MEMANDA NG ALAM D ENG AN P ENGER TI AN, JA UH LEBI H B ER AR TI D AN MENY UK AK AN HA TI D AR I PA DA HANYA MENYA KS I KA N KEELOK A NNYA . (A LB ER T HEIM, 1878)
Jun
12
membuka potensi Paleozoikum Laut Aru-Arafura ini. Sebelum itu, wilayah ini kosong dari cekungan sedimen, juga kosong dari jalur wilayah potensi migas atau pun petroleum system prospektif (bisa dicek di peta-peta Nayoan et al., 1991; Howes dan Tisnawijaya, 1995; Hardy et al., 1997; Howes, 2000 tak ada yang mencantumkan potensi migas atau satu cekungan pun di wilayah ini). Setelah dilakukan seismik, ternyata terdapat tumpukan sedimen setebal 5 (lima) seconds berumur Paleozoikum (berdasarkan ikatan dengan cekungan korelatif dan sumur di wilayah perairan utara Australia) di wilayah Aru-Arafura ini. Sebuah potensi migas ! Seismik-seismik di wilayah ini menujukkan hadirnya sebuah cekungan besar dengan sedimen-sedimen Wessel Group (Proterozoikum Atas), Goulburn Group (Kambrium-Ordovisium), Arafura Group (Devon Akhir) dan Kulshill Group(Karbon-Perem). Wessel Group punya kapasitas sebagai batuan induk. Sedangkan Goulburn-Arafura-Kulshill Groups punya kapasitas batuan induk-reservoir-penyekat. Terkubur sampai kedalaman maksimal 6 seconds di atas kerak benua tentu hal kematangan batuan induk bukan sesuatu yang perlu diragukan. Data seismik juga menunjukkan keberadaan perangkap yang besar (antiklin dan drape folds pada horst blocks). Studi regional petroleum system oleh para eksplorasionis Australia (misalnya Bradshaw et al., 1997 atau Struckmeyer et al., 2006, ) menunjukkan bahwa Laut Aru-Arafura memiliki supersystem (petroleum system group) bernama Larapintine L1 berumur Kambrium. Supersystem Larapintine telah terbukti menggenerasikan dan memerangkap hidrokarbon di beberapa cekungan daratan Australia (bagian tengah-baratlaut Australia) yaitu Cekungan Amadeus dan Canning. Keberadaan petroleum system Kambrium di wilayah ini dibuktikan dengan sangat ringannya isotop karbon-13 baik untuk fraksi saturat maupun aromat (-31 s.d. -32 per mile) Maka menurut cerita, dua blok/wilayah kerja migas dikerjakan oleh ConocoPhillips dan Total di wilayah ini untuk mengeksplorasi potensi batuan sedimen Paleozoikum, yaitu Amborip VI (2006) di sebelah timur Pulau Aru, dan Arafura Sea Block (2008) di sebelah selatan Pulau Aru di dekat perbatasan dengan Australia. Lima tahun usaha eksplorasi di kedua wilayah kerja ini yang masingmasing berakhir dengan pengeboran satu sumur eksplorasi, Aru-1 di Amborip VI dan Mutiara Putih-1 di Arafura Sea Block, ternyata belum menghasilkan penemuan migas. Kini kedua wilayah kerja ini telah dikembalikan ke Pemerintah (Arafura Sea Block dalam proses). Sumur Aru-1 menembus batuan sampai Middle Ordovician. Dari sumur ini diketahui bahwa batuan Paleozoic di sini pernah terkubur sangat tenggelam lalu terangkat sangat tinggi, sehingga problem tight
reservoir dan overmaturity menjadi problem utama. Sumur Mutiara Putih-1 juga menembus sampai Late Ordovician, menemukan beberapa jejak hidrokarbon, minyak/bitumen yang terbiodegradasi di batupasir Permian, dan indikasi gas tinggi mungkin berhubungan dengan gas atau kondensat di batugamping teretakkan Late Ordovician. Porositas batuan di area Mutiara Putih-1 masih tergolong cukup. Sehingga secara umum boleh dikatakan bahwa prospektivitas Arafura Sea Block lebih bagus daripada Amborip VI. Namun, meskipun ada hal2 positif dari pengeboran Mutiara Putih, ConocoPhillips dan Total sepakat mengembalikan wilayah kerja Arafura Sea Block ke Pemerintah, yang saat ini sedang diproses. Demikian dua wilayah kerja pioner di Indonesia untuk target Upperdan Lower-Paleozoic, kini keduanya telah dikembalikan ke Pemerintah. Tantangannya masih besar, maka kita tak bisa menerapkan manajemen eksplorasi seperti di area yang mature untuk wilayah ini. Walaupun sulit, jangan mudah menyerah! Jangan mudah menyerah dengan sumur-sumur pertama. Siapa tahu sumur eksplorasi ke-3, atau ke-4, atau ke-5 justru yang merupakan sumur penemunya. Ketika menyerah di sumur eksplorasi pertama, hilanglah peluang itu selamanya. Keep exploring with improved sciences
Press This
Twitter 1
Like
Be the first to like this.
Related Bertemu Panji Tengko In "Buku" The Molluca Sea Collis In "Ilmu Alam" All Dwarfed by Toba C In "Geo-Histori"
Posted in Buku , Geo-Histori, Ilmu Alam, Indonesia, Sejarah Tagged Badai Laut Aru , Komik, Migas Edit
Leave a Reply
Enter your comment here...
Tektonik Indonesia Tidak Pernah Selesai: Selepas Kepergian Prof. Sukendar Asikin
T WI TT ER
My Tweets Search
R EC ENT PO S TS
Search
The Molluca Sea Collisional Orogen Lima Puluh Tahun Eksplorasi Angkasa Luar Flora Pegunungan Jawa (van Steenis, 1972, 2006) Cekungan Pembuang Dibuang Sayang: Fenomena Terbaru Mengeluarkan Meratus dan Bayat dari Jalur Subduksi Kapur Akhir (?) Geotrek Pacet, 23-24 November 2013 Di Atas Wajah Merapi Gumuk Pasir Pantai Parangkusumo, Yogyakarta: Pahami, Cintai, Jaga Indonesia: A Mozaic of Puzzles, A Mozaic of Terranes Terangkat dari Lautan 16-8 Juta Tahun yang Lalu Kaitan Tektonik Madura Sidoarjo (?) Pulau Madura: Kerumitan Deformasi Geologi Ekstremitas Van der Tuuk (1824-1894) Metta: Arkeolog Sangiran Pertama Kelahiran Sangiran Right Understanding of Regional Geology will Result in Right Steps of Exploration Meneliti Geologi, Menggali Artefak dan Fosil (Sangiran, 6-8 September 2013) Kepulauan Seribu Sidik Jari Batu Dibelah-belah Sesar Sumatra Konglomerat Bancuh FM., Menanga, Lampung: Benturan Kapur Tengah Terrane Woyla Vs. Mergui (?)
A RC HI VES
Select Month
T OP IC S
Buku Geo-Histori Geologi Geotrek Indonesia Gunung Api Ilmu Alam Indonesia Sejarah Tokoh
R EC ENT C O MMENT S
MET A