Anda di halaman 1dari 6

Geotrek Indonesia

MEMANDA NG ALAM D ENG AN P ENGER TI AN, JA UH LEBI H B ER AR TI D AN MENY UK AK AN HA TI D AR I PA DA HANYA MENYA KS I KA N KEELOK A NNYA . (A LB ER T HEIM, 1878)

Jun

12

Badai Laut Aru (Eksplorasi Migas Paleozoic Play)


Oleh: Awang Harun Satyana Orang-orang seumur saya, antara 45-50 tahun, pada masa remajanya mungkin pernah terpesona dengan komik-komik silat Indonesia. Djair adalah salah satu komikus favorit saya. Meskipun lukisannya tak sebagus Yan Mintaraga apalagi Teguh, cerita-cerita Djair sangat membumi Indonesia, dan pendekar bernama Jaka Sembung lahir darinya. Para penggemar komik Djair tentu ingat beberapa tokoh pendekar dari Indonesia Timur yang dikumpulkan Jaka Sembung untuk memperkuat pasukannya melawan Belanda di benteng Kandang Haur, dekat Cirebon atau Indramayu. Ada Awom dari Ambon yang jago memanah, ada Wori dari Papua si pendekar bumerang. Atau ada si Iblis Pulau Aru, yang bergentayangan di pulau-pulau Aru dan Tanimbar atau perairan Arafura sebagai perompak. Saat berhasil ditundukkan kedigjayaan Jaka Sembung bersama para pendekar temannya (misalnya Karta si gila dari Muara Bondet), para pendekar Indonesia Timur ini ikut Jaka Sembung ke Kandang Haur, membantunya melawan penjajah Belanda. Itulah sebuah nostalgia sekitar 35 tahun yang lalu. Badai Laut Aru yang saya tulis kali ini adalah sebuah cerita tentang eksplorasi minyak dan gas bumi di area nan sulit dan menantang, yaitu di kawasan Laut Aru-Arafura di Indonesia Timur, mengejar target Paleozoikum, di tengah-tengah badai Laut Aru. Kebetulan target Paleozoikum Indonesia tersembunyi di bawah ganasnya badai Laut Aru ini, sebuah badai yang juga menenggelamkan KRI Macan Tutul pimpinan Yos Sudarso, tahun 1962 saat kapal perang KRI Indonesia ini berkonfrontasi dengan patroli kapal Belanda kala masalah politik Irian Jaya memanas di Republik ini. Adalah survei umum (speculative survey) pada tahun 2005 yang dilakukan sebuah perusahaan seismik atas izin Ditjen Migas yang

membuka potensi Paleozoikum Laut Aru-Arafura ini. Sebelum itu, wilayah ini kosong dari cekungan sedimen, juga kosong dari jalur wilayah potensi migas atau pun petroleum system prospektif (bisa dicek di peta-peta Nayoan et al., 1991; Howes dan Tisnawijaya, 1995; Hardy et al., 1997; Howes, 2000 tak ada yang mencantumkan potensi migas atau satu cekungan pun di wilayah ini). Setelah dilakukan seismik, ternyata terdapat tumpukan sedimen setebal 5 (lima) seconds berumur Paleozoikum (berdasarkan ikatan dengan cekungan korelatif dan sumur di wilayah perairan utara Australia) di wilayah Aru-Arafura ini. Sebuah potensi migas ! Seismik-seismik di wilayah ini menujukkan hadirnya sebuah cekungan besar dengan sedimen-sedimen Wessel Group (Proterozoikum Atas), Goulburn Group (Kambrium-Ordovisium), Arafura Group (Devon Akhir) dan Kulshill Group(Karbon-Perem). Wessel Group punya kapasitas sebagai batuan induk. Sedangkan Goulburn-Arafura-Kulshill Groups punya kapasitas batuan induk-reservoir-penyekat. Terkubur sampai kedalaman maksimal 6 seconds di atas kerak benua tentu hal kematangan batuan induk bukan sesuatu yang perlu diragukan. Data seismik juga menunjukkan keberadaan perangkap yang besar (antiklin dan drape folds pada horst blocks). Studi regional petroleum system oleh para eksplorasionis Australia (misalnya Bradshaw et al., 1997 atau Struckmeyer et al., 2006, ) menunjukkan bahwa Laut Aru-Arafura memiliki supersystem (petroleum system group) bernama Larapintine L1 berumur Kambrium. Supersystem Larapintine telah terbukti menggenerasikan dan memerangkap hidrokarbon di beberapa cekungan daratan Australia (bagian tengah-baratlaut Australia) yaitu Cekungan Amadeus dan Canning. Keberadaan petroleum system Kambrium di wilayah ini dibuktikan dengan sangat ringannya isotop karbon-13 baik untuk fraksi saturat maupun aromat (-31 s.d. -32 per mile) Maka menurut cerita, dua blok/wilayah kerja migas dikerjakan oleh ConocoPhillips dan Total di wilayah ini untuk mengeksplorasi potensi batuan sedimen Paleozoikum, yaitu Amborip VI (2006) di sebelah timur Pulau Aru, dan Arafura Sea Block (2008) di sebelah selatan Pulau Aru di dekat perbatasan dengan Australia. Lima tahun usaha eksplorasi di kedua wilayah kerja ini yang masingmasing berakhir dengan pengeboran satu sumur eksplorasi, Aru-1 di Amborip VI dan Mutiara Putih-1 di Arafura Sea Block, ternyata belum menghasilkan penemuan migas. Kini kedua wilayah kerja ini telah dikembalikan ke Pemerintah (Arafura Sea Block dalam proses). Sumur Aru-1 menembus batuan sampai Middle Ordovician. Dari sumur ini diketahui bahwa batuan Paleozoic di sini pernah terkubur sangat tenggelam lalu terangkat sangat tinggi, sehingga problem tight

reservoir dan overmaturity menjadi problem utama. Sumur Mutiara Putih-1 juga menembus sampai Late Ordovician, menemukan beberapa jejak hidrokarbon, minyak/bitumen yang terbiodegradasi di batupasir Permian, dan indikasi gas tinggi mungkin berhubungan dengan gas atau kondensat di batugamping teretakkan Late Ordovician. Porositas batuan di area Mutiara Putih-1 masih tergolong cukup. Sehingga secara umum boleh dikatakan bahwa prospektivitas Arafura Sea Block lebih bagus daripada Amborip VI. Namun, meskipun ada hal2 positif dari pengeboran Mutiara Putih, ConocoPhillips dan Total sepakat mengembalikan wilayah kerja Arafura Sea Block ke Pemerintah, yang saat ini sedang diproses. Demikian dua wilayah kerja pioner di Indonesia untuk target Upperdan Lower-Paleozoic, kini keduanya telah dikembalikan ke Pemerintah. Tantangannya masih besar, maka kita tak bisa menerapkan manajemen eksplorasi seperti di area yang mature untuk wilayah ini. Walaupun sulit, jangan mudah menyerah! Jangan mudah menyerah dengan sumur-sumur pertama. Siapa tahu sumur eksplorasi ke-3, atau ke-4, atau ke-5 justru yang merupakan sumur penemunya. Ketika menyerah di sumur eksplorasi pertama, hilanglah peluang itu selamanya. Keep exploring with improved sciences

Power Up Your Blog!


Our premium plan includes a domain name, video uploads, custom design and more for just $99/yr

Share this: Like this:

Press This

Twitter 1

Facebook

Like
Be the first to like this.

Related Bertemu Panji Tengko In "Buku" The Molluca Sea Collis In "Ilmu Alam" All Dwarfed by Toba C In "Geo-Histori"

Posted in Buku , Geo-Histori, Ilmu Alam, Indonesia, Sejarah Tagged Badai Laut Aru , Komik, Migas Edit

Leave a Reply
Enter your comment here...

Aspects of the Earth (Shaler, 1890)

Tektonik Indonesia Tidak Pernah Selesai: Selepas Kepergian Prof. Sukendar Asikin

T WI TT ER

My Tweets Search
R EC ENT PO S TS

Search

The Molluca Sea Collisional Orogen Lima Puluh Tahun Eksplorasi Angkasa Luar Flora Pegunungan Jawa (van Steenis, 1972, 2006) Cekungan Pembuang Dibuang Sayang: Fenomena Terbaru Mengeluarkan Meratus dan Bayat dari Jalur Subduksi Kapur Akhir (?) Geotrek Pacet, 23-24 November 2013 Di Atas Wajah Merapi Gumuk Pasir Pantai Parangkusumo, Yogyakarta: Pahami, Cintai, Jaga Indonesia: A Mozaic of Puzzles, A Mozaic of Terranes Terangkat dari Lautan 16-8 Juta Tahun yang Lalu Kaitan Tektonik Madura Sidoarjo (?) Pulau Madura: Kerumitan Deformasi Geologi Ekstremitas Van der Tuuk (1824-1894) Metta: Arkeolog Sangiran Pertama Kelahiran Sangiran Right Understanding of Regional Geology will Result in Right Steps of Exploration Meneliti Geologi, Menggali Artefak dan Fosil (Sangiran, 6-8 September 2013) Kepulauan Seribu Sidik Jari Batu Dibelah-belah Sesar Sumatra Konglomerat Bancuh FM., Menanga, Lampung: Benturan Kapur Tengah Terrane Woyla Vs. Mergui (?)
A RC HI VES

Select Month
T OP IC S

Buku Geo-Histori Geologi Geotrek Indonesia Gunung Api Ilmu Alam Indonesia Sejarah Tokoh

R EC ENT C O MMENT S

wispaten on Relasi Hominid dan Adam

wispaten on Kronologi Manusia Perta

Oi on Sultan Agung 1628-1629 M: Meng

agus on Perbukitan Menoreh dan Nanggul

Herman Moechtar on Relasi S1 S2 S3 dan P

MET A

Site Admin Log out Entries RSS Comments RSS WordPress.com

Blog at WordPress.com. | The Reddle Theme.

Anda mungkin juga menyukai