WS Diare Persisten
WS Diare Persisten
15
12.7 4.5 5.7 1.7
17.2
13.2 1.5 5.1 4.9
Riskesdas 2007
85 % sembuh dalam waktu < 7 hari 10 % sembuh dalam waktu 7-14 hari
DIARE PERSISTEN
FAKTOR RISIKO
Umur < 12 bulan Berat lahir rendah (BBLR) Malnutrisi Def. Vitamin A Gangguan imunitas selular Anemia defisiensi besi Obat (antidiare, antibiotik) Pola penyapihan
PATOFISIOLOGI
DIARE OSMOTIK
Nutrien
Tidak diserap Fermentasi bakteri Asam-asam organik Tekanan osmotik meningkat Menarik cairan Diare
DIARE SEKRETORIK
Bakteri
Toksin Stimulasi c-AMP, c-GMP Stimulasi sekresi cairan/elektrolit Diare
SEKRETORIK
> 200 ml/HARI DIARE BERLANJUT > 70 mEq/l (-) >6
Diare pada usia 6 bulan 3 tahun Tumbuh kembang normal Feses lembek, 3-6 x/hari, feses mengandung lendir dan sisa makanan Banyak mengkonsumsi sari buah (sari apel) Riwayat kelainan usus fungsional dalam keluarga
INTOLERANSI LAKTOSA
Defisiensi laktase akibat kerusakan mukosa usus Fermentasi bakteri Tinja cair, berbuih dan berbau asam, kembung, flatus, anus kemerahan pH tinja dan uji reduksi
MEKANISME CMPSE PASCA DIARE AKUT (Walker-Smith, 1994) DIARE KERUSAKKAN MUKOSA USUS ABSORPSI MAKROMOLEKUL DEFISIENSI LAKTASE
SENSITISASI
CMPSE
INTOLERANSI LAKTOSA
Diare Mg K Motilitas Enzim pankreas Asam lambung Perubahan mukosa usus Waktu singgah usus
Malabsorpsi nutrien
Malnutrisi
Diare
MALABSORPSI NUTRIEN
Kerusakan mukosa usus berkepanjangan Insufisiensi pankreas Pan-malabsorpsi (karbohidrat, lemak, protein)
MALABSORPSI NUTRIEN
FKUI/RSCM, Jakarta 1 Jan-30 Juni 1999 36 kasus diare melanjut Malabsorpsi lemak (uji steatokrit): 100% Maldigesti protein (TAT): 94,4 % Malabsorpsi KH (BHT): 25,0 %
INFEKSI PERSISTEN
Kultur tinja
Rotavirus
Aeromonas Campylobacter
2,3
0,0 4,7
2,8
4,8 7,1
1,6
3,3 12,0
7,0
9,0 32,2
EAEC
ETEC Salmonella Shigella Vibrio Cryptosporidium Entamoeba
37,2
9,3 4,7 2,3 0,0 0,0 2,3
37,0
4,8 0,4 5,6 0,4 0,0 0,0
39,5
14,6 0,0 5,4 1,1 5,6 0,0
29,1
24,2 0,0 7,6 2,1 0,6 0,0
G. lamblia
2,3
1,6
1,2
22,9
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional Mengganggu keseimbangan flora usus Clostridium difficile tumbuh lebih Diare ringan sampai kolitis pseudomembranosa
Antibiotic-associated diarrhea
Diare persisten
Diare
Regulasi abnormal dari respon imun mukosa saluran cerna terhadap antigen bakteri Pada individu yang rentan secara genetik
IBD di Indonesia
Prevalens di Indonesia ?
IBD di Indonesia
Diare persisten Darah dalam tinja Berat badan Sakit perut
IBD ?
Demam
Artritis
IBD di Indonesia
RSCM 2004 - 2010 10 kasus
3 15 tahun dengan diare persisten Betawi, Sunda, Lampung, Batak Laki-laki = perempuan Tidak ada riwayat keluarga
3 kasus meninggal
Patofisiologi
Tidak diketahui
Respon imun abnormal dari saluran cerna terhadap infeksi Mediator inflamasi destruksi jaringan, remodeling dan fibrosis Malabsorpsi
Bacterial overgrowth
10 kasus di RSCM
10 kasus
8 kasus 6 kasus 6 kasus 6 kasus 2 kasus 2 kasus
Apthous ulcer
2 kasus
Diagnosis IBD
Radiologi
Endoskopi Serologi
Riwayat keluarga IBD Nyeri abdomen dan rektal Riwayat kelainan kulit dan sendi Gejala sistemik
Laboratorium
Tinja : Darah samar, leukosit, patogen usus, parasit, toksin Clostridium difficile Darah : Darah perifer lengkap, apusan darah, retikulosit, LED, kultur darah
Kimiawi : ALT, AST, GGT, albumin, elektrolit, CRP Tes Mantoux
Radiologi
CT scan abdomen
USG
Endoskopi
DPL, LED, CRP, albumin, eletrolit, Kultur darah, tes Mantoux, analisis tinja dan kultur Disentri basiler, amubiasis, infeksi usus lain, TB usus
Tidak Rujuk Ya
Terapi
IBD
Kolestiramin
Suatu anion exchange resin
Tidak larut air Tidak dihidrolisa oleh enzim saluran cerna sehingga tidak diabsorpsi Afinitas kuat terhadap asam empedu (bile acids) Berat molekul sekitar satu juta
Thomson 1971
Cholerheic diarrhea Sebagian dari asam empedu (bile acids), karena sesuatu hal tidak diserap oleh ileum, masuk ke kolon, dan menyebabkan diare
Siklus Enterohepatik
Kolestiramin
Indikasi Kolestiramin
Diare persisten
Obstruksi parsial saluran empedu
Diare Karena Reseksi Ileum Diare pada reseksi ileum, semua asam empedu masuk ke kolon, dapat diobati dengan kolestiramin
Terdapat endotoksin bakteri yang mengubah asam empedu terkonyugasi menjadi tidak terkonyugasi yang bersifat toksik terhadap enterosit
Gracey, 1977
Antibiotic Associated Diarrhea Kolestiramin bermanfaat dalam tatalaksana AAD dengan mengikat toksin C. difficile in vitro dan in vivo
Schyssheim dan Goldstein, 1980 Viscidi dan Bartlett, 1981, Turres dkk, 1976, Polock, 2009
Diare persisten
puasa Diare osmotik ? Intoleransi laktose Diare sekretorik
UBT Kultur tinja Toksin clostridium
Infeksi persisten
AAD
Sembuh
Tidak sembuh
Intoleransi laktose
sembuh
Tidak sembuh
Sindrom malabsorpsi
TERIMA KASIH