Oleh :
Rani Febria Ganovianti, S.Ked. (04114705055)
Hafiz, S.Ked (
Benny
Pembimbing :
dr.H. Herman Bermawi, SpA(K)
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus dengan judul:
Pembimbing :
dr.H. Herman Bermawi, SpA(K)
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior
di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya /
Rumah Sakit Muhammad Hoesin Palembang.
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama
: By I
Umur
: 8 hari
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Palembang
Kebangsaan
: Indonesia
Agama
: Islam
MRS
: 12 Mei 2013
II. ANAMNESIS
(alloanamnesis dengan ibu penderita, tanggal 21 Mei 2013)
Keluhan Utama
Lahir tidak langsung menangis
Keluhan Tambahan
Berat badan lahir sangat rendah
Riwayat Perjalanan Penyakit
Bayi lahir di OK emergensi secara sectio secaria atas indikasi eklampsia antepartum
dari ibu G1P0A0 hamil 30-31 minggu, lahir tidak langsung menangis, Apgar score
2/3/6, berat badan lahir 1450 gram, panjang bayi lahir 39 cm, injeksi vitamin k (+).
Riwayat ibu demam tidak ada. Riwayat ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)
tidak ada. Riwayat ketuban kental (-) hijau (-) bau (-). Sejak lahir tangis merintih
kemudian bayi dibawa ke ruang NICU RSMH.
Riwayat Penyakit Dahulu
: G1P0A0
HPHT
: 20 September 2012
Periksa hamil
: Tidak pernah
Merokok
: Kepala
Cara persalinan
: Sectio Sesaria
: tidak tahu
: 37,00C
: tidak tahu
: (-)
Tali pusat
Plasenta
Tempat lahir
Ditolong oleh
Resusitasi
Dilakukan oleh dokter (residen anak)
Keadaan bayi saat lahir
Jenis Kelamin
: perempuan
Kelahiran
: tunggal
: hidup
: 1350 gram
Kesadaran
: sadar
Denyut jantung
: 148x/menit
Pernapasan
: 56x/menit
Temperatur
: 37,00C
Aktivitas
: hipoaktif
Tonus otot
: normal
Anemis
: tidak ada
Sianosis
: tidak ada
Reflek isap
: sedang
Reflek tangis
: lemah
Posisi
: normal
Panjang badan: 39 cm
: rata
Mata
Hidung
Trauma lahir
Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronki basah halus nyaring (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi : HR 148x/menit, irama regular, murmur tidak ada, gallop tidak ada
Abdomen : datar, lemas, hepar-lien tidak teraba, bising usus (+) normal
Lipat paha dan genitalia: tidak ada pembesaran KGB
Anus (+) perempuan
Extremitas : fraktur tidak ada, dislokasi tidak ada, akral hangat (+), sianosis (-)
CRT < 2 detik.
Refleks primitif : oral
Moro
: (+)
: (+)
Tonic neck
: (+)
Withdrawal
: (+)
Gula darah
Darah rutin
Echocardiografi
USG
VII. DIAGNOSIS
HMD grade I + BBLSR Preterm SMK + Asfiksia perinatal+ Sepsis neonatorum
VIII. PENATALAKSANAAN
O2 nasal 1 L/menit
Lacedim 2x35 mg
Aminophylin 3x3 mg
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
FOLLOW UP
Tanggal 12 Mei 2013
Berat badan : 1450 gram
S : lahir tidak langsung menangis, berat badan lahir sangat rendah
O : sensorium : compos mentis, aktivitas : hipoaktif, reflek isap: lemah,
refleks tangis : lemah, dyspnoe (-), Sianosis (-)
Anemis (-) Ikterik (-)
HR : 162x/menit
RR : 68x/menit
T : 37,00C
taksiran 30 minggu
Maturitas Fisik
Maturitas Neuromuskular
Kulit
Sikap
Lanugo
Lipatan Plantar
Membalik lengan
Payudara
Sudut poplitea
Daun Telinga
Tanda selempang
Kelamin
Tumit ke telinga
Total
Total 9
: 15,9 g/dl
Ht
: 49 vol%
Leukosit
: 34600/mm3
LED
: 2 mm/jam
Trombosit : 175.000/mm3
Dif. count : 0/0/0/71/29/0
Eritrosit
: 4150000/mm3
BSS
: 44 mg/dl
RR : 62x/menit
T : 37,00C
Ampisilin 3x50 mg
Gentamisin 2x2 mg
RR : 64x/menit
T : 37,10C
Ampisilin 3x50 mg
Gentamisin 2 x 2 mg
RR : 60x/menit
T : 37,00C
: 16,2 g/dl
Ht
: 47 vol%
Leukosit
: 34600/mm3
LED
: 2 mm/jam
Trombosit : 175.000/mm3
Dif. count : 0/0/0/71/29/0
Eritrosit
: 4580000/mm3
Lacedim 2x35mg
RR : 54x/menit
T : 36,80C
Lacedim 2x35mg
RR : 54x/menit
T : 36,90C
Lacedim 2x35mg
RR : 52x/menit
T : 37,00C
Lacedim 2x35mg
Asi/Pasi 8x5cc
RR : 48x/menit
T : 37,00C
Lacedim 2x35mg
RR : 52x/menit
T : 37,00C
Lacedim 2x35mg
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASFIKSIA NEONATORUM
2.1.1
Definisi
Beberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum dengan berbeda :
teratur saat bayi lahir dan sesaat setelah lahir ditandai dengan hipoksemia,
hiperkapnia dengan asidosis metabolik. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna.
Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.1
Asfiksia neonatorum dapat juga didefiniskan sebagai berikut : 2,3
WHO
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan danteratur
berikut :
Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami
asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan
kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.4
2.1.2
karena
gangguan pertukaran gas serta transpor O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat
gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat
berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan,
atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita dalam persalinan.1
Secara umum etiologi terjadinya asfiksia neonatorum dapat dikelompokkan
menjadi : 2,3,4
Faktor ibu
Preeklampsia dan eklampsia
Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
Partus lama atau partus macet
Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
Faktor persalinan
Ibu dengan persalinan tindakan, korioamnionitis, kelainan letak, partus
lama, ketuban pecah dini, inersia uteri, air ketuban bercampur mekoneum,
penggunaan anestesi umum, penggunaan narkotik 4 jam sebelum
persalinan.3
Faktor janin
Faktor
Antepartum
Primipara
Malpresentasi
Prematuritas
Partus lama
BBLR
Demam
saat
Hipertensi
yang
dan traumatik
kehamilan
Persalinan
dalam
Mekoneum
ketuban
kehamilan
Anemia
Diabetes mellitus
Induksi Oksitosin
ginjal
Penyakit
kolagen
dan
pembuluh darah
Perdarahan
antepartum
Riwayat
kematian
neonates sebelumnya
Penggunaan
anelgesi
anestesi.
sedasi,
atau
sulit Pertumbuhan
janin terhambat
dalam Kelainan kongenital
2.1.3
Patogenesis
Asfiksia terjadi ketika bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan 1
menit setelah lahir. Bayi dengan apnue primer akan tampak biru dengan akselerasi
denyut jantung. Bayi ini biasanya akan membaik secara spontan namun harus
diakselerasi dengan stimulasi fisik dan kimiawi. Keadaan ini kadang disebut asfiksia
livida.1,2
Bayi dengan sekunder apnue (terminal apnue) tidak akan membaik tanpa
resusitasi. Bayi ini putih atau sianosis, tanpa respon, flaksid, denyut jantung <100 dan
perfusi yang jelek. Kondisi ini kadang disebut asfiksia pallid.2
Namun pada kamar bersalin kita tidak dapat membedakan primer dan
sekunder apnue maka resusitasi harus dilakukan pada semua bayi apnue dan
menganggapnya sebagai apnue sekunder.1
Setelah resusitasi dilakukan barulah kita dapat menentukan apnue primer
ataukah apnue sekunder. Bayi dengan apnue pimer mengalami peningkatan denyut
jantung dan akan bernapas spontan sebelum berwarna merah muda serta sering terjadi
gasping atau menangis sebelum menjadi apnue. Sedangkan bayi dengan apnue
sekunder akan berwarna merah muda sebelum mengalami respirasi spontan.2,3,4
Perubahan pertukaran gas dan transpor oksigen selama kehamilan dan
persalinan akan mempengaruhi oksigenisasi sel-sel tubuh yang selanjutnya dapat
mengakibatkan gangguan fungsi sel. Gangguan fungsi ini dapat ringan serta
sementara atau menetap, tergantung dari perubahan homeostasis yang terdapat pada
janin. Perubahan homeostasis ini berhubungan erat dengan beratnya dan lamanya
anoksia atau hipoksia yang diderita.3
Pada tingkat permulaan gangguan pertukaran gas transport oksigen mungkin
hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Bila gangguan berlanjut, dalam tubuh
terjadi metabolisme anaerob. Proses ini berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga
sumber-sumber glikogen tubuh terutama dalam jantung dan hati berkurang. Asamasam organik yang dihasilkan akibat metabolisme ini akan menyebabkan terjadinya
asidosis metabolik. Pada tingkat lebih lanjut terjadi gangguan kardiovaskuler yang
disebabkan oleh: 1,2,3
a. Kerja jantung yang terganggu akibat dipakainya simpanan glikogen dalam
jaringan jantung.
b. Asidosis yang mengganggu fungsi sel-sel jantung.
c. Gangguan peredaran darah ke paru-paru karena tetap tingginya resistensi
pembuluh darah pulmonal.
Asidosis dan gangguan kardiovaskuler ini mempunyai akibat buruk terhadap selsel otak dan dapat menyebabkan kematian anak atau timbulnya gejala-gejala lanjut
pada anak yang hidup. Dalam garis-garis besar perubahan-perubahan yang terjadi
pada asfiksia adalah:1,2
a. Menurunnya tekanan O2 arterial.
b. Meningkatnya tekanan CO2.
c. Turunnya pH darah.
d. Dipakainya simpanan glikogen tubuh untuk metabolisme anaerob
e. Terjadinya perubahan fungsi kardiovaskuler.
2.1.4
2.
3.
Kejang
4.
Penurunan kesadaran.
5.
6.
7.
Cyanosis.
8.
9.
Grunting
2.1.6
Diagnosis
a. Anamnesis
Anamnesis diarahkan untuk mencari factor resiko terhadap terjadinya asfiksia
neonatorum.7
b. Pemeriksaan fisik7
1.
2.
3.
4.
5.
BBLR
c. Kriteria Diagnosis
Nilai APGAR, merupakan suatu skoring yang berhubungan erat dengan
beratnya asfiksia dan biasanya dinilai satu menit dan lima menit setalah bayi lahir.
Angka ini penting artinya karena dapat dipergunakan sebagai pedoman untuk
menentukan cara resusitasi yang akan dikerjakan. 7
Appereance (warna kulit)
0
Pucat
1
Badan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
mimic
Ekstremitas
Gerakan aktif
seikit fleksi
Lemah/tdak
Baik/menangis
effort
2
merah, Seluruh tubuh
bernafas)
teratur
Berdasarkan nilai APGAR 1 menit dapat diklasifikasikan:
a. 8-10 tidak asfiksia.
b. 5-7
asfiksia ringan.
c. 3-4
asfiksia sedang
d. 0-2
asfiksia berat.
d. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium ; hasil analisis gas darah menunjukkan hasil asidosis pada
daerah tali pusat:7
1. PaO2 < 50 mmH2O
2. PaCO2> 55 mmH2O
3. Ph < 7,30
Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif, pemeriksaan
penunjang diarahkan pada kecurigaan atas komplikasi, berupa:
1. Pemeriksaan darah tepi
2. Analisi gas darah sesudah lahir
3. Pemeriksaan gula darah sewaktu
4. Pemeriksaan ginjal
5. Pemeriksaan elektrolit
6. Pemeriksaan radiologi/ rontgen dada
7. Pemeriksaan ct scan kepala
Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi
yang baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu
mengindikasikan akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat
peningkatan skor pada tes menit kelima. 7,11
Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit),
maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka
panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan otak. Namun demikian,
tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang baru lahir
tersebut
membutuhkan
penanganan
medis
segera;
untuk
Pada kasus asfiksia ringan bayi dapat terkejut atau sangat waspada
dengan peningkatan tonus otot, makan dengan buruk, dan frekuensi
pernafasan normal atau cepat. Temuan ini biasanya berlangsung selama
24-48 jam sebelum sembuh secara spontan.
Pada kasus asfiksia sedang bayi dapat letargi dan mengalami kesulitan
pemberian makan. Bayi dapat mengalami episode apnia kadang-kadang
dan atau konvulsi selama beberapa hari. Masalah ini biasanya sembuh
dalam satu minggu, tetapi masalah perkembangan saraf mungkin ada.
Pada kasus asfiksia berat bayi dapat terkulai atau tidak sadar dan tidak
makan. Konvulsi dapat terjadi selama beberapa hari dan episode apnia
yang berat dan sering umumnya terjadi. Bayi dapat membaik selama
beberapa minggu atau tidak dapat membaik sama sekali. Jika bayi ini
dapat bertahan hidup mereka biasanya menderita kerusakan otak
permanen.
2.1.8
Kompresi dada.
Pengobatan
mendapat oksigen atau sebaliknya, tidak dapat menyusui berikan perasan ASI dengan
metode pemberian makan alternatif.7
ml/kg jangan langsung 120 ml/kg pada hari pertama. Ketika konvulsi
terkendali dan bayi menunjukan tanda-tanda peningkatan respon. Ijinkan
bayi mulai menyusui. Jika bayi tidak dapat menyusui berikan perasan ASI
dengan menggunakan metode pemberian makan alternatif. Berikan
perawatan berkelanjutan.
Langkah awal resusitasi: (sesuai dengan algoritme)
Letakkan bayi di meja dengan alat pemancar panas, keringkan, letakkan pada
posisi yang benar, lakukan penghisapan bila perlu, rangsangan taktil dan segera nilai:
pernafasan, frekuensi jantung dan warna kulit.7
Ventilasi
Lakukan ventilasi dengan frekuensi 40-60 kali permenit selama 30 detik
dengan oksigen 100%, lalu nilai kembali pernafasan, frekuensi jantung dan
warna kulit.
Evaluasi
Terdapat 3 tanda perbaikan pada bayi yang dilakukan ventilasi yaitu frekuensi
jantung meningkat >100 permenit, perbaikan warna kulit dan bernafas
spontan. Bila gagal lanjutkan ventilasi sambil memeriksa apakah letak
sungkup sudah benar, posisi kepala baik dan aliran oksigen 100% dan
mulailah penekanan dada, bila frekuensi jantung di bawah 60 kali permenit.
b.
Kompresi Dada7
Indikasi: frekuensi jantung < 60 kali permenit setelah 30 detik mendapat VTP
dengan oksigen 100%.
Frekuensi
Sternum ditekan sedalam 1/3 diameter anteroposterior rongga dada dengan 3
kali penekanan dan 1 kali ventilasi dalam 2 detik (45 kali kompresi dada dan
15 kali ventilasi selama 30 detik).
Eveluasi
Setelah 30 detik melakukan tindakan kompresi dada dan ventilasi, periksa
frekuensi jantung tau nadi. Bila frekuensi jantung:
< 60 kali permenit: lanjutkan tindakan kompresi dada dan ventilasi dan
pemberian epinefrin.
Hentikan tindakan penekanan dada tetapi lanjutkan ventilasi dengan
oksigen 100%.
c. Intubasi Endotrakeal
Ventilasi tekanan positif dapat diberikan dengan balon resusitasi dan sungkup
atau dengan balon resusitasi dan intubasi endotrakeal (ETT) bila VTP dengan balon
dan sungkup kurang efektif. 7,11
Indikasi
-
Bila terdapat mekonem dan bayi mengalami depresi nafas, tonus otot atau
denyut jantung maka intubasi dilakukan pada kesempatan pertama (perlu
melakukan penghisapan mnelalui trakea untuk mengeluarkan mekoneum)
sebelum memulai tindakan resusitasi yang lain.
Bila VTP dengan balon dan sungkup tidk efektif (tidak mengembangkan
dada) atau membutuhkan pemberian VTP agak lama, dicurigai ada hernia
diafragmatika, pemberian surfaktan dan bayi berat badan sangat rendah.
Obat
Epinefrin
Kadar
1:10.000
Persiapan
1 ml
Dosis/cara
Kecepatan/
0,1-0,3 ml/kg
perhatian
Berikan cepat
iv atau ET
Dapat
diencerkan
dengan
larutan
garam
fisiologis
Darah lengkap
Expanders
Albumin salin
40 mL
10 mL/kg
diberian secara ET
Berikan selama 5-10
iv
menit
Garam
fisiologis
Natrium
Ringer laktat
0,5 mEq/mL
20
bikarbonat
(cairan 4,2%)
buah
intravena
mL/2 2 meq/kg (4 Berikan pelan pelan
mL/kg)
semprit
sedikit
10 mL yang
menit.berikan hanya
telah diisi
bila
bayi
dalam
Iv,et,im,sq
sudah
ventilasi
efektif
Berikan cepat
Nalokson
0,4 mg/mL
0,1 mg/kg
Hidroklorit
1 mL
(0,25
Iv, ET diutamakan.
IM, SQ dapat pula
1 mg/mL
mL/kg)
1 mL
0,1
mg/kg
(0,1 mL/kg
digunakan.
2.1.6
2.2.1
Definisi
Kumpulan dari 2 atau lebih gejala: gangguan ventilasi paru yang menetap
setelah 4 jam pertama sesudah lahir, ditandai dengan frekuensi napas >60 kali/menit;
merintih pada waktu ekspirasi; retraksi otot-otot bantu pernapasan pada waktu
inspirasi/rektraksi interkostal, subkostal, supra-sternal, epigastrium; pernapasan
cuping hidung dan sianosis.4
2.2.2
Etiologi
Gangguan traktus respiratorius: Hyaline Membrane Disease (HMD),
Transient Tachypnoe of the Newborn (TTN), infeksi (Pneumonia),
Sindrom Aspirasi, Hipoplasia Paru, Hipertensi Pulmonal, Kelainan
Kongenital (Choanal Atresia, Hernia Diafragmatika, Pierre Robin
Syndrome), Pleural Effusion, Kelumpuhan syaraf frenikus, dll 4
Gangguan luar traktus respiratorius: Kelainan
2.2.3
terjadi asidosis metabolik sehingga dapat mengganggu fungsi organ dengan segala
akibatnya. Timbulnya gejala klinis pada sindrom gawat nafas pada neonatus
Tergantung penyebab, penyebab tersering adalah HMD biasanya pada BBLR.
2.2.4
Grade 1
Grade 2
Grade 3
Grade 4
Diagnosis4
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding4
Takipnue sementara pada neonates
Penyakit membrane hialin
Pneumonia
Sepsis
2.2.6
Pemeriksaan Penunjang
Darah : Hb, lekosit, Diff.count, trombosit, mikro LED, dan kultur
Foto toraks
2.2.7
Tatalaksana
Antibiotika:
Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis
Gentamisin 2 mg/kgBB/18 jam bila BB >2.000 gram
Gentamisin 2 mg/kgBB/24 jam bila BB <2.000 gram
2.2.7
Tindak lanjut:
Pengamatan rutin: 4
Tanda-tanda vital dan bentuk pernapasan.
Awasi tanda-tanda kegagalan pernapasan, infeksi, asidosis, gagal ginjal
akut.
Pemeriksaan laboratorium rutin: Hb, Leuko, Diff 1 kali 3 hari. Analisa
gas darah, pada tahap awal tiap 2 jam, kemudian jika keadaan membaik,
pengamatan dijarangkan. Urin diukur. Elektrolit diperiksa sekali sehari.
Diamati kemampuan minum dan pertumbuhan berat badan.
2.2.8
Indikasi Pulang:
Tidak sesak dengan frekuensi nafas 40-60 kali per menit, minum baik, tidak
Komplikasi
Bisa terjadi sepsis neonatorum
2.2.10 Prognosis
Baik bila tidak ada komplikasi
2.3
2.3.1
Definisi
Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang massa gestasi. Berat badan lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir.8
2.3.2
Klasifikasi BBLR
Berdasarkan berat lahir : 4
Berat lahir kurang dari 1000 gr : bayi berat lahir amat sangat rendah
Berat lahir kurang dari 1500 gr : bayi berat lahir sangat rendah
Berdasarkan berat lahir dan usia gestasi maka BBLR dapat diklasifikasikan
menjadi SMK (sesuai masa kehamilan), KMK (kecil masa kehamilan), atau BMK
(besar masa kehamilan).
2.3.3
Etiologi
Berat lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai factor melalui suatu proses
yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Factor factor yang dapat
mempengaruhi berat bayi lahir adalah factor lingkungan internal mempengaruhi berat
bayi lahir antara lain sebagai berikut : 2,3
1. Umur ibu hamil
Berdasarkan hasil penelitian umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir,
kehamilan dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali
lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada
umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi
fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang,
sehingga pada saat kehamilan ibi tersebut belumdapat menanggapi kehamilan secara
sempurna dan sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil,
maka anak yang dilahirkan akan semakin ringan. Meski kehamilan dibawah umur
sangat berisiko tetapii kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat
berbahaya. Mengingat pada usia tersebut sering muncul penyakit seperti hipertensi,
tumor jinak peranakan, atau penyakit degenerative pada persendian tulang panggul.
Kesulitan lain kehamilan diatas 35tahun ini yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit
seperti diatas sitakutkan bayi lahir dengan membawa kelainan. Dalam proses
persalinan sendiri, kehamilan diatas 35 tahun akan menghadapi kesulitan pada proses
persalinan karena lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang
panggul tengah. Mengingat factor umur memegang peranan penting terhadaap derajat
kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil dan bayi. Maka sebaiknya merencanakan
kehamilan pada usia antara 20-35 tahun.
2. Jarak kehamilan/kelahiran
Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana
(BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih. Karena jarak
kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk
trimester II sekitar 3kg, dan trimester III 6 kg. pertambahan berat badan ini juga
sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin. Pengukuran LILA dimaksudkan
untuk mengetahui apakah seseorang menderita kurang energy kronis (KEK),
sedangkan pengukuran kadar hemoglobin untuk mengetahui kondisi ibu apakah
mengalami anemia defisiensi besi.3
6. Penyakit selama kehamilan
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir
diantaranya adalah Diabetes Melitus Gestational (DMG), cacar air, dan penyakit
infeksi TORCH. 2
2.3.4
Anamnesis:
Keadaan ibu selama hamil (sesuai dengan faktor etiologi), masa gestasi.
Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan fisis lengkap bayi baru lahir. Pemeriksaan skor Balard untuk menilai
usia gestasi, dan diplot pada kurva Lubchenco untuk menilai kesesuaian berat lahir
dengan usia gestasi.
Kriteria Diagnosis:
Berdasarkan berat lahir dan usia gestasi diklasifikasikan sesuai dengan klasifikasi di
atas.
Diagnosis:
Timbang berat bayi
Tentukan masa gestasi (hari pertama haid terakhir, Skor Ballard)
Tentukan bayi sesuai masa kehamilan atau kecil masa kehamilan dengan
menggunakan kurve pertumbuhan dan perkembangan intra uterin dari
Battalgia dan Lubchenco
Masa gestasi <37 minggu dan berat lahir kurang untuk masa gestasi
tersebut gabungan keduanya
Y = 11,03 + 7,75X
Y : masa gestasi
X : lingkar kepala
Pada kasus ini : Y = 11,03 + 7, 75 ( 29 ) = 243 hari = 33 minggu = 8
bulan.
b) Pemeriksaan radiologis dengan meneliti pusat epifisis
c) Motor conduction velocity dengan mengukur motor conduction
velocity dari nervus ulnaris
d) Pemeriksaan elektroensefalogram (EEG)
e) Penilaian karakteristik fisik.
Kriteria eksternal : bentuk puting susu, ukuran mammae, plantar, kepala,
transparansi kulit, membran pupil, genitalia eksterna, kuku dan tulang
rawan telinga.
2.3.6 Hubungan Antara Masa Gestasi Dan Beberapa Kriteria Eksterna Bayi
Baru Lahir
Kriteria
Plantar crease
Masa kehamilan
Sampai
37-38 minggu
39 minggu
36 minggu
Hanya di bagian
2/3 anterior
Seluruh
anterior:
ada
Diameter
hanya
4 mm
2mm
7 mm
Rambut kepala
Daun telinga
Halus
Halus
Sedikit
Lentur,
Testis dan skrotum
kaki
transverse
nodul crease
mammae
telapak
tulang Kasar
tak rawan
bertulang rawan
tebal
Testis
Testis pendulum
di
kanal Intermedia
bawah
Skrotum penuh
Skrotum kecil
Ruga ekstensif
Ruga sedikit
2.3.7
dua dari tiga cara yaitu karakteristik eksternal, kriteria neurologis, dan lingkar kepala.
a. Penilaian menurut Dubowitz
Gabungan hasil penilaian fisik eksternal dan neurologis.
Tabel 3. kriteria fisik luar
Tabel 4. kriteria neurologis
b. Pemeriksaan ciri morfologik dan neurologik (Monintja dkk,1980)
Tabel 5. Ciri Morfologi dan Neurologi
c. Ballards score
Tabel 6. Maturitas neuromuscular dan fisik
d. Lubchenco chart: untuk menilai ukuran sesuai usia gestasi
2.3.8
Pemeriksaan Penunjang:
Glukosa darah, hemoglobin, leukosit, diff. count, serta pemeriksaan lain atas
Tatalaksana:7,8
Indikasi rawat:
Perawatan:
Dirawat dalam inkubator, jaga jangan sampai hipotermi, suhu bayi 36,537,5oC
Bayi BB >1.500 gram tanpa asfiksia dan tak ada tanda-tanda RDS dirawat
gabung
Bila bayi <1.500 gram, pindah rawat bagian IKA dan beri ASI/LLM
Bayi-bayi KMK (Kecil Masa Kehamilan) diberi minum lebih dini (2 jam
setelah lahir)
Umu
Kebutuhan cairan
(cc/kg/hari)
(hari)
1
2
3
4
5
60
80
100
120
130
6
7
8
9
10
11
12
13
14
>14
140
150
160
165
170
175
180
190
200
200
BB >2.000 gram
BB <2.000 gram
Kebutuhan Ca glukonas/hari:
- Mulai hari ke-3 baru ditambahkan NaCl 15% 6 cc/kolf dan KCl sesuai
kebutuhan.
- Hari kedua diberi protein 1 gram/kgBB/hari, dinaikkan perlahan-lahan 1
gram, 2 gram, 2 gram, 3 gram/kgBB/hari.
- Pada bayi tanpa RDS (RR <60 x/menit) dapat langsung diberi minum per oral
dengan menghisap sendiri atau dengan nasogastrik drip. Bila bayi tidak
mentolerir semua kebutuhan peroral, maka diberikan sebanyak yang dapat
ditoleransi lambungnya dan sisanya diberikan sebanyak dengan IVFD.
- Pemberian minum tiap 2-3 jam pada bayi dengan BB <1.500 gram secara sonde
lambung, kemudian dilanjutkan dengan menghisap langsung ASI dari ibu,
secara bertahap 1 x/hari dilanjutkan 2-3 x/hari dan seterusnya akhirnya sampai
penuh sampai bayi dipulangkan.
- Bayi dengan masa gestasi <32 minggu diberikan:
Theophilin per oral dosis awal 6 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis sampai masa
gestasi 34 minggu.
Theophilin juga diberikan pada bayi dengan masa gestasi 33-34 minggu bila
bayi tersebut apnu yang disertai bradikardia dan sianosis.
Bila bayi belum bisa makan per oral dapat juga diberikan aminophylin IV
dosis awal 7-8 mg/kgBB dilanjutkan dosis 2 mg/kgBB tiap 8 jam.
2.3.10 Tindak lanjut:7,8
a. Observasi ketat tanda-tanda vital dan kemampuan minum serta pertambahan
berat badan.
b. Awasi
komplikasi
yang
mungkin
timbul:
hipotermia,
hipoglikemia,
Hematokrit (polisitemia)
Kadar bilirubin
2.3.12 Komplikasi
Hipotermia
Hipoglikemia
Infeksi
PPIV
NEC
2.3.13 Prognosis
Pada BBLR murni (BBLR karena prematuritas) prognosis semakin buruk bila
usia gestasi semakin muda.7
2.4 SEPSIS
2.4.1 Definisi
Sepsis pada BBL adalah infeksi aliran darah yang invasive dan ditandai dengan
ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan sumsum tulang atau
air kemih.17
Definisi sepsis berdasarkan dari American college of chest physicians/society of
critical care medicine (ACCP/SCCM) antara lain: 17
-
Sepsis:
sindrom
respon
sistemik
(Systemic
inflammatory
response
SIRS: respon klinis terhadap proses infeksi atau non-infeksi yang ditandai
dengan minimal 2 keadaan berikut (salah satunya harus temperatur atau
jumlah lekosit yang abnormal): suhu 38,5oC atau <36oC, takikardi atau
bradikardi, takipneu, dan lekositosis, lekopenia atau hitung jenis bergeser ke
kiri (netrofil imatur > 10)
Syok septik: sepsis + syok yang refrakter terhadap resusitasi cairan atau
disfungsi kardiovaskular
2.4.2 Etiologi
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc (1961) membaginya
menjadi 3 golongan, yaitu:19
-
Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman itu
melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi
melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin.
Infeksi intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi dari pada cara lain. Mikroorganisme
dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah.
Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi
lebih dari 12 jam) memunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentitis dan
amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh (misalnya ada
partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina).
Infeksi pascanatal
Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi berakibat
fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan alat
atau akibat perawatan yang tidak steril atau akibat infeksi silang.
Infeksi dapat disebabkan oleh virus, bakteri, fungi atau riketsia. Respon sistemik
dapat disebabkan oleh mikroorganisme penyebab yang beredar dalam darah atau
hanya disebabkan produk toksik dari mikroorganisme atau produk reaksi radang
yang berasal dari infeksi lokal.
Choriamnionitis
2. Faktor bayi:
Asfiksia perinatal
Prosedur invasif
Kelainan bawaan
bayi, infeksi nosokomial atau infeksi silang dari bayi lain atau dari tenaga
kerja yang merawat bayi
2.4.5 Bentuk klinis4,18
Tersangka sepsis: panas tinggi, menggigil, tampak toksik, takikardi, takipneu,
kesadaran menurun, oliguria.
Sepsis: tersangka sepsis + (lekositosis/lekopenia, trombositopenia, granulosit
toksik, hitung jenis bergeser kekiri, CRP (+), LED meningkat). Hasil biakan
kuman penyebab dapat (+) atau (-).
Syok septik: sepsis + tanda-tanda syok (tekanan darah, tekanan nadi, nadi
lembut, kulit kemerahan)
Kegagalan organ multipel: fase terminal penyakit ditandai dengan kegagalan
berbagai organ/ sistem: ginjal, hati, traktus respiratorius, jantung dan otak
2.4.5 Pemeriksaan fisik
Klinis : 18
-
2.4.7
Kriteria diagnosis7
Kriteria klinis
Laboratorium:
Lekositosis/lekopenia (, 5.000/mm3 atau > 34.000/mm3, netropenia,
Infeksi antenatal
Infeksi intranatal
Infeksi postnatal
Pemberian
susu
formula
(pengolahan
tidak
hygienis,
umbilicus,
pharynx,
Masuknya
mikroorganisme
melalui
Early Onset (dini) : terjadi pada 5 hari pertama setelah lahir dengan
manifestasi klinis yang timbulnya mendadak, dengan gejala
sistemik yang berat, terutama mengenai system saluran pernafasan,
progresif dan akhirnya syok.
Postnatal:
adanya
paparan
yang
meningkat
postnatal
sepsis
nosokomial
yang
serius.
Manifestasi
permeabilitas
vaskuler,
dan
terjadinya
2.4.10 Komplikasi
-
2.4.11 Prognosis
Tanpa komplikasi, dengan pemberian antibiotik adekuat prognosis cukup
baik
Prognosis jelek bila disertai dengan komplikasi. Hasil perawatan sangat
tergantung dari upaya mengenal Sepsis secara dini, dan menanganinya
secara adekuat
BAB III
ANALISIS KASUS
Bayi perempuan datang dengan keluhan utama lahir tidak langsung menangis
dan keluhan tambahan berat badan lahir sangat rendah. Dari anamnesis didapatkan
bayi lahir lahir di OK emergensi secara sectio secaria atas indikasi eklampsia
antepartum dari ibu G1P0A0 hamil 30-31 minggu + eklampsia antepartum. Bayi lahir
tidak langsung menangis Apgar score 2/3. Berat badan lahir 1450 gram, Panjang
Badan Lahir 39 cm, injeksi vitamin K (+). Riwayat ibu demam selama hamil (-).
Riwayat KPSW (-), ketuban hijau (-)bau (-)
Pada pemeriksaan umum bayi baru masuk didapatkan berat badan 1450 gr,
panjang badan 39 cm. Kesadaran kompos mentis, denyut jantung 162x/menit,
pernapasan 68x/menit, temperatur 37,00C, hipoaktif, tonus otot normal, reflek isap
lemah, reflek tangis lemah. Sedangkan pada pemeriksaan saat ini didapatkan
kesadaran kompos mentis, denyut jantung 146x/menit, pernapasan 52x/menit,
temperatur 37,00C, hipoaktif, tonus otot normal, reflek isap lemah, reflek tangis
lemah.
Pemeriksaan khusus didapatkan lingkar kepala 29 cm, UUB rata, reflek
cahaya +/+, NCH ada,
Trombosit :
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pencegahan dan
Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, hal. 29
2. Dharmasetiawani N. Asfiksia dan Resusitasi Bayi Baru Lahir. Dalam: Kosim
MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku ajar
neonatologi. Edisi 1. Jakarta: IDAI. 2008.h.71-88
3. Suradi R. Pemeriksaan Fisis pada Bayi Baru Lahir. Dalam: Kosim MS,
Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku ajar neonatologi.
Edisi 1. Jakarta: IDAI. 2008.h.103-125
4. Usman,A. 2012. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan penerbit IDAI.
5. Surasmi,Asrining,dkk.2009.Perawatan Bayi Resiko Tinggi.Jakarta: EGC
6. MacDonald
MG,Mullet
MD,
Seshia
M,
Averys
Neonatology.
Division
12. Anonym. http/www.pediatric/asphixia neonatorum. 2009.Available on 22 Mei
2013
13. Anonym/ http/emedicine/perinatal asphxia.2010. available on 22 Mei 2013
14. Fanaroff and Martins Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8, Mosby Elsevier,
2006.
15. Chair I, Marnoto BW, Rifaii RF, Buku Panduan Resusitasi Neonatus Edisi 5,
AAP, 2006.
16. Levene MI, Tudehope Di, Sinha S, Essential Neonatal Mediceine, Edisi 4,
BalckwellPublishing, 2008.
17. Remington and Klein, Infectious Disease of the Fetus and Newborn Infant.
Edisi 5, WB Saunders Company, 2001
18. Feigin RD, Demmler GJ, Cherry JD, Kaplan SL. Textbook of pediatric
infectious disease, 5th ed. Philadelphia: WB Saunders: 2004.
19. Snyder JD, Pickering LK. Viral Hepatitis. In: Behrman RE, Kliegman RM,
Jenson HB, editors. Nelson Textboox of pediatics. 17th ed. Philadelphia:
Saunders: 2004.