Anda di halaman 1dari 7

Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Burnout Pada Pengajar Taman Kanak-Kanak Sekolah “X” Di Jakarta

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN BURNOUT PADA


PENGAJAR TAMAN KANAK-KANAK SEKOLAH “X” DI JAKARTA

Dewi Hartawati, Sulis Mariyanti


Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul
Jln Arjuna utara, Kebon Jeruk, Jakarta 11510
dewi.hartawati@yahoo.co.id

Abstract
Teacher needs to have a self-efficacy as the main factor which can help them to perform well when
they have to face the demand as a teacher. Teachers who have lack of Self-efficacy in doing their job
as a teacher tend to have stress and get burnout. Therefore, there is a correlation between Self-
efficacy and Burnout. This research is a quantitative, with statistical techniques correlations. The
sample in this study involved 40 of The “X” Preschool Teacher in Jakarta. Sample was taken by
census method. The instrument used are self-efficacy and burnout scale with reliability coefficient (α)
0,965 for Burnout variable with 45 valid items and (α) 0,978 for Self-efficacy variable with 58 valid
items.The results showed the strong correlation coefficient of -0,691 with sig. 0,000 (p < 0.01), which
means that there is a negative strong significant correlation between Self-efficacy with Burnout on
The “X” Preschool teacher, belonging to the categorisation is moderately, where Self-efficacy is high
and the level of Burnout on the “X” Preschool teacher belonging to the categorisation is moderately,
where Burnout is low. Burnout analysis with age, marital status, education and job using cross-
tabulation (p>0,005) showed there is no correlation between age, marital satus, education and job
with Burnout.

Keywords: teacher, self-efficacy, burnout

Abstrak
Faktor yang perlu dimiliki oleh seorang pengajar diantaranya adalah Self-efficacy yang dapat
membantu pengajar menghadapi kendala dalam menjalani tuntutan tugasnya. Ketidakyakinan
pengajar akan kemampuan dirinya dalam menghadapi tuntutan tugasnya dapat menimbulkan stres dan
menyebabkan Burnout. Penelitian ini bersifat kuantitatif korelasioal non-eksperimental. Sampel
penelitian berjumlah 40 pengajar TK sekolah “X” di Jakarta. Teknik sampling yang digunakan ada-
lah sampel jenuh. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner Burnout dan kuesioner Self-
efficacy. Masing-masing kuesioner memiliki tingkat reliabilitas (α) 0,965 untuk variabel Burnout
dengan 45 item valid dan (α) 0,978 untuk variabel Self-efficacy dengan 58 item valid. Hasil penelitian
menunjukkan koefisien korelasi kuat sebesar -0,691 dengan sig. 0,000 (p < 0,01), artinya ada
hubungan negatif kuat signifikan antara Self-efficacy dengan Burnout pada pengajar TK sekolah “X”.
Pengajar TK sekolah “X” memiliki Self-efficacy tinggi lebih banyak dibandingkan yang memiliki
Self-efficacy rendah. Burnout pada pengajar TK sekolah “X” lebih banyak memiliki Burnout rendah
dibandingkan Burnout tinggi. Berdasarkan analisis hubungan Burnout dengan data penunjang yang
menggunakan tabulasi silang (p > 0,005) menunjukkan tidak terdapat hubungan antara Burnout
dengan usia, status, pendidikan dan jabatan pada pengajar TK sekolah “X” di Jakarta.

Kata kunci: pengajar, self-efficacy, burnout

Pendahuluan bangsa, dan negara (UU No. 20 tahun 2003 tentang


Dalam usaha peningkatan kualitas sumber Sistem Pendidikan Nasional). Salah satu jenjang
daya manusia di Indonesia, bidang pendidikan pada pendidikan formal yang ada di Indonesia adalah
khususnya memiliki peran yang sangat penting. Hal Taman Kanak-kanak yang merupakan suatu
ini dinyatakan dalam pembukaan Undang-Undang lembaga pendidikan formal yang pertama setelah
Dasar (UUD) 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan pendidikan keluarga (di rumah) dan merupakan
bangsa. Pendidikan adalah usaha sadar terencana jembatan antara rumah (keluarga) dengan
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses masyarakat yang lebih luas. Berdasarkan Keputusan
pembelajaran agar peserta didik secara aktif me- Mendiknas RI Nomor 0487 Tahun 1992 Bab 1 pasal
ngembangkan potensi dirinya untuk memiliki 2 dinyatakan bahwa Taman Kanak-kanak merupa-
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kan wadah untuk membantu pertumbuhan dan
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kete- perkembangan jasmani dan rohani anak didik usia
rampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, 4-6 tahun dengan lama pendidikan 1-2 tahun.

Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 54


Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Burnout Pada Pengajar Taman Kanak-Kanak Sekolah “X” Di Jakarta

Stipek (Santrock, 2002) menjelaskan bahwa saat Fejgin, Ephraty, & Sira, (1995) kepada 74 pengajar
anak-anak pertama kali masuk sekolah, mereka di Singapura menyatakan sebagian pengajar yang
menerima suatu peran yang baru (menjadi murid), mengalami perasaan tertekan akan cenderung
berinteraksi dan mengembangkan hubungan dengan memikirkan untuk berhenti atau pensiun sebelum
orang-orang baru sehingga sekolah dapat meng- waktunya karena mengalami tekanan.
arahkan anak-anak suatu sumber gagasan-gagasan Keyakinan akan self-efficacy sangat diper-
baru yang kaya untuk membentuk rasa diri mereka. lukan oleh seorang pengajar TK karena dapat
Selain itu, kesuksesan murid pada pendidikan TK memengaruhinya dalam menyelesaikan berbagai
akan memberi sumbangan positif untuk kesuksesan permasalahan yang berkaitan dengan bidang
pendidikan pada jenjang berikutnya sehingga akademik. Pengajar dengan self-efficacy yang tinggi
kinerja pengajar TK mempunyai kedudukan yang mampu mengelola stres akademik dengan
sangat penting dalam rangka peningkatan dan mengarahkan mereka pada usaha penyelesaian ma-
pengendalian mutu pendidikan (Wulansari, 2008). salah sebaliknya, pengajar yang tidak memiliki self-
Pada praktiknya, pengajar TK harus efficacy akan mencoba untuk menghindari ber-
berhadapan dengan anak umur empat sampai enam urusan dengan masalah akademis (Bandura, 1997).
tahun dengan segala keunikannya. Setiap anak unik Dengan demikian pengajar yang memiliki self-
dan berbeda-beda, baik dalam hal keadaan jasmani efficacy yang tinggi akan mengerahkan usaha yang
(gerakan/motorik halus dan kasar), keadaan moral, tinggi ketika menghadapi kesulitan untuk menjalani
sosial, perasan emosi dan kecerdasan dalam tingkat tuntutan tugasnya sebagai pengajar.
perkembangannya, sehingga pengajar TK diharap- Seperti yang dinyatakan oleh pengajar M,
kan memiliki kemampuan dan empati yang tinggi. yang mengatakan bahwa ia tetap yakin dan terus
Dengan empati, pengajar mampu bersikap bijaksana berusaha mencari cara untuk dapat menjalani
sehingga membuatnya menjadi teladan yang baik tanggung jawabnya sebagai pengajar walaupun
bagi para murid-muridnya (Santrock, 2002). mengalami kesulitan. Sedangkan subjek T
Pelaksanaan pendidikan bagi siswa merupa- mengalami hal yang sebaliknya, ia tidak yakin un-
kan proses yang tidak mungkin dilakukan dengan tuk menjalankan tugasnya sebagai pengajar
secara instan dan segera dapat diukur hasilnya. Oleh sehingga saat ia mengalami situasi di kelas yang
karena itu seorang pengajar harus memiliki menimbulkan ketegangan emosional secara terus
kegigihan untuk melaksanakan tugasnya dimana menerus membuat ia mengalami stres dan kelelahan
pengajar tersebut yakin akan kemampuannya untuk emosional yang berakibat subjek T mengalami
mengajar meskipun dalam situasi-situasi yang burnout Peneliti melihat bahwa self-efficacy
menghambat (Milson, 2003). Keyakinan pengajar menjadi salah satu faktor penting yang harus
akan kemampuannya dalam mengajar, dapat dimiliki oleh pengajar dalam menjalani tugasnya
menimbulkan pandangan terhadap dirinya bahwa ia artinya pengajar mampu menghadapi tekanan-
harus berusaha menyelesaikan tugas dengan sebaik- tekanan yang timbul pada saat proses mengajar
baiknya untuk mencapai tujuan dari tugasnya berlangsung sehingga mencegah terjadinya burnout.
sebagai pengajar (Randan, 2008). Pada kenyata- Pada penelitian sebelumnya yang mengenai
annya, ada pengajar yang menganggap tuntutan “Hubungan Antara Self-efficacy Dengan Burnout
tugasnya sebagai tugas yang sulit untuk dilakukan pada Guru Sekolah Dasar Negeri “X” di kota
dan ada pengajar yang menggangap tuntutan Bogor” yang diteliti oleh Maharani (2011) menya-
tugasnya merupakan hal biasa yang harus dilakukan takan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan
dalam memenuhi tanggung jawabnya di sekolah. antara self-efficacy dengan burnout artinya bahwa
Bernadin (dalam Citrawati, 2010) meng- terdapat hubungan antara burnout dan self-efficacy,
gambarkan burnout sebagai suatu keadaan yang ketika self-efficacy tinggi maka burnout rendah
mencerminkan reaksi emosional pada orang yang begitu juga sebaliknya ketika self-efficacy rendah
bekerja pada bidang pelayanan kemanusiaan maka burnout tinggi.
(human service). Penderita burnout banyak dijum- Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan
pai pada pekerja yang memberikan pelayanan diatas, diduga bahwa self-efficacy menjadi salah
seperti pengajar, perawat di rumah sakit, pekerja satu faktor yang dapat membantu pengajar dalam
sosial dan para anggota polisi. Burnout merupakan menjalani tuntutan tugas dan tanggung jawabnya.
penarikan diri sebagai reaksi terhadap situasi kerja Dengan kata lain, individu yang memiliki tingkat
yang berlebihan artinya pekerjaan yang sifatnya efikasi diri (self-efficacy) yang tinggi dapat men-
pelayanan kemanusiaan dengan pekerjaan yang jalankan semua tugas dan tanggung jawab sebagai
relatif monoton, situasi kerja yang berlebihan dan pengajar. Self-efficacy yang tinggi dapat membantu
tidak variatif bisa menimbulkan burnout (Soetjipto, pengajar dalam mengatasi berbagai tekanan dan
2001). Dalam penelitan yang dilakukan oleh hambatan yang ditemui di sekolah sehingga dapat

Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 55


Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Burnout Pada Pengajar Taman Kanak-Kanak Sekolah “X” Di Jakarta

memperkecil stres bahkan dapat mencegah tim- individu yakin terhadap kemampuannya dalam
bulnya teacher burnout. Sebaliknya, individu yang menjalankan beberapa tugas yang berbeda, dari
memiliki self-efficacy yang rendah dapat mengalami tugas yang spesifik sampai pada kelompok tugas
stres dan burnout. (Bandura, 1995). Hal tersebut yang berbeda.
membuat peneliti ingin meneliti Self-efficacy
dengan Burnout pada pengajar TK sekolah “X” di Kekuatan (strength)
Jakarta. Dimensi ini berkaitan dengan keyakinan
yang ada dalam diri seseorang yang dapat ia
Pengertian Self-Efficacy wujudkan dalam melakukan tugas tertentu.
Self-efficacy merupakan salah satu kemam- Individu yang semakin kuat keyakinannya terhadap
puan pengaturan diri individu. Konsep Self-efficacy kemampuan dirinya sendiri, maka individu tersebut
pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self- akan semakin menyenangi tugas yang penuh de-
efficacy adalah ekspektasi - keyakinan (harapan) ngan tantangan dan memiliki kemantapan yang
tentang seberapa jauh seseorang mampu melakukan kuat terhadap kemampuannya untuk menger-
satu perilaku dan suatu situasi tertentu (Bandura, jakan tugas dan terus bertahan dalam usahanya
1995). Baron & Byrne (2003) mengemukakan meskipun banyak mengalami kesulitan dan rin-
bahwa self-efficacy merupakan penilaian individu tangan. Individu yang tidak memiliki keyakinan
terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk dengan kemampuan dirinya maka ia akan cende-
melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan dan rung menghindari tugas yang penuh dengan tanta-
menghasilkan sesuatu. Di samping itu, Schultz ngan dan mencari tugas yang tidak menantang. Ia
(dalam Permatasari, 2014) mendefinisikan self- dapat dengan mudah menyerah apabila menghadapi
efficacy sebagai perasaan kita terhadap kecukupan, hambatan dalam menyelesaikan suatu tugas.
efisiensi, dan kemampuan kita dalam mengatasi
kehidupan. Lebih lanjut lagi menurut Woolfolk Pengertian Burnout
(2004), self-efficacy adalah penilaian individu Pada awalnya Freudenberger (dalam
terhadap dirinya sendiri atau tingkat keyakinan Hariadi, 2010) yang merupakan seorang psikolog
mengenai seberapa besar kemampuannya dalam klinis mengemukakan tentang burnout. Menurut
mengerjakan suatu tugas tertentu untuk mencapai Freudenberger, burnout adalah suatu bentuk
hasil tertentu. kelelahan yang terjadi karena seseorang bekerja
terlalu lama serta memandang kebutuhan dan ke-
Aspek-aspek Self-Efficacy inginan mereka sebagai hal kedua. Pines & Aronson
Bandura (1997) pengukuran self-efficacy (1998) mendefinisikan burnout sebagai suatu
yang dimilki seseorang mengacu pada tiga di- keadaan keleahan secara fisik, emosi dan mental
mensi, yaitu: yang disebabkan keterlibatan dalam jangka waktu
yang panjang pada situasi yang secara emosional
Tingkat (level) penuh dengan tuntutan. Definisi lain dikemukakan
Dimensi ini mengacu pada derajat kesulitas oleh Maslach & Jackson (dalam Cooper, Schabarcq,
tugas individu, dimana individu merasa mampu & Winnubust, 1996) yang menjelaskan burnout
untuk melakukannya. Penilaian Self-efficacy pada sebagai sindrom kelelahan emosional, depersona-
setiap individu akan berbeda-beda, baik pada saat lisasi, dan reduced personal accomplishment yang
menghadapi tugas yang mudah atau tugas yang terjadi di antara individu-individu yang melakukan
sulit. Tingkat kesulitan tugas tersebut dinilai oleh pekerjaan yang memberikan pelayanan kepada
individu tersebut dan tergantung persepsi dari orang lain dan sejenisnya.
individu itu sendiri terhadap tugas tersebut. Jadi, Maslach & Jackson (dalam Cooper,
dalam menentukan derajat kesulitan suatu tugas Schabarcq, & Winnubust, 1996) menjelaskan tiga
akan berbeda satu sama lain, tergantung penilaian komponen Burnout yaitu, emotional exhaustion
yang dilakukan oleh individu tersebut. (keterlibatan emosi yang menyebabkan energi dan
sumber-sumber dirinya terkuras oleh suatu peker-
Keluasan (generality) jaan), depersonalization (sikap dan perasaan negatif
Dimensi ini mengacu pada variasi situasi di terhadap murid dan relasi kerja), dan perceive
mana individu merasa yakin akan kemampuan inadequacy of professional accomplishment (peni-
dirinya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari laian diri negatif dan perasaan tidak puas dengan
aktivitas yang biasa dilakukan samapai pada performa pekerjaan).
aktivitas yang belum pernah dilakukan dalam
serangkaian tugas atau situasi sulit dan bervariasi.
Ini merupakan rentang aktivitas dimana seorang

Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 56


Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Burnout Pada Pengajar Taman Kanak-Kanak Sekolah “X” Di Jakarta

Aspek-aspek Burnout Hasil uji normalitas data One-Sample


Maslach dan Jackson (dalam Sutjipto, Kolmogorof-Smirnov Test diperoleh angka proba-
2001) menyebutkan tiga indikator burnout, yaitu bilitas self-efficacy sebesar 0,42 dan burnout sebesar
kelelahan emosional, depersonalisasi, dan reduced 0,36. Angka probabilitas tersebut lebih besar dari
personal accomplishment. 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa data
penelitian telah berdistribusi dengan normal.
Kelelahan emosional
Kelelahan emosional terjadi ketika individu Hasil dan Pembahasan
merasa terkuras secara emosional karena banyaknya Hubungan antara Self-efficacy dengan
tuntutan pekerjaan. Pada dimensi ini akan muncul Burnout pada pengajar TK sekolah “X” diketahui
perasaan frustasi, putus asa, sedih, tidak berdaya, melalui perhitungan koefisien korelasi Pearson
tertekan, apatis terhadap pekerjaan dan merasa Product Moment menggunakan program SPSS.
terbelenggu oleh tugas-tugas dalam pekerjaan Diperoleh korelasi -0,691 dengan sig (p) 0,000.
sehingga seseorang merasa tidak mampu mem- Berdasarkan besarnya nilai sig yang didapatkan
berikan pelayanan secara psikologis. Selain itu sebesar 0,000, jika dibandingkan dengan taraf sing-
mereka mudah tersinggung dan mudah marah tanpa nifikansi α = 0,05 maka : sig.<α maka dapat
alasan yang jelas. disimpulkan bahwa Ha diterima artinya terdapat
hubungan negatif kuat signifikan antara Self-effi-
Depersonalisasi cacy dengan Burnout.
Depersonalisasi merupakan perkembangan Nilai R yang didapatkan adalah 0,691 maka
dan dimensi kelelahan emosional. Depersonalisasi dapat disimpulkan antara self-efficacy (X) dengan
adalah coping (proses mengatasi ketidakseimbangan burnout (Y) memiliki hubungan yang kuat.
antara tuntutan dan kemampuan individu) yang Kemudian untuk melihat seberapa besar kontribusi
dilakukan individu untuk mengatasi kelelahan self-efficacy mempengaruhi burnout digunakan
emosional. Gambaran dari depersonalisasi adalah rumus Koefisien Penentu (KP) dengan perhitungan
adanya sikap negatif, kasar, menjaga jarak dengan sebagai berikut: KP = R Square X 100 % = 0,477 X
penerima layanan, menjauhnya seseorang dari 100 % = 47,7 %
lingkungan sosial, dan cenderung tidak peduli terha- Dari perhitungan di atas dapat dikatakan
dap lingkungan serta orang-orang di sekitarnya. self-efficacy memberikan kontribusi terhadap
burnout pada Pengajar TK Sekolah “X” sebesar
Reduced Personal Accomplishment 47,7% atau dapat disimpulkan burnout pada Pe-
Maslach menjelaskan adapun reduced ngajar TK sekolah “X” dipengaruhi oleh self-
personal accomplishment ditandai dengan adanya efficacy sebesar 47,7 % sedangkan sisanya
perasaan tidak puas terhadap diri sendiri, pekerjaan, dipengaruhi oleh faktor lain.
dan bahkan kehidupan, serta merasa bahwa ia Dari keseluruhan subjek, diketahui bahwa
belum pernah melakukan sesuatu yang bermanfaat. 21 subjek (52,5%) termasuk dalam kategori burn-
Hal ini mengacu pada penilaian yang rendah ter- out yang rendah, 19 orang (47,5%) termasuk dalam
hadap kompetensi diri dan pencapaian keberhasilan kategorisasi burnout yang tinggi. Hal ini dapat
diri dalam pekerjaan. Reduced personal accom- dikatakan bahwa sebagian besar subjek penelitian
plishment disebabkan oleh perasaan bersalah kare- memiliki tingkat burnout yang rendah.
na telah memperlakukan klien secara negatif. Pengajar yang memiliki burnout yang ren-
dah cenderung merasa nyaman bekerja di sekolah
Metode Penelitian (item no. 10) dan bersemangat dalam melakukan
Rancangan penelitian ini merupakan tugas sebagai pengajar TK (item no. 42). Dengan
penelitian kuantitatif yang bersifat non-eksperi- kata lain, pengajar yang mengalami burnout yang
mental. Metode penelitian yang digunakan adalah rendah cenderung merasa nyaman bekerja di
metode pendekatan kuantitatif dengan jenis sekolah dan bersemangat dalam melaksanakan
penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian tugasnya. Sebaliknya pengajar yang memiliki
ini adalah seluruh pengajar TK yang bekerja di burnout yang tinggi merasa tertekan saat harus
sekolah “X” di Jakarta yang berjumlah 40 orang. bekerja melayani murid (item no. 1) dan ingin
Uji validitas menggunakan validitas konstruk. Hasil mencari pekerjaan lain selain menjadi pengajar
analisa uji reliabilitas dengan menggunakan alpha (item no. 35). Dengan kata lain, pengajar yang
cronbach, diperoleh hasil bahwa nilai koefisien memiliki burnout yang cenderung tinggi merasa
reliabilitas self-efficacy setelah uji coba sebesar tertekan saat harus melayani murid dan ingin
(p)=0,978 (sangat reliabel) dan burnout sebesar mencari pekerjaan lain selain menjadi pengajar.
(p)=0,965 (sangat reliabel).

Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 57


Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Burnout Pada Pengajar Taman Kanak-Kanak Sekolah “X” Di Jakarta

Hal ini sejalan dengan penelitian Wardhani (2012) yang memiliki self-efficacy yang rendah akan
pada 458 pengajar SLB di Bandung menyatakan ke- cenderung menunjukkan perilaku yang mudah
tika pengajar mengalami ketidaknyamanan dan marah saat menghadapi murid-murid yang berm
merasakan situasi yang menekan maka individu asalah, tidak bersemangat untuk datang ke sekolah,
tidak mungkin dapat berfungsi dengan efektif. mudah mengeluh, membatasi diri dari pergaulan di
Perasaan tertekan menjadikan seseorang merasakan sekitarnya, menghindari tugas yang sulit. Hal
kecemasan, ketegangan, tidak dapat memusatkan tersebut dapat dilihat dari pernyataan beberapa
perhatian kepada pekerjaan. Kondisi ini diperkuat pengajar bahwa mereka sulit berkomunikasi dengan
oleh hasil kajian yang pernah dilakukan oleh Fejgin, murid TK, dan juga mereka bingung saat
Ephraty, & Sira (1995) yang membuktikan sebagian menghadapi komplain dari orangtua murid.
pengajar mengalami perasaan tertekan, sikap be- Dengan kata lain, pengajar yang memiliki
rang, murung, mengambil keputusan atau self-efficacy yang rendah meragukan kemampuan-
memikirkan untuk berhenti karena mengalami nya untuk untuk berkomunikasi dengan murid TK
tekanan. dan juga merasa bingung saat menghadapi komplain
Dari 40 orang subjek diketahui bahwa 21 dari orangtua murid. Hasil penelitian ini sejalan
subjek (52,5%) termasuk dalam kategori Self- dengan yang dikemukan oleh Hoy & Miskel (2008)
efficacy yang tinggi, sedangkan 19 orang (47,5%) bahwa pengajar yang memiliki self-efficacy yang
termasuk dalam kategorisasi Self-efficacy yang rendah akan merasa diri kurang mampu melaksa-
rendah. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian nakan pekerjaan, kurang mau berusaha dengan
besar subjek penelitian memiliki tingkat Self- keras dalam menghadapi tantangan dan mudah
efficacy yang tinggi. Pengajar TK yang memiliki menyerah. Pengajar yang berada pada kondisi self-
self-efficacy tinggi akan bersemangat untuk datang efficacy yang rendah akan meragukan kemampuan-
ke sekolah, bersikap ramah dan sabar kepada murid- nya dalam menghadapi tugas-tugasnya sebagai
muridnya terutama saat menghadapi tipe murid seorang pengajar di sekolah, mengalami kebingu-
yang berbeda, mencari cara untuk mengajar dengan ngan, pesimis serta merasa gugup saat harus
kreatif. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan berbicara dengan orangtua murid.
beberapa pengajar, yang menyatakan keyakinannya Berdasarkan beberapa data tambahan yang
untuk dapat melakukan tugasnya untuk mengajar merupakan faktor eksternal atau internal yang
murid dengan kreatif (item no. 2). Selain itu, mempengaruhi burnout subjek mengenai status
mereka juga menyatakan bahwa mereka juga yakin pernikahan, usia, pendidikan, dan jabatan subjek
akan kemampuannya dalam menghadapi orangtua yang di hitung dengan tabulasi silang dengan data
murid (item no. 20). Dengan kata lain, mereka yang yang penelit i dapatkan dari subjek, keempat faktor
memiliki self-efficacy yang tinggi dapat mencari diatas tidak memiliki hubungan yang signifikan
cara untuk mengajar murid dengan kreatif dan yakin dengan burnout pada Pengajar Taman Kanak-kanak
mampu menghadapi orangtua murid. sekolah “X”.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Moran &
Hoy (2001) bahwa pengajar yang memiliki tingkat Kesimpulan
self-efficacy yang tinggi akan lebih terbuka terhadap Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam
ide-ide baru yang kreatif untuk memenuhi kebu- penelitian ini maka dapat disimpulkan terdapat
tuhan para siswa, memiliki sedikit kritik terhadap hubungan negatif signifikan antara self-efficacy
siswa yang membuat kesalahan, menunjukkan dengan burnout pada pengajar TK sekolah “X” di
antusiasme dan komitmen yang besar dalam Jakarta. Hal ini mengandung pengertian semakin
mengajar, serta lebih tahan lama dalam mengajar. tinggi self-efficacy maka semakin rendah burnout
Skaalvik & Skaalvik (2009) juga menunjukkan pada pengajar TK sekolah “X” begitu juga semakin
bahwa self-efficacy pada pengajar akan meng- rendah self-efficacy maka semakin tinggi burnout
arahkan pengajar tersebut untuk mencari penye- pada pengajar TK sekolah “X” dan self-efficacy
lesaian masalah dari setiap hambatan yang dihadapi memberikan kontribusi terhadap burnout pada
dengan murid dan juga orangtua murid. Self-efficacy pengajar TK di sekolah “X” sebesar 47,7%
juga membantu pengajar untuk menentukan Berdasarkan hasil kategorisasi pada self-
seberapa besar usaha yang akan dikeluarkan dan efficacy diketahui bahwa responden dengan self-
berapa lama pengajar akan bertahan menghadapi efficacy tinggi (52,5%) lebih banyak bila dibanding-
kesulitannya. Ini juga dapat diartikan, saat pengajar kan dengan responden yang memiliki self-efficacy
tersebut mengalami kesulitan saat menjalankan rendah (47,5%). Sementara itu, hasil kategorisasi
tugasnya maka mereka akan mengeluarkan seluruh burnout responden memilki burnout rendah (52,5%)
usahanya dan akan tetap bertahan untuk mampu lebih banyak bila dibandingkan dengan responden
menyelesaikan kesulitannya. Sebaliknya pengajar yang memiliki burnout tinggi (47,5%).

Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 58


Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Burnout Pada Pengajar Taman Kanak-Kanak Sekolah “X” Di Jakarta

Berdasarkan gambaran faktor-faktor yang mem- Teaching and Teacher Education , Vol.
pengaruhi burnout yang diukur dalam penelitian ini, 23, p. 916-934., 2007
faktor lama bekerja, usia, status pernikahan,
pendidikan, dan jabatan tidak memiliki hubungan Hadi, S. Statistik. Yayasan Penerbitan Fakultas
yang signifikan dengan burnout. Psikologi UGM., 1982

Daftar Pustaka Hariadi, A. Gambaran Burnout Pada Perawat di


Azwar, S. Reabilitas dan validitas. Pustaka Belajar. Ruang Rawat Inap RSUD Berkah
Yogyakarta, 2004 Pandenglang. Fakultas Psikologi Esa
Unggul . 2010
Bandura, A. Exercise of Self Control. W.H Freeman
and Company. New York, 1997 Hawley, C. F. Cara Untuk Mendorong Setiap
Karyawan Berkinerja Bintang. Jakarta:
Bandura, A. Self Efficacy in Changing Society. Erlangga. Jakarta, 2007
Cambridge University Press. Cambride,
1995 Hoy, W., & Miskel, C. Educational Administration:
Theory, Research and Practise. New
Baron, R. A., & Byrne, D. E. Psikologi Sosial. York: Mcgraw Hill. New York, 2008
Erlangga. Jakarta, 2003
Ivancevich, J. M. Perilaku dan Manajemen
Beaty, J. J. Skills for Preschool Teachers. Pearson Organisasi. Jakarta: PT. Gelora Aksara
Education. New Jersey, 2012 Pratama. Jakarta, 2006

Chemmis, C. Staff Burnout: Job Stress in the Landy, F., & Conte, M. Work in 21st Century: An
Human Service. Sage Publications. Introduction to Industrial and
London, 1980 Organizational Pschology. New York:
McGraw Hill. New York, 2007
Citrawati, A. Burnout Pada Perawat Yang Bertugas
di Ruang Rawat Inap dan Ruang Rawat Maharani, D. R. Hubungan antara Self-Efficacy
Jalan di RSAB Harapan Kita. Fakultas dengan Burnout pada Guru Sekolah Dasar
Psikologi Universitas Esa Unggul . 2010 Negeri 'X" di Kota Bogor. Skripsi
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Cooper, C., Schabarcq, M., & Winnubust, J. . 2011
Handbook of Work and Health
Psychology. United States: John Wiley & Maslach, C., Schaufeli, W., & Leiter, M. Job
Sons Ltd., United States, 1996 Burnout. Annual Review of Psychology
Vol. 52 , 397-422.
Dorman, J. Testing a Model for Teacher Burnout.
Australian Journal of Educational & Milson, A. Teachers' sense of efficacy for the
Development Psychology , Vol. 3, 35- formation of students' character. Journal
47.2003 of Research in Character Education , 89-
106. 2003
Farber, B. A. Crisis in Education, Stress and
Burnout in the American Teacher. San
Fransisco: Jossey Bass., San Fransisco, Moran, M. T., & Hoy, A. W. Teacher Efficacy:
1991 Capturing and Elusive Construct.
Teaching and Teacher Education , 17,
Fejgin, N., Ephraty, N., & Sira, K. B. Work 783-805. 2001
Environmentt and Burnout of Physical
Education Teachers. Journal of Teaching Permatasari, A. Hubungan Antara Self-Efficacy
Physical Education , 64-78. 1995 dengan Stres Pada Mahasiswa yang
sedang Menyusun Skripsi di Semester
Fives, H., Hamman, D., & Olivarez, A. Does Ganjil 2013/2014. Fakultas Psikologi Esa
Burnout Begin With Student-teaching? Unggul . 2014
Analyzing Efficacy, Burnout, and Support
during the student-teaching semester.

Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 59


Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Burnout Pada Pengajar Taman Kanak-Kanak Sekolah “X” Di Jakarta

Pines, A., & Aronson, E. Career Burnout: Causes Wardhani, D. T. Burnout di Kalangan Guru
and cures. New York: The Free Press. Pendidikan Luar Biasa di Kota Bandung.
New York, 1998 Jurnal Psikologi Universitas Dipenogoro ,
Vol. 11, Hal. 73-83. 2012
Puspitasari, D. A., & Handayani, M. M. Hubungan
Tingkat Self-Efficacy Guru dengan Widyanti, E. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap
Tingkat Burnout pada Guru Sekolah Burnout Pada Guru. Jurnal Psikologi ,
Inklusif di Surabaya. Jurnal Psikologi Vol. 5, 77-87. 2007
Pendidikan dan Perkembangan , Vol. 3,
59-67. 2014 Woolfolk. Educational Psychology. Boston:
Pearson Education Inc. 2004
Rahman, U. Mengenal Burnout Pada Guru. Lentera
Pendidikan , No.2, 216-227. 2007 Wulansari, C. Hubungan Antara Sikap Terhadap
Beban Kerja dengan Kepuasan Kerja Guru
Randan, A. Hubungan Antara Self Efficacy Belief TK. Fakultas Psikologi Universitas
Dengan Goal Orientation Pada Guru Katholik Soegijapranata. 2008
Sekolah Minggu. Skripsi Fakultas
Psikologi Universitas Gunadarma, Jakarta, Yulianto, A. Diktat Pengantar Psikometri. Tidak
2008 diterbitkan. 2005

Santrock, J. W. Life-Span Development. Jakarta: Zimmerman, B., & Schunk, D. H. Educational


Erlangga. 2002 Psychology: a Century Contribution.
USA: Lawrence Erlbaum Associaties, Inc,
Schunk, D. H., & Pajares, F. The Development of Publishers. 2003
Academic Self-Efficacy. In A. W. (Eds.,
Development of achievement motivation
(pp. 16-31). San Diego: Academic Press,
2002.

Schwarzer, R., & Hallum, S. Perceived teacher self-


efficacy as a predictor of job stress and
burnout: Mediation Analyses. Applied
psychology: an international review Vol.
57 , 151-171. 2008

Skaalvik, E. M., & Skaalvik, S. Teacher self-


efficacy and teacher burnout: A study of
relation. Teaching and Teacher
Education, 1059-1069. 2009

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif


dan R&D. Bandung: Alfabeta. Bandung,
2009

Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan.


Bandung: Remaja Rosdakarya. Bandung,
2006

Supranto, J. Statistik: Teori dan Aplikasi (7th ed.).


Jakarta: Erlangga. Jakarta, 2011

Sutjipto. Apakah Anda Mengalami Burnout?


Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia. 2001

Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 60

Anda mungkin juga menyukai