Anda di halaman 1dari 3

Jawab: 2. Untuk menyusun Surat Memori Peninjauan Kembali (PK) dibutuhkan data sebagai berikut: a.

Copy Surat Keberatan; b. Copy Surat Banding; c. Copy skp; d. Copy Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP).

Dasar Hukum pengajuan permohonan Peninjauan Kembali : a. Pasal 77 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak (3). Pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali atas putusan Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung. b. Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak (1). Permohonan peninjauan kembali ssebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (3) hanya dapat diajukan 1 (satu) kali kepada Mahkamah agung melalui Pengadilan Pajak. c. Pasal 91 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak Permohonan peninjauan kembali hanya dapat diajukan berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut: a) Apabila putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudianoleh hakim pidana dinyatakan palsu; b) Apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan, yang apabila diketahui pada tahap persidangan di Pengadilan Pajak akan menghasilkan putusan yang berbeda; c) Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut, kecuali yang diputus berdasarkan Pasal 80 ayat (1) huruf b dan c; d) Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya; atau e) Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. d. Pasal 92 ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak (1) Pengajuan permohonan peninjauan kembali berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 huruf a dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3

(tiga) bulan terhitung sejak diketahuinya kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan Hakim pengadilan pidana memperoleh kekuatan hokum tetap. (2) Pengajuan permohonan peninjauan kembali berdasarkan alas an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 huruf b dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitungsejak ditemukan surat-surat bukti yang hari dan tanggal ditemukannya harus dinyatakan di bawah sumpah dan disahkan oleh pejabat yang berwenang. (3) Pengajuan permohonan peninjauan kembali berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud Pasal 91 huruf c, huruf d dan huruf e dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak putusan dikirim.

Setelah saya membaca dan mempelajari Putusan Banding saya menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1) Sisa koreksi sengketa yang masih dipertahankan oleh Pengadilan Pajak, yang akan diajukan peninjauan kembali adalah sebesar Rp10.293.066.112,-. 2) Alasan Pemohon Banding(Wajib Pajak): sisa sengketa tersebut bukanlah jasa yang merupakan objek PPh Pasal 23 sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-170/PJ./2002 tentang Jenis Jasa Lain dan Perkiraan Penghasilan Netto beserta unsure PPN-nya. 3) Alasan Terbanding(DJP) dan Pengadilan Pajak : sisa sengketa tersebut termasuk dalam Jasa Manajemen yang merupakan objek PPh Pasal 23 sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-170/PJ./2002 tentang Jenis Jasa lain dan Perkiraan Penghasilan Neto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000. 4) Seluruh data, fakta, dan argument dari Pemohon Banding(Wajib Pajak) telah diakomodir dan dipertimbangkan dalam persidangan di Pengadilan Pajak, sehingga tidak ada lagi data baru(Novum) yang belum terungkap maupun diabaikan dalam hasil putusan. 5) Setelah mempelajari pokok sengketa dan hasil putusan banding disimpulkan bahwa tidak ada alasan yang dapat digunakan untuk dasar pengajuan permohonan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud Pasal 91 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak. 6) Sehingga apabila tetap dipaksakan untuk mengajukan permohonan peninjauan kembali, maka probabilitas kemenangannya sangat kecil atau tipis.

3. Ada kemungkinan atas sengketa tersebut, pihak Terbanding(DJP) maupun pihak Pemohon Banding (Wajib Pajak) sama-sama mengajukan peninjauan kembali. Hal tersebut wajar dan merupakan hak masing-masing pihak. Namun pengajuan peninjauan kembali oleh masing-masing pihak harus dilakukan secara selektif atau harus mempunyai alasan-alasan sangat kuat dan harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak.

Anda mungkin juga menyukai