Anda di halaman 1dari 28

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Organisasi yang berhasil dalam mencapai tujuan serta mampu memenuhi tanggug jawab sosialnya akan sangat tergantung pada para manajernya (pimpinan). Bila pimpinan mampu melaksanakan dengan baik, sangat mungkin organisasi tersebut akan mencapai sasarannya. Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai

kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya atau anak buah. Jadi, seorang pemimpin atau kepala suatu organisasi akan diakui sebagai seorang pemimpin apabila ia dapat mempunyai pengaruh dan mampu mengarahkan bawahannya kearah pencapaian tujuan organisasi. Kualitas dari pemimpin seringkali dianggap sebagai faktor terpenting dari keberhasilan atau kegagalan organisasi (Menon, 2002) demikian juga keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi baik yang berorientasi bisnis maupun publik, biasanya dipersepsikan sebagai keberhasilan atau kegagalan pemimpin. Begitu pentingnya peran pemimpin sehingga isu mengenai pemimpin menjadi faktor yang menarik perhatian para peneliti bidang perilaku keorganisasian. Hal ini akan membawa konsistensi bahwa setiap pemimpin berkewajiban memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk membina, menggerakkan, mengarahkan semua potensi karyawan

dilingkungannya agar terwujud volume dan beban kerja yang terarah pada tujuan. Pimpinan perlu melakukan pembinaan yang sungguh-sungguh terhadap karyawan agar dapat meningkatkan kinerja dan menimbulkan kepuasan kerja yang tinggi. Ketika pemimpin menunjukkan kepemimpinan yang baik, para karyawan akan berkesempatan untuk mempelajari perilaku yang tepat untuk berhadapan dengan pekerjaan mereka. Demikian pula halnya dengan birokrasi publik, pemimpin memegang peranan yang sangat strategis. Berhasil atau tidaknya birokrasi publik menjalankan tugas-tugasnya

sangat ditentukan oleh kualitas pimpinannya, karena kedudukan pemimpin sangat mendominasi semua aktivitas yang dilakukan. Dalam organisasi publik, bawahan bekerja selalu tergantung pada pimpinan. Bila pimpinan tidak memiliki kemampuan memimpin, maka tugastugas yang sangat kompleks tidak dapat dikerjakan dengan baik. Kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengaruh dan memotivasi individu untuk mencapai tujuan organisasi (Gibson et.al 2006). Kemampuan mempengaruhi akan menentukan cara yang digunakan karyawan dalam mencapai hasil kerja. Hal ini didasari pada argumen bahwa seorang pemimpin memiliki otoritas dalam merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan, dan mengawasi perilaku karyawan. Pemimpin organisasi dapat mempengaruhi perilaku dengan cara menciptakan sistem dan proses organisasi yang sesuai kebutuhan, baik kebutuhan individu, kebutuhan kelompok maupun kebutuhan organisasi. (1) Terdapat faktor negatif yang dapat menurunkan kinerja karyawan, diantaranya adalah menurunnya keinginan karyawan untuk mencapai prestasi kerja, kurangnya ketepatan waktu dalam penyelesaian pekerjaan sehingga kurang menaati peraturan, pengaruh yang berasal dari lingkungannya, teman sekerja yang juga menurun semangatnya dan tidak adanya contoh yang harus dijadikan acuan dalam pencapaian prestasi kerja yang baik. Semua itu merupakan sebab menurunya kinerja karyawan dalam bekerja. Faktor-faktor yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja salah satunya adalah gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain (Suranta, 2002). Gaya kepemimpinan cocok apabila tujuan perusahaan telah dikomunikasikan dan bawahan telah menerimanya. Seorang pemimpin harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk mengelola bawahannya, karena seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya (Waridin dan Bambang Guritno, 2005). Perusahaan menggunakan penghargaan atau hadiah dan ketertiban sebagai alat untuk

memotivasi karyawan. Pemimpin mendengar ide-ide dari para bawahan sebelum mengambil keputusan. Gaya kepemimpinan yang tepat akan menimbulkan motivasi seseorang untuk berprestasi. Sukses tidaknya karyawan dalam prestasi kerja dapat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan atasannya (Hardini, 2001 dalam Suranta, 2002). Suranta (2002) dan Tampubolon (2007) telah meneliti pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja, dan menyatakan bahwa gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. (2)

B. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini addalah untuk mendapatkan gambaran dan pengetahuan tentang gaya kepemimpinan khususnya mengenai gaya kepemimpinan otoriter.

C. Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa jurusan ilmu keperawatan dapat ebih daam mengetahui tentang gaya kepemimpinan khususnya mengenai kepemimpinan otoriter.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Utama Kepemimpinan Kepemimpinan adalah proses yang sangat penting dalam setiap organisasi. Karena kepemimpinan inilah yang akan menentukan sukses gagalnya sebuah organisasi. Jika perusahaan, rumah sakit, universitas, atau tim atletik mengalami kesuksesan, maka direktur, rektor atau pelatihlah yang memperoleh acuan jempol. Tetapi sbaliknya, kalo terjadi kegagalan mereka pulalah yang memperoleh teguran kritik atau bahkan di ganti. Jadi salah satu elemen pokok yang menjadi perhatian setiap organisasi yaitu bagaimana caranya untuk menarik, melatih atau mempertahankan orang- orang yang akan menjadi pemimpin- pemimpin yang efektif. (3)

B. Defenisi Kepemimpinan Menurut Robbins ( 1993 ) Kepemimpinan di defenisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi sebuah kelompok menuju kepada pencapaian tujuan kelompok tersebut. Sumber dari pengaruh ini bisa saja format seperti pengaruh yang di berikan oleh kedudukan manajerial tingkat tertentu dalam organisasi atau perusahaan. Karena posisi manajemen itu biasanya di sertai kewenangan tertentu yng secara resmi di berikan oleh organisasi, maka seseorang yang menjalankan peran kempemimpinan tersebut hanya sebatas posisi yang di pegangnya dalam organisasi tersebut. Tapi harus di ingat bahwa tidak semua manager itu adalah pemimpin. Jadi organisasi yang memeberikan para managernya dengan hak- hak formal tertentu, tidak menjamin mereka akan dapat memimpin secara efektif. Malah kita sering menemukan kepemimpinan tanpa sanksi yaitu kemampuan untuk mempengaruhi orang- orang lain di luar struktur formal organisasi, yang tidak kalah pentingnya atau bahkan lebih penting dari kelompoknya sendiri tapi juga bisa dengan penunjukan formal untuk memimpin sebuah kelompok.

Kepemimpinan adalah sebuah proses usaha seseorang dalam mempengaruhi seseorang/ kelompok untuk mencapai tujuan. Makna dari kalimat sederhana itu adalah : 1. Kepemimpinan adalah proses, ini adalah kata kerja, perlu aksi dan bukan kata benda. Kepemimpinan bermakna melakukan sesuatu. 2. 3. 4. Fokus kepeemimpinan adalah seseorang. Fokus kepemimpinan adalah individual atau group. Pengaruh pemimpin di pengaruhi oleh pikiran mereka sendiri, target kognitif pengaruh adalah pikiran. Dan target efektifnya adalah perasaan mereka. Dan target kebiasaan adalah tindakan mereka. 5. 6. Tujuan kepemimpinan adalah pencapaian tujuan. Kepemimpinan adalah keinginan dan bukan kebetulan. (3) Menurut Harsey, Blanchard dan Jhonson (1999 dalam Huber, 2006), kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok dalam upaya mencapai tujuan pada suatu situasi. Sedangkan menurut Hasibuan (2005), adalah cara seseorang pemimpin mepengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Robin (2003), kepemimpinan adalah kemampuan menuju pencapaian sasaran. Stoner (1982) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Talbott (1971 dalam Swanburg, 1993) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu bumbu vital yang mengubah sekelompok orang menjadi suatu organisasi yang berfungsi dan berguna. (4) Adapun beberapa batasan tentang kepemimpinan antara lain: kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan tugas-tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas

sesorang atau sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah dtetapkan. Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela mau dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang dinginkan. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam suatu situasi tertentu. Kepemimpinan merupakan penggunaan proses untuk mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok ke arah satu atau beberapa tujuan dalam situasi yang unik atau tertentu. Sedangkan menurut Edwin A.Fleishman kepemimpinan diartikan suatu usaha mempengaruhi orang antar perseorangan (interpersonal) lewat proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan. (5) Ada tiga pengertian kepemimpinan yang menjadi acuan, yaitu: 1. Suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu 2. Seni yang berdasar dari kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar mau berperilaku seperti apa yang dikehendakinya. 3. The process of influencing people toaccomplish goals (Huber D)

Kepemimpinan juga dapat ditinjau dari empat sisi, yaitu : 1. Pola dasar kepemimpinan Ada dua pola dasar kepemimpinan.yang pertama adalah

kepemimpinan formal, yang dapat diartikan kepemimpinan yang bersifat resmi dalam organisasi, diatur sesuai dengan pangkat, jabatan, hierarki dan struktur dalam organisasi. Yang kedua adalah kepemimpinan informal, yang dapat diartikan kepemimpinan yang tidak didasarkan atas hierarki, akan tetapi lebih didasarkan pada pengakuan nyata dari orangorang di sekitarnya karena kemampuan memikat,kemampuan ilmu, kemampuan membina hubungan kerja dan lain-lain.

2.

Komponen peristiwa kepemimpinan Komponen peristiwa kepemimpinan (kison, 1989) terdiri atas : a. Pemimpin : nilai, keterampilan, gaya/tipe kepemimpinan serta persepsi terhadap diri dan perannya. b. Pengikut : kesiapan utnuk dipengaruhi, kepercayaan pada pemimpin, serta pengalaman kerja sama. c. Situasi : harapan, system control, struktur tugas, waktu dan budaya kerja. d. e. Proses komunikasi: tingkat keterbukaan Tujuan-tujuan : tujuan organisasi dan tujuan pribadi.

Melihat komponen-komponen peristiwa kepemimpinan ini, maka perlu suatu keterampilan dalam mendiagnosis, mengadaptasikan dan

mengkomunikasikan (Hersey dan Blanchard,1993) 3. Tipe kepemimpinan Ada enam tipe kepemimpinan, yaitu : otokratis, paternalistic, militeristis, karismatis, demokratis, dan liberalistic (laisses faire). 4. Figure kepemimpinan Figure kepemimpinan dalam hal ini diistilahkan harus mempunyai karakter rajapandita. Bila diartikan raja artinya memilki ilmu dan wawasan substitusi, sedangkan pandita artinya memilki ilmu dan wawasan keagamaan/moralitas. Untuk menjadi rajapandita, seorang pemimpin harus

mempunyai karakter sebagai berikut: a. Berpendidikan dan berpengalaman dalam substansi tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini juga dikuatkan dalam hadits, jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. b. Berbudi luhur: 1) Tidak sombong 2) Mampu membaca keadaan danmendengarkan aspirasi serta keluh kesah anggotanya

3) Menjunjung tinggi hukum dankonstitusi Negara 4) Demokratis 5) Tegas dalam bertindak dan menegakkan kebenaran 6) Arif dan bijaksana Kepemimpian pada dasarnya bersifat subjektif, dalam arti sempit tidak dapat diukur secara objektifdan dalam arti yang sangat luas tidak didapat dari atau diajarkan di sekolah. Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok agar dapat mencapai suatu tujuan umum.kemampuan memimpin diperoleh melalui pengalaman hidup sehari-hari. Pengertian lain tentang kepemimpinan ialah segala hal yang bersangkutan dengan pemimpin dalam menggerakkan, membimbing dan mengarahkan orang lain agar melaksanakan tugas dan mewujudkan sasaran yang ditetapkan (LAN RI, 1996). Banyak pendapat yang kadang berbeda-beda, tentang apa yang dimaksud dengan pemimpin yang baik, demikian juga tentang apa yang menjadi kewajiban setiap pemimpin. Namun demikian dapat diambil inti persamaanya, yaitu bahwa setiap pemimpin harus mempunayi kewajiban untuk mencapai tujuan organisasi institusi dan memberi perhatian terhadap kebutuhan para karyawan bawahannya. R.l, Khan mengemukakan bahwa seorang pemimpin menjalankan pekerjaannya dengan baik apabila : 1. 2. 3. 4. Memberikan kepuasaan terhadap keputusan langsung para bawahannya. Menyusun jalur pencapaian tujuan Menghilangkan hambatan-hambatan pencapaian tujuan Mengubah tujuan karyawan sehingga tujuan mereka bisa berguna secara organisatoris. (6) Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan menyangkut tiga hal: 1. Kepemimpinan menyangkut orang lain. Larang lain disini maksudnya adalah bawahan. Kepemimpinan seorang manajer keperawatan akan efektif jika bawahan bersedia menerima pengarahan dari pemimpinnya.

Bawahan sangat menentukan kedududukan pemimpin dan menetukan pula jalan proses kepemimpinan. 2. Kepemimpinan menyangkut pembagian kekuasaan yang tidak

seimbang antara pimpinan dan bawahan. Seorang pemimpin berwenang mengarahkan secara langung terhadap kegiatan bawahan, tetapi bawahan tidak dapat mengarahkan secara langsung kegiatan pemimpin walaupun berbagai cara secara tidak langsung. 3. Kepemimpinan menyangkut pengaruh pada bawahan. Seorang

pemimpin tidak hanya memerintah bawahannya, tetapi juga dapat memengaruhi bawahan agar mau bertindak atau bekerja dengan baik dan tepat. (4)

C. Teori Dasar Dalam Kepemimpinan 1. Trait theory (teori bakat) Setiap orang adalah pemimpin, dibawa sejak lahir dan didapatkan dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih baik dari orang lain. Teori yang besar (the great men theory) atau teori bakat (trait theory), ini adalah teori klasik dari kepemimpinan. Di sini disebutkan bahwa seorang pemimpin dilahirkan, artinya bakat-bakat tertentu yang diperlukan seseorang untuk menjadi pemimpin

diperolehnya sejak lahir. 2. Behavior theory (teori perilaku) Teori berdasarkan perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang manager menjalankan fungsinya. 3. Contiqency theory (teori situasi) Teori ini menekankan bahwa manajer yang efektif adalah manajer yang melaksanakan tugasnya dengan mengkombinasikan antara faktor bawaan, perilaku dan situasi. Bertolak belakang dengan teori bakat ialah teori situasi (situasional theory).

Teori ini muncul sebagai hasil pengamatan, dimana seseorang sekalipun bukan keturunan pemimpin, ternyata dapat pula menjadi pemimpin yang baik. Hasil pengamatan tersebut menyimpulkan bahwa orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah karena adanya situasi yang menggantungkan dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan untuk muncul sebagai pemimpin. 4. Teori Ekologi Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah kepemimpinan banyak menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan adanya seorang yang setelah berhasil

dibentuk menjadi kepemimpinan yang baik. Hasil pengamatan yang seperti ini melahirkan teori ekologi, yang menyebutkan bahwa seseorang memang dapat dibentuk untuk menjadi pemimpin, tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik, ada bakat-bakat tertentu yang terdapat pada dirinya seseorang yang diperoleh dari alam. (5)

D. Sifat- Sifat dalam Kepemimpinan Beberapa sumber menyebutkan dan beranggapan bahwa sifat-sifat kepemimpinan yang dimiliki seseorang merupakan pembawaan sejak lahir karena dibuat. Artinya seseorang dilahirkan sudah membawa atau tidak membawa sifat-sifat kepemimpinan. Akan tetatpi, ternyata banyak

keterbatasan tentang pendekatan sifat ini. Hal ini tebukti bahwa banyak tokoh (pemimpin dunia) yang mempunyai sifat kepemimpinan yang berbeda-beda. Berbagai kasus juga menemukan bahwa seseorang pemimpin pada keadaan tertentu, tetapi gagal pada keadaan lain. Dalam keadaan ini, dapat diartikan bahwa walaupun kepemimpinan sudah ada dalam setiap pemimpin, tetapi tidak semuany abersifat absolute esensial. Dengan demikian, sifat kepemimpinan dapat dibuat atau bentuk ataupun dikembangkan. Menurut Edwin Ghiselli (1971 dalam Handoko, 1999), agar dapat menjadi pemimpin yang efeketif jika mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.

10

1. Pemimpin yang efektif mempunyai kemampuan dalam pengawasan (supervisory abilty) pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen, terutama fungsi pengarahan dan pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan bawahan. 2. Pemimpin yang efektif mengerti kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan. Seorang pemimpin yang efektif bertanggung jawab atas oekerjaannya dan selalu mempunyai keinginan untuk maju dan sukses. 3. Pemimpin yang efektif mempunyai kecerdasan. Seorang pemimpin yang efektif harus mampu dalam merumuskn ataupun membuat kebijakan serta mempunyai pemikiran seorang man yang kreatif dan daya pikir. 4. Pemimpin yang efektif harus mempunyai ketegasan (decisiviness). Ketegasan merupakan kemampuan dalam membuat keputusan dan memecahkan masalah secara cakap dan tepat. 5. Pemimpin yang efektif harus mempunyai kepercayaan diri. Kepercayaan diri merupakan kemampuan oemimpin dalam memandang dirinya untuk menghadapi masalah. 6. Pemimpin yang efektif harus mempunyai inisiatif. Inisiatif merupakan kemampuan bertindak tanpa tergantung dari orang lain, kemampuan utnuk mengembangkan berbagai kegiatan, dan mampu menemukan cara-cara baru dan inovatif. (4)

E. Pemimpin dalam Organisasi Posisi pemimpin dapat memberikan keuntungan- keuntungan

ekonomis yang lumayan. Dalam beberapa organisasi/ perusahaan, pemimpin puncak itu dapat menerima penghasilan 10-15 kali lipat dari penghasilan para karyawantingkkat terbawah. Dan masih ada lagi penghargaan- penghargan lain untuk memegang jabatan ini. Secara khusus di adi hormati. Pekerjaannya menantang. Makin tinggi jabatan seseorang dalam organisasi makin banyak input atau dampak yang dimilikinya terhadap kebijaksanaan organisasi. Jadi banyak kemungkinan munculnya perasaan keberhasilan dan kesuksesan yang lebih besar buat mereka.
11

Tapi harus di ingat bahwa mengininkan saja untuk jadi pemimpin itu tidak cukup. Ada beberapa watak dan karakteristik yang lebih

memunggkinkan seseorang untuk mencapai jabatan pimpinan. Stogdill ( cit. Mitchell, 1985 ) mengambil kesimpulan bahwa : 1. Rata- rata orang yang menduduki jabatan atau pemimpin, melebihi ratarata anggota kelompoknya, dalam hal- hal berikut ini : a. Intelegensia b. Tingkat pendidikan c. Ketergantungan pada tanggung jawab yang di pikulnya d. Aktivitas dan partisipasi sosial e. Status sosial ekonominya 2. Kualitas karakteristik dan keterampilan yang di perlukan seseorang pemimpin di tentukan olehh besarnya tuntutan- tuntutan situasi yang di hadapinya sebagai pemimpin. Sedang kesimpulan lainnya adalah : ratarata orang yang menduduki jabatan pemimpin melebihi rata- rata anggota kelompoknya, dalam hal- hal berikut ini : a. Sosiabilitas b. Inisiatif c. Ketegaran hati d. Mengetahui bagaimana pekerjaan- pekerjaan itu dapat di laksanakan orang- orang lain e. Percaya diri f. Kewaspadaan atau instropeksi terhadap situasi- situasi tertentu g. Kooperatif h. Popularitas i. Kemampuan adaptasi j. Fasilitas verbal Ada dua hal penting yang perlu di catat, pertama, watak atau karakteristik tersebut adalah sesuatu yang secara esensial di harapkan seseorang. Orang- orang yang memperjuangkan posisi pemimpin sebaiknya memiliki karakteristik tertentu yang dapat membantu penyesuaian dengan

12

orang- orang lain tapi masih mampu menyelesaikan pekerjaan melalui orangorang tersebut. Kedua, dan mungkin paling penting untuk di kemukakan, bahwa meskipun beberapa keterampilan dan kempuan itu pada umumnya bisa membantu, tapi dalam banyak kasus situasilah yang sebagian ikut menetukan sifat- sidat yang paling memungkinkkan untuk menuju kepada status kepemimpinan tertentu. Menurut James A.F. Stonner dan Henry Mintzberg, kepemimpinan berkaitan erat dengan fungsi manajemen yang amat penting yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pergerakan pelaksanaan ( actuating ) Pengarahan ( Directing ) atau memerintah ( command ) Kemampuan Koordinasi ( Coordinating ) Pengawasan dan pengendalian ( controlling ) Menuntun dan membimbing ( leading ) Mengambil keputusan ( decision making ) dan menjadi narasumber ( Resoucing ) Seorang pemimpin dapat mempengaruhi bawahannya untuk

melaksanakan kehendaknya untuk mencapai tujuan organisasi karena adanya daya kekuatan (power ) yaitu ( John Frech, Raven, Leonc Megginsa, Amitzai E, dll ) : 1. 2. 3. 4. 5. Daya kekuatan memaksa ( Coercive Power ) Daya kekuatan memberi hadiah ( Reward Power ) Daya Kekuatan Sah ( Legitmate power ) Daya kekuatan karena keahlian ( Expert power ) Daya kekuatan referensi ( kekuatan menjadi narasumber, acuan/ sumber, referensi ) 6. 7. 8. 9. Daya kekuatan kharisma ( Charismatic power ) Daya kekuatan jabatan ( position power ) Daya kekuatan pribadi ( personal power ) Daya kekuatan informasi ( information power )

10. Daya kekuatan koneksi ( conection power ), dsb (3)

13

Manajer atau kepemimpinan adalah orang yang bertugas melakukan proses atau fungsi manajemen. Berdasarkan hierarki tugasnya pimpinan dikelompokkan sebagai berikut: 1. Pimpinan tingkat pertama (lower Manajer) Adalah pimpinan yang berlangsung berhubungan dengan para pekerja yang menjalankan mesin peralatan atau memberikan pelayanan langsung pada konsumen. Pimpinan ini diutamakan memiliki proporsi peranan technical skill yang terbesar dan konseptual dan konseptual skill yang terkecil. 2. Pimpinan tingkat menengah (Middle Manajer) Adalah pimpinan yang berada satu tingkat di atas Lower manajer dan Top Manajer, yakni pimpinan puncak (diatas Middle manajer) sehingga pimpinan ini diutamakan memiliki kemampuan mengadakan hubungan antara keduanya. Konseptual skill adalah keterampilan dalam penyusunan konsep-konsep, identifikasi, dan penggambaran hal-hal yang abstrak. Sedangkan technical skill adalah keterampilan dalam melakukan pekerjaan secara teknik. Hubungan antara manusia merupakan keterampilan dalam melakukan komunikasi dengan sesama manusia lain. 3. Pimpinan puncak (Top Manajer) Pimpinan puncak adalah manajer yang menduduki kewenangan organisasi tertinggi dan sebagai penanggung jawab utama pelaksanaan administrasi. Pimpinan ini memiliki proporsi peranan konseptual skill yang terbesar dan technical skill yang terkecil.(5)

F. Tugas dan Peran Pemimpin Untuk menjadi seorang pemimpin maka sangat dibutuhkan

kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam manajemen dikenal adanya kompetensi manajemen dalam hubungan antar manusia.

Hubungan Antar Manusia (HAM) ada dua jenis:

14

1.

Human Relations Adalah hubungan antar manusia intern dalam organisasi guna membina lancarnya tim kerja. Human relations dalam kaitannya menurut pandangan agama sendiri sesuai dengan anjuran menjaga Hablun minaAllahi wa hablun Mina Nassi Wa hablun Minal Alam dan ini sesuai prinsipil human Relation.

2.

Publik Relations Adalah hubungan antar manusia ekstern keluar organisasi. Tugas-tugas pemimpin: a. Sebagai pengambil keputusan b. Sebagai pemikul tanggung jawab c. Mengerahkan umber daya untuk mencapai tujuan sebagai pemikir konseptual d. Bekerja dengan atau melalui orang lain e. Sebagai mediator, politikus, dan diplomat.

Peranan pemimpin terhadap kelompok : 1. Sebagai penghubung interpersonal, yaitu merupakan simbol suatu kelompok dalam melakukan tugas secara hukum dan sosial, mempunyai tanggung jawab dan memotivasi, mengatur tenaga dan mengadakan pengembangan serta merupakan perhubungnan jaringan kerja di luar kelompok. 2. 3. Sebagai inovator atau pembaharu. Sebagai pemberi informasi, yaitu memonitor informasi yang ada di lingkungan organisasi, menyebarluaskan informasi dari luar kepada bawahan dan mewakili kelompok sebagai pembicara. 4. 5. 6. 7. Menghimpun kekuatan Merangsang perdebatan masyrakat Membuat kedudukan perawat di media massa Memilih suatu strategi utama yang paling efektif, bertindak di saat yang tepat

15

8. 9.

Mempertahankan kegiatan Memelihara format desentralisasi organisasi

10. Mendapatkan dan mengembangkan data penelitian yang terbaik 11. Memperlajari pengalaman 12. Jangan menyerah tanpa mencoba Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah: 1. Pemimpin bekerja dengan orang lain Seorang pemimpin bertnggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasanya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang di luar organisasi. 2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggung jawabkan (akuntabilitas). Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk menyusun tugas

menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan. 3. Pemimpin meyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. 4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasikan masalah dengan akurat. 5. Manajer adalah seorang mediator Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).

16

6.

Pemimpin adalah politisi dan diplomat Seorang pemimpin harus mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.

7.

Pemimpin membuat keputusan yag sulit Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.

Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah: 1. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya ebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi. 2. Fungi Peran informal sebagai monitor, penyebar informai dan juru bicara. 3. Peran pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator. Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari pada bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk menciptakan kekuatan. Peningkatan diri dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berprinsip karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga emosional (IQ, EQ, dan SQ). Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan yang efektif anatara lain menurut Ruth M. Trapper membagi menjadi 6 komponen: 1. 2. Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok. Memilih pengetahuan dan keterampiilan kepemimpinan dan dalam bidang profesinya. 3. Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan sendiri serta kebutuhan orang lain.

17

4. 5. 6.

Berkomunikasi dengan jelas dan efektif Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan Mengambil tindakan Bennis, mengidentifikasi empat kemampuan penting bagi seeorang

pemimpin, yaitu: 1. Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia (hubungan antar manusia). 2. Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan. 3. Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia terutama dalam

mempengaruhi orang lain. 4. Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan seseorang mengenal orang lain dengan baik. Menurut Gibson, Seorang pemimpin harus mempertimbangkan: 1. Kewaspadaan diri (self awareness) Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaiaman seorang

pemimpin mempengaruhi orang lain. Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru telah menghambatnya. 2. Karakteristik kelompok Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi: norma, nilai-nilai kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekpresi dan keakraban kelompok. 3. Karakteritik individu Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena setiap individu unik dan masing-masing mempunyai kontribusi yang berbeda. (5) Robert C.Millus menyebutkan tanggung jawab para pemimpin secara rinci yaitu : 1. Menentukan tujuan pelaksanaaan kerja yang realistic, dalam artian kuantitas, kualitas, keamanan dan lain sebagainya.

18

2.

Melengkapi para karyawan/ pegawai dengan sumber-sumber dana yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya

3.

Mengomunikasikan kepada karyawan tentang apa yang diharapkan dari mereka.

4. 5.

Memberikan reward/ insentif yang sepadan untuk mendorong prestasi. Mendeklarasikan wewenang apabila diperlukan dan mengundang partisipasi apabila memungkinkan.

6. 7. 8.

Menghilangkan hambatan untuk pelaksanaan pekerjaan yang efektif. Menilai pelaksanaan pekerjaan dan mengomunikasikan hasilnya. Menunjukkan perhatian kepada para karyawan/ karyawati

Pendapat yang lain menyebutkan tugas pemimpin adalah : 1. Mewujudkan sasaran atau menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya secara tuntas 2. 3. 4. Menegakkan disiplin Membina anggotanya Meningkatkan kesejahteraan anggotanya Pada intinya, kepemimpinan perlu kita latih pada diri masing-masing. Yang lebih penting lagi tentu saja kepemimpinan pada seorang atasan yang membawahkan para staf atau pegawai. Selanjutnya, untuk lebih mempertajam dan meningkatkan jiwa kepemimpinan yang perlu dimilki oleh seorang pemimpin, kiat-kiatnya adalah sebagai berikut : 1. Memilki kepemimpinan karismatik yang tidak dapat diukur secara kuantitas. 2. Memilki kecerdasan, kepandaian, dan pengetahuan mengenai pekerjaan yang ditangani. 3. 4. 5. 6. 7. Sejak kecil sudah memilki bakat sebagai pemimpin. Memilki sifat-sifat adil, cerdas, baik, realistic dan lain-lain. Memilki keyakian untuk berhasil. Selalu tertantang utnuk menyelesaikan pekerjaan. Mengetahui tugasnya.

19

8. 9.

Pandai mengawasi dan menganalisis. Sanggup mendelegasikan wewenang

10. Menetapkan standar yang cukup tinggi 11. Mempunyai prestasi yang tinggi 12. Dapat menetapkan dan meraih tujuan, ambisi dan sasaran 13. Mengakui kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain 14. Dapat menemukan dan menggunakan sumber daya secara tepat 15. Dapat mengukur tingkat keberhasilan dan kegagalan 16. Belajar dari pengalaman langsung 17. Memahamipenggunaan kekuasaan Agar seorang pemimpin bisa mencapain tujuan secara efektif, ia harus mempunyai wewenang untuk memimpin staf/ bawahan dalam usaha mencapai tujuan tersebut. Wewenang ini disebut wewenang kepemimpinan, yaitu hakuntukbertindak atau mempengaruhi tingkah laku orang yang dipimpinnya. Wewenang kepemimpinan didapat dari luar diri pemimpin itu. Secara umum ada dua konsep pemberian wewenang kepemimpinan dilihat dari arahnya,yaitu dari atas dan dari bawah. Wewenang dari atas umumnya berasal dari atasan,misalnya seorang direktur rumah sakit menunjuk seorang perawat yang dinilai mampu untuk menjadi kepala bagian perawatan dan kemudian diberi wewenang untuk memerintah. Cara demikian ini disebut top down authority, atau kewenangan dari atas kebawah. Konsep yang kedua adalahbottom up authority, atau kewenangan dari bawah ke atas, yang berdasarkan pada teori penerimaan. Pada konsep ini pemimpin dipilih oleh mereka yang akan menjadi bawahannya. Apabila seseorang diterima sebagai pemimpin dan diberi wewenang untukmemimpin, maka para bawahan akan menghargai wewenang tersebut. Pemimpin tersebut bisa juga merupakan seorang wakil yang mewakili nilai-nilai yang mereka anggappenting. Sesuai dengan teori pembinaan, para staf/ bawahan mengakui bahwa bimbingan dan dorongan dapat diperoleh dari kepemimpinan atau kewenangan berkonsep bottom up authority.

20

Meskipun kedua konsep di atas tampaknya saling bertentangan, tetapi masing-masing mempunyai manfaat sendiri-sendiri. Top down othority diperlukan bila tingkat kordinasi dan pengawasan layak dan perlu dicapai. Paling tidak suatu tingkat kewenangan yang terpusat diperlukan untuk mencapai perencanaan dan pengambilan keputusan yang diperlukan. Dalam pandangan bottom up othority, pemimpin formal dapat menjalankan pekerjaannya dengan efektif apabila ia mendapat dukungan dan diterima oleh staf/ bawahannya. Apabilastaf/ pegawai menghargai atau menaruh hormat pada pemimpinnya, mereka akan mengikuti pemimpin dengan kooperatif dan gembira. Dengan demikian, hubungan atasan-bawahan akan menjadi lebih erat dan harmonis. Manajemen Puncak

Manajemen yang lebih bawah

Pegawai

Pegawai

Pegawai Gambar 1.1

Pegawai

Top down othority kewenangan dari atas kebawah) Manajer

Pegawai

Pegawai Gambar 1.2

Pegawai

Pegawai

Bottom down othority (kewenangn dari bawah ke atas) (6)


21

G. Gaya Kepemimpinan Otoriter Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu, untuk mencapai suatu tujuan. Dasar yang sering digunakan untuk mengelompokkan gaya kepemimpinan adalah : 1. 2. 3. Tugas yang harus dilakukan oleh pemimpin Kewajiban pemimpin Falsafah yang dianut oleh pemimpin (6) Gaya kepemimpinan adalah suatu cara dan pendekatan dalam memberikan pengarahan, melaksanakan berbagai perencanaan, dan

memotivasi orang lain. Pada dasarnya di dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat dua unsur utama, yaitu unsur pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (sipporting behavior). Dari dua unsur tersebut gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu otokrasi (directing) , pembinaan (coaching), demokrasi (supporting), dan kendali bebas (delegating). Pada gaya kepemimpinan otokrasi, pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang diinginkan dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun sasaran minornya. Pemimpin juga berperan sebagai peangawas terhadap semua aktifitas anggotanya dan pemberi jalan keluar bila anggota mengalami masalah. Dengan kata lain anggota tidak perlu pusing memikirkan apapun. Anggota cukup melaksanakan apa yang diputuskan pemimpin. Gaya kepemimpinan pembinaan mirip dengan otokrasi. Pada gaya kepemimpinan ini seorang pemimpinan masih menunjukkan sasaran yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut. Namun, pada kepemimpinan ini anggota diajak untuk ikut memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Pada kepemimpinan demokrasi, anggota memiliki peranan yang lebih besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya mnunjukkan sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut,

22

anggota yang menentukan. Selain itu, anggota juga diberi keluasan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Kepemimpinan otokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi rendah tapi komitmennya tinggi. Kepemimpinan pembinaan cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi sedang dan komitmen rendah. Kepemimpinan demokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi tinggi dengan komitmen yang bervariasi. Semestra itu, kepemimpinan kendali bebas cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi dan komitmen tinggi. Harris membagi gaya kepemimpinan menjadi 3 bagian yaitu, Gaya kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan demokratis, dan gaya

kepemimpinan laisses faire. Gaya kepemimpinan otoriter atau otoraksi, artinya sangat memaksakan kehendak kekuasaanya kepada bawahan. Ciri-ciri Kepemimpinan bertipe otoriter : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Tanpa musyawarah Tidak mau menerima saran dari bawahan Mementingkan diri sendiri dan kelompok Selalu memerintah Memberikan tugas mendadak Cenderung menyukai bawahan yang ABS ( Asal Bapak Senang) Sikap terhadap bawahan Setiap keputusan tidak dapat dibantah Bertindak sewenang-wenang (5) Menurut Lippith dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu: otoriter, demokrasi, dan liberal yang mulai dikembangkan di Universitas Lowa. Gaya kepemimpinan otoriter memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Wewenang mutlak berada pada pimpinan. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan.

23

5.

Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, pembuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara ketat.

6. 7.

Prakarsa harus sealau berasal dari pimpinan. Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat.

8. 9.

Tugas-tugas baawahan diberikan secara instruktif. Lebih banyak kritik daripada pujian.

10. Pimpina menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat. 11. Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat. 12. Cenderung adayanya paksaan, ancaman, dan hukuman. 13. Kasar dalam bersikap. 14. Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan. (7) Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya seorang pemimpin yang berorientasi pada tugas, menggunakan jabatan kekuasaan posisi dan kekuasaan dalam memimpin, mempertahankan tanggung jawab untuk semua perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan serta memotivasi anggota dengan menggunakan penghargaan (reward) dan kesalahan (punishment) (Gillies, 1994). (8) Adapun untung rugi dari gaya otoriter : 1. 2. 3. Kecepatan dan ketegasan dalam membuat keputusan dan bertindak Produktivitas dapat meningkat Suasana kerja yang kaku, tegang, mencekam yang dapat berakibat ketidakpuasan karyawan- karyawan, permusuhan, pindah, mutu kerja berkurang 4. Lebih cocok untuk organisasi yang dalam keadaan darurat. (3)

H. Kepemimpinan dalam Keperawatan Keperawatan biasanya di dalam daftar kepemimpinan kurang menyolok. Pemakaian jasa tingkat nasional tidak menerima bahwa kepemimpinan perawat mempunyai kekuasaan. Pandangan Cutler pada

tenaga-tenaga pendidik keperawatan dan pelayanan kesehatan adalah bahwa


24

mereka merupakan produk dari kepemimpinan yang bersifat mengarahkan dan otoriter. Millo percaya bahwa perawat mempunyai kebijakan masyarakat dan menganjurkan untuk mempersiapkan langkah-langkah berikut: 1. 2. Mengatur Melakukan pekerjaan : Belajar mengerti proses politik, kelompokkelompok masyarakat dan kejadian tertentu. 3. 4. 5. 6. Merangsang perdebatan masyarakat Membuat kedudukan perawat di media massa Bertindak pada saat yang tepat Mendukung dan memperkuat kedudukan pembuat keputusan.(5)

25

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan yang tepat akan menimbulkan motivasi seseorang untuk berprestasi. Sukses tidaknya karyawan dalam prestasi kerja dapat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan atasannya. Ada dua pola dasar kepemimpinan.yang pertama adalah

kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal. Komponen peristiwa kepemimpinan terdiri atas Pemimpin, Pengikut, Situasi, Proses

komunikasi, dan Tujuan-tujuan. Ada enam tipe kepemimpinan, yaitu : otokratis, paternalistic, militeristis, karismatis, demokratis, dan liberalistic. Dalam kepemimpinan, Figure kepemimpinan dalam hal ini di istilahkan harus mempunyai karakter rajapandita. Bila diartikan raja artinya

memilki ilmu dan wawasan substitusi, sedangkan pandita artinya memilki ilmu dan wawasan keagamaan/ moralitas. Pada dasarnya di dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat duan unsur utama, yaitu unsur pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (sipporting behavior). Dari dua unsur tersebut gaya

kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu otokrasi (directing) , pembinaan (coaching), demokrasi (supporting), dan kendali bebas (delegating). Pada gaya kepemimpinan otokrasi, pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang diinginkan dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun sasaran minornya. Pemimpin juga berperan sebagai peangawas terhadap semua aktifitas anggotanya dan pemberi jalan keluar bila anggota mengalami masalah. Dengan kata lain anggota tidak perlu pusing memikirkan apapun. Anggota cukup melaksanakan apa yang diputuskan pemimpin.

26

Ciri-ciri Kepemimpinan bertipe otoriter adalah tanpa musyawarah, tidak mau menerima saran dari bawahan, mementingkan diri sendiri dan kelompok, selalu memerintah, memberikan tugas mendadak, cenderung menyukai bawahan yang ABS ( Asal Bapak Senang ), sikap terhadap bawahan, setiap keputusan tidak dapat dibantah dan bertindak sewenangwenang.

B.

Saran Makalah ini adalah makalah Manajemen Keperawatan yang menyajikan tentang Gaya Kepemimpinan khusunya mengenai Gaya Kepemimpinan Otoriter. Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca khususnya perawat dapat lebih mengerti dan memahaminya sehingga dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya dalam asuhan keperawatan profesional dan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sebagai salah satu cara efektif dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan sendiri. Adapun isi dari makalah ini tidak menutup kemungkinan terdapat kesalahan, karena itu diharapkan pembaca tetap mencari referensi lain untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai gaya kepemimpinan otoriter.

27

DAFTAR PUSTAKA

1. Nurjannah. 2008. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan. Di akses pada tanggal 31 Oktober 2013 dari

http://eprints.undip.ac.id/18483/1/nurjannah2.pdf 2. Regina Aditya Reza. 2010. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi, dan Disiplin Kerja Karyawan PT. Sinar Santosa Perkasa Banjarnegara. Di akses pada tanggal 31 Oktober 2013 dari

http://eprints.undip.ac.id/24466/1/skripsi-regina_aditya_reza.pdf 3. Satrianegara, M.Fais. 2008. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Untuk Kalangan Sendiri ( Tidak ada nama penerbit dan tempat Penerbit ) 4. Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta : Ar- Rum Media 5. Nurhidayah. 2012. Manajemen Keperawatan. Makassar : Alauddin University Press 6. Suardi, dkk. 2011. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. Jakarta : Erlangga 7. Nursalam. 2009. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika 8. Juli Rastandi, dkk. 2012. Gaya Kepemimpinan dan Manajemen Konflik Kepala Ruangan Di Instalasi Rindu A RSUP H. Adam Malik Medan. Di akses pada 31 Oktober 2013 dari

http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jkh/article/download/177/13/

28

Anda mungkin juga menyukai