Anda di halaman 1dari 14

A.

PENGERTIAN AKAD MUSYARAKAH Pengertian Musyarakah sesuia PSAK 106 paragraf 4 adalah shirkah atau syirkah yaitu kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masingmasing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah merupakan akad kerja sama di antara pemilik modal yang mencampurkan modal mereka dengan tujuan mencari keuntungan. Mitra aktif adalah mitra yang mengelola usaha musyarakah, baik mengelola sendiri atau menunjuk pihak lain atas nama mitra tersebut. Mitra pasif adalah mitra yang tidak ikut mengelola usaha musyarakah. Dalam musyarakah, para mitra sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu dan bekerja sama mengelola usaha tersebut. Modal yang ada harus digunakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama sehingga tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi atau dipinjamkan kepada pihak lain tanpa seizin mitra lainnya. Setiap mitra harus memberi kontribusi dalam pekerjaan dan ia menjadi wakil mitra lain juga sebagai agen bagi usaha kemitraan, sehingga seorang mitra tidak dapat lepas tangan dari aktivitas yang dilakukan mitra lainnya dalam menjalankan aktivitas bisnis yang normal.

B. JENIS AKAD MUSYARAKAH Berdasarkan Eksitensi 1. Syirkah Al Milk Syirkah Al Milk mengandung arti kepemilikan bersama (co-ownership) yang keberaaannya muncul apabila dua orang atau lebih memperoleh kepemilikan bersama (joint ownership) atas suatu kekayaan atau aset. Syirkah Al Milk kadang bersifat ikhtiariyyah (sukarela/voluntary) atau jabariyyah (tidak sukarela/involuntary). Apabila harta bersama

(warisan/hibah/wasiat) dapat dibagi, tetapi para mitra memutuskan untuk tetap memilikinya bersama maka syirkah al milk tersebut bersifat ikhtiari. Apabila barang tersebut tidak dapat dibagi-bagi dan mereka terpaksa harus memilikinya bersama , maka syirkah al milk tersebut bersifat jabari 2. Syirkah Aluqud

Syirkah Aluqud (kontrak)merupaka kemitraan yang tercipta dengan kesepakatan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Setiap mitra dapat berkontribusi dengan modal/dana dan atau dengan bekerja, serta berbagi keuntungan dan kerugian. Setiap mitra syirkah aluqud dapat bertindak sebagai wakil dari pihak lainnya. Syirkah Aluqud dibagi menjadi: a. Syirkah Abdan Syirkah Abdan (syirkah fisik) disebut juga syirkah amal (syrkah kerja) atau syirkah shanaai (syirkah para tukang) atau syirkah taqabbul (syirkah penerimaan). Syirkah Abdan adalah bentuk kerja sama antar dua pihak atau lebih dari kalangan pekerja/profesional dimana mereka sepakat untuk bekerja sama mengerjakan suatu pekerjaan dan berbagi penghasilan yang diterima. Para mitra mengontribusikan keahlian dan tenaganya untuk mengelola bisnis tanpa menyetorkan modal. Jenis keahlian atau profesi yang dimiliki para mitra, waktu, dan lokasi kerja dapat sama atau berbeda. b. Syirkah Wujuh Syirkah wujuh adalah kerja sama antara dua pihak di mana masingmasing pihak sama sekali tidak menyertakan modal. Mereka menjalankan usahanya berdasarkan kepercayaan pihak ketiga. Masing-masing mitra menyumbangkan nama baik, reputasi, credit worthiness. Setiap mitra menjadi penanggung dan agen bagi mitra laainnya. Keuntungan dibagi kepada para mitra berdasarkan kesepakatan bersama. c. Syirkah Inan Syirkah Inan (negosiasi) adalah bentuk kerja sama di mana posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya adalah tidak sama, baik dalam hal modal maupun pekerjaan. Tangggung jawab para mitra dapat berbeda dalam pengelolaan usaha. Setiap mitra bertindak sebagai kuasa (agen) dari kemitraan itu, tetapi bukan merupakan penjamin bagi mitra usaha lainnya. d. Syirkah Mufawwadhah Syirkah Mufawwadhah adalh bentuk kerja sama di mana posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya harus sama, baik dalam hal modal, pekerjaan, agama, keuntungan, maupun kerugian. Masing-masing mitra memiliki kewenangan penuh untuk bertindak bagi dan atas nama pihak yang lain. Setiap mitra sepenuhnya bertanggung jawab atas tindakan-tindakan

hukum dan komitmen-komitmen dari para mitra lainnya dalam segala hal yang menyangkut kemitraan ini.

Berdasarkan PSAK 1. Musyarakah Permanen Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad (PSAK No 106 par 04). 2. Musyarakah Menurun Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisha) adalah musyarakah dengan

ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha tersebut (PSAK No 106 par 04). C. DASAR SYARIAH Sumber Hukum Akad Musyarakah 1. Al-Quran 2. As-Sunah Rukun dan Ketentuan Syariah dalam Akad Musyarakah a. Prinsip Syirkah Prinsip dasar dalam syirkah adalah prinsip kemitraan dan kerja sama antara pihakpihak yang terkait untuk meraih kemajuan besama. b. Rukun Musyarakah 1. Pelaku terdiri atas para mitra. 2. Objek musyarakah berupa modal dan kerja 3. Ijab kabul/serah terima. 4. Nisbah keuntungan. c. Ketentuan Syariah 1. Pelaku: para mitra harus cakap dan baligh. 2. Objek Musyarakah a) Modal (1) Modal yang diberikan harus tunai.

(2) Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, perak, aset perdagangan, atau aset tidak berwujud seperti lisensi, hak paten, dan sebagainya. (3) Apabila modal yang diserahkan berupa non kas, maka harus ditentukan nilai tunainya terlebih dahulu dan harus disepakati bersama. (4) Modal yang diserahkan setiap mitra harus dicampur dan tidak diperbolehkan pemisahan modal dari masing-masing pihak untuk kepentingan khusus. (5) Dalam kondisi normal, setiap mitra memiliki hak untuk mengelola aset kemitraan. (6) Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah, demikian juga memnjam uang kepada pihak ketiga dari modal musyarakah, menyumbang atau menghadiahkan uang tersebut. (7) Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau

menginvestasikan modal itu untuk kepentingannya sendiri. (8) Pada prinsipnya, dalam musyarakah tidak boleh ada peminjaman modal. Akan tetapi, seorang mitra dapat meminta mitra lain menyediakan jaminan dapat baru dapat dicairkan apabila mitra tersebut melakkan kelalaian atau kesalahan yang disengaja. (9) Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau investasi yang dilarang oleh syariah. b) Kerja (1) Partisipasi mitra dalam pekerjaan merupakan dasar dalam pelaksanaan musyarakah. (2) Tidak dibenarkan bila salah seorang di antara mitra menyatakan tidak ikut serta menangani pekerjaan dalam kemitraan tersebut. (3) Mitra yang porsi kerjanya lebih banyak boleh meminta bagain keuntungan yang lebih besar. (4) Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya. (5) Para harus menjalankan usaha sesuai ketentuan syariah. (6) Seorang mitra yang melaksanakan pekerjaan di luar wilayah tugas yang ia sepakati, berhak mempekerjakan orang lain untuk menangani pekerjaan tersebut dan berhak menerima upah.

(7) Jika seorang mitra memperkerjakan pekerja lain untuk meaksanakan tugas yang menjadi bagiannya, biaa yang timbul harus ditanggungnya sendiri. 3. Ijab Kabul Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi, atau menggunkan cara-cara komunikasi modern.

4. Nisbah a. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh para mitra di awal akad sehingga risiko perselisihan di antara mitra dapat dihilangkan. b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. c. Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar perhitungan keuntungan tersebut misalnya bagi hasil atau bagi laba. d. Keuntugan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan. e. Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri dengan menyatakan nilai nominal tertentu karena hal ini sama dengan riba dan dapat melanggar prinsip keadilan da prinsip untung muncul bersama risiko. f. Pada prinsipnya keuntungan adalah milik para mitra namun diperbolehkan mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati. Berakhirnya Akad Musyarakah Akad musyarakah akan berakhir jika: 1. Salah seorang mitra menghentikan akad. 2. Salah seorang mitra meninggal atau hilang akal. 3. Modal Musyarakah hilang atau habis.

D. PENETAPAN NISBAH DALAM AKAD MUSYARAKAH Nisbah dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu:

1. Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal. Keuntungan harus dibagi di antara para mitra secara proporsional sesuai modal yang disetorkan, tanpa memandang apakah jumlah pekerjaan yang dilaksanakan oleh para mitra sama ataupun tidak sama. 2. Pembagian keuntungan tidak proporsional dengan modal. Penentuan nisbah yang dipertimbangkan bukan hanya modal yang disetorkan, tetapi juga tanggung jawab, pengalaman, kompetensi, atau waktu kerja yang lebih panjang.

E. PERLAKUAN AKUNTANSI (Sesuai PSAK 106) 1. AKUNTANSI UNTUK MITRA AKTIF Pada saat akat 1. Investasi musyarakah diakui pada saat menyisihkan kas atau aset non kas untuk usaha musyarakah 2. Pengukuran investasi musyarakah a. Dalam bentuk kas di nilai sebesar jumlah yang di sisihkan ;dan b. Dalam bentuk aset non kas di nilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai buku aset non kas,maka selisih tersebut di akui sebagai selisih penilaian aset musyarakah dalam ekuitas c. Selisih kenaikan aset musyarakah diamortisasi selama masa akad musyarakah 3. Aset tetap musyarakah yang telah di nilai sebesar nilai wajar yang di susutkan dengan jumlah penyusutan yang mencerminkan:
a. b.

Penyusutan yang di hitung dengan historical cost models di tambah dengan Penyusutan atas kenaikan nilai aset karena penilaian kembali saat penyisihan aset non kas untuk usaha musyarakah

4. Apabila proses penilaian pada nilai wajar menghasilkan penurunan nilai aset, maka penurunan nilai ini langsung diakui sebagai kerugian. Aset nonkas musyarakah

yang telah dinilai sebesar nilai wajar disusutkan berdasarkan nilai wajar yang baru (PSAK No 106 par 17). 5. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah tidak dapat diakui sebagai investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah (PSAK No 106 par 18). 6. Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif diakui sebagai investasi musyarakah dan disisi lain sebagai dana syirkah temporer sebesar (PSAK No 106 par 19) : a. b. dana dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang di terima dana dalam bentuk asset non kas di nilai sebesarnilai wajar dan di susutkan selama masa akad apabila aset tersebut tidak akan di kembalikan kepada mitra pasif Selama Akad 1. Bagian entitas atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana mitra diakhir akad dinilai sebesar jumlah kas yang disisihkan dan nilai tercatat aset musyarakah non kas (PSAK No 106 par 20):
a.

Jumlah kas yang di sisihkan untuk usaha musyarakah pada awal akad di kurangi dengan kerugian

b.

Di nilai tercatat aset musyarakah non kas pada saat penyisihan untuk usaha musyarakah setelah di kurangi penyusutan dan kerugian

2.

Bagian entitas atas investasi musyarakah menurun dinilai sebesar jumlah kas yang disisihkan untuk usaha musyarakah pada awal akad di tambah dengan jumlah dana syirkah temporer yang telah di kembalikan kepada mitra pasif dan di kurangi kerugian (PSAK No 106 par 21).

Akhir akad Pada asat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dibayarkan kepada mitra pasif diakui sebagai kewajiban (PSAK No 106 par 22). Pengakuan Hasil Usaha

1. Pendapatan usaha musyarakah yang menjadi hak mitra aktif diakui sebesar haknya sesuai dengan kesepakatan atas pendapatan usaha musyarakah. Sedangkan

pendapatan usaha untuk mitra pasif diakui sebagai hak pihak mitra pasif atas bagi hasil dan kewajiban (PSAK No 106 par 23). 2. Kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana masing-masing mitra dan mengurangi nilai aset musyarakah (PSAK No 106 par 24). 3. Jika kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau pengelola usaha, maka kerugian tersebut ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola usaha musyarakah (PSAK No 106 par 25). 4. Pengakuan pendapatan usaha musyarakah dalam praktik dapat diketahui

berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi pendapatan usaha dari catatan akuntansi mitra aktif atau pengelola usaha yang dilakukan secara terpisah (PSAK No 106 par 26). Jurnal Akuntansi Mitra Aktif 1. Pada saat mitra aktif menerima uang tunai kepada musyarakah (Dr) Kas (Cr) Investasi musyarakah 2. Pada saat mitra aktif menerima aset non-kas kepda musyarakah a. Jika nilai wajar aset yang diterima lebih rendah atas nilai buku: (Dr) Aset non-kas (sebasar nilai buku) (Cr) Kerugian penerimaan aset (Cr) Investasi musyarakah (sebesar nilai buku) xxx xxx xxx xxx xxx

b. Jika nilai wajar aset yang diterima lebih tinggi atas nilai buku: (Dr) Aset non kas (sebesar nilai buku) (Dr) Keuntungan penerimaan aset (Cr) Investasi musyarakah (sebesar nilai buku) 3. Pengakuan biaya akad musyarakah a. Pada saat biaya di keluarkan xxx xxx xxx

(Dr) Beban akad musyarakah (Cr) Kas b. Jika biaya akad diakui sebagai beban Tidak ada jurnal

xxx xxx

c. Jika berdasarkan kesepakatan dapat di akui sebagai bagian dari investasi musyarakah (Dr) Beban akad musyarakah (Cr) Investasi musyarakah 4. Pembayaran keuntungan musyarakah (Dr) Keuntungan bagi hasil musyarakah (Cr) Kas 5. Pengakuan kerugian musyarakah tanpa ada kelalaian (Dr) Investasi musyarakah (Cr) Kerugian bagi hasil musyarakah xxx xxx xxx xxx xxx xxx

6. Pengakuan kerugian yang disebabkan oleh kelalaian manajemen (Dr) Investasi musyarakah (Cr) Hutang kepada mitra pasif xxx xxx

7. Penurunan/pelunasan modal musyarakah dengan mengalihkan kepada mitra musyarakah lainya (Dr) Investasi musyarakah (Cr) Kas xxx xxx

8. Pengembalian modal musyarakah non kas dengan nilai wajar lebih rendah dari nilai historis (Dr) Investasi musyarakah (Cr) Kerugian penyelesaian pembiayaan xxx

musyarakah (sebesar nilai buku) (Cr) Aset non kas (sebesar nilai wajar)

xxx xxx

9. Pengembalian modal musyarakah nonkas dengan nilai wajar lebih tinggi dari nilai historis (Dr) Investasi musyarakah (Dr) Keuntungan penyelesaian pembiayaan Musyarakah (sebesar nilai buku) (Cr) Aset non kas (sebesar nilai wajar) xxx xxx xxx

10. Pada saat akad musyarakah diakhiri sebelum jatuh tempo atau pada saat jatuh tempo dan investasi musyarakah sebelum dibayarkan kepada mitra pasif (Dr) Investasi musyarakah (Cr) Hutang kepada mitra pasif 2. AKUNTANSI UNTUK MITRA PASIF Pada Saat Akad 1. Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada mitra aktif (PSAK No 106 par 27). 2. Pengukuran investasi musyarakah (PSAK No 106 par 28): a. b. dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan; dan dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat aset nonkas, maka selisih tersebut diakui sebagai: i. ii. keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama masa akad; atau kerugian pada saat terjadinya. xxx xxx

3. Investasi musyarakah nonkas yang diukur dengan nilai wajar aset yang diserahkan akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang diserahkan, dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan (jika ada) (PSAK No 106 par 29).

4. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra (PSAK No 106 par 30). Selama Akad 1. Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana mitra pasif di akhir akad dinilai sebesar (PSAK No 106 par 31): a. jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi dengan kerugian (jika ada); atau b. nilai wajar aset musyarakah nonkas pada saat penyerahan untuk usaha musyarakah setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada). 2. Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah menurun (dengan pengembalian dana mitra pasif secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi umlah pengembalian dari mitra aktif dan kerugian (jika ada) (PSAK No 106 par 32).

Akhir Akad Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dikembalikan oleh mitra aktif diakui sebagai piutang (PSAK No 106 par 33). Pengakuan Hasil Usaha Pendapatan usaha investasi musyarakah diakui sebesar bagian mitra pasif sesuai kesepakatan. Sedangkan kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana (PSAK No 106 par 34).

Jurnal Akuntansi Mitra Pasif 1. Pada saat mitra pasif membayarkan uang tunai kepada musyarakah (Dr) Pembiayaan musyarakah (Cr) Kas xxx xxx

2. Pada saat mitra pasif menyerahkan aktiva non kas kepada musyarakah a. Jika nilai wajar aktiva diserahkan lebih rendah atas nilai buku: (Dr) Pembiayaan musyarakah (sebesar nilai wajar) (Dr) Kerugian penyerahan aktiva (Cr) Aktiva non kas (sebesar nilai buku) b. xxx xxx xxx

Jika nilai wajar aktiva yang di serahkan lebih tinggia tas nilai buku: (Dr) Pembiayaan musyarakah (sebesar nilai wajar) (Cr) Aktiva non kas (sebesar nilai buku) (Cr) Keuntungan penyerahan aktiva xxx xxx xxx

3. Pengakuan biaya akad musyarakah a. Pada saat biaya di keluarkan (Dr) Beban akad musyarakah (Cr) Kas b. Jika biaya akad diakui sebagai berikut: Tidak ada jurnal c. Jika berdasarkan kesepakatan dapat diakui sebagai pembiayaan (Dr) Pembiayaan musyarakah (Cr) Beban akad musyarakah 4. Penerimaan keuntungan musyarakah (Dr) Kas (Cr) Keuntungan bagi hasil musyarakah 5. Pengakuan musyarakah tanpa kelalaian mitra (Dr) Kerugian bagi hasil musyarakah (Cr) Pembiayaan musyarakah xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx

6. Pengakuan kerugian yang di sebabkan oleh kelalaian mitra musyarakah

(Dr) Piutang mitra (Cr) Pembiayaan musyarakah

xxx xxx

7. Penurunan/pelunasan modal musyarakah dengan mengalihkan kepada mitra musyarakah lainya (Dr) Kas (Cr) Pembiayaan musyarakah xxx xxx

8. Pengembalian musyarakah non kas dengan nilai wajar lebih rendah dari nilai historis (Dr) Aktiva non kas (sebesar nilai wajar) (Dr) Kerugian penyelesaian Pembiayaan musyarakah (sebesar nilai buku) (Cr) Pembiayaan musyarakah xxx xxx xxx

9. Pengembalian modal musyarakah non kas dengan nilai wajar lebih tinggi dari nilai historis (Dr) Aktiva non kas (sebesar niali wajar) (Cr) Keuntungan penyelesaian Pembiayaan musyarakah (sebesar nilai buku) (Cr) Pembiayaan musyarakah xxx xxx xxx

10. Pada saat akad musyarakah diakhiri sebelum jatuh tempo atau pada saat jatuh tempo dan pembiayaan musyarakah belum dibayar oleh mitra (Dr) Piutang kepada mitra (Cr) Pembiayaan musyarakah 3. PENYAJIAN Mitra aktif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan (PSAK No 106 par 35): xxx xxx

a. Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai investasi musyarakah; b. Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai unsur dana syirkah temporer untuk; c. Selisih penilaian aset musyarakah, bila ada, disajikan sebagai unsur ekuitas. Mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan (PSAK No 106 par 36): a. Kas atau aset nonkas yang diserahkan kepada mitra aktif disajikan sebagai investasi musyarakah; b. Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan investasi musyarakah. 4. PENGUNGKAPAN Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak terbatas (PSAK No 106 par 37), pada: a. isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain; b. pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif; dan c. pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah. 5. KETENTUAN TRANSISI Pernyataan ini berlaku secara prospektif untuk transaksi musyarakah yang terjadi setelah tanggal efektif. Untuk meningkatkan daya banding laporan keuangan maka entitas dianjurkan menerapkan Pernyataan ini secara retrospektif (PSAK No 106 par 38). (contra account) dari

Anda mungkin juga menyukai