Anda di halaman 1dari 3

GUNADARMA UNIVERSITY LIBRARY : http://library.gunadarma.ac.

id

Relationship Between Self Ecacy with Burnout In Elementary School TeachersPublic (SDN) X in the city of Bogor
Diah Restuning Maharani (10507050)
AbstractRelationship Between Self Ecacy with Burnout In Elementary School Teachers Public (SDN) X in the city of Bogor Diah Restuning Maharani Undergraduate Program, 2011 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Key Words: Self ecacy, Burnout, theacher of public school ABSTRACT : he limited number of teachers in various primary schools in the city of Bogor, especially those taught by the number of students in a class exceeds capacity, resulting in an elementary school teacher experienced burnout. Burnout is a state of fatigue or frustration caused by the environment or relationship that failed to get what is expected. But it is not easy to reduce burnout, it is necessary that individuals with high self-ecacy to perform all the duties and responsibilities as a teacher. This study aims to nd out is there a relationship between self-ecacy with teacher burnout at State Primary School (SDN) X in the city of Bogor. The sample in this study were 55 teachers X Elementary School in the city of Bogor, the male sex and women. Sampling using sampling techniques Saturated. From the research results, obtained by the correlation coecient of -0.586 with a signicance level of 0.000 (? 0.01). This means that there are very signicant negative relationship between self-ecacy with burnout in teachers X Elementary School in the city of Bogor. The higher self-ecacy possessed by the lower X Elementary School teacher experienced burnout, and vice versa. Penamaan File: 10507050

memiliki beberapa permasalahan yang berkaitan dengan guru, salah satunya adalah masalah keterbatasan jumlah guru terutama pada tingkat Sekolah Dasar (SD). Dari data Dinas Pendidikan (Disdik) Juni 2010, total guru SD yang ada hanya sebesar 8916 orang, sementara guru yang diperlukan sebanyak 9121 tenaga pengajar (Raharjo, 2010). Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor, Aim Halim Hermana mengatakan, saat ini Kota Bogor mengalami surplus guru untuk SLTP dan SMA, tapi jenjang SD sebaliknya, kita memang kekurangan guru SD (Republika, 2011). Data yang 1 2 ada saat ini, menurut Aim (dalam Pikiran Rakyat Online, 2011) menunjukkan khusus untuk guru SD, Kota Bogor kekurangan antara 70 hingga 100 orang pengajar per tahun. Kita akui dengan jumlah SD yang mencapai 250 buah di Kota Bogor, jumlah gurunya masih belum ideal sehingga kita....... For further detail, please visit UG Library (http://library.gunadarma.ac.id) II. Chapter 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Denisi Burnout Istilah burnout pertama kali diutarakan dan diperkenalkan kepada masyarakat oleh Herbert Freudenberger pada tahun 1973. Freudenberger menjelaskan burnout sebagai suatu keadaan lelah atau frustasi yang disebabkan karena cara hidup atau hubungan yang gagal untuk mendapatkan apa yang diharapkan. Jenis individu yang seperti ini pada awalnya memiliki komitmen penuh dan berdedikasi tinggi pada pekerjaannya (Sutjipto, 2001). Individu yang bersangkutan biasanya mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pekerjaannya, serta memiliki harapan yang tidak realistik dan berusaha sekuat tenaga untuk mencapainya. Burnout terjadi karena pekerjaan menuntut keterlibatan emosi yang tinggi dengan harapan tingkat keberhasilan yang tinggi (Freudenberger dan Richelson, 1981). Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Chestnut (dalam Rosyid, 1996) yang memberikan batasan burnout sebagai proses yang dialami seorang anggota organisasi yang sebelumnya sangat committed dalam pekerjaan tersisih dari pekerjaannya sebagai respon atas stres yang dialami dalam pekerjaan. Di sini terlihat bahwa seseorang yang tadinya sangat percaya pada tujuan organisasi dan bekerja sepenuh kemampuannya untuk tetap bertahan bekerja bagi organisasi, kemudian tersisih dari pekerjaan yang digelutinya karena stres yang dialami. Pines dan Aronson (dalam Kurniawati Widyaningrum, 2006) mendenisikan burnout sebagai kelelahan secara

I. Chapter 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada program pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia, sektor pendidikan mendapatkan perhatian yang cukup besar. Hal ini dilakukan sebab salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah faktor pendidikan. Sedangkan mutu pendidikan nasional tergantung pada keberhasilan anak didik. Pendidikan yang baik diharapkan dapat membentuk manusia Indonesia yang cerdas dan berbudi pekerti luhur sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signikan dalam dunia pendidikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal, informal maupun nonformal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, guru tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi mereka. Saat ini setidak-tidaknya ada empat hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi guru di Indonesia, yaitu masalah kualitas atau mutu guru, masalah kesejahteraan guru, masalah distribusi guru dan jumlah guru yang dirasakan masih kurang (Sofa, 2008). Kota Bogor

GUNADARMA UNIVERSITY LIBRARY : http://library.gunadarma.ac.id

sik, emosi, dan mental karena berada pada situasi yang menuntut secara emosional dalam jangka waktu lama. Schutte dkk (dalam Kurniawati Widyaningrum, 2006) menjelaskan bahwa burnout biasanya menimpa orangorang yang dalam pekerjaannya melibatkan interaksi yang intensif dan sering dengan banyak 8 9 orang, misalnya perawat, dokter, guru, pengacara, pengasuh anak, konselor, pekerja sosial, serta pegawai penjara. Bernardin (1990) menggambarkan burnout sebagai suatu keadaan yang mencerminkan reaksi emosional pada individu yang bekerja pada bidang kemanusiaan (human service), atau bekerja erat dengan masyarakat. Penderitanya banyak dijumpai pada perawat di rumah sakit, pekerja sosial, guru dan para anggota polisi. Menurut Maslach, Schaufeli dan Leiter (2001) burnout merupakan suatu respon yang disebabkan oleh masalah emosional yang....... For further detail, please visit UG Library (http://library.gunadarma.ac.id) III. Chapter 3 BAB III METODE PENELITIAN A. Identikasi Variabel-variabel Penelitian Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah: 1. Variabel Prediktor : Self Ecacy 2. Variabel Kriterium : Burnout B. Denisi Operasional Variabel-variabel Penelitian Denisi operasional variabel penelitian merupakan suatu denisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristikkarakteristik variabel tersebut yang dapat diamati (Azwar, 2003). Denisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Self Ecacy Self ecacy adalah keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk mengorganisasi, melaksanakan, dan mengontrol serangkaian tindakan dan tuntutan lingkungan sehingga dapat menumbuhkan keyakinan bahwa individu dapat melakukan berbagai hal dalam berbagai kondisi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Individu dengan self ecacy tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Individu dengan self ecacy yang tinggi juga akan mengembangkan kepribadian yang kuat, mengurangi stress dan tidak mudah terpengaruh oleh situasi yang mengancam. Skala self ecacy yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala self ecacy yang disusun dengan Skala Model Rating Scale berdasarkan pendapat Bandura (dalam Kosten, 2009) mengenai dimensi-dimensi self ecacy, yaitu magnitude (tingkat kesulitan tugas), generality (generalitas), dan strength (kekuatan keyakinan). 36 37 2. Burnout Burnout adalah suatu keadaaan lelah yang dialami individu, baik secara sik, emosi, sikap, serta mental yang disebabkan karena pekerjaan menuntut keterlibatan emosi yang tinggi dengan harapan tingkat keberhasilan yang tinggi, selain itu bisa juga karena gagal untuk mendapatkan apa yang diharapkan. Burnout biasanya menimpa orang-orang yang dalam pekerjaannya melibatkan interaksi yang intensif dan sering dengan banyak orang, misalnya perawat, dokter, guru, pengacara,

pengasuh anak, konselor, pekerja sosial, pegawai penjara, dan lain-lain. Burnout pada guru (teacher burnout) merupakan kelelahan secara sik,emosional, dan sikap yang dimulai dengan perasaan tidak nyaman dan hilangnya kesenangan saat mengajar. Skala burnout....... For further detail, please visit UG Library (http://library.gunadarma.ac.id) IV. Chapter 4 BAB IV PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN HASIL PENELITIAN A. Persiapan Penelitian Dalam penelitian ini, persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah mencari subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria dalam penelitian ini serta mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan. Adapun persiapan alat ukur tersebut yaitu penyusunan skala self ecacy dan penyusunan skala burnout. Penyusunan skala self ecacy dikembangkan berdasarkan dimensi-dimensi self ecacy sedangkan penyusunan skala burnout dikembangkan berdasarkan dimensi-dimensi burnout. Pada skala self efcacy peneliti menggunakan 24 item yang terdiri dari 12 item favorable dan 12 item unfavorable. Sedangkan pada skala burnout, peneliti menggunakan 40 item yang terdiri dari 20 item favorable dan 20 item unfavorable. B. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode uji coba terpakai (try out terpakai). Artinya pengambilan data hanya dilakukan satu kali namun digunakan untuk dua keperluan sekaligus, yaitu untuk uji coba alat ukur (perhitungan validitas dan realibilitas) dan uji hipotesis. Peneliti menggunakan try out terpakai dengan mempertimbangkan fenomena masalah yang didapat dari sekolah dengan jumlah guru yang terbatas dan padatnya aktivitas yang dilakukan subjek penelitian. Proses pengambilan data dilakukan dari tanggal 23 sampai 30 September 2011. Peneliti melakukan pengambilan data di 3 SD negeri di Kota Bogor dengan jumlah masing-masing partisipan yang beragam. Sekolah pertama (A) dan sekolah kedua (B) adalah salah satu SD negeri yang berada di Kotamadya Bogor Tengah. Sedangkan sekolah ketiga (C) adalah salah satu SD negeri di Kotamadya Bogor Selatan. Sekolah pertama dan sekolah kedua memiliki 21 partisipan, sedangkan sekolah ketiga memiliki 20 partisipan. Waktu pengambilan data bervariasi, dari 43 44 pukul 08.00 sampai 10.00 WIB, karena menyesuaikan dengan jadwal dari sekolah yang bersangkutan. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan cara menitipkan kuesioner (self ecacy dan burnout) kepada guru Tata Usaha (TU) dari masing-masing sekolah, dan setelah mendapatkan izin terlebih dahulu dari Kepala Sekolah. Kemudian pengumpulan kembali kuesioner kepada peneliti dilakukan selama 3....... For further detail, please visit UG Library (http://library.gunadarma.ac.id) V. Chapter 5 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, yang artinya terdapat hubungan

RELATIONSHIP BETWEEN SELF EFFICACY WITH BURNOUT IN ELEMENTARY SCHOOL TEACHERSPUBLIC (SDN) X IN THE CITY OF BO

negatif yang sangat signikan antara self ecacy dengan burnout pada guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) X di Kota Bogor. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya self ecacy berbanding terbalik dengan tinggi rendahnya burnout yang dialami oleh guru SDN X di Kota Bogor. Artinya semakin tinggi self ecacy yang dimiliki seorang guru SD, maka burnout yang dialaminya rendah. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah self ecacy yang dimiliki seorang guru SD, maka semakin tinggi pula burnout yang dialaminya. Pada self ecacy dapat diketahui bahwa secara umum subjek penelitian memiliki tingkat self ecacy yang tinggi. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh pengalaman akan keberhasilan (mastery experiences) yang dimiliki seorang guru. Keberhasilan dapat membangun kepercayaan yang kuat terhadap self ecacy sementara kegagalan akan merusak kepercayaan, terutama jika kegagalan terjadi sebelum self ecacy terbentuk dengan kuat pada diri seseorang. Selanjutnya diketahui pula, subjek penelitian secara umum memiliki burnout yang rendah. Hal ini mungkin dipengaruhi tingginya self ecacy yang mereka miliki. Self ecacy yang tinggi dapat membantu seorang guru dalam mengatasi berbagai tekanan dan hambatan yang ditemui di sekolah sehingga dapat memperkecil stres bahkan akan mencegah timbulnya teacher burnout. Hasil penelitian ini memperlihatkan perbedaan antara self ecacy dan burnout dilihat dari segi usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, bidang studi yang diajarkan, serta lamanya bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa faktorfaktor ini dapat mempengaruhi tingkat self ecacy dan burnout yang dialami oleh seorang guru SDN X dalam penelitian ini. 59 60 B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, dengan adanya hubungan yang negatif antara self ecacy dengan burnout, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Bagi subjek penelitian Dari penelitian ini diketahui terdapat keterkaitan antara self ecacy dengan burnout pada guru SD. Oleh....... For further detail, please visit UG Library (http://library.gunadarma.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai