Anda di halaman 1dari 30

BAB III

PERPINDAHAN
PANAS
KONVEKSI
KULIAH KE 3,4,5
Perpindahan panas antara suatu permukaan padat dan
suatu fluida berlangsung secara konveksi. Konveksi
panas dapat dihitung dengan persamaan pendinginan
Newton:
(3.1)

Persamaan (3.1) mendefinisikan tahanan panas
terhadap konveksi. Koefisien pindah panas permukaan
h, bukanlah suatu sifat zat, akan tetapi menyatakan
besarnya laju pindah panas di daerah dekat pada
permukaan

) ( '
tan fluida pada
T T hA q = ) ( '
tan fluida pada
T T hA q =
) ( '
tan fluida pada
T T hA q =
Fluks Kalor:
Adalah laju perpindahan panas persatuan luas
(q/A). Fluks kalor boleh didasarkan atas luas
permukaan luar atau dalam pipa.

Suhu arus rata-rata:
Adalah suhu yang dicapai apabila keseluruhan
fluida yang mengalir melalui penampang itu
dikeluarkan lalu dicampur secara adiabatik.
Koefisien perpindahan kalor menyeluruh:
Jika terjadi konduksi dan konveksi secara
berturutan, maka berbagai tahanan panas yang
tersangkut dapat dijumlahkan untuk
memperoleh koefisien pindah panas keseluruhan
U. Persamaan perpindahan panas menjadi:


T
h
= suhu fluida panas
T
c
=suhu fluida dingin
T
h
T
c
= gaya dorong atau beda suhu lokal menyeluruh
) .( . ) (
2 1 c h
T T A U T T UA q = =
) .( . ) (
2 1 c h
T T A U T T UA q = =
A = luas permukaan dalam/luar pipa

U = koefisien pindah panas keseluruhan berdasarkan A =
faktor proporsionalitas antara q/A dan T

Jika A = Ao, luas permukaan luar tabung, maka U = Uo,
koefisien yang didasarkan atas luas permukaan luar.
) ( ) ( T gayadorong
A
q
Flukskalor A ~
Koefisien perpindahan panas individual, h:
Merupakan koefisien perpindahan panas untuk
masing-masing fluida.


T = suhu rata-rata lokal
T
w
= suhu dinding yang dalam kontak dengan fluida
w
T T
A q
h

=
/
Nilai h bila diterapkan:
Untuk sisi panas (bagian dalam tabung)
T
h
=suhu fluida panas
T
wh
=suhu dinding panas

Untuk sisi dingin (bagian luar tabung)

T
c
=suhu fluida dingin
T
wc
=suhu dinding dingin
wh h
i
T T
A q
h

=
/
c wc
o
T T
A q
h

=
/
Koefisien pindah panas permukaan dapat
diperkirakan dari fungsi-fungsi empiris, yang
tersusun dari bilangan-bilangan tanpa dimensi,
dengan bentuk umum:
Nu = K Re
p
Pr
q
Gr
r
(L/d)
s

dimana
K = bilangan tetap.
Nu = angka Nusselt, rasio antara diameter tabung terhadap tebal
ekivalen lapisan laminar
h =koefisien konveksi
k =konduktivitas panas
D =diameter tabung
X =tebal lapisan film (lapisan batas laminar)

Korelasi untuk menentukan nilai h dipengaruhi oleh:
Sifat fisika fluida
Jenis dan kecepatan aliran
Perbedaan temperatur
Geometri sistem

x
D
k
D h
Nu = =
.
Perpindahan panas konveksi dapat dikelompokkan kepada dua
bahagian:
Konveksi bebas/alamiah
Contohnya adalah pemanasan aliran udara yang melalui radiator,
pemanasan air dalam ketel.
Fluida panas yang menerima panas akan naik ke atas, kekosongan tempat
massa fluida yang telah naik diisi oleh massa fluida yang bersuhu rendah.
Aliran fluida terjadi akibat perbedaan densitas, dan perbedaan densitas
akibat adanya gradien suhu di dalam massa fluida itu.
Konveksi paksa
Jika aliran fluida digerakkan oleh piranti mekanik seperti pompa dan
pengaduk.
Aliran/perpindahan panas tidak bergantung pada gradien densitas.
Contohnya aliran kalor melalui pipa panas.
3.1. Konveksi Alamiah

Pada perbatasan suatu permukaan dan suatu fluida akan terjadi
perpindahan panas secara konduksi dan konveksi.
Biasanya temperatur permukaan itu cukup tinggi untuk
menimbulkan pula radiasi. Tanpa adanya aliran yang dipaksakan
terhadap fluida, maka sekitar permukaan akan terjadi konveksi
secara alamiah.
Perbedaan temperatur antara bagian-bagian fluida menyebabkan
perbedaan densiti dan karena itu timbul gerakan dan aliran dalam
fluida. Aliran alamiah ini memperbesar perpindahan panas yang
semula sampai tercapai keadaan yang tecap. Cara perpindahan
panas semacam ini disebut konveksi alamiah atau konveksi
bebas.
Besarnya koefisien perpindahan panas harus
didapat dari hasil percobaan. Banyak
penyelidikan telah dilakukan untuk menentukan
koefisien pindah panas itu.
Jika berbagai hasil penyelidikan itu dikumpulkan,
ternyata dapat diperoleh persamaan empiris
dalam bilangan-bilangan tanpa dimensi, salah
satu di antaranya adalah bilangan Grashof, yang
dibuat untuk menunjukkan sifat-sifat konveksi
bebas .


Bentuk umum:


Bilangan-bilangan tanpa dimensi itu adalah:
4 / 1
Pr) . (Gr C Nu =
2
3 3

| T g L
Grashof bilangan Gr
A
= =
k
C
andtl bilangan
p

= = Pr Pr
k
L h
Nusselt bilangan Nu
c
= =
Dimana:
L =panjang pipa
=viskositas fluida
=densitas fluida
g =percepatan gravitasi
Cp =kapasitas panas
=koefisien ekspansi termal
hc =koefisien konveksi
k =konduktivitas termal
Hasil percobaan itu sering juga dinyatakan sebagai
nomogram (alignment chart) atau grafik.

Persamaan empiris dan nomogram itu dapat
dipakai guna memperkirakan koefisien
perpindahan panas untuk konveksi bebas.
Karena terdapat berbagai persamaan dan
nomogram, maka haruslah dicari yang keadaan
sistemnya sama dengan sistem yang sedang
ditinjau.
Bagaimana beraneka ragamnya persamaan-
persamaan itu dapat dilihat dari contoh-contoh
di bawah ini.
Untuk bidang tegaklurus dan silinder tegak lurus
Aliran bergolak:


Aliran berlapis:
4 / 1
2
3 3
13 , 0
)
`

|
.
|

\
|
|
|
.
|

\
|
A
=
k
Cp T g L
k
L h
c

|
4 / 1
2
3 3
59 , 0
)
`

|
.
|

\
|
|
|
.
|

\
|
A
=
k
Cp T g L
k
L h
c

|
Untuk silinder mendatar


Untuk lempeng mendatar yang dipanaskan,
menghadap ke atas, atau lempeng mendatar,
yang didinginkan, menghadap ke bawah:
4 / 1
2
3 3
53 , 0
)
`

|
.
|

\
|
|
|
.
|

\
|
A
=
k
Cp T g L
k
L h
c

|
7 5
10 . 2 Pr . 10 < < Gr
4 / 1
2
3 3
54 , 0
)
`

|
.
|

\
|
|
|
.
|

\
|
A
=
k
Cp T g L
k
L h
c

|
Untuk lempeng mendatar yang dipanaskan,
menghadap ke bawah atau lempeng mendatar,
yang didinginkan, menghadap ke atas:
10 5
10 . 3 Pr . 10 . 3 < < Gr
4 / 1
2
3 3
23 , 0
)
`

|
.
|

\
|
|
|
.
|

\
|
A
=
k
Cp T g L
k
L h
c

|
3.2. Konveksi Paksa
Seperti telah diketahui fluida sekitar benda, yang
seluruhnya diliputi oleh fluida itu, mengalami dua
macam hambatan, yaitu hambatan gesekan dan
hambatan bentuk.
Dalam bilangan Reynolds yang sangat rendah hanya
hambatan gesekan yang berpengaruh. Jika bilangan
Reynolds bertambah besar, baik hambatan gesekan
maupun hambatan bentuk berpengaruh, akan tetapi
pengaruh hambatan gesekan makin lama makin
berkurang dan hambatan bentuk lebih berpengaruh.
Pengaruh aliran ini juga terlihat pada perpindahan panas
antara fluida dan benda-benda yang terendam.
Persamaan-persamaan empiris tentang koefisien pindah
panas antara benda dan fluida hanya berlaku untuk
benda dengan bentuk tertentu.
Jika dalam alat dikehendaki pertukaran panas, maka
perpindahan panas selalu terjadi secara konveksi paksa;
karena laju panas yang dipindahkan naik dengan adanya
aliran atau pengadukan.
Juga di sini pada waktu yang sama berlangsung
perpindahan panas secara konduksi, konveksi dan
radiasi. Dalam hal ini radiasi biasanya terjadi pada
permukaan luar yang berhubungan dengan lingkungan
yang tetap temperaturnya.

Seringkali salah satu fluida dalam sebuah
penukar-panas mengalir dalam pipa, sedang
fluida yang lain mengalir dalam ruang anulus
sebuah pipa yang lebih besar atau dalam ruang
sebuah shell yang memuat banyak pipa,
Perpindahan panas berlangsung secara radial
terhadap pipa. Antara fluida di dalam pipa dan
permukaan dinding pipa sebelah dalam, panas
dipertukarkan secara konveksi, kemudian panas
menjalar secara konduksi melalui logam dinding
pipa. Di luar pipa terjadi lagi konveksi.

Perhitungan dilakukan dengan persamaan yang berikut:


Kalau persamaan di atas diterapkan di satu tempat,
maka U adalah koefisien perpindahan panas
keseluruhan setempat dan T adalah selisih temperatur
fluida di dalam pipa dan fluida di luar pipa di tempat
itu.
Luas permukaan perpindahan panas A, harus dihitung
sesuai dengan keadaan sistem. Begitu juga koefisien
perpindahan panas keseluruhan harus dihitung melalui
penjumlahan masing-masing tahanan panas, sesuai
dengan persoalannya.

) ( T A U q A =
Karena terjadi perpindahan panas, maka sepanjang pipa
fluida yang panas berkurang temperaturnya dan fluida
yang dingin naik temperaturnya.
Pada ujung keluar pipa itu akan terdapat selisih
temperatur yang berbeda dengan pada ujung awal.
Begitu juga besarnya koefisien perpindahan panas
konveksi akan berubah, karena temperatur fluida
berbeda.
Untuk menerapkan persamaan pindah panas pada satu
alat, maka haruslah ada harga yang dirata-ratakan.
Biasanya selisih temperatur dirata-ratakan secara
logaritma antara kedua ujung alat menjadi:


(Selisih temperatur rata-rata logaritma)
Dalam hal ini U dianggap tidak berubah banyak
antara kedua ujung alat itu. Kalau U sangat
berbeda di kedua tempat itu, maka dilakukan
rata-rata dengan persamaan yang berikut:
( )
( )
2 1
2 1
/ ln T T
T T
T
m
A A
A A
= A
( )
2 2 1 1
2 2 1 1
/ ln T U T U
T U T U
A q
A A
A A
=
U dihitung dari jumlah tahanan panas
keseluruhan. Besarnya koefisien pindah panas
secara konveksi diperkirakan dari persamaan-
persamaan empiris.
Untuk konveksi dalam pipa sudah tentu
persamaan empirisnya lain daripada untuk
konveksi luar pipa. Banyak buku yang memuat
keterangan tentang koefisien pindah panas, baik
dalam bentuk persamaan, maupun dalam bentuk
nomogram.
Dalam mencari persamaan-persamaan empiris
itu harus diperhatikan sifat fluida, sifat aliran,
jenis perpindahan panas (pemanasan atau
pendinginan), letak pipa dan lain sebagainya.
Sebab untuk keadaan yang berlainan mungkin
berlaku persamaan yang lain pula, dan haruslah
ditemukan persamaan yang keadaan berlakunya
sama dengan masalah yang dihadapi.

Koefisien pindah panas sebuah alat penukar
panas mengalami perubahan selama pemakaian.
Sewaktu masih baru permukaan logam pipa-pipa
itu bersih. Selama pemakaian pada permukaan
itu akan tertentuk lapisan kotoran atau kerak.
Biarpun tipis lapisan itu merupakan tahanan
tambahan terhadap perpindahan panas. Lapisan
ini terutama timbul pada permukaan yang
berhubungan dengan air.
Besarnya tahanan karena pengotoran itu dapat
dihitung dari persamaan yang berikut:





di mana Ud adalah koefisien pindah panas
keseluruhan untuk alat yang kotor dan untuk alat
yang bersih, sedang hd koefisien pindah panas
untuk lapisan kotoran atau kerak.
d d
h U U
1 1 1
+ =
Menurut teori "dua lapisan" pada permukaan yang
berhubungan dengan fluida terdapat, suatu lapisan tipis
fluida, yang keadaan alirannya berlapis, biarpun agak
berjauhan dari permukaan fluidanya mengalir secara
bergolak.
Pada dinding pipa yang kedua belah permukaannya terdapat
fluida, didapati dua lapisan batas itu. Karena keadaan dalam
lapisan batas itu berlapis, maka tahanan terhadap
perpindahan panas di 1apisan lebih besar daripada di daerah
yang bergolak. Selisih temperaturpun lebih besar.
Karena itu untuk perhitungan-perhitungan, seluruh tahanan
pindah panas dianggap berada dalam lapisan batas. Untuk
perhitungan selisih temperatur selalu diambil antara
permukaan dan tengah-tengah aliran yang bergolak.

Anda mungkin juga menyukai