Anda di halaman 1dari 6

Nama : Tilovi Gani Ciputra NIM : 20090310161 Kel :E RS : RSUD Wates Tanggal Komuda : 19 & 21 Juni 2013 Pengalaman

Seorang anak laki-laki berumur 10 tahun datang dengan ditemani oleh ibu dan ibu gurunya. Anak tersebut tampak kesakitan dan dibantu berjalan oleh ibunya. Ibunya melaporkan bahwa anaknya tersebut mengalami muntah darah dan mimisan setelah bertubrukan dengan temannya disekolah. Kejadian tersebut terjadi pada pukul 08.00 WIB dan anak tersebut sempat dibawa ke puskemas terdekat barulah sehabis itu dirujuk ke unit IGD RSUD Wates pada pukul 12.35 WIB. Pada hasil anamnesis: pasien sadar/KU baik CM, setelah kejadian pasien muntah 4 kali (yang pertama muntah darah, lalu yang selanjutnya darah disertai dengan yang dimakan/diminum), mimisan, tampak bengkak kebiruan di area mata kiri. Pada pemeriksaan fisik: Hematom di ruang orbita sinistra diameter +/- 3cm, epistaksis (+), darah pada mulut (-), teraba tulang menonjol di daerah preorbita sinistra, BB= 30kg, afebris, mata: isokor, thorax: p/vesikuler. Dokter meminta untuk melakukan pemeriksaan tambahan berupa foto rontgen. Diagnose kerja: CKR Pengobatan yang sudah dilakukan: infuse NaCl 0,9% 12tpm injeksi citicoline 125mg injeksi piracetam 500mg injeksi ranitidine A O2 3lt/m Masalah yang Dikaji Apakah pengobatan yang diberikan sudah benar? Kenapa dokter meminta foto rontgen? Apa indikasinya? Analisis Kritis Pedoman umum penatalaksanaan: 1. Pada semua pasien dengan cedera keapal dan/ leher, lakukan foto tulang belakang servikal, kolar sevikal baru dilepas setelah dipastikan bahwa seluruh tulang servikal C1C7 normal.

2. Pada semua pasien dengan cedera kepala sedang dan berat, lakukan prosedur: Pasang jalur intravena dengan larutan salin normal (NaCl 0,9%) atau ringer laktat: cairan isotonis lebih efektif mengganti volume intravascular daripada cairan hipotonis, dan cairan ini tidak menambah edem serebri. Lakukan pemeriksaan hematokrit, periksa darah perifer lengkap, trombosit, kimia darah: glukosa, ureum, dan kreatinin, masa protombin atau masa tromboplastin parsial, skrining toksikologi dan kadar alcohol bila perlu.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan untuk infuse NaCl 0,9% memang dibutuhkan. Lalu untuk injeksi citicolline, indikasinya: Keadaan akut Kehilangan kesadaran akibat trauma serebral atau kecelakaan lalu lintas dan operasi otak. Keadaan kronik Gangguan psikiatrik atau saraf akibat apopleksia, trauma kepala dan operasi otak. Memperbaiki sirkulasi darah otak sehingga termasuk stroke iskemic. Ada beberapa mekanisme kerja dari citicoline. Pertama, zat ini dapat bertindak sebagai precursor phospolipid. Kedua, citicoline terbukti dapat memperbaiki membrane neuron. Citicoline melindungi syaraf kolinergik dari otakanibalisme, sutatu proses dimana phospolipid membrane di katabolisme untuk menghasilkan cholin, yang diperlukan dalam sintesis acetylcholine. Hal ini terjadi ketika suplai cholin kurang, membuat phospolipid membrane harus dikatabolisme, untuk mempertahankan neurotransmisi. Citicoline sebagai sumber eksogen cholin dapat mempertahankan phospolipid membrane (terutama phosphatidyl-choline), dan mencegah kematian sel syaraf. Selain phospatidylcholine, citicoline bertindak sebagai suatu intermediet dalam sintesis sphingomyelin, komponen phopslipid membrane lainnya. Citicoline juga mempunyai kemampuan mengembalikan kadar phingomyelin pasca iskemia. Selanjutnya pemberian Piracetam yang merupakan derivat dari GABA diketahui mempunyai potenis sebagai antiiskemik, dan dapat mengembalikan perfusi yang abnormal pada kasus stroke dan demensia dan juga menurunkan keruskaan sel yang diinduksi oleh suatu jejas iskemik lokal. Indikasi Berikut ini adalah beberapa indikasi dari piracetam;

Sindrom yang berkaitan dengan penuaan, seperti defisit memori, astenia, dan gangguan psikomotor

Sindrom post taumatik Terapi pada anak-anak dengan dysleksia Kelainan dimana terdapat gangguan peredaran otak seperti iskemia

Jadi disini dokter focus agar pasien tidak mengalami kerusakan sel akibat trauma kepala yang memungkinkan terjadi iskemia, sehingga dokter memberikan injeksi citicoline dan piracetam. Untuk ranitidine sendiri, Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang bekerja dengan cara menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. Ranitidin diabsorbsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak plasma dicapai 2-3 jam setelah pemberian dosis 150 mg. Absorbsi tidak dipengaruhi secara signifikan oleh makanan dan antasida. Waktu paru ranitidin 2,5 3 jam pemberian oral. Ranitidin diekskresi melalui urin. Indikasi Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktif, tukak lambung aktif, mengurangi gejala refluks esofagitis. Terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak usus 12 jari, tukak lambung. Pengobatan keadaan hipersekresi patologis, misal sindroma Zollinger Ellison dan mastositosis sistemik. Foto rontgen tengkorak biasa dilakukan pada keadaan: defisit neurologik fokal, liquorrhoe, dugaan trauma tembus/fraktur impresi, hematoma luas di daerah kepala. Foto rontgen pada kepala dengan posisi AP lateral. Pada kasus ini terdapat hematom dan memang dicurigai ada masalah di tulang daerah preorbita sinistra, diperkuat dengan warna lebam kebiruan dan penonjolan tulang. Untuk fraktur basis tengkorak tidak selalu dapat dideteksi oleh foto rontgen, karena terjadi sangat dasar. Tanda-tanda klinik yang dapat membantu mendiagnosa adalah : Battle sign ( warna biru/ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid ) Hemotipanum ( perdarahan di daerah gendang telinga ) Periorbital ecchymosis ( mata warna hitam tanpa trauma langsung ) Rhinorrhoe ( liquor keluar dari hidung ) Otorrhoe ( liquor keluar dari telinga)

Kesimpulannya Untuk pengobatan yang diberikan sudah sesuai dengan prosedur post trauma. Disini yang harus digaris bawahi adalah hasil dari foto rontgen itu sendiri apakah memang terjadi masalah pada

tulang tengkorang pasien atau tidak. Karena pasien baru berusia 10 tahun itu juga mempangaruhi kondisi post traumanya. Kalau seandainya dari foto rontgen tidak didapatkan hasil yang signifikan bisa kita usulkan pemeriksaan lanjutan berupa CT Scan untuk memastikan tidak ada yang lebih serius seperti epidural hematoma atau yang lainnya. Dokumentasi Pada hasil anamnesis: pasien sadar/KU baik CM, setelah kejadian pasien muntah 4 kali (yang pertama muntah darah, lalu yang selanjutnya darah disertai dengan yang dimakan/diminum), mimisan, tampak bengkak kebiruan di area mata kiri. Pada pemeriksaan fisik: Hematom di ruang orbita sinistra diameter +/- 3cm, epistaksis (+), darah pada mulut (-), teraba tulang menonjol di daerah preorbita sinistra, BB= 30kg, afebris, mata: isokor, thorax: p/vesikuler. Diagnose kerja: CKR Pengobatan yang sudah dilakukan: infuse NaCl 0,9% 12tpm injeksi citicoline 125mg injeksi piracetam 500mg injeksi ranitidine A O2 3lt/m Referensi http://bukusakudokter.wordpress.com/ http://winapinta.blogspot.com/2013/04/efektivitas-citicoline-pada-stroke.html http://www.forexsid.com/2011/05/nootropic-agents-piracetam.html http://sanirachman.blogspot.com/2009/10/cedera-kepala_29.html

Dosen pembimbing

(dr. Yosi Budi S, Sp.An)

REFLEKSI KASUS KOMUDA BLOK KEGAWATDARURATAN

Tilovi G Ciputra (20090310161) RSUD Wates Pembimbing : dr. Yosi Budi S, Sp.An

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PRODI PENDIDIKAN DOKTER 2013

Anda mungkin juga menyukai