% 17.23% 4.89%


10.10%

8.03% 10.71% 14.34% 9.52% 7.95%


11.21%

8.02% 9.41% 15.31% 5.80% 3.92%


11.58%

8.11% 6.78% 13.86% 3.53% 4.82%


9.59%

Sumber : BPS Sultra

Tabel 1.2 Kontribusi PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara (yoy) Penggunaan Kontribusi 2011 Kontribusi Tw-4 2012

RumahTangga Konsumsi Pemerintah Investasi Ekspor Impor

4.43% 3.54% 3.98% 1.91% 5.18%


Sumber : BPS Sultra

4.01% 1.32% 4.85% 1.11% 1.70%

Berdasarkan pangsanya, konsumsi rumah tangga masih merupakan komponen dengan pangsa terbesar yaitu 52,14%, kemudian diikuti oleh komponen investasi dan konsumsi pemerintah yang masing-masing sebesar 34,50% dan 21,18%. Besarnya peranan konsumsi rumah tangga tersebut didorong oleh karakteristik masyarakat Sulawesi Tenggara yang konsumtif. Namun, secara historis, pangsa konsumsi rumah tangga mulai mengalami penurunan seiring dengan semakin besarnya pangsa investasi yang mengindikasikan mulai adanya peralihan perekonomian dari konsumsi menjadi produksi.
Grafik 1.2 Pangsa PDRB Penggunaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara (yoy)

90%
30.29% 31.63% 32.77% 32.66%

70%
19.93% 19.62%

50% 30% 10%


3.84% 3.37%

21.31%

20.86%

53.61%

52.12%

52.03%

50.83%

6.11%

0.0619

10%

2009
KonsumsiRumahTangga

2010

2011
Investasi

Q42012
NetEkspor

KonsumsiPemerintah

Sumber : BPS

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

1.2.1 KONSUMSI
Kegiatan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2012 mengalami

perkembangan yang positif tercermin dari pertumbuhan tahunan sebesar 8,11% (Tabel 1.1). Pertumbuhan tersebut meningkat pada level moderat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 6,32% (Tabel 1.1). Hasil survei Bank Indonesia terhadap 100 responden konsumen di Kota Kendari juga mengkonfirmasi peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut yang terukur dari angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada pada level optimis sebesar 108,5 pada Desember 2012 (Grafik 1.3). Optimisme tersebut didorong oleh adanya optimisme kenaikan panghasilan saat ini dibandingkan dengan penghasilan pada tahun sebelumnya dengan angka indeks sebesar 126 (Grafik 1.4) Selain itu, peningkatan konsumsi juga terkonfirmasi dari meningkatnya indikator keyakinan masyarakat akan kondusifnya kondisi ekonomi saat ini untuk melakukan aktivitas konsumsi pada Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) yang berada pada level optimis sebesar 137 (Grafik 1.4). Lebih lanjut, optimisme akan kenaikan penghasilan saat ini juga tercermin dari peningkatan penerimaan pajak pada KPP Pratama Kendari sebesar 34,56%1 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun besaran penerimaan pajak didominasi oleh penerimaan pajak penghasilan yang mencerminkan peningkatan pendapatan masyarakat yang dikenai pajak.

Grafik 1.3 Indeks Keyakinan Konsumen


150 125 100 75 50 25 0
Jun Jul Aug Sep 2011 Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei 2012 Jun Jul Agust Sept

Grafik 1.4 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini


135
155 125 95 65 35 5 Jun 25 Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun 2011 2012 Jul Agust Sept

IndeksKeyakinanKonsumen IndeksEkspektasiKonsumen

IndeksKondisiEkonomiSaatIni

Penghasilansaatinidibandingkan6blnyanglalu Ketersediaanlapangankerjasaatini Ketepatanwaktupembelian(konsumsi)barangtahanlama IndeksKondisiEkonomiSaatIni

Sumber : LBU

Sumber : LBU

Selain indikator indeks keyakinan tersebut, beberapa indikator lainnya juga mencerminkan pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga dengan pertumbuhan cukup tinggi antara lain konsumsi air, dan pertumbuhan kendaraan bermotor di Sulawesi Tenggara. Konsumsi air di Kota Kendari pada triwulan IV-2012
1

sia

Proyeksi penerimaan pajak Provinsi Sulawesi Tenggara

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

tumbuh 10,12% secara tahunan (Grafik 1.6) dengan rata-rata pemakaian air sebesar 37 M . Pertumbuhan tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan pemasangan air di Kota Kendari, selain itu rata-rata pemakaian air juga mengalami peningkatan, yang pada tahun 2011 sebesar 35 M . Selanjutnya, jumlah kendaraan bermotor roda dua dan roda empat juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 12,15% dan 14,32 (Grafik 1.7) yang mencerminkan peningkatan pembelian kendaraan bermotor roda dua dan empat. Tren peningkatan akses pembiayaan oleh perbankan melalui kredit konsumsi terhadap masyarakat juga turut mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga yang pada periode laporan mengalami pertumbuhan sebesar 30,65 (y.o.y) (Grafik 1.8).
Grafik 1.5 Penerimaan Pajak
140 120 100 80 60 40 20
3 3

Grafik 1.6 Konsumsi Air


20% 15% 10% 5% 0%
1200

800 600 400 200 0


Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2009 2010 2011 2012

Milyar

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2 2012

Q3

5% 10%

2010

2011

PajakPenghasilan

PPN&PPnBM

PendapatanatasPldanPIB
KonsumsiAirRumahTangga(M3)(Skalakiri) GrowthKonsumsiAirRumahTangga(skalakanan)

Sumber : KPP Kendari

Sumber : PDAM Kendari

Grafik 1.7 Pertumbuhan Kendaraan Bermotor


20000 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2010 2011

Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Konsumsi


Triliun
7.00 6.00 5.00 4.00 30% 3.00 2.00 1.00 0.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2007 2008
Konsumsi(SkalaKiri)

100% 80% 60% 32.18% 40% 20% 15.32% 0% 20% 40%


Q2 Q3 Q4 2012

2009

2010

2011

2012

JumlahRoda2(SkalaKiri)

JumlahRoda4(SkalaKiri)

gJumlahRoda2(Skalakanan)

gJumlahRoda4(Skalakanan)

GrowthKonsumsi(SkalaKanan)

Sumber : Polda Sulawesi Tenggara

Sumber : LBU

Berbagai indikator peningkatan konsumsi tersebut mencerminkan adanya kenaikan daya beli masyarakat sebagai pendorong konsumsi. Pada periode laporan, peningkatan pendapatan masyarakat terutama berasal dari tambahan pendapatan melalui panen padi yang berlangsung pada beberapa sentra produksi utama bagi penduduk yang berprofesi sebagai pertani dan penghasilan melalui hasil tambang, perdagangan serta jasa-jasa seiring peningkatan pertumbuhan pada sektor tersebut. Selain itu, peningkatan konsumsi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 9

Thousands
60% 50% 40% 20% 10% 0%

10.12% 1000

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

juga didorong oleh perayaan hari besar keagamaan antara lain Hari Raya Haji dan Hari Natal yang meningkatkan konsumsi bahan makanan, sandang dan perumahan bagi masyarakat yang merayakannya. Selain peningkatan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2012 juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu 6,78% (y-o-y). Angka tersebut menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 22,27% (Tabel 1.1). Beberapa faktor yang diperkirakan menyebabkan penurunan pertumbuhan tersebut yaitu realisasi pada periode berjalan yang relatif kecil dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya yang sudah tumbuh tinggi di kisaran 7% - 10%, dan relatif kecilnya alokasi realisasi belanja pemerintah karena program yang difokuskan untuk bantuan masyarakat secara langsung.

1.2.2 INVESTASI
Perkembangan investasi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV-2012 masih menunjukkan tren peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 13,86% (y.o.y) (Tabel 1.1). Salah satu indikator pertumbuhan investasi adalah pertumbuhan kredit

investasi pada triwulan IV-2012 yang tumbuh sebesar 48,10% (y-o-y) (Grafik 1.9). Penyaluran kredit investasi sebagian besar direalisasikan terhadap sektor konstruksi yang juga dikonfirmasi oleh peningkatan pertumbuhan konsumsi semen di Sulawesi Tenggara dari 17,86% pada triwulan III-2012 menjadi 69,28% (y-o-y) (Grafik 1.10). Beberapa investasi konstruksi besar yang saat ini sedang dikembangkan di Sulawesi Tenggara adalah pembangunan super blok Damai Jaya Lestari di Kolaka yang terdiri dari hotel, mall, pusat grosir serta masjid, pembangunan Favehotel Kendari, pembangunan hotel Clarion, pembangunan perumahan mewah Citra Land Kendari, pembangunan perumahan mewah Kemaraya, pembangunan pusat rekreasi Teluk Kendari, pembangunan pelabuhan kontainer Bungkutoko, pembangunan pabrik pengolahan Nikel di Konawe Utara oleh PT.Jilin Ferrous dari Cina, pembangunan power plan di Konawe Utara serta berbagai pembangunan lainnya.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

10

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

Grafik 1.9 Kredit Investasi


Triliun
1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2007 2008
Investasi(SkalaKiri)

53.70%

60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%

2009

2010

2011

2012

GrowthInvestasi(SkalaKanan)

Sumber : LBU

Selain investasi pada sektor konstruksi, sektor pertambangan dan pertanian juga turut menjadi tujuan investasi utama. Hal ini juga terindikasi dari tingginya arus kunjungan ke Sulawesi Tenggara yang tujuan utamanya adalah untuk survei investasi. . Komoditas utama sektor pertambangan saat ini yaitu Nikel dan Aspal, merupakan tujuan penyaluran investasi yang banyak diminati oleh investor dalam dan luar negeri. Pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara juga sudah menjalin kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Cina untuk investasi pertambangan dan industri pengolahan.
Grafik 1.10 Penjualan Semen
160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0 q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 2009 2010
PenjualanSemen
2

100% 80% 60% 40% 17.86% 20% 0% 20% 40% 2011 2,012

gPenjualanSemen(qtq)

Sumber : LBU

Untuk semakin meningkatkan aliran investasi ke Sulawesi Tenggara berbagai pembenahan masih dinantikan oleh investor agar mempermudah investasi yang dilaksanakan di Sulawesi Tenggara. Beberapa kendala yang dihadapi investor dalam realisasi investasi antara lain birokrasi pengurusan izin yang relatif sulit dan dengan jangka waktu relatif
2

Hasil survei BI Kendari

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

11

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

lama, infrastruktur listrik, pelabuhan, pergudangan dan jalan yang masih minim, tidak adanya kejelasan batas kuasa pertambangan antar pemilik kuasa pertambangan serta aksesbilitas yang masih terbatas.

1.2.3 EKSPOR & IMPOR


Ekspor Sulawesi Tenggara pada triwulan IV-2012 menunjukkan pertumbuhan yang relatif rendah yaitu sebesar 3,53% (y.o.y), namun meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2011 sebesar 0,61% (Tabel 1.1). Pencatatan ekspor pada PDRB Sulawesi Tenggara merupakan gabungan dari ekspor luar negeri dan perdagangan antar pulau. Rendahnya pertumbuhan ekspor tersebut terindikasi dari penurunan ekspor luar negeri sebesar 14,47% yang disebabkan oleh penurunan ekspor hasil tambang khususnya komoditas nikel, sebagai dampak penetapan larangan ekspor bahan mentah yang berlaku sejak Mei 2012 melalui Peraturan Menteri ESDM No.7 Tahun 2012.
Grafik 1.11 Nilai dan Volume Ekspor
Millions

8,000.00 7,000.00 6,000.00 5,000.00 4,000.00 3,000.00 2,000.00 1,000.00


Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2010
nilai(USD) gNilai(Q32012,48,62%)

500% 400% 300% 200% 100% 0% 100%


2011 2012
Volume(Kg) gVolume(Q32012,53,06%)

Sumber : Bank Indonesia

Lebih lanjut, dari sisi perdagangan antar pulau, penurunan ekspor yang lebih dalam mampu ditahan dengan perkembangan yang tinggi perdagangan antar pulau. Hal ini tercermin dari pertumbuhan tinggi arus muat pelabuhan sebagai indikator perdagangan antar pulau sebesar 39,62% (Grafik 1.12).

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

12

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

Grafik 1.12 Arus Muat Pelabuhan


70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2008 2009
Muat

1 39.62% 0.8 0.6 0.4 0.2 0 0.2 0.4 0.6


2010
gMuat

2011

2012

Sumber : Pelindo Kendari

Impor Sulawesi Tenggara pada periode berjalan secara tahunan menunjukkan pertumbuhan yang melambat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu dari 12,12% menjadi 4,82% (Tabel 1.1). Impor Sulawesi Tenggara dihitung dari dua kegiatan yaitu impor antar pulau dan impor luar negeri. Perlambatan impor yang terjadi disebabkan oleh tidak terdapatnya impor luar negeri pada periode pengamatan, berbeda dengan periode tahun sebelumnya yang masih terdapat kegiatan impor luar negeri. Penurunan impor diperkirakan didorong oleh tidak terdapatnya aktivitas impor luar negeri pada periode laporan, sementara pada periode yang sama tahun 2011 terdapat impor senilai US$6,08 Juta . Meski mengalami penurunan akibat tidak adanya aktivitas impor, penurunan tersebut mampu ditahan dengan tingginya pertumbuhan perdagangan antar pulau. Hal ini terkonfirmasi oleh data arus bongkar pada pelabuhan Kendari sebagai indikator perdagangan antar pulau atau impor. Arus bongkar pada periode laporan mencatatkan pertumbuhan yang sangat tinggi mencapai 396,24% (yoy). Pertumbuhan tinggi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu tingginya arus masuk barang konsumsi ke
3

Sulawesi Tenggara akibat permintaan konsumsi yang tinggi, hal ini juga tercermin dari pertumbuhan tinggi konsumsi mencapai 8,11% (yoy) yang 85% didatangkan dari luar Sulawesi Tenggara. Kemudian, bertambahnya perusahaan kontainer baru di awal tahun 2012 yaitu PT.Tanto di pelabuhan Kendari turut membantu meningkatkan arus masuk barang ke Sulawesi Tenggara. Karena pertumbuhan impor lebih tinggi dibandingkan

Data Ekspor Impor SITC Bank Indonesia

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

13

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

dengan pertumbuhan ekspor menyebabkan Net Balance arus perdagangan memiliki arah negatif.
Grafik 1.13 Arus Bongkar Pelabuhan
500,000 450,000 400,000 350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000
2008 2009
Bongkar

396.24%

4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0.5

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2010
gBongkar

2011

2012

Sumber : Pelindo Kendari

1.3

PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Perkembangan perekonomian Sulawesi Tenggara secara sektoral pada triwulan IV-2012 menunjukkan pertumbuhan yang positif pada seluruh sektor (Tabel 1.3).
Tabel 1.3 Pertumbuhan Tiap Sektor Y-O-Y (dalam persen)

Sektor

2010

2011 Q1 Q2 Q3 Q4

2011 Q1 Q2

2012 Q3 Q4

Pertanian Pertambangan Industri Listrik,GasdanAir Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasajasa

1.20% 22.99% 18.77% 8.62% 15.83% 12.09% 9.04% 12.61% 1.35%

0.20% 38.50% 9.71% 13.32% 16.87% 11.20% 11.67% 19.42% 1.72%

0.68% 35.56% 8.20% 6.23% 15.03% 10.11% 12.43% 15.61% 3.57%


8.67%

1.37% 33.91% 7.94% 9.97% 10.13% 12.23% 7.08% 13.85% 3.61%


8.17%

3.55% 32.66% 1.55% 15.56% 8.61% 10.49% 7.78% 11.34% 5.68%


7.85%

1.59% 35.12% 6.72% 11.10% 12.76% 11.12% 9.63% 18.23% 3.59%


8.68%

5.11% 52.72% 6.61% 20.22% 10.61% 11.89% 8.78% 8.28% 6.46%


10.10%

7.39% 40.79% 0.46% 20.94% 13.19% 12.11% 10.42% 8.52% 8.76%


11.21%

4.41% 42.58% 6.67% 20.88% 12.73% 12.59% 11.97% 13.31% 8.69%


11.58%

1.55% 43.14% 8.30% 19.56% 18.48% 11.14% 6.49% 11.82% 5.91%


9.59%

PDRB BPS Sulawesi 8.21% Tenggara 8.94% Sumber:

Sektor yang memiliki kontribusi tertinggi yaitu sektor pertambangan, sektor perdagangan-hotel-restauran dan sektor bangunan. Sementara sektor yang memiliki kontribusi terendah terhadap pertumbuhan ekonomi adalah sektor listrik-gas-air (Tabel 1.4).

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

14

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

Tabel 1.4 Kontribusi Pertumbuhan Sektoral (yoy)

Sektor Pertanian Pertambangan Industri Listrik,GasdanA Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasajasa

2010 0.40% 1.18% 1.50% 0.06% 1.35% 2.03% 0.79% 0.72% 0.18%

2011 0.52% 2.04% 0.59% 0.08% 1.13% 1.91% 0.85% 1.08% 0.45%

2012Q4 0.45% 2.78% 0.69% 0.16% 1.42% 2.02% 0.59% 0.78% 0.69%

Sumber : BPS Prov. Sultra

Pada periode ini, sumbangan sektor pertanian kembali mengalami penurunan pangsa yaitu dari 31,71% pada tahun 2011 menjadi 30,12%. Pada sisi lain, sektor pertambangan mengalami peningkatan pangsa dari 6,08% pada tahun 2011 menjadi 7,09% (Grafik 1.14). Peningkatan pangsa tersebut disebabkan oleh peningkatan eksplorasi

pertambangan komoditas nikel dan aspal.

Grafik 1.14 Pangsa Sektoral

100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%

13.05% 7.89% 15.75% 8.15% 8.86%

13.2% 8.8% 16.8% 8.5% 8.0%

12.4% 8.8% 17.4% 9.1% 8.8%

12.03% 9.21% 18.62% 8.56% 6.93%

11.37% 8.84% 19.61% 9.17% 6.60%

5.19%
34.66%

5.1%
33.1%

5.8%
31.0%

6.08%
31.71%

7.09%
30.12%

2008
Pertanian Perdagangan

2009
Pertambangan Angkutan

2010
Industri Keuangan

2011

2012Q4
Bangunan

Listrik,GasdanAir Jasajasa

Sumber : BPS Prov. Sultra

Perkembangan tiap

sektor ekonomi yang memiliki kontribusi terhadap pembentukan

PDRB akan dianalisis lebih lanjut dalam sub bab berikut ini.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

15

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

1.3.1 Sektor Pertanian


Grafik 1.15 Produksi Padi Sulawesi Tenggara
200000 180000 160000 140000 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2012
LuasPanen(Ha) gLuasPanen

300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% 50% 100% Q3 2010


ProduksiPadi(Ton) gProduksi

2011
LuasLahan(Ha) gLuasLahan

Sumber : Dinas Pertanian Prov. Sultra

Pada

periode

laporan,

perkembangan

sektor

pertanian

menunjukkan

pertumbuhan sebesar 1,55% (y.o.y) yang mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,55% (yoy) (Tabel 1.3). Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan pertumbuhan sektor pertanian yaitu

penurunan produksi padi sebesar 5,12% (Grafik 1.15), penurunan produksi Kakao yang diperkirakan mencapai 10% karena masa panen yang sudah lewat dan penurunan hasil ikan tangkap karena cuaca dengan curah hujan dan gelombang laut tinggi di bulan November dan Desember.

1.3.2

Sektor Pertambangan

Meski telah diterapkannya Peraturan Menteri ESDM No.7 Tahun 2012, namun tren pertumbuhan tinggi sektor pertambangan masih berlanjut pada periode laporan dengan angka pertumbuhan sebesar 43,14% (y.o.y) dan meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 32,66% (Tabel 1.3). Peningkatan pertumbuhan sektor pertambangan juga terkonfirmasi dari peningkatan hasil pertambangan komoditas bijih nikel dari PT.Antam, Tbk yang tumbuh sebesar 36,57% (y.o.y) (Grafik 1.16). Peningkatan produksi bijih nikel tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan yang datang dari Eropa, Korea dan Cina. Diperkirakan peningkatan pertambangan tersebut selain dari masih tingginya permintaan luar negeri, juga ditopang oleh beroperasinya mesin FENi 3 PT. Antam, yang mengolah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

16

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

bijih nikel menjadi ferronikel sehingga mendorong peningkatan permintaan hasil tambang bijih nikel untuk diolah.

Grafik 1.16 Produksi Bijih Nikel PT.Antam, Tbk

Sumber : PT.Antam

Tingginya pertumbuhan sektor pertambangan pada tahun 2012 juga mencatatkan rekor baru sebagai pertumbuhan tertinggi sepanjang 6 tahun periode pengamatan. Tingginya minat investor asing menjadi salah satu pendorong utama peningkatan pesat sektor pertambangan selama 6 tahun pengamatan. Selain itu, promosi pemerintah daerah terhadap kekayaan alam yang ada di bumi Sulawesi Tenggara juga turut meningkatkan investasi pertambangan. Namun peran pemerintah daerah dalam menjaga sustainibilitas pengolahan

pertambangan sangat diperlukan khususnya agar eksplorasi hasil pertambangan memiliki nilai tambah baik nilai tambah industri juga teknologi dan sumber daya manusia dalam pengolahan hasil pertambangan.

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan


Tren pertumbuhan positif sektor industri pengolahan kembali berlanjut, pada periode laporan perkembangan sektor industri pengolahan tercatat tumbuh positif sebesar 8,30% (y.o.y) (Tabel 1.3) yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2011 sebesar 1,55% (yoy). Pertumbuhan positif sektor industri pengolahan dikonfirmasi oleh produksi ferronikel PT.Antam sebagai perusahaan industri pengolahan terbesar, yang pada periode laporan tumbuh 86,31% dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.17).
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 17

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

Saat ini, hanya PT.Antam, Tbk yang memiliki pabrik pengolahan bijih nikel menjadi ferronikel, sehingga pertumbuhan sektor industri pengolahan masih belum optimal. Namun, rencana jangka panjang pemerintah daerah dan PT.Antam, Tbk merencanakan pembangunan pabrik pengolahan ferronikel di Konawe Utara yang diharapkan dapat beroperasi mulai tahun 2014. Penurunan ini juga diduga disebabkan oleh sentralisasi produksi hasil pertambangan menjelang penetapan UU Minerba yang melarang ekspor bahan baku mentah.
Grafik 1.17 Produksi Ferronikel PT.Antam, Tbk
7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

200% 150% 100% 20,36% 0,10% 50% 100% 50% 0%

2009

2010
Ferronikel(TonNi)

2011
gFerronikel

2012
gFerronikel

Sumber : PT.Antam

1.3.4 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PH)


Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada periode laporan masih tumbuh positif sebesar 11,14% (yoy) (Tabel 1.3) yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2011 sebesar 10,49% (yoy). Pertumbuhan sektor PHR antara lain ditandai dengan naiknya tingkat penghunian kamar hotel (TPK) di Sulawesi Tenggara dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dari 54,62% menjadi 55,81% (Grafik 1.18). Lebih lanjut, aktivitas perdagangan di Sulawesi Tenggara juga menunjukkan pertumbuhan yang positif yang tercermin dari pertumbuhan aktivitas arus bongkar muat di pelabuhan Kendari yang cukup tinggi yaitu sebesar 286,57% (y.o.y) (Grafik 1.19). Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan sektor PHR antara lain pelaksanaan Hari Raya Haji dan Hari Natal, pelaksanaan rapat oleh instansi pemerintahan dan swasta, serta bertambahnya satu buah pusat perbelanjaan Lippo Mall Kendari yang cukup mewah dan berbagai restauran yang menjamur seiring tingginya arus kunjungan ke Sulawesi Tenggara.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

18

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

Grafik 1.18 Tingkat Hunian Hotel


70 60 50
42.11 40.27 59.12 54.62 53.13 44.09 55.39 52.34 46.73 48.16 46.82 46.43 50.44 48.93 55.81

40 30 20 10

34.67 28.54

36.5

Feb

Mar

Apr

Agust

Sept

Sept

Jul

Jul

Agu

Nov

Mei

2012

Sumber : BPS Sultra

Grafik 1.19 Arus Bongkar Muat


600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2008 2009
Bongkar&Muat

286.57%

2010

2011
gBongkar&Muat

2012

Sumber : Pelindo Kendari

1.3.5 Sektor Bangunan


Perkembangan sektor bangunan pada triwulan IV-2012 menunjukkan

pertumbuhan sebesar 14,84% (y.o.y) (Tabel 1.3) mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yang sebesar 8,61% (yoy). Relatif tingginya pertumbuhan sektor bangunan juga sesuai dengan tingginya pertumbuhan kredit perumahan/ruko pada perbankan yaitu 23,60% (y.o.y) menjadi sebesar Rp779,21 Milyar (Tabel 1.5).
Tabel 1.5 Perkembangan Kredit Perumahan/Ruko
2011 Q1 Q2 Q3 Q4 KPRs/dType 70 412,743 424,650 476,129 530,044 KPRDi atasType 70 44,023 72,849 82,960 100,386 Total 563,778 643,458 559,089 630,430 Penggunaan Pangsa 2011 84.08% 15.92% 100% 2012 Q1 Q2 Q3 Q4 549,856 772,284 525,060 585,952 120,967 180,788 190,320 193,258 670,823 953,072 715,380 779,210 Pangsa 2012 75.20% 24.80% 100% yoy Q42012 10.55% 92.51% 23.60%

Sumber: Laporan Bank Umum

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

Nov

350% 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% 50%

Dec

Des

Jan

Okt

Jun

Okt

19

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

Tingginya pertumbuhan sektor bangunan juga tercermin dari tingginya konsumsi semen di Sulawesi Tenggara yang tumbuh 69,28% (yoy) (Grafik 1.10). Aktivitas pembangunan oleh swasta diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan sektor bangunan yang relatif tinggi antara lain pembangunan perumahan mewah di Kota Kendari, pembangunan dua hotel berbintang di Kota Kendari, serta pembangunan ruko yang saat ini sedang berkembang pesat di tiga kota terpadat di Sulawesi Tenggara yaitu Kota Kendari, Bau-Bau dan Kolaka.

1.3.6 Sektor Angkutan dan Komunikasi


Grafik 1.20 Jumlah Arus Penumpang Di Bandara Haluoleo Kendari
250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2009 2010 2011 2012 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0% 0.0%

Kinerja sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan IV2012 menunjukkan

perkembangan yang cukup baik dengan positif pertumbuhan yaitu sebesar yang 6,49%

(Tabel 1.3). Peningkatan sektor angkutan meningkatnya ditandai jumlah dengan arus

JumlahPenumpang(skalakanan)

growthKunjungan(skalakiri)

Sumber : Bandara Haluoleo

penumpang yang menggunakan alat transportasi udara di bandara

Haluoleo. Pada periode berjalan jumlah penumpang yang tiba di bandara Haluoleo tercatat sebanyak 115.728 orang, dan jumlah penumpang yang berangkat tercatat

sebanyak 111.093 orang (Grafik 1.20) yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 22,23% dan 17,17% (y.o.y). Peningkatan pertumbuhan sektor angkutan diperkirakan didorong oleh meningkatnya aktivitas bisnis di Sulawesi Tenggara khususnya pada sektor pertambangan yang mengundang minat investor dalam negeri dan luar negeri. Peningkatan tersebut juga didukung oleh semakin tingginya aksesbilitas daerah-daerah di Sulawesi Tenggara melalui penambahan penerbangan ke daerah Wangi-Wangi, Bau-Bau dan Kolaka. Selain itu dukungan penambahan armada ke Kota Kendari yaitu penerbangan Lion Air dari 2x penerbangan menjadi 4x penerbangan serta Garuda Indonesia dari 1x penerbangan menjadi 2x penerbangan juga menambah pertumbuhan sektor angkutan. Sementara pada sektor komunikasi, telekomunikasi yang berkembang pesat khususnya dalam hal akses internet tanpa kabel menjadi pendorong utama pertumbuhan sektor komunikasi.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

20

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro

Tw-IV 2012

1.3.7 Sektor Keuangan


Sektor keuangan pada triwulan IV-2012 tumbuh sebesar 11,82% (y.o.y) (Tabel 1.3). Pertumbuhan tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 11,34% dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara sebesar 0,78% (Tabel 1.4).
Grafik 1.21 Aset Perbankan Di Sulawesi Tenggara (Juta,%)
0.6 55.64% 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0.1 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Aset gAset 0.56% 26.48% 17.14% 9.22% 21.52% 17.29% 14.90% 16000000 14000000 42.14% 12000000 10000000 27.32% 8000000 6000000 4000000 2000000 0

Pertumbuhan tinggi tersebut juga tercermin aset pada perbankan yang 15,10

peningkatan Sulawesi tercatat

Tenggara sebesar Rp

Triliun atau tumbuh 27,32% dibandingkan periode yang

sama tahun 2011 (grafik 1.21).

Sumber : LBU

Selain

itu,

perkembangan

sektor keuangan juga tercermin dari pertumbuhan penyaluran kredit yang pada triwulan IV-2012 tumbuh sebesar 29,92% (y.o.y) atau menjadi sebesar Rp10,59 Triliun (Tabel Indikator Perbankan).

1.3.8 Sektor Lainnya


Perkembangan sektor listrik, gas & air bersih (LGA) serta sektor jasa-jasa pada triwulan IV-2012 menunjukkan pertumbuhan yang positif masing masing sebesar 19,56% (y.o.y) dan 5,91% (y.o.y). Pertumbuhan agresif sektor LGA didorong oleh peningkatan penggunaan gas rumah tangga seiring dengan beroperasinya stasiun gas di Kota Kendari. Sementara itu, peningkatan pertumbuhan sektor jasa-jasa antara lain didorong oleh peningkatan aktivitas jasa pendidikan, jasa pemerintahan serta jasa sosial khususnya pada saat pelaksanaan Hari Raya Haji dan Hari Natal.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

21

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-IV 2012

BABII PERKEMBANGAN INFLASI

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB II Perkembangan Inflasi

Tw-IV 2012

2.1 KONDISI UMUM TAHUN 2012 Perkembangan harga pada tingkat nasional pada tahun 2012 tercatat mengalami inflasi sebesar 4,30% (yoy) yang didorong oleh inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan (5,68%, yoy) dan makanan jadi-minuman-rokok-tembakau (6,11%, yoy) . Kondisi inflasi tersebut mengalami peningkatan dibanding dengan inflasi di tahun 2011 yang tercatat sebesar 3,79% (yoy). Peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya tekanan pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi yang disebabkan oleh peningkatan ekspektasi kenaikan harga akibat tarik ulur kenaikan bahan bakar minyak bersubsidi. Meski meningkat, namun angka inflasi nasional tersebut masih berada dalam kisaran sasarannya yaitu 4,5 1 persen. Tren peningkatan inflasi pada level nasional juga terindikasi pada inflasi Sulawesi Tenggara yang diwakili oleh inflasi Kota Kendari yang lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi nasional. Perkembangan harga di tahun 2012 tercatat mengalami inflasi sebesar 5,23% (yoy) yang didorong oleh inflasi tinggi pada kelompok bahan makanan (10,86%, yoy) dan makanan jadi-minuman-rokok-tembakau (4,91%, yoy). Angka inflasi tersebut meningkat moderat dibandingkan dengan angka inflasi di tahun 2011 yang sebesar 5,09% (yoy). Sama halnya dengan level nasional, peningkatan inflasi di Kota Kendari juga didorong oleh peningkatan tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi akibat tarik ulur kenaikan bahan bakar minyak bersubsidi dan cuaca ekstrim pada periode awal dan akhir tahun. Inflasi di Kota Kendari juga masih dalam kisaran sasaran inflasi nasional dan masih dalam kategori cukup stabil dibandingkan dengan rata-rata inflasi historis selama 10 tahun terakhir yang sebesar 9,52%. Lebih lanjut, angka inflasi Sulawesi Tenggara tersebut diantara 17 provinsi di Kawasan Timur Indonesia, menempati urutan ke-10 inflasi tertinggi. Posisi tersebut mengalami perubahan dibanding kondisi di tahun 2011, Sulawesi Tenggara menempati urutan tertinggi ke-3. Berdasarkan periode triwulanan, inflasi di tahun 2012 terkonsentrasi pada triwulan I dan III yang masing-masing memiliki pangsa 44,76% dan 28,98% terhadap total inflasi 2012. Faktor cuaca dan musiman menjadi pendorong inflasi yang terjadi pada masing-masing periode tersebut.
1

Sumber : Rilis Inflasi Desember 2013 oleh BPS

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

26

BAB II Perkembangan Inflasi

Tw-IV 2012

Grafik 2.4 Inflasi Kawasan Timur Indonesia


Maluku KalimantanBarat SulawesiUtara KalimantanSelatan SulawesiTengah KalimantanTengah KalimantanTimur NTT Gorontalo SulawesiTenggara PapuaBarat Bali Papua SulawesiSelatan NTB MalukuUtara SulawesiBarat 0 1 2 3
Wilayah 2012 I 5.75 4.52 8.84 3.60 5.94 6.03 5.78 5.82 6.67 3.70 4.06 5.10 3.81 2.50 0.95 5.91 8.65 4.54 1.94 2.07 4.95 II 5.82 4.32 8.51 5.02 5.58 5.51 4.83 7.00 6.31 4.15 3.84 4.65 3.24 4.99 3.73 5.95 6.25 4.30 1.80 4.11 5.02 III 5.19 4.38 6.36 5.21 5.28 5.13 5.39 5.48 4.76 4.78 4.48 2.03 3.71 6.78 5.23 5.40 7.07 3.87 2.95 5.52 5.05 IV* 4.59 4.71 3.99 5.33 5.83 5.96 5.61 6.19 5.84 4.98 4.41 5.23 3.28 5.87 6.04 5.31 6.73 3.29 4.52 5.07 5.24

6.73 6.19 6.04 5.96 5.87 5.84 5.61 5.33 5.31 5.23 5.07 4.71 4.52 4.41 3.99 3.29 3.28 4 5 6 7 8

Balnustra Bali NTB NTT Kalimantan Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Sulampua Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat KTI

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

2.2 INFLASI TRIWULAN IV-2012 Pada periode laporan, pergerakan harga di Kota Kendari mengalami inflasi sebesar 0,09% (qtq), kemudian berdasarkan data bulanan, inflasi periode laporan terkonsentrasi pada bulan November dan Desember dengan inflasi sebesar 0,27% (mtm) dan 0,03% (mtm), sementara pada bulan Oktober terjadi deflasi sebesar 0,21% (Grafik 2.1). Inflasi pada bulan Oktober dan November tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 yang sebesar -2,98%, dan -0,17%. Kondisi tersebut juga menjadi penyebab meningkatnya inflasi tahun laporan dibandingkan tahun 2011. Namun, meski mengalami peningkatan, angka inflasi pada bulan Desember masih lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 2011 yang sebesar 0,21%. Dibandingkan historisnya, inflasi pada bulan Oktober dan Novermber lebih tinggi, namun inflasi dibulan Desember tercatat lebih rendah. (Grafik 2.2).
Grafik 2.1 Inflasi Bulanan Kota Kendari
%,YTD %,MTM

Grafik 2.2 Inflasi Historis Kota Kendari


TwIV12
0.09

Okt'12

Nov'12

Des'12
0.20 0.02

8.90

5.74 4.04 0.76 1.64 2.99

6.13 8.31 5.08 4.90 5.09 (0.17) 0.19 2.81 2.91 2.36 0.79 1.82 0.79 1.34 0.21 0.44 0.10 0.66 0.62 (0.21) 0.27 0.03 (0.92) 2.14 3.59 4.24 5.15 4.95 5.20 5.23

(0.21)

(0.28)

0.36

(0.55)

(2.98)

(1.21)
TriwulanIV Ratarata (qtq,%) InflasiTwIV 20092011 Okt'12 (mtm,%)

1.04
Ratarata InflasiOkt' 20092011 Nov'12 (mtm,%) Ratarata InflasiNov' 20092011 Des'12 (mtm,%) Ratarata InflasiDes' 20092011

9 2011

10 11 12

10 11 12

2012

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

27

BAB II Perkembangan Inflasi

Tw-IV 2012

Sumber : BPS Sultra

Sumber : BPS Sultra

Kemudian, pada angka tahunan, inflasi di akhir tahun 2012 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi di tahun 2011 yang sebesar 5,09% (Grafik 2.3).
Grafik 2.3 Inflasi Tahunan Kota Kendari
%,MTM
8.31 5.09 4.04 2.36
2.99 0.76 1.64 (0.55) (2.98) (0.17) 0.19 0.79 1.34 0.21 0.44 0.10 0.66 0.62 (0.92) (0.21) 0.27 0.03

%,YTD

5.15 3.59

5.23

9 2011

10

11

12

10

11

12

2012

Sumber : BPS Sultra

Peningkatan inflasi tahunan pada periode laporan dipengaruhi oleh meningkatnya inflasi

administered price (harga yang diatur pemerintah), inflasi volatile food (bahan makanan
bergejolak), dan juga pada inflasi inti yang akan dibahas pada sub bab disagregasi inflasi.

2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG


Tabel 2.1 Inflasi Kelompok Komoditas
Kelompok BahanMakanan Makananjadi,minuman,rokokdantembakau Perumahan,air,listrik,gasdanbahanbakar Sandang Kesehatan Pendidikan,rekreasi danolahraga Transpor,komunikasi danjasakeuangan
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

TW III Inflasi(qtq) 3.42% 2.18% 0.10% 2.84% 1.22% 0.60% 0.20%

Inflasi(qtq) 0.25% 0.20% 0.29% 0.05% 0.61% 0.15% 0.33%

TW IV Sumbangan(qtq) 0.06% 0.03% 0.07% 0.00% 0.01% 0.01% 0.06%

Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, inflasi pada triwulan IV-2012 mengalami penurunan yaitu dari 1,50% (qtq) menjadi 0,09% (qtq). Penurunan inflasi tersebut bersumber dari menurunnya tekanan pada kelompok bahan makanan,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 28

BAB II Perkembangan Inflasi

Tw-IV 2012

makanan jadi, sandang, kesehatan dan pendidikan. Sumbangan masing-masing kelompok tersebut terhadap inflasi masing-masing sebesar -0,06%, 0,03%, 0,002% 0,01% dan -0,01% (Tabel 2.1). Pada sisi lain, kelompok perumahan dan transpor mengalami peningkatan inflasi dari 0,10% dan -0,20% dengan sumbangan masingmasing sebesar 0,07% dan 0,06%. Pada sub bahasan ini akan dibahas beberapa kelompok yang memberikan dampak signifikan yaitu bahan makanan, makanan jadi, perumahan dan transportasi. Inflasi pada kelompok bahan makanan mengalami penurunan dari 3,42% (qtq) menjadi 0,25% (qtq) yang didorong oleh deflasi yang terjadi pada sub kelompok sayur-sayuran, dari 10,46% menjadi -8,48%, buah-buahan dari 6,86% menjadi -1,73% dan ikan segar dari 3,46% menjadi -0,75% (qtq). Kemudian, pada sub kelompok daging& hasilnya dan kacangkacangan mengalami penurunan inflasi masing-masing dari 9,01% dan 20,00% menjadi 2,30% dan 5,54% (Grafik 2.5).
Grafik 2.5 Inflasi Bahan Makanan
0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 0.10 0.20 0.30
1 2 3 4 1 2 2010
BAHANMAKANAN(0,2%,QTQ) DAGING&HASILNYA(2,3%,QTQ) SAYURSAYURAN(8,5%,QTQ) KACANGKACANGAN(5,5%,QTQ) BUAHBUAHAN(1,7%,QTQ)

2009

2011

2012

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

Berdasarkan komoditasnya, penurunan harga terbesar terjadi pada komoditas bayam, kangkung, pakis, daun kelor, daun kacang panjang muda (sub kelompok sayur-sayuran), jagung manis, pisang, semangka, pepaya muda (sub buah-buahan), dan kacang mete (sub kelompok kacang-kacangan) (Tabel 2.2). Kemudian, pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, tembakau terjadi penurunan inflasi dari 2,18% menjadi 0,20% (qtq) yang didorong oleh penurunan inflasi pada sub kelompok minuman tidak beralkohol dari 9,27% menjadi -2,83% (qtq) dan rokok, tembakau dan minuman beralkohol lainnya dari 1,85% menjadi 1,23% (Grafik 2.6). Meski terjadi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 29

BAB II Perkembangan Inflasi

Tw-IV 2012

penurunan, namun inflasi yang terjadi di periode laporan menunjukkan adanya kenaikan harga pada komoditas di kelompok makanan jadi. Berdasarkan komoditasnya, kenaikan harga terbesar terjadi pada komoditas martabak, makanan bayi, soto (makanan jadi) teh, kopi bubuk, susu bubuk, susu cair kemasan (minuman tidak beralkohol), serta rokok kretek, rokok kretek filter, dan rokok putih (rokok, tembakau dan minuman beralkohol) (Tabel 2.2).
Grafik 2.6 Inflasi Makanan Jadi
0.13 0.11 0.09 0.07 0.05 0.03 0.01 0.01
1 2 2009 3 4 1 2 2010 3 4 1 2 2011 3 4 1 2 2012 3 4
MAKANANJADI,MINUMAN,ROKOK& TEMBAKAU(0,2%,QTQ) MAKANANJADI(0,6%,QTQ) MINUMANYANGTIDAKBERALKOHOL( 2,8%,QTQ) KACANGKACANGAN(5,5%,QTQ)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

Selanjutnya pada kelompok perumahan terjadi peningkatan inflasi dari 0,10% menjadi 0,29% (qtq) yang bersumber dari peningkatan inflasi pada sub kelompok biaya tempat tinggal dari 0,47% menjadi 0,60% (qtq) dan penyelenggaraan rumah tangga dari 0,07% menjadi 0,40% (qtq) (Grafik 2.7). Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga terbesar adalah besi beton, kayu balokan, keramik, tukang bukan mandor, panci, upah pembantu rumah tangga, dan pembasmi nyamuk elektrik (Tabel 2.2).
Grafik 2.7 Inflasi Perumahan
0.11

0.06

0.01

0.04
1 2 2009 3 4 1 2 2010 3 4 1 2 2011
BiayaTempatTinggal PerlengkapanRumahtangga

2 2012

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS&BB BahanBakar,PenerangandanAir PenyelenggaraanRumahtangga

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

30

BAB II Perkembangan Inflasi

Tw-IV 2012

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

Pada kelompok transportasi terjadi peningkatan inflasi dari -0,20% menjadi 0,33% (qtq) yang didorong oleh peningkatan inflasi pada sub kelompok transportasi dari -0,36% menjadi 0,40% (qtq), dan komunikasi dan pengiriman dari 0,05% menjadi 0,20% (qtq) (Grafik 2.8). Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga terbesar adalah angkutan udara (transportasi), dan telepon seluler (komunikasi dan pengiriman) (Tabel 2.2).
Grafik 2.8 Inflasi Transportasi

0.10 0.05 0.00 0.05 0.10


1 2 2009
KomunikasiDanPengiriman JasaKeuangan

2 2010

2 2011

2 2012

TRANSPOR,KOMUNIKASIDANJASAK

Transpor SaranadanPenunjangTranspor

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

Tabel 2.2 Komoditas Penyumbang Inflasi

Komoditas cabe merah jeruknipis/limau cabe rawit pepaya sawi hijau kerang bajumuslim bajumuslim besi beton

Inflasi 112.54% jaket

Komoditas

Inflasi

Komoditas

Inflasi 9.40% 8.66% 8.52% 8.29% 8.22% 7.11% 7.02% 6.93% 6.92% 5.18%

12.50% busi 11.99% kacanghijau 11.75% bawangmerah 11.45% kecap(isi) 10.24% ongkosbidan 10.16% wortel 9.95% 9.73% 9.71% tempe layang dokterspesialis

43.68% korekapi gas 39.19% kol putih/kubis 31.06% baronang 30.09% tomatsayur 25.00% ketelapohon 15.38% tongkol 14.21% ketimun

38.75% cel.panjangbahandrill 11.54% nangkamuda

dagingayamkampung 21.20% dagingsapi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

31

BAB II Perkembangan Inflasi

Tw-IV 2012

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

2.3 DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan disagregasinya, penurunan inflasi pada periode laporan terutama

dipengaruhi oleh menurunnya inflasi volatile food (bahan makanan bergejolak) dan kelompok core, meski terjadi peningkaan inflasi pada kelompok administered price.
Grafik 2.9 Disagregasi Inflasi
14% 9% 4% 1% 6% 11% Inflasi(0,09%,QTQ) volatile(0,16%,QTQ)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2009 2010 2011 2012

Core(0,12%,QTQ) administered(0,36%,QTQ)

Pada periode laporan, inflasi volatile food menurun dari 3,41% (qtq) pada akhir triwulan-III 2012 menjadi -0,16% (qtq) pada akhir triwulan-IV 2012 (Grafik 2.9). Kelompok volatile food terutama didominasi oleh bahan makanan utama konsumsi masyarakat. Meski mengalami penurunan, namun inflasi volatile food tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata historis 2009-2011 yang sebesar -5,92% (qtq) (Grafik 2.10). Kondisi ini disebabkan karena pada tahun-tahun sebelumnya dampak faktor musiman lebih rendah didorong oleh permasalahan cuaca yang pada periode laporan mengalami

peningkatan signifikan (Grafik 2.11).


Grafik 2.10 Disagregasi Inflasi Historis

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

32

BAB II Perkembangan Inflasi

Tw-IV 2012

IHK
0.09 (0.01)

Core 0.12 0.51

Volatile (0.16)

Adm. Prices 0.63 0.36

TwIV'12 Ratarata TwIV'12 Ratarata TwIV'12 Ratarata TwIV'12 Ratarata (mtm,%) InflasiTw (mtm,%) InflasiTw (mtm,%) InflasiTw (mtm,%) InflasiTw IV2009 IV2009 IV2009 IV2009 2011 2011 2011 2011

(5.92)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara diolah

Kelompok core pada periode berjalan mengalami penurunan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 1,25% menjadi 0,12% (qtq) (Grafik 2.9). Kelompok core tersebut terdiri dari kelompok sandang, makanan jadi, perumahan dan kesehatan. Meski relatif kecil, namun penurunan inflasi pada periode laporan mampu menahan inflasi umum yang lebih tinggi karena faktor gangguan cuaca. Angka inflasi core tersebut juga lebih

rendah dibandingkan dengan rata-rata historis tahun 2009-2011 yang sebesar 0,12% (qtq) (Grafik 2.10). Penurunan inflasi core pada periode laporan didorong oleh stabilnya sisi penawaran meski terdapat peningkatan demand yang cukup tinggi. Kestabilan sisi penawaran tersebut terutama didukung oleh distribusi yang relatif lancar dengan adanya perbaikan dan penambahan infrastruktur pelabuhan dan jalan, serta bertambahnya perusahaan kontainer tujuan Kota Kendari.
Grafik 2.11 Curah Hujan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

33

BAB II Perkembangan Inflasi

Tw-IV 2012

350 300 250 200 150 100 50 0

milimeter

Sumber: BMKG

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agust Sept

Okt

Nov

Des

StamarKendari
Sumber : BMKG

StamarBetoambare Baubau

StamarPomalaaKolaka

Inflasi administered price Kota Kendari yang terdiri dari kelompok komoditas yang diatur oleh pemerintah mengalami inflasi pada level moderat yaitu sebesar 0,36% (qtq) (Grafik 2.10). Inflasi yang terjadi pada periode laporan tersebut merupakan peningkatan yang ekstrim setelah mengalami deflasi pada periode sebelumnya. Namun dibandingkan dengan inflasi historis tahun 2009-2011 yang sebesar 0,63% (qtq) (Grafik 2.10), inflasi tersebut masih relatif rendah. Beberapa faktor yang mendorong inflasi tersebut antara lain peningkatan tarif pesawat udara akibat permintaan yang tinggi serta cuaca yang dengan curah hujan tinggi, serta kenaikan harga rokok sebagai salah satu komoditas pada kelompok administered price

inflation.

2.4 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI Meski inflasi secara triwulanan mengalami penurunan, namun secara tahunan angka inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode tahun 2011. Kondisi tersebut ditopang oleh faktor ekspektasi inflasi tinggi yang terjadi saat adanya tarik ulur kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, serta kondisi cuaca di periode triwulan IV-2012 yang mengalami curah hujan tinggi. Kemudian, dalam langkah pengendalian inflasi, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) sudah melakukan berbagai langkah untuk menekan inflasi baik dari sisi permintaan maupun penawaran jangka pendek dan jangka panjang, antara lain : 1. Untuk pembentukan ekspektasi, informasi harga secara rutin selain dipublikasikan melalui media cetak koran sebagaimana yang sudah berjalan, juga perlu diperkuat melalui papan informasi harga elektronik yang ditempatkan pada pasar-pasar utama di Kota Kendari sebagaimana yang dilakukan di kota lain seperti Palangkaraya.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 34

BAB II Perkembangan Inflasi

Tw-IV 2012

2. Sebagai bentuk pengendalian inflasi pada jangka panjang, TPID memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah terkait kendala infrastruktur dan tenaga kerja pelabuhan sebagai berikut: a. Mempercepat pembangunan pelabuhan Bungkutoko sehingga dapat beroperasi di awal tahun 2013. b. Mendirikan pusat pergudangan yang berguna sebagai tempat stok komoditas konsumsi sekaligus memberikan solusi perhentian kontainer yang datang, sehingga tidak harus mengantri di lapangan parkir kontainer pelabuhan. c. Menganjurkan kepada Administrasi Pelabuhan agar membuat shift malam bagi tenaga buruh bongkar pelabuhan sehingga aktivitas bongkar dapat dilakukan pada malam hari. 3. Terkait kendala antrian bahan bakar minyak bersubsidi beberapa rekomendasi yang diusulkan adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi kebutuhan BBM bersubsidi Solar bagi sektor pertambangan, sektor industri, dan sektor pertanian sekaligus alat transportasi yang digunakan untuk kegiatan masing-masing sektor, yang kemudian diberikan tempat khusus pengisian. b. Bekerja sama dengan pihak kepolisian dalam menindak tegas oknum yang melakukan penyimpangan BBM bersubsidi solar dengan terlebih dahulu mengidentifikasi alat transportasi (kendaraan) yang tidak wajar dalam pengisian Solar.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

35

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-IV 2012

BABIII PERKEMBANGAN PERBANKAN DANSISTEM PEMBAYARAN

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

BABIII PerkembanganPerbankan TwIV2012

3.1 PERKEMBANGAN PERBANKAN Perbankan pada triwulan IV-2012 menunjukkan perkembangan yang cukup tinggi dengan parameter pertumbuhan positif aset sebesar 27,34%. Sehingga secara total, aset perbankan pada triwulan IV-2012 menjadi Rp15,20 Triliun.

Perkembangan aset tersebut didorong oleh ekspansi kredit yang tumbuh sebesar 29,98%. Pertumbuhan kredit tersebut lebih tinggi dari perkembangan DPK (Dana Pihak Ketiga) yang tumbuh sebesar 16,82% sehingga mendorong angka LDR (Loan to Deposit Ratio) menjadi sebesar 107,66%. Sementara itu, tingkat kesehatan penyaluran kredit juga masih berada pada level cukup aman yang terukur dari angka NPL (Non Performing Loan) yang relatif kecil sebesar 1,53% (Tabel 3.1). Perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang tinggi dengan indikator pertumbuhan aset sebesar 99,15%. Peningkatan aset tersebut didorong oleh penyaluran kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang cukup agresif, dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 49,10% dan 25,59% (Tabel 3.5). Disparitas pertumbuhan kredit dengan DPK tersebut menyebabkan angka FDR perbankan syariah cukup besar yaitu 103,84% (Tabel 3.3). Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Bank Umum dan BPR
Indikator Aset(juta) Total Aset AsetBankUmum AsetBPR DPK(juta) Total DPK DPKBankUmum DPKBPR Kredit(juta) Total Kredit KreditBankUmum KreditBPR LoantoDepositRatio(LDR) Total LDR LDRBankUmum LDRBPR NonPerformingLoan(NPL) Total NPL NPLBankUmum NPLBPR 2008 2009 TAHUNDATA 2010 2011 2012 Pangsa 2011 2012 Growth(yoy) 2011 2012

5,902,029 7,167,926 8,410,911 11,929,782 15,182,935 41.84% 27.27% 5,855,031 7,115,034 8,345,530 11,861,936 15,103,075 99.43% 99.47% 42.14% 27.32% 46,998 52,892 65,381 67,846 79,860 0.57% 0.53% 3.77% 17.71% 4,605,105 5,253,945 6,026,553 4,563,263 5,207,284 5,971,945 41,842 46,661 54,609 3,819,816 4,763,447 6,145,828 3,787,686 4,725,364 6,095,220 32,130 38,083 50,608 82.95% 83.00% 76.79% 2.79% 2.77% 4.59% 90.66% 90.75% 75.29% 2.22% 2.18% 7.20% 101.98% 101.90% 107.91% 2.29% 2.29% 4.10% 8,483,884 8,428,271 55,612 9,906,231 40.78% 16.77% 9,850,242 99.34% 99.43% 41.13% 16.87% 55,989 0.66% 0.57% 1.84% 0.68%

8,203,189 10,648,884 33.48% 29.81% 8,152,585 10,592,103 99.38% 99.47% 33.75% 29.92% 50,605 56,781 0.62% 0.53% 0.01% 12.20% 96.69% 96.73% 109.89% 1.21% 1.38% 11.75% 107.50% 107.53% 98.60% 5.19% 11.18% 5.07% 11.17% 1.84% 10.27%

1.52% 47.11% 25.89% 1.45% 1.14% 1.44% 39.46% 4.76% 15.38% 0.11% 0.09% 186.48% 30.81%

Sumber : LBU dan LBBPR 3.1.1 Bank Umum Pertumbuhan aset perbankan tahun 2012 yang cukup tinggi (27,34%), didorong oleh pertumbuhan aset pada bank umum sebesar 27,32% (Tabel Indikator Perbankan).

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

29

BABIII PerkembanganPerbankan TwIV2012

Namun, pertumbuhan tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 42,14%. Penurunan pertumbuhan aset juga terindikasi dari penurunan pertumbuhan kredit sebagai pembentuk dari aset perbankan. Pertumbuhan kredit pada tahun 2012 tercatat sebesar 29,92% lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit pada tahun 2011 yang sebesar 33,75%. Berdasarkan nominalnya, angka penyaluran kredit bank umum Sulawesi Tenggara mencapai Rp10,59 Triliun. Dari sisi penggunaan, penurunan pertumbuhan kredit didorong oleh penurunan pertumbuhan kredit modal kerja dan konsumsi, yaitu dari masing-masing sebesar 31,81% dan 34,04% pada tahun 2011 menjadi 23,63% dan 30,63% pada tahun 2012. Pada sisi lain, kredit investasi tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan dari 39,28% pada tahun 2011 menjadi 48,10% pada tahun 2012 (Grafik 3.1).

Grafik 3.1 Pertumbuhan (g) dan Nominal Kredit Penggunaan Thn.2008 s.d. 2012 (%, Triliun)

Grafik 3.2 Pangsa dan Nominal Kredit Penggunaan Thn.2012 (%, Milyar)

Sumber : LBU

Sumber : LBU

Dari sisi jenis penggunaan, pangsa kredit terbesar masih terkonsentrasi pada kredit konsumsi dengan nominal Rp6,11 Triliun atau 57,69% dari total kredit. Sementara kredit modal kerja dan investasi tercatat sebesar Rp3,35 Triliun dan Rp1,12 Triliun atau masingmasing memiliki pangsa 31,71% dan 10,59% dari total kredit (Grafik 3.2). Dari sisi sektoral, penurunan kredit tercermin dari penurunan pertumbuhan kredit pada beberapa sektor utama yaitu sektor jasa dunia usaha, perdagangan-hotel-restauran (PHR), pertanian, serta jasa sosial. Penurunan pertumbuhan paling besar terjadi pada sektor jasa sosial dan jasa dunia usaha yaitu masing-masing dari 4,48% dan 432,40% di tahun 2011 menjadi sebesar -71,80% dan 29,41% pada tahun 2012. Penurunan pertumbuhan di sektor PHR dan pertanian berada pada kisaran moderat yaitu masingmasing sebesar 41,61% dan 53,19% di tahun 2011 menjadi 34,98% dan 30,65% pada tahun 2012 (Grafik 3.3). Penurunan pertumbuhan kredit tersebut diperkirakan disebabkan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

30

BABIII PerkembanganPerbankan TwIV2012

oleh pelunasan kredit sehingga baki debet kredit berkurang, serta alokasi penyaluran kredit investasi yang diperbesar seiring dengan peningkatan aktivitas pembangunan infrastruktur usaha di Sulawesi Tenggara. Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit Sektoral Grafik 3.4 Pangsa Kredit Sektoral

Sumber : LBU

Sumber : LBU

Berdasarkan pangsanya, dominasi penyaluran kredit sektoral masih pada sektor PHR dengan pangsa sebesar 26,68%. Sementara itu, sektor lainnya, yang memberikan sumbangan cukup tinggi terhadap perekonomian Sulawesi Tenggara yaitu sektor pertanian, pertambangan, industri dan konstruksi memiliki pangsa kredit relatif kecil masing-masing sebesar 2,72%, 0,47%, 1,24% dan 2,84%. Penyebab relatif kecilnya pangsa pada sektor-sektor tersebut disebabkan oleh tingginya tingkat risiko khususnya pada sektor pertanian, serta dominasi pelaku usaha besar pada sektor pertambangan, industri dan konstruksi yang memiliki kekuatan modal cukup besar sehingga dimana sesuai dengan kewenangan memutus kredit, pemberian pinjaman berskala besar dilakukan oleh kantor pusat atau kantor wilayah bank yang berada di luar Sulawesi Tenggara. Namun, meski penyaluran kredit mengalami penurunan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, angka pertumbuhan kredit bank umum pada tahun 2012 masih berada pada level yang cukup tinggi sebesar 29,98% (yoy). Tingginya penyaluran kredit tersebut disebabkan oleh kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara yang sedang berkembang pesat dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 11,58% (yoy). Perkembangan tersebut mencerminkan kenaikan produktivitas masyarakat Sulawesi Tenggara serta diiringi dengan kenaikan pola konsumsi sehinga mendorong untuk permintaan kredit terhadap perbankan baik untuk kredit modal kerja maupun konsumsi. Lebih lanjut, pertumbuhan penyaluran kredit yang cukup tinggi pada periode laporan, ditopang oleh pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang cukup tinggi yang tercatat tumbuh sebesar 16,77% dengan nominal Rp9,91 Triliun. Penghimpunan DPK tersebut juga mengalami penurunan pertumbuhan dibandingkan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

31

BABIII PerkembanganPerbankan TwIV2012

periode tahun 2011 yang tercatat sebesar 40,78%. Penurunan pertumbuhan DPK tersebut disebabkan oleh penurunan pertumbuhan pada giro, tabungan dan deposito masing-masing dari 42,62%, 38,30% dan 49,09% pada tahun 2011 menjadi 30,71%, 16,92% dan 6,58% pada tahun 2012. Namun, meski mengalami penurunan pertumbuhan, pertumbuhan DPK pada tahun 2012 masih pada kategori cukup tinggi, yang didorong oleh peningkatan pendapatan masyarakat seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang juga cukup tinggi, peningkatan kesadaran masyarakat untuk menabung, serta akses perbankan yang semakin meningkat di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan pangsanya, dominasi DPK masih terdapat pada tabungan dengan pangsa 63,27% atau sebesar Rp6,23 Triliyun. Hal ini mengindikasikan bahwa penghimpunan dana sebagian besar berasal dari masyarakat menengah kebawah. Grafik 3.4 Pertumbuhan DPK Grafik 3.5 Pangsa dan Nominal DPK

Sumber : LBU

Sumber : LBU

Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penghimpunan DPK mengakibatkan angka LDR bank umum berada pada angka yang cukup tinggi yaitu 107,66%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan LDR pada tahun 2011 yang tercatat sebesar 96,69%. Kondisi ini menunjukkan bahwa alokasi DPK sudah digunakan secara optimal untuk pembiayaan perekonomian Sulawesi Tenggara. Mengacu kepada kondisi penyaluran kredit dan penghimpunan dana yang tumbuh tinggi, efisiensi perbankan juga mengalami peningkatan yang tercermin dari angka rasio biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO) yang relatif rendah. Rasio BOPO pada tahun 2012 tercatat sebesar 48,86%, lebih rendah dibandingkan rata-rata tahun 2011 yang tercatat sebesar 55,53% (Grafik 3.6).

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

32

BABIII PerkembanganPerbankan TwIV2012

Grafik 3.6 Perkembangan BOPO Bank Umum

Sumber : LBU Selain efisiensi perbankan, salah satu ukuran peningkatan kinerja perbankan adalah rasio Net Interest Margin (NIM). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam

penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6% keatas. Semakin besar rasio ini maka pendapatan bunga dari aktiva produktif yang dikelola bank meningkat sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio NIM bank Umum di Sulawesi Tenggara, pada tahun 2012 tercatat sebesar 11,67%, yang menunjukkan bahwa sudah cukup efektif menempatkan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Akan tetapi rasio tersebut mengalami penurunan dibanding tahun 2011 yang tercatat sebesar 12,87%, penurunan ini seiring dengan peningkatan pertumbuhan DPK yang merupakan beban biaya bunga serta bertambahnya jumlah kantor bank yang berdampak pada penetapan bunga pinjaman yang semakin kompetitif, yang berpengaruh terhadap pendapatan bank. Tabel 3.2 Perkembangan Rasio NIM Bank Umum
Tahun 2009 2010 2011 2012 Pend.Bunga 751.741 947.512 1.286.480 1.505.008 Giro 28.355 21.786 33.002 56.948 BiayaBunga Dep Tab 73.538 74.985 83.954 82.033 106.355 97.624 119.918 91.556 Kredit DPK 176.878 4.725.364 187.773 6.084.763 236.981 8.152.585 268.422 10.592.103 Pendapatan BungaBersih 574.863 759.739 1.049.499 1.236.586 NIM 12,17% 12,49% 12,87% 11,67%

Sumber : LBU 3.1.2 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Perkembangan pesat pada perbankan umum juga diikuti oleh perkembangan positif BPR di Sulawesi Tenggara melalui pertumbuhan tinggi aset dan kredit pada periode

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

33

BABIII PerkembanganPerbankan TwIV2012

laporan. Saat ini, terdapat 15 BPR di Sulawesi Tenggara, yang terdiri dari 8 BPR milik swasta dan 7 BPR milik pemerintah daerah. Pada tahun 2012, aset 15 BPR dimaksud sudah mencapai Rp103,134 Milyar, tumbuh 29,14% (yoy). Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan aset pada tahun 2011 yang sebesar 17,71%. Tabel 3.3 Perkembangan Indikator BPR
INDIKATOR Total Asset (juta) Dana Pihak Ketiga/DPK (juta) - Deposito - Tabungan Kredit Jenis Penggunaan (juta) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi Kredit Sektoral (juta) - Pertanian - Pertambangan - Industri - Listrik, Gas dan Air - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan restoran - Transportasi dan Komunikasi - Jasa-Jasa - Lainnya Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio NPLs Gross 2008 52,892 46,661 18,530 28,132 38,083 24,696 146 13,241 38,083 2,772 283 19,198 2,550 13,281 7.20% 2009 65,381 54,609 27,147 27,462 50,608 32,984 13 17,611 50,608 3,009 655 25,466 3,736 17,742 4.10% 2010 67,846 55,612 28,568 27,044 50,605 35,924 152 14,528 50,605 5,416 1 796 26,413 3,395 14,585 11.75% 2011 2012 Pangsa Growth y-o-y 29.14% 9.81% 22.44% 0.42% 38.27%

79,860 103,134 55,989 61,480 23,868 32,121 56,781 42,624 361 13,796 56,781 6,687 34 1,722 17 391 30,651 35 3,303 13,941 29,224 47.53% 32,257 52.47% 78,509

61,040 77.75% 43.20% 0 0.00% -99.88% 17,469 22.25% 26.63% 38.27% 16.25% 12,755 90.74% 220 0.28% 540.88% 5.94% 1,824 2.32% 9 972 41,019 52.25% 48 0.06% 4,350 0.01% -48.52% 1.24% 148.78% 33.83% 36.48% 31.72% 24.18% -20.58% -17.74% 78,509

5.54%

17,312 22.05%

75.29% 107.91% 109.89%

98.60% 78.31% 15.38% 12.65%

Meningkatnya pertumbuhan aset yang signifikan didorong oleh peningkatan penyaluran kredit yang tumbuh tinggi sebesar 38,27% yang juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2011 yang sebesar 12,20% (yoy). Adapun alokasi penyaluran kredit BPR didominasi oleh kredit modal kerja yaitu sebesar Rp61,04 Milyar atau 77,75% dari total kredit, yang disusul oleh kredit konsumsi sebesar Rp16,13 Milyar atau 21,51% (Tabel 3.3). Pada sisi sektoral, penyaluran kredit BPR sama halnya dengan perbankan umum, masih terkonsentrasi di sektor PHR sebesar Rp40,22 Milyar atau 53,04% dari total kredit, yang diikuti oleh sektor pertanian sebesar Rp17,46 Milyar atau 22,25% dari total kredit. Kemudian, dari sisi kategori debitur, penyaluran kredit BPR seluruhnya disalurkan kepada pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Lebih lanjut, perkembangan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BPR Sulawesi Tenggara juga mengalami peningkatan yang moderat yaitu sebesar 9,81% mengalami peningkatan dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2011 yang sebesar 0,68%

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

34

BABIII PerkembanganPerbankan TwIV2012

(yoy). Berdasarkan asalnya, DPK terutama berasal dari tabungan dengan pangsa 52,47%, sementara yang berasal dari deposito sebesar 47,53% (Tabel 3.3 Indikator BPR). Performa BPR pada tahun 2012 terbilang cukup baik, khususnya tercermin dari indikator LDR yang mencapai 78,31%, yang berarti masih memberikan ruang optimalisasi penyaluran kredit kepada masyarakat. Sama seperti periode-periode sebelumnya, dari sisi tingkat kesehatan, performa penyaluran kredit masih berada dalam kategori yang tidak sehat, hal ini tercermin dari rasio NPL atau kredit macet yang mencapai 12,65% dari total kredit yang disalurkan, meskipun lebih rendah dari tahun 2011 yang mencapai 15,38%, namun rasio NPL tersebut masih melebihi batas normal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 5%.

3.1.3 Perbankan Syariah Seiring dengan krisis keuangan global yang sudah berlangsung sejak tahun 2007, perbankan syariah menjadi primadona sektor keuangan. Hal ini disebabkan oleh karakteristik keuangan syariah yang relatif aman dari goncangan pasar keuangan modern saat ini yang penuh dengan spekulasi. Bank Indonesia dalam mengamankan sektor keuangan juga mendorong perkembangan perbankan syariah sebagai alternatif bagi masyarakat yang memiliki preferensi tingkat keamanan sekaligus mengamalkan nilai-nilai keagamaan. Perbankan syariah di Sulawesi Tenggara sudah berdiri sejak tahun 2004, yang kemudian terus berkembang dengan semakin meningkatnya minat dari masyarakat Sulawesi Tenggara. Pada tahun 2012, perbankan syariah turut memberikan sumbangsih

perkembangan terhadap perbankan di Sulawesi Tenggara, dengan pertumbuhan aset yang cukup tinggi yaitu 99,15% (yoy). Peningkatan aset tersebut didorong oleh penyaluran pembiayaan yang tumbuh tinggi mencapai 49,10% (yoy) (Tabel 3.5). Berdasarkan pangsanya, penyaluran pembiayaan perbankan syariah terbesar dialokasikan pada penggunaan untuk modal kerja sebesar 40,45% dari total kredit, yang kemudian diikuti untuk penggunaan konsumsi dan investasi masing-masing sebesar 29,93% dan 29,62% dari total kredit (Grafik 3.5). Dalam mendukung peningkatan penyaluran kredit, perbankan syariah juga melakukan aktivitas penghimpunan dana yang terdiri dari Giro, Tabungan dan Deposito. Tingginya pertumbuhan penyaluran pembiayaan pada periode tahun 2012 juga ditopang oleh pertumbuhan penghimpunan dana yang cukup tinggi namun masih lebih kecil dari pertumbuhan pembiayaan yaitu sebesar 25,59% (Table 3.4). Dengan disparitas pertumbuhan kredit dan pertumbuhan DPK tersebut menyebabkan FDR (Finance To

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

35

BABIII PerkembanganPerbankan TwIV2012

Deposit Ratio) perbankan syariah sangat tinggi yaitu sebesar 103,84% (Tabel 3.4). Kondisi ini mencerminkan bahwa animo masyarakat terhadap perbankan syariah sangat tinggi khususnya bagi pelaku usaha dalam pembiayaan usaha. Namun meski angka FDR berada pada level yang sangat tinggi, tingkat kesehatan penyaluran kredit perbankan syariah masih relatif aman, yang tercermin dari angka rasio NPF yang berada dibawah 5% yaitu sebesar 1,03% (Tabel 3.4). Hal ini menunjukkan bahwa masih besarnya peluang bagi pengembangan perbankan syariah di Sulawesi Tenggara khususnya dengan adanya jaminan kelancaran pembayaran oleh debitur yang tercermin dari angka NPF rendah. Tabel 3.4 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah
Indikator ASSET DPK Giro Tabungan Deposito KREDIT Modal Kerja Investasi Konsumsi FDR NPF Gross LABA

2009 246,500 210,292 14,980 118,185 77,127 156,847 105,873 461 50,513 74.59% 0.97% 14,491

Periode 2010 2011 306,453 501,021 247,902 354,112 14,946 17,006 140,930 216,389 92,026 120,717 186,581 309,713 82,281 140,279 62,950 89,926 41,350 79,508 75.26% 87.46% 1.52% 0.00% 15,931 18,705

Growth 2012 2011(y.o.y) 2012(y.o.y) 997,759 63.49% 99.15% 444,726 42.84% 25.59% 38,184 13.78% 124.53% 267,553 53.54% 23.64% 138,989 31.18% 15.14% 461,793 65.99% 49.10% 186,808 70.49% 33.17% 136,773 42.85% 52.10% 138,212 92.28% 73.83% 103.84% 16.21% 18.72% 1.03% 100.00% 103.00% 36,383 17.41% 94.51%

Pangsa 2011 2012

4.80% 8.59% 61.11% 60.16% 34.09% 31.25% 45.29% 40.45% 29.04% 29.62% 25.67% 29.93%

Grafik 3.7 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

36

BABIII PerkembanganPerbankan TwIV2012

3.2 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 3.2.1 Perkembangan Pembayaran Tunai a. Aliran Uang Keluar/Outflow Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang kartal1 khususnya untuk keperluan transaksi (transaction motive), pada tahun 2012 Kantor Bank

Indonesia Kendari telah mengedarkan uang kartal baik melalui perbankan maupun langsung kepada masyarakat yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara sebesar Rp2.851,46 Milyar, jumlah tersebut lebih tidak mengalami perubahan signifikan dari tahun 2011 yang tercatat sebesar Rp2.829,73 Milyar. Jumlah tersebut juga mencerminkan masih relatif rendahnya penggunaan alat pembayaran non tunai untuk transaksi ekonomi. Hal ini disebabkan para pelaku ekonomi masih berpendapat bahwa transaksi tunai lebih fleksibel dan cepat dibandingkan dengan non tunai seperti cek dan transfer atau alat pembayaran non tunai lainnya, meskipun dari sisi keamanan relatif lebih aman. Selain faktor tersebut, tingginya penggunaan alat pembayaran tunai disebabkan oleh masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki rekening di bank karena masih terbatasnya jaringan kantor bank. Oleh sebab itu, akses perbankan yang menjangkau seluruh masyarakat sangat diperlukan khususnya melalui pengembangan jaringan perbankan pada daerah dengan transaksi ekonomi yang cukup tinggi. B. Aliran Uang Masuk/Inflow Jumlah aliran uang kartal yang masuk dari perbankan dan masyarakat ke Kantor Bank Indonesia Kendari pada tahun 2012 sebesar Rp883,06 Milyar atau meningkat 47% dibandingkan besarnya aliran uang masuk ke Kantor Bank Indonesia Kendari pada tahun 2011. Meski mengalami peningkatan, namun arus inflow tersebut masih relatif kecil dibandingkan uang yang keluar yaitu 30,97% dari total outflow. Pangsa inflow yang relatif kecil tersebut disebabkan oleh penggunaan uang kartal di Sulawesi Tenggara yang masih relatif tinggi sehingga terjadi disparitas antara arus uang masuk dan arus uang keluar. Disparitas tersebut disebabkan oleh tingginya transaksi tunai dalam kegiatan ekonomi masyarakat Sulawesi Tenggara dengan pelaku ekonomi dari luar Sulawesi Tenggara, sehingga menyebabkan, uang yang masuk di Sulawesi Tenggara sebagian dibawa keluar.

Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

37

BABIII PerkembanganPerbankan TwIV2012

3.2.3 Perkembangan Pembayaran Non Tunai. Perkembangan perekonomian Sulawesi Tenggara pada tahun 2012 yang mengalami peningkatan juga tercermin dari meningkatnya aktivitas pembayaran non

tunai baik yang khususnya melalui BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). Kegiatan transaksi non tunai melalui sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement / BI-RTGS menunjukkan peningkatan, baik pada nominal maupun jumlah transaksi. Jumlah transaksi melalui BI-RTGS pada tahun 2012 tercatat sebanyak 83.295 transaksi meningkat dibandingkan tahun 2011 yang tercatat sebanyak 74.173 transaksi, sementara jumlah nominal transaksi tahun 2012 tercatat sebesar Rp99,22 Triliun meningkat dari Tahun 2011 yang tercatat sebesar Rp60,10,39 Triliun (Tabel 3.5). Meningkatnya transaksi dengan menggunakan BI-RTGS selain disebabkan oleh meningkatnya perekonomian Sulawesi Tenggara pada periode berjalan, dan juga diperkirakan disebabkan oleh mulai meningkatnya awareness masyarakat menggunakan transaksi non tunai. Pada sisi lain, aktivitas kliring juga mengalami peningkatan dari Rp2,67 Triliun pada tahun 2011 menjadi Rp3,31 Triliun pada tahun 2012. Seiring dengan peningkatan jumlah nominal kliring, jumlah warkat kliring juga mengalami peningkatan yaitu dari 127.721 lembar menjadi 137.748 lembar (Tabel 3.5). Penurunan aktivitas kliring ini diperkirakan disebabkan oleh peningkatan kapasitas transaksi ekonomi sehingga membuat masyarakat menggunakan akses RTGS dalam transaksi pengiriman uang.

Tabel 3.5 Data Indikator Sistem Pembayaran Provinsi Sulawesi Tenggara


Kegiatan Pembayaran Non Tunai SKNBI - Jumlah Warkat Kliring (lembar) - Nominal Trans.Kliring (juta) RTGS - Jumlah Warkat RTGS (lembar) - Nominal Trans.RTGS (miliar) Pembayaran Tunai (juta) - Aliran uang masuk (inflow) - Aliran uang keluar (outflow) - Net (Inflow - Outflow) - PTTB 704,173 2,123,775 (1,419,601) 204,164 670,982 1,906,129 (1,235,147) 97,124 549,876 2,078,621 (1,528,745) 120,756 600,326 2,829,732 (2,229,406) 429,930 883,063 2,851,463 (1,968,400) 166,359 9% 36% 46% 256% 47% 1% -12% -61% 52,319 53,556 57,392 57,925 68,141 69,238 74,173 60,104 83,295 99,224 9% -13% 12% 65% 157,156 2,343,455 166,439 3,019,079 143,115 2,866,322 127,721 2,674,562 137,748 3,311,484 -11% -7% 8% 24% 2008 2009 2010 2011 2012 Growth (y-o-y) 2011 2012

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

38

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-IV 2012

BABIV PERKEMBANGAN KEUANGANDAERAH

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB IV Keuangan Pemerintah

Tw-IV 2012

4.1 KONDISI UMUM Kinerja penyerapan anggaran belanja APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara hingga akhir triwulan IV-2012 relatif cukup optimal. Dari total anggaran belanja daerah sebesar Rp2,05triliun, telah direalisasikan sebesar 81,42% atau sebesar Rp1,67 Triliun. Persentase realisasi anggaran terbesar merupakan belanja operasi dan belanja modal, masingmasing sebesar 81,72% dan 12,05% dari anggaran. Hingga akhir triwulan IV tahun 2012, belanja modal yang dialokasikan sebesar Rp413 milyar, hanya terealisasi sebesar Rp201 milyar atau 48,77% dari anggaran. Dari sisi pendapatan, pendapatan APBD hingga triwulan IV tahun 2012 terealisasi dengan baik, yaitu sebesar Rp1,76 Triliun atau 94,88% dari total anggaran pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara yang dialokasikan sebesar Rp1,85 Triliun. Pencapaian ini berasal dari transfer dana perimbangan dan pendapatan asli daerah yang meliputi pajak, restribusi dan laba perusahaan daerah. Plafond transfer dari dana perimbangan sebesar Rp1,02 Triliun yang yang memberi sumbangan sebesar 57,87% terhadap APBD Provinsi Sulawesi Tenggara. Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara s.d.Tw IV-2012 (Rupiah)
No URAIAN APBDTA2012 (1) 1.857.752.225.122 545.728.695.356 1.009.154.179.766 302.869.350.000 2.056.564.248.649 1.525.243.438.639 413.708.311.309 13.352.310.105 104.260.188.596 (198.812.023.527) REALISASIs.d.TW.IV Share %THDAPBD (2) (3) (4)=(2)/(1) 1.762.667.052.207 100,00% 94,88% 453.524.978.226 25,73% 83,10% 1.020.125.146.481 57,87% 101,09% 289.016.927.500 16,40% 95,43% 1.674.352.693.858 100,00% 81,42% 1.368.346.823.771 81,72% 89,71% 201.745.682.105 12,05% 48,77% 0,00% 0,00% 104.260.187.982 6,23% 100,00% 88.314.358.349 100,00% 44,42%

1 PendapatanDaerah a PAD b DanaPerimbangan c Lain2PendapatanyangSah 2 BelanjaDaerah a BelanjaOperasi b BelanjaModal c BelanjaTidakTerduga d BelanjaBagi Hasil (Transfer) Surplus(defisit)

Sumber : Biro Keuangan Pemprov. Sulawesi Tenggara

4.2 REALISASI ANGGARAN BELANJA PADA APBD TRIWULAN IV 2012 Pada akhir triwulan IV 2012, APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara telah terealisasi sebesar Rp1,67 triliun atau 81,42% dari anggaran belanja APBD yang dialokasikan sebesar Rp1,05 Triliun. Belanja operasional yang meliputi belanja pegawai, barang, hibah, bantuan sosial dan keuangan yang dianggarkan sebesar Rp1,52 Triliun telah terealisasi sebesar 89,71%, dimana penyumbang terbesar secara nominal pada belanja pegawai yang mencapai Rp476 milyar atau 34,81% dari anggaran. Secara persentase,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

39

BAB IV Keuangan Pemerintah

Tw-IV 2012

serapan tertinggi pada belanja bantuan keuangan, belanja hibah, belanja pegawai dan belanja barang, masing-masing sebesar 96,82%; 96,58%; 87,34% dan 82,92% dari anggaran yang dialokasikan.. Sementara itu, kinerja belanja modal hingga triwulan IV 2012 masih belum optimal, hanya mencapai 48,77% dari anggaran yang dialokasikan sebesar Rp413 milyar. Pola serapan anggaran belanja modal yang relatif lambat dikhawatirkan berpotensi menghambat upaya untuk penyediaan sarana infrastruktur yang memadai dimana kondisi tersebut pada akhirnya dapat menjadi disinsetif bagi iklim investasi di Sulawesi Tenggara. Realisasi belanja modal sampai dengan triwulan IV tahun 2012 lebih rendah dari realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 73,02% dari anggaran yang dialokasikan sebesar Rp487 miliar. Sementara itu, realisasi belanja dari dana transfer bagi hasil hingga triwulan IV 2012 tercatat optimal yaitu telah mencapai Rp104 milyar atau 100% yang dianggarkan pada TA 2012. Tabel 4.2 Realisasi Belanja Hingga Triw IV-2012 (Rupiah)

URAIAN BelanjaOperasi BelanjaPegawai BelanjaBarang BelanjaBunga BelanjaHibah BelanjaBantuanKeuangan BelanjaTidakTerduga BelanjaTidakTerduga BelanjaBagi Hasil (Transfer) BelanjaTransferkeKab/Kota/Desa

APBDTA2012 (1) 1.525.243.438.639 545.390.009.437 304.259.461.251 29.090.088.000 406.341.753.761 240.162.126.190 13.352.310.105 13.352.310.105 104.260.188.596 104.260.188.596

REALISASIs.d.TW.IV Share %THDAPBD (2) (3) (4)=(2)/(1) 1.368.346.823.770 100,00% 89,71% 476.326.690.049 34,81% 87,34% 252.288.126.431 18,44% 82,92% 14.762.534.437 1,08% 50,75% 392.439.326.261 28,68% 96,58% 232.530.146.592 16,99% 96,82% 0,00% 0,00% 104.260.187.982 100,00% 100,00% 104.260.187.982 100,00% 100,00%

Sumber : Biro Keuangan Pemprov. Sulawesi Tenggara

4.3 REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN PADA APBD TRIWULAN IV 2012 Realisasi pendapatan daerah hingga triwulan IV 2012 tercapai cukup baik, secara nominal telah terealisasi sebesar Rp1,47 Triliun atau 79,32% dari total target pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Pencapaian ini berasal dari dana perimbangan dan pendapatan transfer yang meliputi pajak, restribusi dan laba perusahaan daerah yang realisasinya secara proporsional realatif baik hingga triwulan IV 2012. Plafond transfer dari dana perimbangan sebesar Rp1,02 Triliun milyar telah ditransfer sebesar 69,22% ke APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Optimalnya realisasi dana transfer tersebut terutama berasal dari realisasi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

40

BAB IV Keuangan Pemerintah

Tw-IV 2012

Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang masing-masing telah mencapai Rp870 miliar dan 34 miliar atau 100% dari target pendapatan DAU dan DAK TA. 2012. Selain itu, pendapatan dengan realisasi yang cukup baik juga dari Dana Bagi Hasil Pajak dan Non Pajak serta Dana Penyesuaian yang masing-masing terealisasi sebesar 110,53% dan 95,43% dari target anggaran. Sementara itu, pencapaian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) hingga akhir triwulan IV 2012 relatif cukup baik, yaitu sebesar Rp453 miliar atau 83,10% dari target PAD. Realisasi PAD yang cukup optimal disumbang oleh penerimaan pajak daerah, retribusi yang memberi kontribusi sebesar 74,29% dari total PAD yang diterima. Tabel 4.3 Realisasi Pendapatan Hingga Triw II-2012

URAIAN Pendapatan PendapatanAsli Daerah PendapatanPajakDaerah PendapatanRetribusi Daerah HasilPengelolaanKekayaanDaerahYangDipisahkan LainLainPADyangSah PendapatanTransfer DanaBagiHasil Pajak/BagiHasilBukanPajak DanaAlokasiUmum DanaAlokasiKhusus DanaPenyesuaiandanOtonomi Khusus

APBDTA2012 (1) 1.857.749.225.122 545.725.695.356 285.295.708.076 20.284.827.529 25.150.009.655 214.995.150.096 1.312.023.529.766 104.236.508.766 870.257.871.000 34.659.800.000 302.869.350.000

REALISASIs.d.TW.IV (2) 1.473.650.124.707 453.524.978.226 336.936.633.874 19.055.166.848 25.046.619.688 72.486.557.816 1.020.125.146.481 115.207.475.481 870.257.871.000 34.659.800.000 289.016.927.500

Share %THDAPBD (3) (4)=(2)/(1) 100,00% 79,32% 30,78% 83,10% 74,29% 118,10% 4,20% 93,94% 5,52% 99,59% 15,98% 33,72% 69,22% 77,75% 11,29% 110,53% 85,31% 100,00% 3,40% 100,00% 28,33% 95,43%

Sumber : Biro Keuangan Pemprov. Sulawesi Tenggara

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

41

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Tw-IV 2012

BABV PERKEMBANGAN TENAGAKERJA& INDIKATOR KESEJAHTERAAN

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tw-IV 2012

5.1 KONDISI UMUM


Pada triwulan IV-2012 kinerja indikator kesejahteraan Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami trend peningkatan dari triwulan III-2012. Hal ini tercermin dari menurunnya angka kemiskinan dari 14,61% dari jumlah penduduk menjadi 13,06%, dimana jumlah penduduk miskin pedesaan turun sebanyak 31.250 jiwa. Selain itu, indeks Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami peningkatan sebesar 0,08% dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 106,15 menjadi 106,23. Sedangkan jumlah pengangguran periode data Agustus 2012 mengalami peningkatan sebesar 0,98% dari tahun 2011. 5.2 KETENAGAKERJAAN Berdasarkan data BPS posisi Agustus 2012, persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan dari 3,06% pada tahun 2011 menjadi 4,04% atau jumlah pengangguran meningkat dari 32.451 orang menjadi 41.078 orang. Kinerja indikator ketenagakerjaan ini tidak searah dibandingkan data pengangguran nasional yang menunjukkan penurunan atau membaik dari 6,56% pada tahun 2011 menjadi 6,14% pada Agustus 2012. (Grafik 5.2) Dari sisi lapangan pekerjaan utama, meningkatnya tingkat pengangguran di Sulawesi Tenggara terutama dipengaruhi oleh penurunan penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian dan sektor lainnya (bangunan, angkutan, listrik gas & air minum, pertambangan dan keuangan) masing-masing sebesar -14,51% dan -4,19%. Meski demikian, terdapat peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor industri, perdagangan dan rumah makan, dan sektor jasa yang masing-masing tumbuh sebesar 22,57%; 6,51%; dan 0,67%. (Tabel 5.1 dan Grafik 5.3) Berdasarkan pangsanya, sektor pertanian masih merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja paling besar dengan pangsa 40,93% menurun dibandingkan tahun 2011 yang tercatat 45,51%. Selain itu, sektor lain yang memiliki pangsa dominan dalam penyerapan tenaga kerja adalah sektor perdagangan dan sektor jasa masing-masing sebesar 18,54% dan 18,09%, disusul sektor industri dan sektor lainnya (Bangunan, Angkutan, Listrik, Gas & Air Minum, Pertambangan dan Keuangan) masing-masing memiliki pangsa 6,50% dan 15,93%. (Tabel 5.1 dan Grafik 5.4).

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

50

BAB V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tw-IV 2012

Grafik 5.1 Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja di Sulawesi Tenggara

Grafik 5.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Tenggara dan Nasional

Sumber: data BPS diolah Sumber: data BPS diolah

Sumber: data BPS diolah

Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama

LapanganKerjaUtama Pertanian Industri Perdagangan,RM Jasa Lainnya*) SulawesiTenggara

Aug11 467,200 51,782 169,917 175,356 162,293 1,026,548

Aug12 Aug Growth 399,425 14.51% 63,469 22.57% 180,974 6.51% 176,526 0.67% 155,485 975,879 4.19% 4.94%

Pangsa 40.93% 6.50% 18.54% 18.09% 15.93% 100.00%

Ket: *) Bangunan, Angkutan, Listrik gas & air minum, Pertambangan dan Keuangan Sumber: data BPS diolah

Grafik 5.3 Jumlah Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama

Grafik 5.4 Persentase Jumlah Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama

Sumber: data BPS diolah

Sumber: data BPS diolah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

51

BAB V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tw-IV 2012

5.3 KESEJAHTERAAN 5.3.1 Nilai Tukar Petani (NTP) Pada akhir tahun 2012 terjadi peningkatan pada indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tenggara, dimana NTP pada triwulan IV-2012 tercatat sebesar 106,23 naik 0,08% dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar 106,15. Peningkatan indeks Nilai Tukar Petani terjadi pada sub sektor tanaman pangan (NTP-P) 0,52%, sub sektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) 0,44% dan perikanan NTP-Pi) 0,55%. Sementara itu, sub sektor yang mengalami penurunan indeks NTP adalah sub sektor Hortikultura (NTP-H) dan peternakan (NTP-P) masing-masing turun sebesar -1,89% dan -0,33%, (table 5.3). Penurunan yang terjadi pada sub sektor Hortikultura dipengaruhi oleh meningkatnya indeks yang dibayar sebesar 0,39% sedangkan indeks yang diterima mengalami penurunan sebesar -1,16%. Demikian halnya pada sub sektor peternakan terjadi penurunan pada indeks yang diterima sebesar -0,10% sedangkan indeks yang dibayar meningkat sebesar 0,58%. NTP Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2012 secara y.o.y mengalami penurunan sebesar -1,15%. Hal ini terjadi karena penurunan indeks nilai tukar petani terjadi pada seluruh sub sektor terkecuali sub sektor perikanan naik 0,48%. Secara y.o.y NTP sub sektor tanaman pangan turun -1,75%, hortikultura -4,24%, tanaman perkebunan rakyat 0,45%, dan peternakan 2,09%, (table 5.2). Secara Nasional, Nilai Tukar Petani mengalami peningkatan dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar 105,26 menjadi 105,87. Sedangkan NTP Sulampua mengalami penurunan dari periode sebelumnya tercatat sebesar 104,10 menjadi 103,87. Hal ini dapat dilihat pada grafik 5.6 NTP Sulawesi Tenggara, Sulampua dan Nasional yang menunjukkan bahwa NTP Provinsi Sulawesi Tenggara lebih tinggi dibandingkan NTP Nasional dan NTP Sulampua, (grafik 5.6).
Tabel.5.3 NTP Provinsi Sulawesi Tenggara
SubSektor 1.TanamanPangan(NTPP) 2.Hortikultura(NTPH) 3.TanamanPerkebunanRakyat(NTPPr) 4.Peternakan(NTPPt) 5.Perikanan(NTPPi) NTPGabungan
Sumber: data BPS diolah

2012 Perubahan TwIII TwIV 85.07 85.51 0.52% 120.94 118.65 1.89% 122.86 123.40 0.44% 90.19 89.89 0.33% 108.15 108.74 0.55% 106.15 106.23 0.08%

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

52

BAB V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tw-IV 2012

Tabel.5.2 NTP Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2011-2012


SubSektor 1.TanamanPangan a. Indeksyangditerima(lt) b. Indeksyangdibayar(lb) c. NilaiTukarPetani(NTPP) 2.Hortikultura a. Indeksyangditerima(lt) b. Indeksyangdibayar(lb) c. NilaiTukarPetani(NTPH) 3.TanamanPerkebunanRakyat Tabel 5.2 Nilai a. Indeksyang diterima (lt) Tukar b. Indeksyangdibayar(lb) c. NilaiTukarPetani(NTPPr) 4.Peternakan a. Indeks yang diterima (lt) Sumber: data BPS diolah b. Indeksyangdibayar(lb) c. NilaiTukarPetani(NTPPt) 5.Perikanan a. Indeksyangditerima(lt) b. Indeksyangdibayar(lb) c. NilaiTukarPetani(NTPPi) Gabungan a. Indeksyangditerima(lt) b. Indeksyangdibayar(lb) c. NilaiTukarPetani(NTPp) 2011 Desember 116.40 133.75 87.03 163.92 132.31 123.90 2012 Desember 117.70 137.64 85.51 162.72 137.14 118.65 Perubahan 1.12% 2.91% 1.75% 0.73% 3.65% 4.24% 3.42% 3.89% 0.45%

Petani (NTP) Sulawesi Tenggar 161.17 166.69


130.02 123.96 118.04 128.56 91.81 136.14 125.80 108.22 139.80 130.08 107.47 135.08 123.40

ah

119.04 0.85% Sumber: data BPS diolah 132.44 89.89 141.03 129.70 108.74 142.78 134.41 106.23 3.02% 2.09% 3.59% 3.10% 0.48% 2.13% 3.33% 1.15%

Sumber: data BPS diolah

Grafik 5.5 NTP Sulawesi Tenggara

Grafik 5.6 NTP Sulawesi Tenggara, Sulampua, Nasional

Sumber: data BPS diolah

Sumber: data BPS diolah

5.3.2 Jumlah Penduduk Miskin Pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tenggara per September 2012 mengalami penurunan sebanyak 30 ribu jiwa dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 334.280 jiwa atau sebesar 14,6% dari jumlah penduduk.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

53

BAB V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tw-IV 2012

Grafik 5.7 Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Tenggara

Sumber: data BPS diolah

Dari jumlah penduduk miskin tersebut, 90,29% atau 274.700 jiwa berada di daerah pedesaan sedangkan sisanya sebesar 10,37% atau 31.560 jiwa berada di daerah perkotaan. Persentase pangsa jumlah penduduk miskin di pedesaan pada bulan September 2012 mengalami penurunan sebanyak 31.250 jiwa dibandingkan data tahun 2011 yang tercatat sebanyak 305.950 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk miskin di perkotaan pada tahun 2012 tercatat sebanyak 31.560 jiwa meningkat sebanyak 3.230 jiwa dibanding tahun 2011 yang tercatat sebanyak 28.330 jiwa. Meski mengalami perbaikan, konsentrasi jumlah penduduk miskin di pedesaan masih menjadi tantangan pembangunan ekonomi dan wilayah oleh pemangku kepentingan terkait khususnya pemerintah daerah, mengingat potensi sumber daya alam Sulawesi Tenggara yang dominan berada di pedesaan khususnya di sektor primer pertanian namun hasilnya belum secara optimal mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedesaan secara lebih luas.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

54

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-IV 2012

BABVI PROSPEKEKONOMI

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB VI Prospek Ekonomi

Tw-IV 2012

6.1 PROSPEK EKONOMI MAKRO


Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan I-2013 diperkirakan masih akan tumbuh meski mengalami perlambatan dibandingkan triwulan I-2012. Angka pertumbuhan pada periode triwulan IV-2012 diproyeksi ada pada kisaran 7,75% + 0,5% (y.o.y) (Tabel 6.1).
Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara
Sektor 2011 2012 Q1 Q2 Q3 Q4 2012 2013 Q1* Q2* Q3* Q4*

Pertanian Pertambangan Industri Listrik,GasdanAir Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasajasa


PDRB

1.59% 35.12% 6.72% 11.10% 12.76% 11.12% 9.63% 18.23% 3.59%


8.68%

5.11% 52.72% 6.61% 20.22% 10.61% 11.89% 8.78% 8.28% 6.46%


10.10%

7.39% 40.79% 0.46% 20.94% 13.19% 12.11% 10.42% 8.52% 8.76%


11.21%

4.41% 42.58% 6.67% 20.88% 12.73% 12.59% 11.97% 13.31% 8.69%


11.58%

1.55% 43.14% 8.30% 19.56% 18.48% 11.14% 6.49% 11.82% 5.91%


9.59%

4.08% 43.03% 2.35% 20.37% 12.63% 11.92% 9.83% 10.98% 7.44%


10.41%

5.25% 20.15% 6.78% 10.50% 9.87% 8.92% 6.35% 5.43% 4.38%


7.96%

4.68% 21.35% 8.32% 15.12% 12.98% 11.79% 9.12% 7.31% 8.38%


9.68%

5.17% 18.15% 6.40% 10.38% 18.57% 11.45% 9.32% 11.95% 12.68%


10.65%

4.65% 29.40% 5.43% 19.53% 17.89% 10.60% 14.64% 9.12% 7.33%


10.49%

Sumber :BPS Sultra

Pada sisi penggunaan, peran konsumsi baik rumah tangga masih akan cukup kuat dalam menopang perekonomian Sulawesi Tenggara meski diperkirakan akan mengalami penurunan pertumbuhan. Prediksi ini didasarkan pada kondisi triwulan I-2013 didorong oleh kenaikan upah minimum provinsi yang mengalami peningkatan sebesar 10%.
Grafik 6.1. Indeks Keyakinan Konsumen
150 125 100 75 50 25 0
Jun Jul Aug Sep 2011 Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei 2012 Jun Jul Agust Sept

135

IndeksKeyakinanKonsumen IndeksEkspektasiKonsumen

IndeksKondisiEkonomiSaatIni

Sumber : SK Bank Indonesia Prov. Sultra

Perkiraan kinerja perekonomian tersebut sesuai dengan optimisme responden Survei Konsumen atas ekspektasi terhadap kondisi perekonomian yang akan datang pada Indeks Ekspektasi Konsumen dengan nilai SB sebesar 134,33 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 109,33 (Grafik 6.1). Optimisme pada Indeks Ekspektasi Konsumen tersebut menggambarkan ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian yang

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

55

BAB VI Prospek Ekonomi

Tw-IV 2012

mendorong mereka dalam melakukan konsumsi. Komponen pembentuknya antara lain, optimisme akan kenaikan penghasilan pada enam bulan yang akan datang, optimisme akan tersedianya lapangan kerja tambahan pada enam bulan yang akan datang serta optimisme akan kondisi ekonomi yang membaik. Selanjutnya, tren peningkatan investasi diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan I2013 meski sudah mendekati akhir tahun. Kondisi ini diukur dari masih tingginya minat investasi investor terhadap Sulawesi Tenggara yang sedang dan akan berjalan antara lain investasi pembangunan Lippo Mall Kendari, investasi perumahan Citra Land yang sedang mengadakan pembangunan tahap kedua, investasi ruko, investasi power plant di Konawe Utara serta investasi pembangunan pabrik nikel di Kabaena.
Tabel 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara
Sektor 2010 2011 Q1 Q2 Q3 Q4 2011 Q1 Q2 2012 Q3 Q4*

Pertanian Pertambangan Industri Listrik,GasdanAir Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasajasa


PDRB

1,20% 22,99% 18,77% 8,62% 15,83% 12,09% 9,04% 12,61% 1,35%


8,21%

0,20% 38,50% 9,71% 13,32% 16,87% 11,20% 11,67% 19,42% 1,72%


8,94%

0,68% 35,56% 8,20% 6,23% 15,03% 10,11% 12,43% 15,61% 3,57%


8,67%

1,37% 33,91% 7,94% 9,97% 10,13% 12,23% 7,08% 13,85% 3,61%


8,22%

3,55% 32,66% 1,55% 15,56% 8,61% 10,49% 7,78% 11,34% 5,68%


7,85%

1,59% 35,12% 6,72% 11,10% 12,76% 11,12% 9,63% 18,23% 3,59%


8,68%

5,11% 52,72% 6,61% 20,22% 10,61% 11,89% 8,78% 8,28% 6,46%


10,10%

7,39% 40,79% 0,46% 20,94% 13,19% 12,11% 10,42% 8,52% 8,76%


11,21%

4,41% 42,58% 6,67% 20,88% 12,73% 12,59% 11,97% 13,31% 8,69%


11,58%

2,19% 24,14% 7,73% 13,00% 12,13% 11,93% 16,55% 10,79% 4,41%


9,02%

Sumber :BPS Sultra

Pada sisi sektoral, kinerja sektor pertambangan, perdagangan-hotel-restoran (PHR), dan industri pengolahan diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. Kinerja sektor pertambangan diperkirakan akan masih didorong oleh aktivitas pertambangan yang masih berlanjut khususnya oleh PT. Antam yang masih akan memenuhi target produksi bijih nikel sebesar 545.578 WMT pada tahun 2013. Kemudian, target yang berbeda juga akan dipenuhi oleh PT.Antam untuk komoditas ferronikel yang merupakan komoditas utama pada sektor industri pengolahan, besar target produksi ferronikel pada triwulan I-2013 adalah 4712,69 Tni. Sektor PHR pada triwulan I-2012 antara lain dipengaruhi oleh (1) pelaksanaan kegiatan rapat koordinasi pemerintah daerah dan pusat di Sulawesi Tenggara, (2) kunjungan investor dalam negeri dan luar negeri untuk pemantauan potensi sektor pertambangan yang sedang gencar dipromosikan oleh pemerintah daerah Sulawesi Tenggara, serta (3) perkembangan pembangunan perhotelan dan restauran di Sulawesi Tenggara yang tumbuh tinggi.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

56

BAB VI Prospek Ekonomi

Tw-IV 2012

6.2 PROSPEK INFLASI


Pergerakan harga-harga di Kota Kendari pada triwulan I-2013 diperkirakan cenderung mengalami penurunan dibanding laju inflasi triwulan I-2012. Meski demikian, diperkirakan masih akan terjadi inflasi meski relatif rendah, dengan beberapa kelompok yang berpotensi memberikan tekanan terhadap inflasi yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok sandang serta kelompok transportasi. Pada kelompok bahan makanan, tekanan inflasi akan muncul pada komoditas daging sapi ras, telur serta sayuran. Kondisi ini dipicu oleh faktor suplai yang berkurang akibat curah hujan yang tinggi yang berimplikasi pada distribusi yang kurang lancar. Selanjutnya, pada kelompok makanan jadi, inflasi akan terjadi pada komoditas gula, minuman kemasan serta rokok. Kemudian, pada kelompok sandang, kenaikan harga terutama akan terjadi pada komoditas perlengkapan sekolah khususnya dengan persiapan untuk ujian akhir sekolah dan ujian masuk perguruan tinggi. Perkiraan kondisi inflasi tersebut juga tercermin dari angka ekspektasi inflasi 3 bulan kedepan pada Survei Konsumen di Kota Kendari yaitu dengan angka Saldo Bersih (SB) 1661 yang mencerminkan optimisme ekspektasi masyarakat akan terjadinya kenaikan inflasi pada triwulan I-2013.
Grafik 6.2. Inflasi bulanan dan Ekspektasi Inflasi Kota Kendari

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Angka SB di atas 100 mencerminkan bahwa konsumen cenderung optimis bahwa akan terjadi kenaikan harga atau inflasi, sebaliknya jika dibawah 100 maka konsumen cenderung pesimis akan terjadi kenaikan harga atau inflasi.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

57

BAB VI Prospek Ekonomi

Tw-IV 2012

Mengacu kepada perkiraan inflasi tersebut, dirumuskan beberapa isu strategis yang menjadi pendorong utama terjadinya inflasi pada periode triwulan I-2013, sebagai berikut: a. Ketergantungan yang masih cukup tinggi terhadap wilayah luar Sulawesi Tenggara, yang berdasarkan data I/O (Input/Output) BPS Sultra mencapai 85% dari total komoditas konsumsi masyarakat. Beberapa komoditas utama yang didatangkan dari luar Sulawesi Tenggara antara lain bumbu-bumbuan (bawang merah, cabe merah, tomat, sayuran), telur, daging ayam ras, gula pasir, minyak goreng, tepung dll. b. Sistem distribusi yang belum lancar akibat kendala dari sisi infrastruktur, cuaca serta alat transportasi yang terbatas. Sebagai ilustrasi, saat ini arus masuk barang ke Sulawesi Tenggara melalui jalur laut dan darat yang masing-masing memiliki kendala keterbatasan infrastruktur sebagai berikut: i. Pelabuhan Kota Kendari sebagai pintu masuk utama jalur laut memiliki keterbatasan infrastruktur yang mencakup tempat sandar kapal, area parkir kontainer, dan angkutan penjemputan yang terbatas. Selain infrastruktur juga terdapat keterbatasan tenaga kerja bongkar muat serta juru pandu sandar kapal di pelabuhan. ii. Jalur darat di Sulawesi Tenggara yang mencakup jalan provinsi Kolaka UtaraKendari sebagai jalur distribusi utama, saat ini dalam kondisi tidak mantap (75% dari total panjang jalan), sehingga menyebabkan peningkatan biaya transportasi yang diikuti peningkatan harga kebutuhan konsumsi masyarakat. c. Antrian bahan bakar minyak bersubsidi khususnya solar yang selalu terjadi di Kota Kendari dan di kabupaten/kota lainnya, menimbulkan ekspektasi inflasi bagi masyarakat, dan memiliki efek berantai yang menyebabkan biaya transportasi tinggi akibat waktu antri cukup lama. d. Kemudian, dari sisi permintaan, kenaikan harga akan didorong oleh pelaksanaan pemilihan gubernur Sulawesi Tenggara tanggal 4 November 2012. Berdasarkan isu strategis tersebut, dalam pengendalian inflasi, Tim Pengendali Inflasi Daerah memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut: a. Untuk pembentukan ekspektasi, informasi harga secara rutin selain dipublikasikan

melalui media cetak koran sebagaimana yang sudah berjalan, juga perlu diperkuat melalui papan informasi harga elektronik yang ditempatkan pada pasar-pasar utama di Kota Kendari sebagaimana yang dilakukan di kota lain seperti Palangkaraya. b. Sebagai bentuk pengendalian inflasi pada jangka panjang, TPID memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah terkait kendala infrastruktur dan tenaga kerja pelabuhan sebagai berikut:

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

58

BAB VI Prospek Ekonomi

Tw-IV 2012

1. Mempercepat

pembangunan

pelabuhan

Bungkutoko

sehingga

dapat

beroperasi di awal tahun 2013. 2. Mendirikan pusat pergudangan yang berguna sebagai tempat stok komoditas konsumsi sekaligus memberikan solusi perhentian kontainer yang datang, sehingga tidak harus mengantri di lapangan parkir kontainer pelabuhan. 3. Menganjurkan kepada Administrasi Pelabuhan agar membuat shift malam bagi tenaga buruh bongkar pelabuhan sehingga aktivitas bongkar dapat dilakukan pada malam hari. c. Terkait kendala antrian bahan bakar minyak bersubsidi beberapa rekomendasi yang diusulkan adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kebutuhan BBM bersubsidi Solar bagi sektor pertambangan, sektor industri, dan sektor pertanian sekaligus alat transportasi yang digunakan untuk kegiatan masing-masing sektor, yang kemudian diberikan tempat khusus pengisian. 2. Bekerja sama dengan pihak kepolisian dalam menindak tegas oknum yang melakukan penyimpangan BBM bersubsidi Solar dengan terlebih dahulu mengidentifikasi alat transportasi (kendaraan) yang tidak wajar dalam pengisian Solar.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

59

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-IV 2012

LAMPIRAN

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-IV 2012

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-IV 2012

Lampiran KER Sulawesi Tenggara Triwulan II-2012 a. Tabel Indikator Terpilih Inflasi dan PDRB
INDIKATOR MAKRO Indeks Harga Konsumen - IHK Kota Kendari Laju Inflasi Tahunan (yoy %) - Inflasi Kota Kendari PDRB - Harga Konstan (Rp. Juta) - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Bangunan - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Persewaan, dan Jasa - Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy %) Nilai Ekspor Non Migas (Rp Juta)*) Volume Ekspor Non Migas (ton)*) Nilai Impor Non Migas (Rp Juta) Volume Impor Non Migas (ton) 6,53% 2.963.566 861.383 221.287 261.285 22.989 272.722 523.587 269.870 169.820 360.622 8,98% 172,39 4.093.262 7,53% 3.121.385 896.869 240.729 273.158 23.344 293.771 547.355 276.540 200.062 369.557 8,32% 277,92 5.282.952 7,88% 3.241.134 1.023.226 202.895 226.231 28.522 281.655 614.195 289.433 196.089 378.889 8,17% 271,84 6.231.455 5,09% 3.307.506 1.053.104 178.040 220.078 31.468 286.386 633.726 307.176 206.893 390.634 7,84% 298,05 6.798.844 5,10% 12.735.800 3.794.887 1.034.152 956.803 105.040 1.173.061 2.265.094 1.119.807 753.980 1.532.974 10,10% 299,13 6.845.843 4,65% 3.477.672 970.859 333.602 271.963 28.232 332.394 611.908 305.333 221.131 402.249 11,21% 248,91 6.557.143 130,61 132,76 138,21 134,11 137,27 138,93 2011 Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV Trw. I 2012 Trw. II

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id)

Tw-IV 2012

Lampiran KER Sulawesi Tenggara Triwulan II-2012.... (Lanjutan) b. Perbankan


Data Indikator Perbankan (BU) Sulawesi Tenggara
(dalam milyar rupiah)

Indikator

2011 2012 Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Trw.II Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal
8.906 0 6.530 1.538 3.679 1.313 0 6.388 2.106 576 3.705 0 3.941 146 20 56 1 243 1.538 40 179 70 4.095 9.784 0 7.108 1.693 3.948 1.467 0 6.907 2.363 623 3.922 0 4.228 206 13 61 1 274 1.873 42 196 81 4.161 11.308 0 7.962 1.889 4.405 1.667 0 7.581 2.592 674 4.314 0 4.459 211 14 66 2 283 2.022 45 216 132 4.590 11.862 0 8.428 1.310 5.331 1.787 0 8.153 2.718 758 4.677 0 4.725 220 29 71 1 258 2.094 43 274 157 5.006 13.075 0 9.258 2.481 4.941 1.837 0 8.600 2.817 846 4.937 0 8.600 228 41 71 1 267 2.128 54 291 157 5.361 14.331 0 9.930 2.660 5.321 1.949 0 9.345 3.403 971 4.971 0 9.345 270 40 91 2 305 2.777 53 337 169 5.303 8.878.085 94,11% 1,55% 420.343

Growth q.t.q
9,61% 7,26% 7,24% 7,70% 6,11% 8,67% 20,83% 14,81% 0,68% 8,67% 18,45% -1,64% 27,59% 145,66% 13,99% 30,47% -1,85% 15,52% 7,58% -1,09% 8,44%

y.o.y
46,48% 39,70% 57,12% 34,78% 32,83% 35,30% 44,04% 55,97% 26,75% 121,05% 30,89% 213,07% 50,06% 309,13% 11,06% 48,28% 24,93% 71,87% 107,96% 27,44% 267,12%

Total Asset DPK Bank Umum - Giro - Tabungan - Deposito Kredit Bank Umum Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit (Sektoral) Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lainnya

Kredit UMKM (dibawah Rp5 M) 1.995.643 2.418.330 2.656.045 2.749.393 8.186.768 Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio NPLs BU (Gross) Laba/Rugi 97,81% 2,28% 180.865 97,17% 2,02% 362.680 95,21% 2,09% 547.780 96,73% 1,14% 778.286 92,89% 1,55% 200.441

Sumber : LBU

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

Anda mungkin juga menyukai