Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Permasalahan Geliat kebangkitan industri Batik Tanah Air mulai nampak dalam 2-3

tahun belakang ini. Dimana batik sudah menjadi penggerak kembali nasionalisme Bangsa Indonesia. Perasaan nasionalisme yang susah dideskripsikan menjadi lebih sederhana dengan melihat semakin banyaknya orang-orang berbusana batik pada pagi,siang, ataupun malam hari. Batik pun tidak lagi dilihat sebagai suatu produk fungsional yang menandakan kesan formal dan resmi saja, namun sudah mulai memasuki ranah emosional dengan mengaitkan rasa bangga apabila menggunakan batik. Selain sebagai budaya adi luhur bangsa sebagai warisan nenek moyang, batik juga menjadi sumber penghidupan bagi jutaan rakyat Indonesia. Saat ini, diperkirakan terdapat lebih dari 800.000 perajin dan pengusaha yang tersebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia (Gelimang Uang & Kemilau Bisnis Batik, 2011, p.29). Hal inilah yang menjadikan terjadinya pergerakan positif industri batik di Indonesia seperti pada data di bawah ini : Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Batik di Indonesia 2006-2010
Tahun 2006 Nilai Transaksi Ekspor Unit Usaha Tenaga Kerja Rp. 2,90 triliun US$ 14,26 juta 48,300 792,300 2007 Rp. 3,04 triliun US$20,87 juta 50,175 831,915 2008 US$23,78 juta 2009 Rp. 3,90 triliun US$22,28 juta 48,287 792,285 2010 Rp. 3,2 triliun US$ 22,29 juta 50,313* 800,000

Sumber : Sudarmadi (2011, p.30) Keterangan :* sampai Februari 2010 Kebangkitan industri batik ini disebabkan oleh tiga faktor yakni yang pertama adalah klaim Malaysia atas paten batik yang mendorong upaya untuk mempertahankan batik sebagai budaya asli Indonesia. Kedua, pengakuan UNESCO bahwa batik merupakan kekayaan budaya Indonesia, bukan negara lain. Ketiga, dorongan dari pemerintah untuk mengenakan batik. Anjuran pemerintah 1
Universitas Kristen Petra

inilah yang akhirnya membenarkan teori efek multiplier. Teori ini menyatakan bahwa suatu kegiatan akan dapat memacu timbulnya kegiatan lain (Glasson, 1990). Pertumbuhan industri batik ini juga didukung dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Pendapatan per kapita Indonesia kini menyentuh level USD 3.000 dan diprediksi akan terus meningkat (Pendapatan per Kapita Bisa Tembus USD 5.000, 2011, p.46). Sebagai negara dengan pendapatan per kapita per tahun hanya USD 2.500, Indonesia ternyata memiliki pasar premium yang tidak main-main. Mereka yang memiliki simpanan di bank senilai Rp 1 miliar atau lebih kira-kira ada sekitar 300 ribu orang. Kurang dari 10 persen dari mereka, atau sekitar 23.000 orang, ternyata memiliki asset sebesar USD 1 juta ke atas (Menggarap Konsumen Beraset 1 Juta Dolar, 2010, p.46). Sedangkan Menurut survei yang dilakukan Certified Wealth Manager's Association (CWMA) dan Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada, kekayaan orang kaya kategori height net work individual (HNWI) di Indonesia pada akhir 2006 naik rata-rata 45% dalam dua tahun terakhir. Kelompok superkaya ini merupakan nasabah bank umum nasional, di luar bank asing yang beroperasi di Indonesia, dengan tabungan berada di atas Rp 5 miliar per orang dengan jumlah rekening 26 ribu. Untuk nasabah dengan tabungan sebesar Rp 1-5 miliar sebanyak 226 ribu rekening, dan nasabah dengan tabungan sebesar Rp 100 juta-1 miliar tecatat 1,3 juta rekening. Dari beberapa penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa peluang untuk melayani pasar premium masih cukup besar. Namun diperlukan suatu strategi yang tepat dan kemampuan dari sebuah merek untuk dipersepsikan lebih. Ada banyak perusahaan yang sudah lama meramaikan industri batik di Indonesia, salah satunya adalah Batik Semar. Sebagai pemain lama, Batik Semar telah mengalami banyak asam garam pengalaman dalam mengembangkan industri batik. Dengan usia yang cukup matang menjadikan Batik Semar sebagai heritage brand yang memiliki posisi dan penempatan nilai sesuai dengan budaya bangsa. Sangat disayangkan di usia yang semakin matang ini, Batik Semar terjebak dalam rutinitas usaha yang semakin monoton. Tingkat Awareness yang tinggi hanya pada orang-orang tua lama, namun tidak bagi generasi muda. Walaupun demikian, aktivitas promosi masih rutin dilakukan. Hal tersebut antara lain melalui media 2
Universitas Kristen Petra

cetak (koran dan radio), print ad, dan radio. Selain itu Batik Semar juga aktif dalam kegiatan Solo Fashion Week, Jakarta Fashion Week serta mensponsori beberapa event kebudayaan lainnya. Brand Image yang ketinggalan jaman, kuno masih menjadi pandangan masyarakat saat ini. Apabila dilihat dari kurva product life cycle, saat ini posisi Batik Semar berada pada posisi mature yang terletak di puncak teratas, yang berarti saat ini terdapat dua kemungkinan : akan bertahan sampai waktu yang tidak dapat ditentukan atau tidak lama lagi akan masuk dalam fase declining dan semakin menurun. Melihat potensi pasar yang cukup beragam, membuat Batik Semar menjadi lebih selektif. Apalagi kompetitor yang lain juga melayani segment kelas menengah ke atas yang sama. Untuk itulah Batik Semar akan melayani kelas premium yang selama ini belum dkerjakan secara maksimal oleh para kompetitornya. Batik Semar akan mengeluarkan sebuah premium merek yang diberi nama Sang Semar. Sang Semar adalah koleksi kain batik tulis berbahan sutera ATBM (alat tenun bukan mesin) yang berkualitas tinggi dan setiap motifnya hanya akan dibuat satu buah saja. Jadi secara fungsional dapat dipastikan kain produksi Sang Semar akan nyaman digunakan serta ditopang prestige yang diberikan dengan kesan eksklusivitas motif yang hanya ada satu saja. Selain membangun kualitas produk, Batik Semar juga harus mampu membangun kualitas merek barunya Sang Semar. Membangun sebuah merek baru membutuhkan waktu yang lama, perencanaan yang matang sehingga mampu memberikan benefit bagi customer. Kekuatan sebuah merek juga terletak pada fokus strategi diferensiasi yang mampu memberikan competitive advantage dibandingkan merek lainnya. (Ghodeswar, 2008) Untuk itulah sebuah setiap merek harus memiliki sebuah brand identity yang kuat. Salah satu kunci sukses membangun sebuah merek adalah kemampuan membangun brand identity, dalam artian mengetahui sebuah merek berdiri untuk apa dan mengekpresikannya secara efektif (Aaker, 1996). Dengan beberapa pertimbangan tersebut, penulis ingin melihat kekuatan brand identity dari merek Sang Semar dilihat dari dimensi-dimensi yang melekat pada merek ini. Dimensi apakah yang dirasa penting dan menunjang pembentukan 3
Universitas Kristen Petra

sebuah merek premium dilihat dari sudut pandang target market Sang Semar. Dengan mengetahui pendapat dari target market diharapkan dapat membantu pihak PT. Batik Semar Solo untuk dapat semakin memperkuat dimensi pembentuk brand identity yang penting di mata target market.

1.2

Rumusan Masalah Seberapa efektif konsep brand identity (identitas merek) dari Sang Semar?

1.3

Maksud dan Tujuan Pengambilan Kasus Mengetahui kekuatan brand identity dari merek Sang Semar. Mengetahui dimensi apakah yang dianggap penting dalam merek Sang Semar serta dimensi apa yang dinilai tidak terlalu kuat untuk membentuk brand identity merek Sang Semar.

1.4 1.4.1

Manfaat Penelitian Bagi Perusahaan Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu mengetahui dan menciptakan brand identity yang dapat melekat kuat dalam masyarakat.

1.4.2

Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat mengadakan perbandngan antara teori dengan praktek serta mengembangkan kemampuan berpikir analitis dan kritis dalam menyikapi masalah yang nyata.

1.4.3

Bagi Pihak lain Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan penelitian di masa mendatang.

1.5

Batasan Penelitian Penelitian ini ditujukan bagi pria atau wanita yang disesuaikan dengan target market dari Sang Semar, yaitu berusia 18 52 tahun dan di Surabaya. 4
Universitas Kristen Petra

1.6 1.6.1

Pendampingan dan Pelaksanaan Pendampingan Pendampingan selama kerja praktek ini dilakukan setelah penulis melakukan koordinasi dengan pihak PT. Batik Semar dan berkonsultasi dengan dosen pendamping dari UK. Petra. Pola kerja pendampingan pada PT. Batik Semar, yaitu : a. Observasi Dilakukan di lapangan dengan melakukan pengamatan pada pabrik, store outlet Batik Semar di Jl. Adi Sucipto, kemudian outlet store Jl. Nangka yang kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi Museum Batik Danar Hadi. Dari kesemuanya adalah untuk mengetahui competitive advantage dari competitor. Observasi berikutnya dilakukan dengan melakukan pengamatan pada store Batik Semar di cabang Tomang Jakarta kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi Plaza Indonesia sebagai bahan pertimbangan untuk pembukaan cabang baru. Plaza Indonesia dinilai sebagai mall paling premium di Jakarta. b. Analisa dan pertemuan / Brainstorming (sumbang gagasan) Dilakukan secara bersama hasil pengamatan yang dilakukan penulis dengan panduan yang diberikan oleh dosen pembimbing dari UK.Petra dan PT. Batik Semar, yang kemudian dituangkan penulis dalam bentuk laporan sebagai syarat kelulusan dari program S1Ekonomi Program Manajemen Pemasaran

1.6.2

Pelaksanaan Waktu Tempat : 22 Februari 2011 22 April 2011 : PT. Batik Semar Solo

Jl. Adi Sucipto No. 101 Solo 57132 Jawa Tengah, Indonesia

5
Universitas Kristen Petra

1.7

Cakupan Kerja Praktek Cakupan wilayah yang digunakan penulis dalam kegiatan pendampingan ini adalah kota Solo, Surabaya, dan Jakarta.

1.8

Kerangka Penulisan Perumusan kerangka penulisan tugas akhir ini mengacu pada model baku tata cara penulisan tugas akhir yang digunakan sebagai standar oleh Universitas Kristen Petra. Adapun penyusunannya adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Dalam bab ini mengungkapkan latar belakang, perumusan masalah, maksud dan tujuan pengambilan kasus, manfaat penelitian, metodologi penelitian, pendampingan dan pelaksanaan, cakupan kerja praktek dan pendampingan, serta kerangka penulisan. BAB II Landasan Teori Perumusan dalam bab ini adalah : kerangka dasar teori, cuplikan / kliping berita, pernyataan / kutipan pimpinan / pengamat bisnis dan industry, artikel / tajuk / penulisan dalam majalah terkemuka terkait. BAB III Gambaran Umum Perusahaan Berisi sejarah / latar belakang PT. Batik Semar, stuktur organisasi, visi / misi / goal (tujuan) / strategi perusahaan, dan keterkaitan fakta diatas dengan studi kasus. BAB IV Analisa dan Pembahasan Dalam bab ini diuraikan tentang sistem dan prosedur kerja pendampingan, mekanisme interaksi dengan pejabat perusahaan, proses pengumpulan data, realisasi kerja dan temuan lapangan selama kerja pendampingan, serta analisa hasil akhir. BAB V Kesimpulan dan Saran Pada bab ini merupakan bab penutup dari seluruh uraian Tugas Akhir dan berisi kesimpulan yang merupakan inti dari keseluruhan penelitian yang dilakukan, serta berisi saran-saran penulis yang ditujukan kepada pihak perusahaan sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk tujuan perbaikan ke arah yang lebih baik. Juga tanggapan perusahaan 6
Universitas Kristen Petra

berkenaan dengan temuan lapangan, kesimpulan dan saran yang diberikan penulis setelah proses kerja praktek atau magang dimana setelah pihak perusahaan menanggapi laporan penulis maka tanggapan tersebut dianalisis kembali dan dituangkan dalam revisi akhir penulis.

7
Universitas Kristen Petra

Anda mungkin juga menyukai