Anda di halaman 1dari 39

DENIS UCHILD SETIANTO

NANDA KABUTO DARMAWAN

MAWARIS
Ajaran Islam merupakan ajaran yang bersifat universal atau ROHMATAN LILALAMIN .Artinya Islam mengatur semua aspek kehidupan, ter masuk aspek IBADAH dan MUAMALAH. Pada aspek ibadah Islam tidak hanya mengatur masalah ibadah sholat, zakat, puasa atau ibadah haji saja,tetapi juga yang menyangkut aspek-aspek lain,termasuk tata cara pembagian harta pusaka atau warisan,yang dalam ilmu fiqih disebut FARAID

KETENTUAN MAWARIS
Seseorang dapat menerima harta warisan dari orang yang meninggal dunia dikarenakan :
1. 2. 3. 4.

Nasab atau adanya pertalian darah dengan orang yang meniggal Pernikahan,seseorangmenjadi ahli waris karena terikat hukum nikah sebagai suami atau isteri Wala,yaitu seseorang yang memerdekakan hamba sahaya Ada pertalian agama

Apabila seseorang hidup sebatang kara dan tidak memiliki ahli waris, maka warisannya jatuh ke BAITUL MAL

ORANG-ORANG YANG TIDAK BERHAK MENERIMA WARISAN


1.
2.

3.
4. 5.

Hamba sahaya karena tidak mampu mengelola harta waris (QS An Nahl :75) Pembunuhan, orang yang membunuh tidak dapat hak waris dari orang yang dibunuhnya Murtad, orang yang kembali kekufuran tidak berhak menerima harta warisan Kafir, yaitu ahli waris yang kafir tidak berhak menerima harta waris Ahli waris yang tidak jelas alamatnya

Syarat berlakunya pewarisan


Ada 3: 1. Adanya yang meninggal dunia, baik secara hakiki atau hukmi. 2. Adanya harta warisan. 3. Tidak penghalang untuk menerima harta warisan.

HARTA PUSAKA SEBELUM DIWARISKAN


Harta pusaka baru boleh dibagikan kepada ahli waris

apabila telah memenuhi hak-hak orang yang meninggal dunia.

Hak- hak yang harus dipenuhi adalah : 1. Biaya perawatan selama yang wafat sakit 2. Biaya pengurusan jenazah 3. Utang-piutang orang yang wafat harus dilunasi lebih

dulu 4. Keluarkan zakatnya apabila telah memenuhi nisab dan haul 5. Keluarkan wasiatnya apabila berwasiat

CONTOH HARTA PENINGGALAN YANG SIAP DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS


1. 2. 3. 4. 5. 6.

Besarnya harta peninggalan Besarnya biaya selama sakit Besarnya utang-piutang Zakat Wasiat Biaya pengurusan jenazah

Rp.150.000.000,00 Rp. 2.500.000,00 Rp. 3.000.000,00 Rp. 3.750.000,00 Rp. 5.000.000,00 Rp. 1.750.000,00

Jadi harta waris yang dibagikan adalah

Rp.150.000.000,00 dikurangi jumlah yang harus dikeluarkan Rp.16.000.000,00, sisanya adalah Rp. 134.000.000,00

AHLI WARIS
AHLI WARIS DARI PIHAK LAKI-LAKI (15) :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Anak laki-laki Cucu laki-laki dari anak laki-laki terus ke bawah Bapak Kakek dari bapak dan terus ke atas Saudara laki-laki sekandunh Saudara laki-laki sebapak Saudara laki-laki seibu Anak laki-laki dari saudara laki-laki yan seibu sebapak Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak Paman sekandung Paman sebapak Anak laki-laki paman sekandung Anak laki-laki paman sebapak Suami Laki laki yang memerdekakan sahaya

AHLI WARIS DARI PIHAK PEREMPUAN ( 10 ) :


1. 2.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Anak perempuan Anak perempuan dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah Ibu Nenek dari pihak bapak terus ke atas Nenek dari pihak ibu terus e atas Saudara perempuan seibu sebapak Saudara perempuan sebapak Saudara perempuan seibu Isteri Perempuan yang memerdekakan sahaya

KETENTUAN PEMBAGIAN WARISAN


1.
2. 3. 4. 5. 6.

Ahli waris yang mendapat bagian (seperdelapan) Ahli waris yang mendapat bagian (seperenam) Ahli waris yang mendapat bagian (seperempat) Ahli waris yang mendapat bagian (sepertiga) Ahli waris yang mendapat bagian (seperdua) Ahli waris yang mendapat bagian (duapertiga)

Skema ahli waris


Kakek
dari ibu

Nenek
dari ayah

Kakek
dari ayah

Ibu
1/6 1/3

Ayah
1/6 Muwarits
Laki-laki

Paman
seayah ibu

Paman
seayah

ashabah

Istri
1/4 1/8

Anak

Anak

ashabah

Saudari
seayah ibu ashabah

Saudara
seayah ibu ashabah

Saudari
seayah ashabah

Saudari
seayah ibu ashabah

Perempuan

Anak

Anak
Laki

Anak
laki ashabah

Anak
laki ashabah

2/3 1/2

ashabah

Perempuan

Anak

Anak
Laki

2/3 1/2

ashabah

Ahlul Ashabah
Ahlul Ashabah ialah ahli waris yang berhak menghabiskan harta atau semua sisa harta itu. Ahlul Ashabah terbagi 3, yaitu : 1. Ashabah Binafsi, yaitu ahli waris yang langsung menjadi ashabah tanpa disebabkan oleh orang lain. Urutannya sebagai berikut : a. anak laki-laki f. anak saudara laki-laki sekandung b. cucu laki-laki dari anak laki-laki g. anak saudara laki-laki sebapak c. Bapak h. saudara laki-laki kandung dengan bapak d. kakek dari pihak bapak i. saudara laki-laki sebapak dengan bapak e. saudara laki-laki sekandung j. anak laki-laki paman sekandung bapak

2. Ashabah Bilghair, yaitu orang-orang perempuan

yang menjagi ashabah harus dibawa oleh orang lain. a. saudara perempuan laki-laki. b. saudara perempuan cucu laki-laki dari anak lakilaki. c. saudara perempuan kandung. d. saudara perempuan sebapak.

3. Ashabah Maalghair yaitu, ahli ashabah yang

memperoleh ashabah itu bersama dengan orang lain. Ini dibagi dua yaitu ;

a. saudara perempuan sekandung ( seorang atau lebih ). b. saudara perempuan sebapak ( seorang atau lebih ).

Zawil arham
Zawil arham adalah keluarga yang mendapat warisan atas nama keluarga. Adapun yang termasuk zawil arham adalah ; 1. cucu ( laki-laki atu perempuan ) dari anak perempuan. 2. anak laki-laki dan anak perempuan dari cucu perempuan. 3. kakek ( bapak dari ibu ) 4. memek dari pihak kakek 5. anak perempuan dari saudara laki-laki kandung, sebapak atau seibu. 6. anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu. 7. anak laki-laki dan anak perempuan dari saudara perempuan kandung, sebapak atau seibu. 8. bibi ( saudara perempuan dari bapak ) dan saudara perempuan dari kakek. 9. paman yang seibu dengan bapak dan saudara laki-laki yang seibu dengan kakek. 10. saudara laki-laki dan saudara perempuan dari ibu. 11. anak perempuan paman. 12. bibi dari pihak ibu.

Hijab
Hijab secara harfiyah berarti satir, penutup atau

penghalang. Dalam fikih mawaris, istilah hijab digunakan untuk menjelaskan ahli waris yang jauh hubungan kekerabatannya yang kadang-kadang atau seterusnya terhalang oleh ahli waris yang lebih dekat. Orang yang menghalangi disebut hajib, dan orang yang terhalang disebut mahjub. Keadaan menghalangi disebut hijab.

Hijab ada dua, pertama hijab nuqsan; yaitu

menghalangi yang berakibat mengurangi bagian ahli waris yang mahjub, seperti suami, seharusnya menerima bagian 1/2, karena bersama anak perempuannya, bagiannya terkurangi menjadi 1/4. Ibu sedianya menerima 1/3, karena bersama anak maka bagiannya menjadi 1/6. Kedua hijab, hirman yaitu menghalangi secara total. Hak-hak waris seseorang yang mahjub terhalang sama sekali dengan adanya ahli waris yang menghijab. Misalnya saudara perempuan sekandung semula berhak menerima bagian 1/2, tetapi karena bersama anak laki-laki, menjadi terhalang/tertutup sama sekali. Saudara seibu sedianya menerima 1/6, karena bersama dengan anak perempuan, menjadi terhalang/tertutup sama sekali untuk menerima warisan.

Berikut rincian hajib-mahjub dan perubahan bagiannya :


a. Hijab Nuqsan
menghalangi yang berakibat mengurangi bagian ahli waris yang mahjub Keterangan : Ahli waris nenek jika tidak mahjub oleh ibu, atau bapak, mendapat 1/6 (kedudukannya hampir sama dengan ibu). Begitu juga kakek, jika tidak ada ayah, kedudukannya sama dengan ayah, kecuali dalam masalah aljadd maal ikhwah.

b. Hijab Hirman
Ahli waris yang terhalang secara total oleh ahli waris lain :

1. Kakek, terhalang oleh : ayah 2. Nenek dari ibu, terhalang oleh : ibu 3. Nenek dari ayah, terhalang oleh : ayah ibu 4. Cucu laki-laki garis laki-laki terhalang oleh : anak laki-laki 5. Cucu perempuan garis laki-laki terhalang oleh : anak laki-laki anak perempuan dua orang atau lebih

6. Saudara sekandung (laki-laki/perempuan) terhalang oleh : anak laki-laki cucu laki-laki ayah 7. Saudara seayah (laki-laki/perempuan) terhalang oleh : anak laki-laki cucu laki-laki ayah saudara sekandung laki-laki saudara sekandung perempuan bersama anak/cucu perempuan 8. Saudara seibu (laki-laki/perempuan) terhalang oleh : anak laki-laki dan anak perempuan cucu laki-laki dan cucu perempuan ayah kakek 9. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung terhalang oleh : anak laki-laki cucu laki-laki ayah atau kakek saudara laki-laki sekandung atau seayah saudara perempuan sekandung atau seayah yang menerima asabah maal ghair 10. Anak laki-laki saudara seayah terhalang oleh : anak laki-laki atau cucu laki-laki ayah atau kakek saudara laki-laki sekandung atau seayah anak laki-laki saudara laki-laki sekandung saudara perempuan sekandung atau seayah yang menerima asabah maal ghair

11. Paman sekandung terhalang oleh : anak atau cucu laki-laki ayah atau kakek saudara laki-laki sekandung atau seayah anak laki-laki saudara laki-laki sekandung atau seayah saudara perempuan sekandung atau seayah yang menerima asabah maal ghair 12. Paman seayah terhalang oleh : anak atau cucu laki-laki ayah atau kakek saudara laki-laki sekandung atau seayah anak laki-laki saudara laki-laki sekandung atau seayah saudara perempuan sekandung atau seayah yang menerima asabah maal ghair paman sekandung 13. Anak laki-laki paman sekandung terhalang oleh : anak atau cucu laki-laki ayah atau kakek saudara laki-laki sekandung atau seayah anak laki-laki saudara laki-laki sekandung atau seayah saudara perempuan sekandung atau seayah yang menerima asabah maal ghair paman sekandung atau seayah 14. Anak laki-laki paman seayah terhalang oleh : anak atau cucu laki-laki ayah atau kakek saudara laki-laki sekandung atau seayah anak laki-laki saudara laki-laki sekandung atau seayah saudara perempuan sekandung atau seayah yang menerima asabah maal ghair paman sekandung atau seayah

Menjawab Perhitungan Warisan

faraidh adalah hukum syari'at Islam mengenai warisan dan pusaka yang dimana terdapat furudhul muqaddarah (kadar pusaka), ashabul fardh (ahli waris), dan fardh (warisan) furudhul muqaddarah ( ) adalah kadar warisan bagi setiap ahli waris, sebelumnya, silahkan anda membaca dulu Fiqh Faraidh dan bacalah dalil-dalil Al-Qur'an tentang ahli waris... dari semua jumlah ahli waris laki-laki dan perempuan, sudah Allah tetapkan 6 kadar, yaitu: 2/3, 1/2, 1/3, 1/4, 1/6, dan 1/8

jika kita deretkan, akan muncul deretan yang indah dari pembagian tersebut,
U1 = 2/3, U2 = 1/2, dan Un = 1/2 x Un-2, 2 < n < 8; n bilangan asli ini bisa menjadi ide dasar barisan rekursif dan pembahasan konvergensinya... kadar merupakan bilangan rasional, yaitu bilangan dalam bentuk pecahan a/b, a sebagai pembilang dan b sebagai penyebut... sedangkan 'aul, 'aul adalah bertambahnya jumlah bagian fardh dan berkurangnya nashib (bagian) para ahli waris... fardh adalah warisan yang diterima sesuai furudhul muqaddarah... 'AUL adalah kelebihan jumlah warisan yang diterima oleh ahli waris sesuai kadarnya dalam Al-Qur'an... 'aul terjadi karena kecacatan dalam jumlah ahli waris (ashabul fardh).. pada masa Rasulullah -sholallahu alaihi wassalam- sampai masa kekhalifahan Abu Bakar -rahiyallahu anhu- Ash-Shiddiq kasus 'aul atau penambahan tidak pernah terjadi..masalah 'aul pertama kali muncul pada masa khalifah 'Umar bin Khathab -rahiyallahu anhu, Ibnu Abbas berkata: "Orang yang pertama kali menambahkan pokok masalah (yakni 'aul) adalah 'Umar bin Khathab! Dan hal itu ia lakukan ketika fardh yang harus diberikan kepada ahli waris bertambah banyak"...ketika ditemui kasus kelebihan sehingga berat sebelah ini dipersidangkan di depan 'Amirul Mu'minin ('Umar), 'Umar berkata: "tambahkanlah hak para ashhabul furudh akan fardh-nya!"... mudahnya, membuang uang abstrak yang memang abstrak (immateriil) untuk masing-masing ahli waris... para sahabat menyepakati langkah tersebut, dan menjadilah hukum tentang 'aul (penambahan) fardh ini sebagai keputusan yang disepakati seluruh sahabat Nabi.SAW...

angka yang dapat di'aulkan adalah 6, 12, dan 24... YANG MENARIK DARI 'AUL ADALAH 'AUL MUNCUL PERTAMA KALI DI MASA 'UMAR, SEDANGKAN DI MASA KEPEMIMPINAN NABI MUHAMMAD.SAW DAN ABU BAKAR, TIDAK DITEMUI KASUS 'AUL SAMA SEKALI.... INTINYA ADALAH ====> 'AUL TERJADI KARENA "KECACATAN JUMLAH AHLI WARIS -----------------------------------------------------------------------------------------kita ambil sebuah contoh kasus: harta waris mayt: Rp 30.000.000,00 ahli waris: suami, 2 saudara perempuan, dan ibu (berarti tidak memiliki anak) * suami (tidak memiliki anak) mendapat 1/2, dalil: "DAN BAGIMU (SUAMI-SUAMI) SEPERDUA DARI HARTA YANG DITINGGALKAN OLEH ISTRI-ISTRIMU, JIKA MEREKA TIDAK MEMPUNYAI ANAK. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun" (QS An-Nisa': 12) * 2 saudara perempuan mendapat 2/3, dalil: "Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah : "Allah memberi fatwa

kepadamu tentang kalalah (yaitu) : jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; TETAPI JIKA SAUDARA PEREMPUAN ITU DUA ORANG, MAKA BAGI KEDUANYA DUA PERTIGA DARI HARTA YANG DITINGGALKAN OLEH YANG MENINGGAL. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (QS An-Nisa': 176) * ibu mendapat 1/6, dalil: "Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; JIKA YANG MENINGGAL ITU MEMPUNYAI BEBERAPA SAUDARA, MAKA IBUNYA MENDAPAT SEPERENAM. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anakanakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfa'atnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (QS An-Nisa': 11) dalam kasus seperti ini, jika kita hitung secara operasi aljabar sederhana sbb; harta waris mayt = 30.000.000,00 jumlah seluruh harta= 15.000.000,00 + 20.000.000,00 + 5.000.000,00 = 40.000.000 maka akan mendapat kelebihan (defisit) Rp 10.000.000,00 (40.000.000,00 - 30.000.000,00), inilah 'aul...

KELEBIHAN DALAM PEMIKIRAN bagi mereka ADALAH KECACATAN AL-QUR'AN, PADAHAL KELEBIHAN ITU DISEBABKAN KECACATAN JUMLAH AHLI WARIS..
AHLI WARIS YANG NORMAL ADALAH: 1. LAKI-LAKI: (1) anak laki-laki, (2) cucu laki-laki (dari anak laki-laki), (3) bapak, (4) kakek (dari pihak bapak), (5) saudara kandung laki-laki, (6) saudara laki-laki seayah, (7) saudara laki-

laki seibu, (8) anak laki-laki dari saudara kandung laki-laki, (9) anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu, (10) paman (saudara kandung bapak), (11) paman (saudara bapak seayah), (12) anak laki-laki dari paman (saudara kandung ayah), (13) anak laki-laki paman seayah, (14) suami, (15) laki-laki yang memerdekakan budak. JIKA NOMER (1) - (3) MASIH ADA, MAKA CUKUP (1) - (3) MENJADI AHLI WARIS, BEGITU SETERUSNYA BILA MEREKA TIDAK ADA BERLANJUT KE (4) - (15)... 2. PEREMPUAN: (1) anak perempuan, (2) ibu, (3) anak perempuan (dari keturunan anak laki-laki), (4) nenek (ibu dari ibu), (5) nenek (ibu dari bapak), (6) saudara kandung perempuan, (7) saudara perempuan seayah, (8) saudara perempuan seibu, (9) istri, (10) perempuan yang memerdekakan budak. JIKA NOMER (1) - (5) MASIH ADA, MAKA CUKUP (1) -(5) MENJADI AHLI WARIS, BEGITU SETERUSNYA BILA MEREKA TIDAK ADA BERLANJUT KE (6) - (10)... JIKA PIHAK LELAKI (1)-(3) MASIH ADA DAN JUGA PIHAK PEREMPUAN (1)-(5) MASIH ADA, MAKA CUKUP AMBIL 1 LAKI-LAKI DAN 2 PEREMPUAN.... JIKA TIDAK LENGKAP, MAKA DARI ITU DISINILAH "KECACATAN JUMLAH AHLI WARIS" YANG BISA MENYEBABKAN "KELEBIHAN" ATAU 'AUL......... ------------------------------------------------------------------------------------------Rebecca (FFI) dengan sempitnya mengatakan: --------jumlah seluruh harta= 15.000.000,00 + 20.000.000,00 + 5.000.000,00 = 40.000.000 ----> LOH, KOK KELEBIHAN?? --------mari kita bahas! suami: 1/2 2 saudara perempuan: 2/3 ibu: 1/6 sebelum itu, kita harus pahami maksud ayat tersebut, Allah menyebutkan "dari harta yang ditinggalkan" BUKAN "dari nilai harta yang ditinggalkan" maka, jika kita menjumlahkan 1/2 + 2/3 + 1/6 = lebih dari 1 memang salah total, sebab HASILNYA TIDAK HARUS DAN TIDAK MUNGKIN 1... karena, harta yang ditinggalkan si mayt TIDAK HANYA UANG SEJUMLAH Rp 30.000.000,- dan jangan lupa, seseorang mati hanya membawa kain kafan, maka harta yang diwariskan selain uang bisa rumah, mobil, hp, BAHKAN CELANA DALAM SEKALIPUN....

ingat, 1/2, 2/3, dan 1/6 hanya konstanta, BUKAN koefisien bilangan dari suatu variabel, mengingat firman Allah adalah "harta yang ditinggalkan" BUKAN "nilai harta yang ditinggalkan yaitu uang".. sebagai illustrasi, lihat contoh ketiga persamaan di bawah ini: A. 1/2 + 2/3 + 1/6 = 4/3 ini adalah konstanta... B. 1/2 x + 2/3 x + 1/6 x = 4/3 x ini koefisien dari x... bagaimana dengan ini: C. 1/2 x + 2/3 x + 1/6 x = 1y ini koefisien dengan variabel lebih dari satu (x dan y), dan jumlah (1/2 x + 2/3 x + 1/6 x) tidak harus 1 (satu)... persamaan A semua bilangannya hanya konstanta, persamaan B mempunyai koefisien bilangan yaitu 1/2, 2/3, 1/6, dan 4/3, dan hanya ada satu variabel parameter yaitu "x", persamaan C, mempunyai koefisien bilangan yaitu 1/2, 2/3, 1/6, dan 4/3, ada 2 variabel parameter x dan y; boleh x = y atau x y... persamaan A, B, dan C sah-sah saja, TAPI DALAM KONTEKS KASUS INI, persamaan A MUTLAK tidak berguna... persamaan B sudah mendekati TAPI DALAM KONTEKS FARAIDH TIDAK MASUK AKAL, ya jangan dipergunakan, sebab ini pembuktian empiris... persamaan C bagaimana? coba kita perhatikan lagi firman Allah di atas: AN-NISA':12 "Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak" AN-NISA':176 "tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal" AN-NISA': 11 "Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam" semua bagian disebutkan dan diikuti dengan kata-kata yang diulang-ulang: "dari harta yang ditinggalkan"... berarti tiap-tiap "nilai bagian", melekat erat dengan "harta yang

ditinggalkan".. (Tiap-tiap koefisien bilangan berdampingan dengan parameter x), jadi bukan 1/2, 2/3, 1/6 dst, melainkan tepatnya adalah 1/2 x, 2/3 x, 1/6 x dst (dimana x adalah Satuan Unit harta yang ditinggalkan)... perhatikan awal kalimat dalam surat An-Nisa':11 di atas: "Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.." ini artinya adalah pembagian "pusaka" BAGI KETURUNANMU yang dalam hal ini adalah "anak-anakmu"... jadi di dalam Firman Allah di atas, pusaka, harta, pemberi waris, dan penerima waris merupakan komponen yang terletak di dalam konsep Integral (Anti-Turunan) dan Differensial (Turunan)... ------------------------------------------------------------------------------------------INTEGRAL Integral adalah kontra dari Differensial, terbagi atas 2 cabang dasar, Integral Tertentu (dengan batasan) dan Integral Tak Tentu (tanpa batasan), tentunya Integral Tak Tentu yang akan dibahas.. rumus aljabar integral tak tentu sbb: f(x) dx = f'(x) + C ax dx = a/n+1 x + C; n 1 keterangan: = + (plus) dalam bentuk pangkat -soalnya ga ada nih di insert table plus pangkat, hehe..n = pangkat x.. a = konstanta.. x = variabel (peubah).. C = konstanta pembantu..

DIFFERENSIAL
Differensial adalah Turunan (Derivatif ), rumus aljabar turunan sbb: y = x y' = nx keterangan: n = pangkat x.. x = variabel (peubah)

telah diketahui,

ditinggalkan".. (Tiap-tiap koefisien bilangan berdampingan dengan parameter x), jadi bukan 1/2, 2/3, 1/6 dst, melainkan tepatnya adalah 1/2 x, 2/3 x, 1/6 x dst (dimana x adalah Satuan Unit harta yang ditinggalkan)... perhatikan awal kalimat dalam surat An-Nisa':11 di atas: "Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.." ini artinya adalah pembagian "pusaka" BAGI KETURUNANMU yang dalam hal ini adalah "anak-anakmu"... jadi di dalam Firman Allah di atas, pusaka, harta, pemberi waris, dan penerima waris merupakan komponen yang terletak di dalam konsep Integral (Anti-Turunan) dan Differensial (Turunan)... ------------------------------------------------------------------------------------------INTEGRAL Integral adalah kontra dari Differensial, terbagi atas 2 cabang dasar, Integral Tertentu (dengan batasan) dan Integral Tak Tentu (tanpa batasan), tentunya Integral Tak Tentu yang akan dibahas.. rumus aljabar integral tak tentu sbb: f(x) dx = f'(x) + C ax dx = a/n+1 x + C; n 1 keterangan: = + (plus) dalam bentuk pangkat -soalnya ga ada nih di insert table plus pangkat, hehe..n = pangkat x.. a = konstanta.. x = variabel (peubah).. C = konstanta pembantu..

DIFFERENSIAL
Differensial adalah Turunan (Derivatif ), rumus aljabar turunan sbb: y = x y' = nx keterangan: n = pangkat x.. x = variabel (peubah)

telah diketahui,

y = Pusaka... x = Satuan unit "harta yang ditinggalkan"...

y = Pusaka (Integral dari Harta)


maka: dy/dx = Harta yang ditinggalkan/diturunkan untuk anak-anakmu = turunan atau differential dari y terhadap x, F(x) = Persamaan fungsi dari Harta yang ditinggalkan (Pusaka yang diturunkan), sesuai contoh kasus di atas dimana: F(x) = 1/2 x + 2/3 x + 1/6 x

jadi:
dy/dx = F(x) dy/dx = F(x) 1 dy = F(x) dx y + C = F'(x) + C123

subtitusikan: karena F(x) = 1/2 x + 2/3 x + 1/6 x, maka: dy/dx = (1/2 x + 2/3 x + 1/6 x) 1 dy = (1/2 x + 2/3 x + 1/6 x) dx 1 dy = ( 1/2 x dx ) + ( 2/3 x dx ) + ( 1/6 x dx ) --------------1. 1/2 x dx = 1/2 / 1+1 x + C = 1/2 / 2 x + C = 1/2.1/2 x + C = 1/4 x + C (C adalah C1) 2. 2/3 x dx = 2/3 / 1+1 x + C = 2/3 / 2 x + C = 2/3.1/2 x + C = 2/6 x + C = 1/3 x + C (C adalah C2) 3. 1/6 x dx = 1/6 / 1+1 x + C = 1/6 / 2 x + C = 1/6.1/2 x + C = 1/12 x + C (C adalah C3) --------------y + C = (1/4 x + C1) + (1/3 x + C2) + (1/12 x + C3) y + C = (3/12 x + C1) + (4/12 x + C2) + (1/12 x + C3)

(lihat persamaan di atas y + C = F'(x) + C123, C123 = C1+C2+C3) C, C1, C2, C3 adalah arbitrary constanta (konstanta pembantu), apabila C = C1 = C2 = C3 = 0 y = (3/12 x) + (4/12 x) + (1/12 x) y = 8/12 x y = 2/3 x (fungsi non-linier) subtitusi y dengan nilai warisan dari contoh di atas: 30 jt = 2/3 x dimana y = 30 jt x = 45 jt x = 45 jt 6708,20 (pembulatan untuk memudahkan pemahaman) ( adalah satuan unit harta yang ditinggalkan) subtitusikan nilai x ke dalam masing-masing persamaan y + C = (3/12 x + C1) + (4/12 x + C2) + (1/12 x + C3) atau,

y + C = (3/12 (6708,20)+ C1) + (4/12 (6708,20 ) + C2) + (1/12 (6708,20) + C3)


apabila C = C1 = C2 = C3 = 0 y = 3/12 (45jt) + 4/12 (45JT) + 1/12 (45JT) y = 11.250.000 + 15.000.000 + 3.750.000 = 30.000.000 TIDAK BERLEBIH, PAS... sehingga,

- Suami mendapat Rp 11.250.000,- 2 Saudara Perempuan Rp 15.000.000,- Ibu Rp 3.750.000,apabila asumsi C, C1 atau C2 atau C3 tidak nol, maka berarti ada pihak lain penerima waris yaitu fakir miskin, anak yatim dan atau pihak kerabat. C dan C1 + C2 + C3 = fakir miskin + anak yatim + pihak kerabat (dan boleh nol)... -------------------------------------------------------------------------------------------

jika di atas berdasarkan tafsir "DARI HARTA YANG DITINGGALKAN", maka bagaimana jika kita uji berdasarkan metode yang dipakai Khalifah 'Umar.ra yaitu pengoperasian aljabar sederhana:

harta waris mayt = 30.000.000,00 jumlah seluruh harta= 15.000.000,00 + 20.000.000,00 + 5.000.000,00 = 40.000.000 kelebihan (defisit) Rp 10.000.000,00 (40.000.000,00 - 30.000.000,00) defisit ini juga diwariskan dan setiap ahli waris mendapat jumlah defisit sesuai perbandingan bagian hak warisnya, tapi bagaimana cara mewariskan defisit sementara defisit ini abstrak, ghaib... lalu, 1/2, 2/3, 1/6, KPK 2, 3, 6 adalah 6, 1/2 menjadi 3/6 2/3 menjadi 4/6 1/6 menjadi 1/6 hasil 3/6 + 4/6 + 1/6 = 8/6 ambil seluruh pembilang... naikkan 6 menjadi 8... cara menaikkan dengan rasio: suami : 2 saudara perempuan : Ibu

1/2 : 2/3 : 1/6


3 : 4 : 1 (pembilang masing-masing), 3 + 4 + 1 = 8 (penyebut seluruhnya, jadi 8) pembilang tersebut juga bisa dicari lewat perkalian 6 sesuai KPK: 1/2 x 6 = 3 2/3 x 6 = 4 1/6 x 6 = 1 jadi, 3/8 kadar defisit suami 4/8 kadar defisit saudara perempuan 1/8 kadar defisit ibu defisit suami = 3/8 dari 10.000.000,00 = 3.750.000,00

defisit 2 saudara perempuan = 4/8 dari 10.000.000,00 = 5.000.000,00

defisit ibu = 1/8 dari 10.000.000,00 = 1.250.000,00 langkah berikutnya, setelah menghitung "uang abstrak" tersebut, barulah mencari bagian kadar masing-masing, cara mencarinya bukan dibagi 3/8 4/8 1/8 dengan jumlah warisan semua seperti dibagi 1/2 2/3 1/6 di atas, tapi dikurangi hasil kelebihan baru dikurangi jumlah warisan: warisan suami awalnya: Rp 15.000.000,00 defisitnya: Rp 3.750.000,00 maka warisan untuk suami: Rp 15.000.000,00 Rp 3.750.000,00 = Rp 11.250.000,warisan 2 saudara perempuan awalnya: Rp 20.000.000,00 defisitnya: Rp 5.000.000,00 maka warisan untuk 2 saudara perempuan: Rp 20.000.000,00 Rp 5.000.000,00 = Rp 15.000.000,warisan ibu yang awalnya: Rp 5.000.000,00 defisitnya: Rp 1.250.000,00 maka warisan untuk ibu: Rp 5.000.000,00 Rp 1.250.000,00 = Rp 3.750.000,SAMA KAN? jika warisan yang diterima itu dijumlahkan, maka: Rp 11.250.000,00 (suami) + Rp 15.000.000,00 (2 saudara perempuan) + Rp 3.750.000,00 (Ibu) = Rp 30.000.000,- PAS, TIDAK BERLEBIH... -----------------------------------------------------------------------------------------cara yang lebih mudah lagi adalah tanpa rasio, namun perlu mengetahui angka permasalahan 'al dan penaikannya, inilah cara 'Umar.ra bin Khaththab.. angka permasalahan: 6, 12, 24 metode yang dipakai dari contoh kasus, dilihat berdasarkan perspektif ahli waris:

PERTAMA, untuk 6 yaitu:


1. dinaikkan menjadi 7 2. dinaikkan menjadi 8 3. dinaikkan menjadi 9 4. dinaikkan menjadi 10 KEDUA, untuk 12 yaitu: 1. dinaikkan menjadi 13 2. dinaikkan menjadi 15

3. dinaikkan menjadi 17 KETIGA, untuk 24 yaitu: dinaikkan menjadi 27 NB: ingat, penaikan ini hanya gambaran, untuk membuktikan bisa lewat rasio (perbandingan)! cara membedakan kasus 'aul dilihat dari pokok angka permasalahan, contoh: 1. setiap masalah atau keadaan yang di dalamnya terdapat ahli waris yang berhak mendapatkan bagian setengah (1/2) dari harta waris, kemudian yang lain berhak mendapatkan sisanya, atau dua orang ahli waris yang masingmasing berhak mendapatkan bagian setengah (1/2), maka pokok masalahnya dari dua (2), dan tidak dapat di'aul-kan... 2. setiap masalah atau keadaan yang di dalamnya terdapat ahli waris yang berhak mendapat bagian sepertiga (1/3) dan yang lain sisanya, atau dua orang ahli waris yang satu berhak mendapat bagian sepertiga (1/3) dan yang lainnya dua per tiga (2/3), maka pokok masalahnya dari tiga (3), dan tidak ada 'aul... 3. setiap masalah atau keadaan yang di dalamnya terdapat ahli waris yang berhak mendapat bagian seperempat (1/4) dan yang lain sisanya, atau dua orang ahli waris yang satu berhak mendapat seperempat (1/4) dan yang lain berhak mendapat setengah (1/2), maka pokok masalahuya dari empat (4), dan dalam hal ini tidak ada 'aul... 4. setiap masalah atau keadaan yang di dalamnya terdapat ahli waris yang berhak mendapat bagian seperdelapan (1/8) dan yang lain sisanya, atau dua orang ahli waris yang satu berhak mendapat seperdelapan dan yang lainnya setengah, maka pokok masalahnya dari delapan, dan tidak ada 'aul... jadi penyebut selain 6, 12, dan 24 tidak di'aulkan karena tidak ada kelebihan...

...SUBHANALLAH...
ingat! 'aul terjadi karena "kecacatan jumlah ahli waris"... ingat! ahli waris yang normal (jika masih hidup atau jika ahli waris itu ada) adalah dari laki-laki 3 orang dari 15 calon ahli waris dan dari perempuan 5 orang dari 10 calon ahli waris... jangan suka terkecoh dengan soal misalnya yang meninggal memiliki 10 anak 12 istri seorang kakek seorang nenek, dan sebagainya... cukup kita singkirkan kandidat-kandidat selain dari di atas apabila masih lengkap semuanya

PERUNDANG UNDANGAN WARIS DI INDONESIA


1.

2.

3.

4.

Pengertian hukum kewarisan hukum kewarisan berdasarkan pasal 171 adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peniggalan pewaris, menentukan siapa siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing masing Penghalang memperoleh harta waris pasal 193 menjelaskan seseorang terhalang menjadi ahli waris apabila dengan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Kelompok kelompok ahli waris dan besarnya bagian waris kelompok kelompok ahli waris pasal 174 dan besarnya bagian harta waris pasal 176-pasal 193 pada prinsipnya sama dengan hukum waris islam. Kewajiban ahli waris terhadap pewaris berdasarkan pasal 175, kewajiban ahli waris terhadap pewaris adalah
Mengurus dan menyelesaikan sampai pemakaman jenazah selesai Menyelesaikan baik baik tentang hutang Menyelesaikan wasiat pewaris Membagi harta warisan di antara ahli waris yang berhak

DALIL DALIL NAQLI TENTANG MAWARIS


QS AN NISA : 7

Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.

QS AN NISA : 11

Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)

anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibubapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibubapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

HIKMAH WARISAN
Mendidik manusia untuk mematuhi undang-undang Allah

dan RasulNya dalam segala hal Mendidik kita untuk menyadari bahwa harta kekayaan pada hakikatnya bukan milik kita Allah mengajarkan kepada kita agar tidak bersikap tamak dan serakah Mengajarkan betapa pentingnyamenegakkan nilai-nilai peri kemanusiaansecara adil dan proporsional

ALHAMDULILLAH

Anda mungkin juga menyukai